Shinta Damayanti
Mahasiswa Program Diploma IV STAN jurusan Akuntansi Kurikulum Khusus
Kelas 7C / 27
same.shinta@gmail.com
ABSTRACT
This journal is written to determine the impact of export duty over cocoa beans in Indonesia. The
study uses descriptive analyst to compare the price of cocoa before and after imposition of export
duty. As the third largest cocoa producer in the world, cocoa processing industry in Indonesia has
been struggling to develop. The lack of supply from cocoas farmer make lot of local cocoa processing
industry stop their operation. Mostly Indonesian cocoa beans or raw cocoa is sold overseas as a result
of PPN on cocoa beans which are sold to domestic industry. To reduce the amount of export of raw
cocoa or cocoa beans and to increase cocoa processing industry growth, the government issued a
regulation of export duty on cocoa beans. This rule successfully put the brakes on exports of cocoa
beans. But unfortunately this rule can not increase cocoa farmers income in Indonesia.
Keyword : export duty, cocoa beans
I.
PENDAHULUAN
II.
III.
Sebagai negara agraris, banyak
warga
negara
menggantungkan
pertanian.
Indonesia
hidupnya
Pertanian
dari
disini
yang
sektor
meliputi
sumber
penghidupannya
dari
sektor
hal
pemberlakuan
hampir
provinsi
merupakan
areal
kakao
mengalami
V.
di
pun
seluruh
provinsi
wilayah
dengan
senantiasa
ini
Sebagai
peraturan
dikarenakan
pajak
akibat
ini
dari
banyak
adanya
peraturan
pertambahan
nilai
diberlakukannya
dari
pengusaha
hilir
kakao
yang
melakukan
di
USD
2,000
XIX. Harga
Referensi
XVIII.
2
Referensi
lebih dari
XXI.
3
2,750 -
USD
3,500
XXV. Harga
XXIV.
B
e
a
XXIII. 1
USD
2,000
XXII. Harga
USD
pendapatannya.
VIII.
Oleh karena itu pada bulan April
Keuangan Nomor 67 Tahun 2010 tentang
XX.
lebih dari
Referensi
XXVI. 1
lebih dari
USD
3,500
XXVII. Sumber : PMK No. 67 Tahun 2010
XXVIII.
XXIX.
Dengan adanya bea keluar terhadap ekspor
XII.
N
XV.
1
XIII.
Klasifikas
i
XVI. Harga
Referensi
sampai
dengan
kakao
kebutuhan
diperoleh
r
XVII. 0
%
kakao
mentah
biji
diharapkan
kakao
nantinya
yang
baru
penyediian
domestik
akan
sebagian
dalam
akan
rangka
meningkat.
Diberlakukannya
bea
Indonesia.
asing
yang
menginvestasikan
XXXIII.
Sebagaimana
yang
telah
disebutkan
kakao
didistribusikan
sehingga
dapat
yang
nantinya
akan
petani
kakao
kepada
meningkatkan
produksi
kakao di Indonesia.
XXXIV. Tabel II
Ghana
berhasil
meningkatkan
produksi
XXXVI.
XXXVII. XXXVIII. Produ
Tahu
ksi (dalam
Ton)
XXXIX.
XL.
1
2008
XLII. XLIII.
XLI.
2
2009
XLV. XLVI.
XLIV. 542.207
3
2010
XLVIII.
XLIX.
XLVII. 557.596
4
LI.
L.
2011
LII.
520.462
465.809
5
2012
LIII. 453.729
LIV.Sumber : Direktorat Jenderal
Perkebunan
LV.
5.
8.
9.
78
4
LXXIV.1.
3
4
LXII.
LXI.
LX.
LIX.
T
0.
Eks
ks
por
po
Ka
kak
Ol
ah
Me
an
nta
ak
LXXV. LXXVI.
LXXVII.
.9
ao
662.498.1
15
9
LXXII. 614
7.
LXXI.
.49
LXXIII.
6.3
726.100.8
50
92
2
LXXVIII.
1.047.327
384.829.79
3
LXVI.
32
LXIV. 1.0
3.
87.
45
LXIII.
484
1.
.65
80
bertambahnya
LXV.
3
LXVII. LXVIII.
2
5
LXIX. 44
1.190.739.6
4.
88
82
LXX.
kapasitas
produksi
dari
pengolahan
kakao
juga
LXXXIX.
LXXXV.Tabel IV
LXXXVI.
Pe
kakao
cenderung
mengalami
Su
dengan
tujuan
sebagai
tetap
memperhatikan
arah
kebijakan
mentah
dapat
terpenuhi.
XCV.
XCVI. IV. DAFTAR PUSTAKA
XCVII. [1]Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 67 Tahun 2010
XCVIII.
XCIX.
[2]http://kemenperin.go.id/statis
tik/query_komoditi.php?
komoditi=cocoa&negara=&jenis=e&acti
on=Tampilkan diakses pada tanggal 4
Mei 2014
C.
CI. [3]www.bps.go.id
diaksses
pada
diakses
pada