Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam
termasuk sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam ini
mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam
tersebut secara efisien. Dalam pemanfaatanya, tentu saja menggunakan berbagai
metode dan teknologi sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dengan hasil
yang optimal dengan keuntungan yang besar, biaya produksi yang seminim mungkin
serta ramah lingkungan.
Pengolahan timah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat tidak lepas dari peran
reaksi kimia fisika. Pencucian maupun pemisahan pada timah merupakan nagian
dari proses yang melibatkan reaksi-reaksi kimia fisika.
Oleh karena itu, proses pemurnian timah untuk memperoleh hasil yang ekonomis
perlu di kaji dan dipelajari dari segi kimia fisika.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas
permasalahan :
1. Penjelasan dasar mengenai timah ?
2. Bagaimana cara pengolahan timah ?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu intuk dapat memahami proses-proses yang
dilakukan untuk memperoleh timah yang ekonomis, mulai dari pencucian,
pemisahan, pengolahan, sampai pada pencatakan.
.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Timah


Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol
Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin
keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam udara
sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi
logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral
cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah,
berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang
tinggi. Dalam keadaan normal (13 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan
mudah dibentuk.
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah
sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan
urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari
endapan alluvium, elluvial, dan koluvium.

2.2. Sifat dan Bentuk Timah


2.2.1. Sifat Timah
a. Timah termasuk golongan IV B dan mempunyai bilangan oksidasi +2 dan +4.
b. Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu metalik.
c. Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi disebabkan
terbentuknya lapisan oksida timah yang menghambat proses oksidasi lebih jauh.
Timah tahan terhadap korosi air distilasi dan air laut, akan tetapi dapat diserang
oleh asam kuat, basa, dan garam asam. Proses oksidasi dipercepat dengan
meningkatnya kandungan oksigen dalam larutan.

d. Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO2.
e. Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa
disebut timah abu-abu dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur ikatan
kovalen seperti diamond. Sedangkan timah beta berwarna putih dan bersifat
logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai konduktor.
f. Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic seperti
asam asetat asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa kuat
seperti NaOH dan KOH.
g. Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II) cenderung
memiliki sifat logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn dalam HCl pekat
panas.
h. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV) klorida.
i. Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.

2.2.2. Bentuk Timah


Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika
dipanaskan timah abu-abu (timah alfa) dengan struktur kubus berubah pada
13.2C menjadi timah putih (timah beta) yang memiliki struktur tetragonal.
Ketika timah didinginkan pada suhu 13.2C, ia pelan pelan berubah dari putih
menjadi abu-abu. Perubahan ini disebabkan ketidakmurnian ( impurities )
seperti alumunium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan
antimony atau bismut.
Jika dipanaskan dalam udara, timah membentuk Sn2, sedikit asam, dan
membentuk stannate salts dengan oksida.

2.3. Keberadaan Timah di Alam


Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari
senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone.
Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah
berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat
perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide yaitu stanite
(Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara tembaga-besi-timah-belerang

dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbale-timahbesi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan bergandengan
dengan mineral logam yang lain seperti perak. Timah merupakan unsur ke-49 yang
paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika
dibandingkan dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal.
Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit alluvial/alluvium yaitu tanah atau
sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana dapat
dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari berbagai
macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi
timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan
untuk mendapatkan 1 Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial
harus ditambang disebabkan konsentrasi cassiterite sangat rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi
dimana sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china, Myanmar,
Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari
Peru, Afrika Selatan, UK, dan Zimbabwe.

2.4. Senyawa Timah


Timah, Senyawaan yang terpenting adalah SnF 2 dan SnCl2, yang diperoleh dengan
pemanasan Sn dengan hf dan hcl gas.
Fluoridanya cukup larut dalam air dan digunakan dalam pasta gigi yang
mengandung fluorida. Air menghidrolisis SnCl 2 menjadi klorida yang bersifat basa,
tetapi dari larutan asam encer SnCl2.2H2O dapat terkristalisasi. Kedua halidanya
larut dalam larutan yang mengandung ion halida berlebihan, jadi:
SnF2 + F- = SnF3- pK1
SnCl2 + Cl- = SnCl3- pK1
Dalam larutan akua fluorida, SnF3- adalah spesies yang utama, tetapi ion-ion SnF +
dan Sn2F5 dapat dideteksi.
Halida larutan dalam pelarut donor seperti aseton, piridin, atau DMSO,
menghasilkan adduct peramidal, SnCl2OC(CH3)2.
Ion Sn2+ yang sangat peka terhadap udara, terjadi dalam larutan asam perklorat,
yang dapat diperoleh dengan reaksi Cu(ClO4)2 + Sn Hg Cu + Sn 2+ + 2 ClO4-.

2.5. Reaksi-reaksi Timah


Timah putih adalah timah yang mudah dibentuk. ada suhu 13,2C, secara perlahan,
timah putih berubah menjadi tepung yang bewarna abu-abu yang disebut timah abuabu. Bila timah putih yang dipanaskan akan menjadi sangat rapuh yang disebut
timah rapuh. Timah putih dipakai sebagai pelapis kaleng agar mengkilap dan tahan
korosi. Timah juga dipakai sebagai logam campuran dalam perunggu (tembaga dan
timah) dan sebagai logam solder (campuran timah dengan timbal). Timah lebih
mudah teroksidasi dibandingkan besi, sehingga tidak dapat dipakai sebagai
pelindung besi.
Bilangan oksidasi timah dalam senyawa adalah +2 dan +4. Logam ini dapat
teroksidasi oleh asam yang bukan pengoksidasi menjadi +2.
Sn + 2HCl SnCl2 + H2
Akan tetapi dengan pengoksidasi kuat, logam timah teroksidasi, menjdi +4.
Sn + 4 HNO3 SnO2 + 4NO2 + 2 H2O.
Reaksi timah dengan Cl2 menghasilkan SnCl2.
Sn + Cl2 SnCl2
Logam Sn larut dalam basa membentuk ion stannit, Sn(OH)42Sn + 2OH + 2H2O Sn(OH)42- + H2(Senyawa timah, seperti SnF2 dipakai dalam
bahan pasta gigi. Senyawa (C4H9)3SnO dipakai sebagai fungisida, yaitu zat
pembasmi fungi (jamur).

2.6. Proses Pengolahan Timah


Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau mineral timah
( kasiterit SnO2 ). Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian
proses yang terbilang rumit yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar
timah/proses fisik dan disebut juga upgrading ), persiapan material yang akan
dilebur, proses peleburan, proses refining dan proses pencetakan logam timah.
Pemakaian timah biasanya dalam bentuk paduan timah yang dikenal dengan nama
timah putih yakni campuran 80% timah, 11 % antimony dan 9% tembaga serta
terkadang ditambah timbal. Timah putih ini terutama dipakai untuk peralatan logam
pelindung dan pipa dalam industri kimia, industri bahan makanan dan untuk
menyimpan bahan makanan.

Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu meningkatkan
kadar kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari dalam laut atau lepas pantai
dengan penambangan atau pengerukan setelah itu dilakukan pembilasan dengan air
atau washing dan kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan
biasanya mengandung 20 30 % timah. Setelah dilakukan proses pengolahan
mineral maka kadar kandungan timah menjadi lebih dari 70 %, sedangkan bijih
timah hasil penambangan darat biasanya mengandung kadar timah yang sudah
cukup tinggi >60%.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang
berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam.
Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang
sesuai dengan umpan.
Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu dilakukan
pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian
kadar tersebut adalah mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah
butir dimana butir timah dan pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda
sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah kandungan timah pada bijih.

Pemisahan berdasarkan berat jenis


Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang
mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti kadar timah
yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang juga
berarti mengandung pengotor atau gangue lainya seperti quarsa , zircon, rutile,
siderit dan sebagainya akan ditampung dan dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.
Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin
masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya
sentrifugal. Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak
efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini adalah 60 kg/jam.

Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan
memanaskan pipa besi yang ada di tengah tengah rotary dryer dengan cara
mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.
Klasifikasi
Bijih bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses proses pemisahan/klasifikasi
lanjutan yakni:
klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screening
klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.
klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator.
Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti shaking table ,
air table dan multi gravity separator(untuk pengolahan terak/tailing).
Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi
seperti zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali
bijih timah hasil proses awal pada Amang Plant. Mula mula bijih diayak dengan
vibrator listrik berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah
antara mineral halus berupa cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan.
Mineral ikutan tersebut kemudian diolah pada air table sehingga menjadi konsentrat
yang selanjutnya dilakukan proses smelting, sedangkan tailingnya dibuang ke
tempat penampungan. Mineral mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high
tension separator pemisahan berdasarkan sifat konduktor nonkonduktornya atau
sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan Ilmenite.
Mineral nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing
masing dipisahkan kembali berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic
separation sehingga dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon.
Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu
proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi
material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah
akan efisien.
Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :

- Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.


- Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag
II.
Proses peleburan berlangsung seharian 24 jam dalam tanur guna menghindari
kerusakan pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam
peleburan. Pada tiap tanur terdapat bagian bagian yang berfungsi sebagai panel
kontrol: single point temperature recorder, fuel oil controller, pressure recorder, O2
analyzer,multipoint temperature recorder dan combustion air controller. Udara panas
yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur berasal dari udara luar / atmosfer
yang dihisap oleh axial fan exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke dalam
regenerator yang mengubahnya menjadi panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan
baku bijih timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace.
Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu 1100 15000C.unsure unsure
pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam
timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni namun
adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan dengan
gas gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke
foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya
dimasukkan kedalam float untuk dilakukan pendinginan /penurunan temperatur
hingga 4000C sebelum dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead
dimasukkan ke dalm flame oven untuk diambil Sn dan timah besinya.
Proses Refining ( Pemurnian )
- Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga
material yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat
pengotor atau impurities sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas
dari impurities atau hanya memiliki impurities yang amat sedikit, karena afinitas
material yang ditambahkan terhadap pengotor lebih besar dibanding Sn. Contoh
material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor: serbuk gergaji untuk
mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi kadar As sehingga
terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni
sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam
timah dengan kadar hingga 99,92% (pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities

yang tersisa juga diperlukan guina melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan,
jika tidak dapat dilakukan proses refining ulang.
- Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar
parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh kualitas produk yang
stabil. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang
terdapat pada timah sebagai pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah
berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada saat eutectic temperature
lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun bersamaan dengan
kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya adalah
dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
- Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi
dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini melakukan
prinsip elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan
larutan elektrolit yang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat
tinggi dengan dua komponen utama yaitu dua buah elektroda anoda dan katoda
yang tercelup ke dalam bak elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan
PT.Timah menggunakan bangka four nine (timah berkadar 99,99% ) yang disebut
pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis sedangkan anodanya
adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya H2SO4.
proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda
menuju katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan
voltase tertentu dan tidak terlalu besar.
Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan
pencetakan secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa
cetak and cetakan logam. Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana
temperatur timah cair adalah 2700C. Sedangkan proses pencetakan otomatis
menggunakan casting machine, pompa cetak, dan melting kettleberkapasitas 50 ton
dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Langkah langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada

serinya, aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnyadan
permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang
capa pada permukaan timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan
merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai
standar.
5. Ingot timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.

2.7. Kegunaan Timah


Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan
untuk solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan
& perunggu (5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari timah ditemukan. Masalah
lingkungan, keselamatan dan kesehatan mempengaruhi kegunaan timah. Hasil dari
riset yang sedang dilakukan di Internatioanal Tin Research Institude Ltd., lembaga
yang dibiayai industri, banyak pasar baru untuk timah sedang dikembangkan.
Timah dalam kimia
Industri kimia adalah konsumen timah yang paling cepat berkembang. Permintaan
sangat kuat untuk peralatan rumah tangga dan cat industri, pada plastik dan lapisan
tanpa belerang yang digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan fosfor
perunggu diantara yang lainnya). Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan timah
pada kawat dan kabel tembaga dan pembuatan bentuk-bentuk timah tempa.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn
(bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin
keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam udara
sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi
logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral
cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
o Proses Pengolahan Mineral Timah
Washing atau Pencucian
Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Pemisahan berdasarkan berat jenis
Pengolahan tailing
Proses Pengeringan
Klasifikasi timah
Pemisahan Mineral Ikutan
o Proses pre-smelting
o Proses Peleburan ( Smelting )
o Proses Refining ( Pemurnian )
Pyrorefining
Eutectic Refining
Electrolitic Refining
o Pencetakan
Adapun manfaat timah dalam kehidupan sehari-hari yaitu digunakan sebagai
pelapis dalam kaleng kemasan makanan, digunakan dalam pembuatan bola lampu,
sampai pada penggunaan pada alat-alat olah raga.

DAFTAR PUSTAKA
http://revival44.wordpress.com/2010/03/02/logam-besi/
http://metal-hamzah.blog.friendster.com/2008/04/pengolahan-bijih-timah/
http://moslemchemistry.blogspot.com/2011/04/besi.html
http://www.encangirul.com/2011/04/proses-ekstraksi-timah-dari-ore.html
http://www.chem-is-try.org/
http://rimayantisihite.blogspot.com/2011/03/timah.html
http://www.ypb97.com/2010/02/proses-pemurnian-mineral.html
http://pustakatambang.blogspot.com/2011/06/metode-pengolahan-timah.html

Timah hitam
Timah hitam atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan
logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke
alam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Sudah lama logam ini digunakan
bahkan sejak ribuan tahun yang lalu. Timbal yang tersebar dimana-mana dan
mudah dicari, ditempa dan dirubah dalam bentuk ekstrak membuat unsur ini
sempat menjadi primadona selama ribuan tahun.
Seiring dengan majunya teknologi dan ilmu pengetahuan akhirnya diketahui
bahaya yang mengancam dari unsur ini. Timbal apabila timbal terhirup atau
tertelan oleh manusia dan di dalam tubuh, ia akan beredar mengikuti aliran
darah, diserap kembali di dalam ginjal dan otak, dan disimpan di dalam tulang
dan gigi. Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan.
Salah satu penyebab kehadiran timbal adalah pencemaran udara. Yaitu akibat
kegiatan transportasi darat yang menghasilkan bahan pencemar seperti gas
CO3, NOx, hidrokarbon, SO2, dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam
timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas
rendah untuk menurunkan nilai oktan.
Melihat begitu berbahayanya unsur timbal maka uni Eropa membuat satu
kebijakan yang mempengaruhi industri khususnya elektronika di Eropa. Sejak
tahun 80an lead atau timbal menggantikan posisi timah putih mengingat
harganya yang lebih murah.
Regulasi Uni Eropa yang ditetapkan pada tahun 2006 yang mempersyaratkan
penggunaan material bebas lead pada produk elektronik. Penerapan aturan

tersebut secara langsung turut meningkatkan permintaan timah putih secara


global. Jenis logam timah tercatat lebih banyak digunakan untuk menggantikan
logam jenis lead untuk solder karena dunia usaha sebagai tindak lanjut
penerapan kebijakan baru Uni Eropa tersebut.
Pasca penerapan kebijakan dari uni Eropa tersebut beberapa tahun ini kebutuhan
timah terus meningkat. Peningkatan terbesar dalam permintaan timah baru-baru
ini adalah karena tekanan lingkungan yang meminta pabrik solder memangkas
kandungan lead pada solder, sehingga membuat kandungan timah dalam solder
meingkat dari 30% menjadi hampir 97% hal ini merupakan peningkatan
konsumsi yang besar. Sekarang ini perdagangan timah sedang naik daun dan
mengalami peningkatan lagi.
Hitungan secara pasti kandungan timah hitam pada solder memang tidak pasti.
Hal itu juga ditegaskan oleh Peter Kettle, seorang analis CRU Inggris,
mengatakan tidak ada angka pasti kandungan timah hitam pada solder namun
tampaknya regulasi Uni Eropa itu akan meningkatkan konsumsi timah putih
dunia sekitar 10% dalam tiga sampai empat tahun ke depan semenjak peraturan
tersebut ditetapkan.

Timah putih

Berdasarkan pembentukannya adadua macam tipe endapan timah putih, yaitu


placer, voin dan disseminated. Mineral utama placer adalah casiterite dihasilkan
dari pelapukan yang disertai konsentrasi mekanik. Oleh karena itu, umumnya
membentuk endapan timah putih alluvial dan allurial yang dikenal dengan
dengan endapan kulit dan kaksa. Dua per tiga hasil timah putih dunia berasal
dari endapan alluvial.
Voin dan disseminated terdiri atas mineral atannite dan kasiterite.
Terjadi bijih timah ini berhubungan dengan adanya intrusi batuan granitic. Bijihbijih primer terdiri dari urat-urat stannite dan kasiterit dan urat-urat kwarsa
kasiterit. Pemanfaatan timah putih di Indonesia, antara lain untuk pembuatan
kaleng, tube, pipa saluran, pembungkus rokok,mata peluru, dan solder. Timah
termasuk golongan bahan galian strategis atau bahan galian strategis atau
bahan golongan A.
Bauksit
Merupakan kelompok alumunium hidroksida. Mempunyai warna putih
atau kekuningan dalam keadaan murni, merah atau coklat apabila tercampur
(kontaminasi) oleh besi oksida atau bitumen. Bauksit relative sangat lunak,
mudah larut dalam air, mudah patah, dan tidak mudah terbakar. Bahan galian ini
terjadi dari proses pelapukan batuan induk yang erat kaitannya dengan
persebaran granit. Tambang bauksit ditemukan kali pertama di pulau bintan
pada tahun 1924 dan mulai melakukan ekspor pada tahun 1935.

http://www.ingintahu.web.id/2011/07/besilogam.html

Anda mungkin juga menyukai