Anda di halaman 1dari 24

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja


Daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Timur
Kelompok : 11

Ni Made Ampriyanti
Vazria Ulfa Liandini
Ni Nyoman Trysedewi Mahaputri

LATAR BELAKANG
Sesuai dengan Pasal 1 butir (c) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menyebutkan bahwa
otonomi daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis,
transparan dan efisien dalam rangka pendanaan penyelengaraan desentralisasi dengan
mempertimbangan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan
Dekonsentrasi dan Pembatuan.
Berlakunya Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, berimplikasi pada perubahan mendasar pada sistem dan mekanisme
pengelolaan keuangan pemerintah. Dalam Undang-Undang ini juga dijelaskan pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan mentransferkan dana perimbangan kepada
pemerintah daerah. Dana perimbangan tersebut terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK), dan bagian daerah dari bagi hasil pajak pusat. Selain dana transfer atau
dana perimbangan pemerintah daerah juga memiliki sumber penerimaan sendiri yaitu Pendapatan
Asli Daerah (PAD), pinjaman daerah, maupun lain-lain PAD yang sah. Sedangkan untuk
kebijakan alokasi dan penggunaan anggaran diserahkan kepada pemerintah daerah.

LATAR BELAKANG
Tujuan utama pemberian dana perimbangan kepada pemerintah daerah adalah untuk mengurangi
kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta menjamin tercapai standar
pelayanan publik.
Permasalahan Dana Alokasi Umum terletak pada perbedaan cara pandang antara pemerintah pusat dan
daerah. Bagi pusat DAU dijadikan sebagai instrument horizontal imbalance. Bagi daerah, DAU
dimaksudkan untuk mendukung kecukupan pembiayaan daerah.
Dana Perimbangan yang diterima oleh pemerintah daerah harus digunakan secara efektif dan efisien
dalam rangka peningkatan standar pelayanan publik minimum (SPM) serta disajikan secara transparan dan
akuntabel.
Secara umum, semakin tinggi kontribusi PAD dan semakin tinggi kemampuan daerah untuk membiayai
belanjanya sendiri menunjukan kinerja keuangan yang positif. Namun jika pemerintah daerah merespon
belanja daerahnya lebih besar menggunakan dana perimbangan dalam hal ini Dana Alokasi Umum (DAU)
dibandingkan dengan memaksimalkan potensi daerahnya untuk meningkatan Pendapatan Asli Daeah
(PAD) maka daerah tersebut mengalami fenomena Flypaper Effect.

LATAR BELAKANG
Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi dengan nilai APBD dan PAD terbesar di
Indonesia. Tingkat PAD yang tinggi membuat DAU yang diterima oleh Provinsi Kalimantan Timur sangat
kecil, itu artinya Provinsi Kalimantan Timur mampu untuk melaksanakan otonomi daerah dan
pemerintahan di daerah tanpa terlalu bergantung pada pemerintah pusat melalui Dana Alokasi Umum
(DAU) yang diterima, Namun ketika kita melihat bagaimana kontribusi PAD dan DAU terhadap belanja
daerah pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Kalimantan Timur Kota dengan PAD yang sangat kecil
sehingga mendapatkan DAU yang cukup besar yang artinya Kabupaten/Kota tersebut masih belum bisa
untuk memaksimal potensi daerahnya dalam menghasilkan PAD untuk membiayai pengeluaran daerahnya
dan masih sangat bergantung pada pemerintah pusat melalui dana perimbangan dalam hal ini adalah Dana
Alokasi Umum (DAU), namun ada juga beberapa Kabupaten/Kota yang memiliki PAD dan sumber
penerimaan pendapatan lain yang cukup besar sehingga mendapatkan DAU dalam jumlah yang relatif
kecil dan bahkan ada beberapa Kabuapaten dan Kota yang tidak mendapatkan DAU karena berdasarkan
formula yang tertuang dalam UU No. 34 tahun 2004 dimana jika celah fiskal suatu daerah negatif dan
nilai negatifnya lebih besar atau sama dengan alokasi dasar maka DAU sama dengan nol atau daerah
tersebut tidak layak mendapatkan dana transfer berupa Dana Alokasi Umum (DAU).

