Kasi Terit
Kasi Terit
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
d. Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO2.
e. Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa
disebut timah abu-abu dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur ikatan
kovalen seperti diamond. Sedangkan timah beta berwarna putih dan bersifat
logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai konduktor.
f. Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic seperti
asam asetat asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa kuat
seperti NaOH dan KOH.
g. Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II) cenderung
memiliki sifat logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn dalam HCl pekat
panas.
h. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV) klorida.
i. Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.
dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbale-timahbesi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan bergandengan
dengan mineral logam yang lain seperti perak. Timah merupakan unsur ke-49 yang
paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika
dibandingkan dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal.
Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit alluvial/alluvium yaitu tanah atau
sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana dapat
dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari berbagai
macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi
timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan
untuk mendapatkan 1 Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial
harus ditambang disebabkan konsentrasi cassiterite sangat rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi
dimana sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china, Myanmar,
Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari
Peru, Afrika Selatan, UK, dan Zimbabwe.
Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu meningkatkan
kadar kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari dalam laut atau lepas pantai
dengan penambangan atau pengerukan setelah itu dilakukan pembilasan dengan air
atau washing dan kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan
biasanya mengandung 20 30 % timah. Setelah dilakukan proses pengolahan
mineral maka kadar kandungan timah menjadi lebih dari 70 %, sedangkan bijih
timah hasil penambangan darat biasanya mengandung kadar timah yang sudah
cukup tinggi >60%.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang
berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam.
Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang
sesuai dengan umpan.
Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu dilakukan
pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian
kadar tersebut adalah mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah
butir dimana butir timah dan pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda
sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah kandungan timah pada bijih.
Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan
memanaskan pipa besi yang ada di tengah tengah rotary dryer dengan cara
mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.
Klasifikasi
Bijih bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses proses pemisahan/klasifikasi
lanjutan yakni:
klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screening
klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.
klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator.
Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti shaking table ,
air table dan multi gravity separator(untuk pengolahan terak/tailing).
Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi
seperti zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali
bijih timah hasil proses awal pada Amang Plant. Mula mula bijih diayak dengan
vibrator listrik berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah
antara mineral halus berupa cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan.
Mineral ikutan tersebut kemudian diolah pada air table sehingga menjadi konsentrat
yang selanjutnya dilakukan proses smelting, sedangkan tailingnya dibuang ke
tempat penampungan. Mineral mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high
tension separator pemisahan berdasarkan sifat konduktor nonkonduktornya atau
sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan Ilmenite.
Mineral nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing
masing dipisahkan kembali berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic
separation sehingga dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon.
Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu
proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi
material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah
akan efisien.
Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
yang tersisa juga diperlukan guina melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan,
jika tidak dapat dilakukan proses refining ulang.
- Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar
parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh kualitas produk yang
stabil. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang
terdapat pada timah sebagai pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah
berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada saat eutectic temperature
lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun bersamaan dengan
kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya adalah
dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
- Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi
dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini melakukan
prinsip elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan
larutan elektrolit yang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat
tinggi dengan dua komponen utama yaitu dua buah elektroda anoda dan katoda
yang tercelup ke dalam bak elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan
PT.Timah menggunakan bangka four nine (timah berkadar 99,99% ) yang disebut
pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis sedangkan anodanya
adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya H2SO4.
proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda
menuju katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan
voltase tertentu dan tidak terlalu besar.
Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan
pencetakan secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa
cetak and cetakan logam. Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana
temperatur timah cair adalah 2700C. Sedangkan proses pencetakan otomatis
menggunakan casting machine, pompa cetak, dan melting kettleberkapasitas 50 ton
dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Langkah langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada
serinya, aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnyadan
permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang
capa pada permukaan timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan
merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai
standar.
5. Ingot timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn
(bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin
keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam udara
sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi
logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral
cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
o Proses Pengolahan Mineral Timah
Washing atau Pencucian
Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Pemisahan berdasarkan berat jenis
Pengolahan tailing
Proses Pengeringan
Klasifikasi timah
Pemisahan Mineral Ikutan
o Proses pre-smelting
o Proses Peleburan ( Smelting )
o Proses Refining ( Pemurnian )
Pyrorefining
Eutectic Refining
Electrolitic Refining
o Pencetakan
Adapun manfaat timah dalam kehidupan sehari-hari yaitu digunakan sebagai
pelapis dalam kaleng kemasan makanan, digunakan dalam pembuatan bola lampu,
sampai pada penggunaan pada alat-alat olah raga.
DAFTAR PUSTAKA
http://revival44.wordpress.com/2010/03/02/logam-besi/
http://metal-hamzah.blog.friendster.com/2008/04/pengolahan-bijih-timah/
http://moslemchemistry.blogspot.com/2011/04/besi.html
http://www.encangirul.com/2011/04/proses-ekstraksi-timah-dari-ore.html
http://www.chem-is-try.org/
http://rimayantisihite.blogspot.com/2011/03/timah.html
http://www.ypb97.com/2010/02/proses-pemurnian-mineral.html
http://pustakatambang.blogspot.com/2011/06/metode-pengolahan-timah.html
Timah hitam
Timah hitam atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan
logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke
alam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Sudah lama logam ini digunakan
bahkan sejak ribuan tahun yang lalu. Timbal yang tersebar dimana-mana dan
mudah dicari, ditempa dan dirubah dalam bentuk ekstrak membuat unsur ini
sempat menjadi primadona selama ribuan tahun.
Seiring dengan majunya teknologi dan ilmu pengetahuan akhirnya diketahui
bahaya yang mengancam dari unsur ini. Timbal apabila timbal terhirup atau
tertelan oleh manusia dan di dalam tubuh, ia akan beredar mengikuti aliran
darah, diserap kembali di dalam ginjal dan otak, dan disimpan di dalam tulang
dan gigi. Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan.
Salah satu penyebab kehadiran timbal adalah pencemaran udara. Yaitu akibat
kegiatan transportasi darat yang menghasilkan bahan pencemar seperti gas
CO3, NOx, hidrokarbon, SO2, dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam
timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas
rendah untuk menurunkan nilai oktan.
Melihat begitu berbahayanya unsur timbal maka uni Eropa membuat satu
kebijakan yang mempengaruhi industri khususnya elektronika di Eropa. Sejak
tahun 80an lead atau timbal menggantikan posisi timah putih mengingat
harganya yang lebih murah.
Regulasi Uni Eropa yang ditetapkan pada tahun 2006 yang mempersyaratkan
penggunaan material bebas lead pada produk elektronik. Penerapan aturan
Timah putih
http://www.ingintahu.web.id/2011/07/besilogam.html