LATAR BELAKANG
Peneliti Sebelumnya Abdullah dan Halim (2004) yang meneliti Pengaruh PAD dan DAU
terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten / Kota di Jawa dan Bali memperoleh hasil bahwa DAU
dan PAD sama-sama mempengaruhi belanja daerah.
Sari (2009) yang juga meneliti Pengaruh PAD dan DAU terhadap Belanja Daerah pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Riau memperoleh hasil yaitu DAU memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap Belanja langsung, sedangkan PAD menunjukan pengaruh yang tidak positif
dan tidak signifikan terhadap belanja daerah dan secara Parsial tidak mempengaruhi Belanja
langsung. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul Pengaruh Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada
Kabupaten / Kota di Provinsi Kalimantan Timur

PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN


PENELITIAN

Pemurusan Masalah

1. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada kabupaten/kota di

Provinsi Kalimantan Timur?


2. Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Timur?
3. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap
Belanja Daerah pada kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur ?
Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang diidentifikasi, maka penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan secara empiris pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terhadap Belanja Daerah (BD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2012.

TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU


Kuznets dalam Dornbusch & Fischer (2005) yang meneliti di Amerika yang menggunakan data runtun

tahun 1929-1941 menyebutkan bahwa hubungan antara Pendapatan dan Konsumsi mendekati
proporasional artinya jika pendapatan meningkat maka secara proporsional konsumsi juga meningkat
sebaliknya jika pendapatan menurun maka konsumsi juga secara proporsional akan menurun. Dimana
dalam penelitian ini DAU dan PAD dapat dikatakan sebagai pendapatan sedangkan Belanja Daerah
dapat diartikan sebagai konsumsi.
Abdullah & Halim (2004) menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan

terhadap belanja daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh tidak signifikan terhadap
belanja daerah.
Prakosa (2004) menyatakan bahwa secara empiris membuktikan bahwa besarnya belanja daerah

dipengaruhi oleh jumlah Dana Alokasi Umum yang diterima dari pemerintah pusat. Dalam model
prediksi belanja daerah, daya prediksi Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap belanja daerah lebih
tinggi dibanding daya prediksi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana penelitian ini dilakukan untuk
Kabupaten dan Kota di provinsi DI. Yogyakarta dan Jawa Tengah.

TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU


Maimunah (2006) menguji flypaper effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera. Ada lima
simpulan yang merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu: Pertama, besarnya nilai
DAU dan PAD mempengaruhi besarnya nilai Belanja Daerah (pengaruh positif). Kedua, telah
terjadi flypaper effect pada Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota dipulau Sumatera. Ketiga,
terdapat pengaruh flypaper effect dalam memprediksi Belanja Daerah periode berikutnya.
Keempat, tidak terdapat perbedaan terjadinya flypaper effect baik pada daerah yang PADnya
rendah maupun tinggi di Kabupaten/Kota di pulau sumatera. Kelima, tidak terjadi flypaper
effect pada belanja daerah bidang pendidikan, tetapi telah terjadi flypaper effect pada belanja
daerah bidang kesehatan dan bidang pekerjaan umum.

TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU


Darwanto (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, PAD, dan DAU berpengaruh

signifikan terhadap anggaran belanja modal. Sedangkan secara parsial PAD dan DAU
berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja modal, sedangkan untuk pertumbuhan
ekonomi tidak berpengaruh terhadap belanja daerah.
Sari (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatn Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Langsung pada Pemerintah Kabupaten/Kota di
Provinsi Riau. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pertama, DAU mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap belanja langsung. Kedua, PAD secara parsial tidak mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap belanja langsung terhadap belanja langsung.
Ketiga, DAU dan PAD secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Belanja Langsung.

DANA ALOKASI UMUM


Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemapuan keuangan antar daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Adapun cara menghitung DAU menurut ketentuan adalah sebagai berikut :
a. Dana Alokasi Umum (DAU), ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari penerimaan dalam negeri yang
ditetapkan dalam APBN.
b. Dana Alokasi Umum (DAU), untuk daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota ditetapkan masing-masing 10%
dan 90% dari Dana Alokasi Umum sebagaimana ditetapkan diatas.
c. Dana Alokasi Umum (DAU), untuk suatu Kabupaten/Kota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumkah
Dana Alokasi Umum untuk Kabupaten/Kota yang ditetapkan APBN dengan porsi Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.
d. Porsi Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud di atas merupakan proporsi bobot Kabupaten/Kota di seluruh
Indonesia yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

DANA ALOKASI UMUM


Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bahwa kebutuhan DAU oleh suatu daerah (Provinsi,
Kabupaten, dan Kota) ditentukan dengan menggunakan pendekatan fiscal gap atau celah fiskal
dimana celah fiskal merupakan selisih dari kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal.
Ada beberapa kriteria dalam pemberian Dana Alokasi Umum selain berdasarkan perhitu-ngan
celah fiskal diatas juga berdasarkan alokasi dasar. Alokasi dasar merupakan total gaji Pe-gawai Negeri
Sipil Daerah (PNSD) termasuk kenaikan gaji pokok dan gaji ke-13 serta gaji CPNSD. Dimana
besaran Dana Alokasi umum yang diberikan berdasarkan kriteria tersebut adalah :
Jika celah fiskal > 0, maka: DAU = Alokasi dasar + celah fiskal
Jika celah fiskal = 0, maka: DAU = Alokasi dasar
Jika celah fiskal < 0 (atau negatif) dan nilainya negatif lebih kecil dari alokasi dasar, maka: DAU =
Alokasi dasar
Jika celah fiskal < 0 (atau negatif) dan nilainya sama atau lebih besar dari alokasi dasar, maka:
DAU = 0

DANA ALOKASI UMUM


Berdasarkan penjelasan diatas bahwa tidak semua daerah baik Provinsi maupun Kabupaten
dan Kota akan mendapatkan Dana Alokasi Umum. Namun Dana Alokasi Umum hanya akan
diberikan bagi daerah-daerah yang memang memenuhi kriteria-kriteria tersebut agar tujuan utama
dari pemberian DAU yaitu sebagai faktor pemerataan fiskal betul-betul terwujud, serta bagi
daerah yang secara kriteria mampu untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan tanpa adanya
dana transfer yang berupa DAU betul-betul memaksimalkan potensi daerahnya untuk membiayai
pengeluaran daerahnya.

PENDAPATAN ASLI DAERAH


Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan akumulasi dari pos Penerimaan Pajak
yang berisi Pajak Daerah dan pos Retribusi Daerah, penerimaan Non Pajak yang merupakan hasil
perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan Investasi serta pengelolaan Sumber Daya Alam.
Kendala yang terjadi saat ini dimana pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah
adalah minimnya pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Proporsi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang kecil terhadap belanja daerah mengakibatkan kemampuan
pemerintah daerah dalam mengelolah daerahnya menjadi terbatas.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga dapat menunjukkan tingkat kemandirian suatu daerah.
Semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dimiliki oleh suatu daerah maka semakin
memungkinkan daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan belanjanya sendiri, tanpa harus
bergantung dengan dana perimbangan yang diperoleh dari pemerintah pusat. Hal ini berarti bahwa
pemerintah daerah tersebut telah mampu untuk mandiri dalam menjalankan pemerintahan, begitu
pula jika sebaliknya.

PENDAPATAN ASLI DAERAH


Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari
sumber ekonomi asli daerah itu sendiri. Sumber-sumber pendapatan asli daerah yang selanjutnya
disebut PAD, yaitu (UUNo.32/2004) :
1. Hasil pajak daerah;
2. Hasil retribusi daerah;
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

BELANJA DAERAH
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (Permendagri RI) Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja Daerah adalah semua
pengeluaran dari kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana. Belanja Daerah merupakan
kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kemabali
oleh daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah, belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan
pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Sejak dilaksanakannya kebijakan
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pada tahun 2001, anggaran belanja daerah, dari tahun ke
tahun menunjukan peningkatan yang cukup signifikan, baik dari segi cakupan jenis dana yang
didaerahkan, maupun dari besaran alokasi dana yang didaerahkan.

KERANGKA KONSEP

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja
Daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur

PENGEMBANGAN HIPOTESIS
1. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum memberikan
pengaruh terhadap belanja suatu daerah. Dimana fungsi Dana Alokasi Umum (DAU) itu sendiri adalah
sebagai faktor pemerataan fiskal. Maka dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah:
H1 : Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah.
2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
sumber pendapatan yang bersumber dari daerah itu sendiri dan merupakan elemen yang sangat penting
bagi suatu daerah dalam memenuhi kebutuhan belanjannya dan melaksanakan penyelenggaraan
pemerintah di daerah. Jika Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat maka akan meningkatkan Belanja
Daerah (BD) peningkatan jumlah Belanja Daerah pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan
kualitas layanan publik, peningkatan infrastruktur dan pembangunan daerah itu sendiri. Maka dengan
demikian hipotesis yang diajukan adalah:
. H2 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah

METODE PENELITIAN
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana transfer yang bersifat umum dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah untuk mengantisipasi ketimpangan horizontal (Horizontal Imbalance) dengan
tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah.
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Bastian (2010) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pendapatan Asli Daerah yang
terdiri atas Hasil Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan dari Laba Perusahaan Daeah dan
lain-lan Pendapatan Yang Sah. Dimana rumus untuk menghitung Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten/Kota yaitu:

METODE PENELITIAN
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3. Belanja Daerah

Belanja Daerah merupakan semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun berjalan yang
mengurangi kekayaan pemerintah daerah. Dimana rumus untuk menghitung Belanja Daerah (BD) yaitu :

. Populasi dan Sampel


a. Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu teknik

pengambilan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak untuk dijadikan sampel. Adapun
kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel anatara lain :
b. Pemerintah Kabupaten/Kota yang menyampaikan Laporan Realisasi APBD kepada Direktorat
Jendral Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah berturut-turut tahun 2007-2012.
c. Pemerintah Kabupaten/Kota yang mendapatkan Dana Alokasi Umu (DAU) dari tahun 2007-2012.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari dokumen
ringkasan laporan Realisasi Angaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota di
provinsi Kalimantan Timur yang diperoleh dari situs Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat-Pemerintah Daerah di internet (www.djpk.depkeu.go.id). Dari ringkasan
laporan realisasi APBD tersebut akan diperoleh data mengenai Jumlah Dana Alokasi Umum
(DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Belanja Daerah (BD).
Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data sekunder, data dikumpulkan dengan metode dokumentasi dan studi
pustaka.

METODE PENELITIAN
Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan pendakatan kuantitatif, dimana pendekatan kuantitatif lebih fokus
pada tujuan generalisasi, dengan melakukan pengujian statistik dan steril dari pengaruh penilaian
yang subjektif pribadi peneliti. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linear berganda.
Statistik Deskriptif

Penyajian statistik deskriptif bertujuan agar dapat dilihat profil dari data penelitian tersebut
dengan hubungan yang ada antar variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut. Dalam
penelitian ini variabel yang digunakan adalah Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Belanja Daerah (BD).

METODE PENELITIAN
Model Regresi

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda (multiple linear regression).
Dimana persamaan regresi adalah: Y = + b1X1 + b2X2 + e1 Dimana :
Y = Belanja Daerah
= intercept persamaan Regresi
X1 = Dana Alokasi Umum
X2 = Pendapatan Asli Daerah
b

= Koefisien regresi untuk masing-masing variabel X

= Koefisien eror

METODE PENELITIAN
Model Regresi
1. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Cara untuk mengetahui yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Apabila nilai
hitung F lebih besar daripada nilai F tabel, maka hipotesis alternatif diterima artinya semua variabel
independen secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)

Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Apabila
nilai t hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel maka berarti t hitung tersebut signifikan artinya
hipotesis alternatif diterima yaitu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
3. Koefisien Determinasi (R Square)

Nilai Koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen

SESI DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai