Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kebutuhan informasi yang lengkap dan berkualitas dalam berbagai bentuk

sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu informasi


yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan dari suatu
entitas ekonomi. Informasi dalam laporan keuangan menyajikan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan.
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah
organisasi. Menurut Soemarsono (2004:34) Laporan keuangan adalah laporan
yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan,
mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Menurut PSAK No.1
Paragraf ke 7 (Revisi 2009), Laporan keuangan adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Sedangkan
Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), Tujuan laporan keuangan
adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan
arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan
hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.

Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah


informasi mengenai laba perusahaan. Menurut Statement Of Financial Accounting
Concept (SFAC) No.1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir
kinerja atas pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga
membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earning power perusahaan
dimasa yang akan datang. Namun, informasi laba tidak selamanya akurat.
Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target
rekayasa melalui tindakan oportunitis manajemen untuk memaksimumkan
kepuasannya dan dapat merugikan pemegang saham dan investor. Tindakan
oportunitis tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu,
sehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan maupun diturunkan sesuai
dengan keinginannya. Laba yang dihasilkan perusahaan yang sering digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan, dimana laba tersebut diukur dengan dasar
akrual.
Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih
rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil.
Akuntansi berbasis akrual mempunyai keunggulan bahwa informasi laba
perusahaan dan pengukuran komponennya berdasarkan akuntansi akrual secara
umum memberikan indikasi lebih baik tentang kinerja ekonomi perusahaan
daripada informasi yang dihasilkan dari aspek penerimaan dan pengeluaran kas
terkini (FASB,1978). Namun, akuntansi akrual juga memiliki kelemahan.
Penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaaan kepada pihak
manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari

aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang
secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan
sebutan manajemen laba atau earning management.
Badruzaman (2010) mendefinisikan manajemen laba adalah suatu cara
yang ditempuh manajemen dalam mengelola perusahaan melalui pemilihan
kebijakan akuntansi tertentu dengan tujuan untuk meningkatan laba bersih dan
nilai perusahaan sesuai dengan harapan manajemen.
Manajemen laba muncul karena adanya konflik keagenan. Masalah agensi
(Agency Theory) telah menarik perhatian yang sangat besar dari para peneliti di
bidang akuntansi keuangan (Fuad, 2005). Masalah agensi timbul karena adanya
konflik kepentingan antara shareholders dan manajer, karena tidak bertemunya
utilitas yang maksimal antara mereka. Sebagai agent, manajer secara moral
bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal),
namun sisi lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan
kesejahteraan mereka. Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu
bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976 dalam
Sunarto, 2008).
Menurut Irma Tyasari (2009), sampai saat ini manajemen laba merupakan
area yang paling kontroversial dalam akuntansi keuangan. Pihak yang kontra
terhadap manajemen laba seperti investor, berpendapat bahwa manajemen laba
merupakan pengurangan keandalan informasi laporan keuangan sehingga dapat
menyesatkan dalam pengambilan keputusan. Di lain sisi pihak pro terhadap
manajemen laba seperti manajer, menganggap bahwa manajemen laba merupakan

hak

yang

fleksibel

untuk

melindungi

mereka

dan

perusahaan

dalam

mengantisipasi kejadian yang tidak terduga.


Fenomena adanya praktik manajemen laba yang terjadi di pasar modal
Indonesia, khususnya pada emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia terjadi
pada PT. Indofarma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam (Badan
Pengawas Pasar Modal, 2004) terhadap PT. Indofarma Tbk., ditemukan bukti
bahwa nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya
dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001
sebesar Rp 28,87 miliar. Akibatnya penyajian terlalu tinggi (overstated)
persediaan sebesar Rp 28,87 miliar, harga pokok penjualan disajikan terlalu
rendah (understated) sebesar Rp 28,8 miliar dan laba bersih disajikan terlalu
tinggi (overstated) dengan nilai yang sama (www.bapepam.go.id).
Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul karena
adanya suatu kontrak yang dilakukan oleh satu orang atau lebih principal yang
mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Manajer
sebagai pihak pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal
dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik. Oleh
karena itu, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan yang sesungguhnya kepada pemilik. Akan tetapi, informasi yang
disampaikan
sesungguhnya.

terkadang

tidak

sesuai

Ketidakseimbangan

dengan

penguasaan

kondisi

perusahaan

informasi

akan

yang

memicu

munculnya suatu kondisi yang disebut asimetri informasi (information asymetry).

Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki


akses informasi yang lebih banyak mengenai prospek perusahaan yang tidak
dimiliki oleh pihak eksternal perusahaan.

Keberadaan asimetri informasi

dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Richardson (1998) dalam


Rahmawati dkk. (2007) berpendapat bahwa terdapat hubungan yang sistematis
antara tingkat asimetri informasi dengan tingkat manajemen laba. Adanya asimetri
akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya
terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer.
Fleksibilitas manajemen untuk memanajemenkan laba dapat dikurangi dengan
menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan
keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba.
Selain asimetri informasi, profitabilitas dianggap sebagai penyebab
manajemen laba. Profitabilitas merupakan salah satu indikator penting yang dapat
digunakan untuk menilai suatu perusahaan. Tingkat profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan,
total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas selain digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk
mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
Semakin tinggi profitabilitas maka kinerja suatu perusahaan itu akan baik. Oleh
karena itu, tingkat profitabilitas dianggap sebagai faktor penyebab timbulnya
praktik manajemen laba.
Selain asimetri informasi dan profitabilitas, faktor lainnya yang dianggap
dapat memicu praktik manajemen laba adalah ukuran perusahaan. Ukuran

perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan.


Terdapat berbagai proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran
perusahaan, yaitu jumlah karyawan, total aset, jumlah penjualan dan kapitalisasi
pasar. Semakin besar perusahaan dan luasan usahanya mengakibatkan pemilik
tidak bisa mengelola sendiri perusahaannya secara langsung. Hal inilah yang
memicu munculnya masalah keagenan. Perusahaan yang berukuran besar
memiliki kecenderungan melakukan tindakan manajemen laba lebih kecil
dibandingkan perusahaan yang ukurannya lebih kecil. Hal ini dikarenakan
perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar.
Sehingga perusahaan besar mendapatkan tekanan yang lebih kuat untuk
menyajikan keuangan yang kredible (Andiany Indra, 2011).
Penelitian Desmiyawati, dkk (2009) meneliti pengaruh asimetri informasi
dan ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 2006,
menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen
laba. Berbeda dengan hasil penelitian Anis, Rahmawati dan Yacob (2007) yang
menyimpulkan bahwa asimetri indormasi tidak mempengaruhi hubungan antara
kebijakan multipapan dan manajemen laba.
Penelitian Nuryaman (2008) menemukan hubungan signifikan antara
ukuran perusahaan dengan praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Namun sebaliknya, Nasution dan
Setiawan (2007) dengan sampel perusahaan perbankan tidak menemukan adanya
pengaruh signifikan dari ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.

Pada penelitian sebelumnya terdapat perbedaan hasil penelitian (research


gap) sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai praktik manajemen laba pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti hendak melakukan
penelitian mengenai pengaruh asimetri informasi dan ukuran perusahaan serta
menambahkan profitabilitas sebagai variabel independen untuk membedakan
dengan penelitian sebelumnya dan manajemen laba sebagai variabel dependen.
Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul :
PENGARUH

ASIMETRI

INFORMASI,

PROFITABILITAS

DAN

UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT


(Survey Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2014).
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka masalah yang

timbul adalah tinggi dan/atau rendahnya tingkat earnings management yang


dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah asimetri informasi berpengaruh terhadap earnings management
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2014 ?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap earnings management pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2014?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap earnings management


pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2014?
4. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara asimetri informasi,
profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap earnings management pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2014?
1.3
1.3.1

Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, memperoleh data

maupun informasi yang relevan mengenai pengaruh asimetri informasi,


profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap earnings management dan membuat
kesimpulan dari hasil penelitian serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh ujian sarjana pada Universitas Widyatama (Survey pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014).
1.3.2

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris

mengenai :
1. Pengaruh asimetri informasi terhadap earnings management pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2014.
2. Pengaruh profitabilitas terhadap earnings management pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014.
3. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap earnings management pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2014.

4. Pengaruh asimetri, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap earnings


management secara simultan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014.
1.4

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat dan

relevan serta dapat bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut :


1. Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengembangkan

wawasan

di

bidang

akuntansi

keuangan

dan
serta

memperoleh pemahaman lebih mendalam dari teori yang telah diperoleh


dengan kenyataan yang terjadi, khususnya yang berkaitan dengan
pengaruh asimetri informasi, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap
earnings management. Penelitian ini juga bermanfaat untuk memenuhi
salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat sarjana pada Fakultas
Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Widyatama.
2. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam membuat
laporan keuangan sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga informasi yang
diberikan perusahaan tidak menyesatkan dalam pengambilan keputusan
bagi pihak-pihak berkepentingan.
3. Investor
Penelitian ini diharapkan berguna

sebagai

dasar

masukan

dan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi saham, terutama


dalam menilai kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
4. Pengelola Pasar Modal
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan
mengenai sejauh mana asimetri informasi, profitabilitas dan ukuran
perusahaan mempengaruhi earnings management sehingga dapat dijadikan

sebagai salah satu acuan untuk mendorong perusahaan agar menyajikan


informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar.
1.5

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014 yang dipublikasikan melalui situs


internet yaitu www.idx.co.id dan Indonesia Capital Market Directory selama dua
tahun yaitu mulai tahun 2013 sampai dengan 2014. Data sekunder bersumber dari
Pojok Bursa Universitas Widyatama.
1.6
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.6.1 Kerangka Pemikiran
1.6.1.1 Hubungan Asimetri Informasi Terhadap Earnings Management
Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana ada ketidakseimbangan
perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan
pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna
informasi. Asimetri informasi timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan pemegang saham
dan stakeholder lainnya (Anis, Rahmawati dan Yacob, 2007).
Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai focus (titik temu)
hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen
perusahaan (agent) dan berusaha memberi suatu pemahaman perilaku
organisasional dengan mengungkapkan bagaimana pihak-pihak yang terlibat
dalam hubungan keagenan dalam perusahaan berusaha untuk memaksimumkan
utilitas usaha mereka. Usaha memaksimumkan utilitas ini mendorong timbulnya
konflik kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent), karena
setiap pihak berusaha memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan
psikologisnya melalui kontrak kompensasi.

Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan


informasi yang tidak sebenarnya, terutama jika informasi tersebut berkaitan
dengan pengukuran kinerja manajer.
Richardson (1998) dalam Rahmawati dkk. (2007) berpendapat bahwa
terdapat hubungan yang sistematis antara tingkat asimetri informasi dengan
tingkat manajemen laba. Ia menemukan bukti bahwa semakin besar asimetri
informasi antara manajer dan pemegang saham, perusahaan cenderung untuk
melakukan manajemen laba. Sebab, ketika asimetri informasi tinggi, stakeholder
tidak memiliki sumber daya yang cukup atas informasi yang relevan dalam
memonitor tindakan manajer sehingga akan memunculkan praktik manajemen
laba. Dengan demikian, jika tidak ada asimetri informasi maka manajer tidak
dapat mudah melakukan manajemen laba.
Sejalan dengan penelitian Anis, Rahmawati dan Yacob (2007) serta Julia,
Carmel, dan Rudolf (2005) yang menemukan hubungan positif yang signifikan
antara asimetri informasi dan manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa makin
tinggi kondisi informasi asimetri makin tinggi peluang yang dimiliki manajer
untuk melakukan tindakan earnings manajemen. Fleksibilitas manajemen untuk
memanajemenkan laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih
berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan
tingkat manajemen laba.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
H1

: Terdapat pengaruh yang positif signifikan antara tingkat asimetri


informasi dengan earnings management.

1.6.1.2 Hubungan Profitabilitas Terhadap Earnings Management


Tingkat profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Tingkat
profitabilitas suatu perusahaan memberikan harapan bagi pihak internal maupun
eksternal dalam menilai kinerja perusahaan untuk menunjukkan keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dimasa yang akan datang.
Carlson dan Bathala (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
tingkat profitabilitas perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi tindakan
pengelolaan laba yang dilakukan oleh manajemen, karena sesuai dengan hipotesa
biaya

politik

bahwa

tingkat

profitabilitas

yang

semakin

tinggi

akan

mengakibatkan tingginya harapan dari regulator dan masyarakat kepada


perusahaan tersebut untuk memberikan kompensasi kepada mereka berupa
pembayaran pajak kepada regulator dan program sosial kepada masyarakat.
Profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam
mengelola sumber daya yang dimiliki. Semakin tinggi profitabilitas maka kinerja
suatu perusahaan itu akan baik. Oleh karena itu, tingkat profitabilitas dianggap
sebagai faktor penyebab timbulnya praktik manajemen laba.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
H1

: Terdapat pengaruh yang positif signifikan antara tingkat profitabilitas


dengan earnings management.

1.6.1.3 Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Earnings Management


Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan. Semakin besar perusahaan dan luasan usahanya mengakibatkan
pemilik tidak bisa mengelola sendiri perusahaannya secara langsung. Hal inilah
yang memicu munculnya masalah keagenan. Perusahaan yang berukuran besar
memiliki kecenderungan melakukan tindakan manajemen laba lebih kecil
dibandingkan perusahaan yang ukurannya lebih kecil karena perusahaan besar
dipandang lebih kritis oleh pihak luar, baik oleh investor, kreditor, pemerintah
maupun masyarakat.
Ukuran perusahaan diduga mampu mempengaruhi besaran pengelolaan
laba perusahaan, dimana jika pengelolaan laba tersebut opotunitis maka semakin
besar perusahaan semakin kecil pengelolaan laba (berhubungan negatif) tapi jika
pengelolaan laba efisien maka semakin besar ukuran perusahaan semakin tinggi
pengelolaan labanya (berhubungan positif) (Silvia dan Siddharta, 2005).
Veronica dan Utama (2005) menemukan bukti adanya pengaruh negatif
antara ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Hasil serupa juga
dikemukakan oleh Nuryaman (2008) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan yang besar dapat mengurangi praktik manajemen laba.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
H1

: Terdapat pengaruh yang negatif signifikan antara tingkat profitabilitas


dengan earnings management.

1.6.1.4 Hubungan Asimetri Informasi, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan


Terhadap Earnings Management
Adanya asimetri informasi dapat menyebabkan kesenjangan kepentingan
antara manajer dengan pemegang saham ketika manajer lebih mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemegang saham atau stakeholders lainnya. Asimetri informasi
merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi yang lebih
banyak mengenai prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak eksternal
perusahaan.
Teori keagenan (Agency Theory) mengimplikasikan adanya asimetri
informasi antara manajer untuk melakukan manajemen laba yang bertujuan
bertindak opportunistic yaitu memaksimalkan keuntungan pribadi. Keberadaan
asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Richardson
(1998) dalam Rahmawati dkk. (2007) berpendapat bahwa terdapat hubungan yang
sistematis antara tingkat asimetri informasi dengan tingkat manajemen laba.
Adanya asimetri akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja
manajer.
Selain asimetri informasi, profitabilitas dianggap sebagai penyebab
manajemen laba. Profitabilitas merupakan salah satu indikator penting yang dapat
digunakan untuk menilai suatu perusahaan. Tingkat profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan,
total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas selain digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk


mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
Semakin tinggi profitabilitas maka kinerja suatu perusahaan itu akan baik. Oleh
karena itu, tingkat profitabilitas dianggap sebagai faktor penyebab timbulnya
praktik manajemen laba.
Selain asimetri informasi dan profitabilitas, faktor lainnya yang dianggap
dapat memicu praktik manajemen laba adalah ukuran perusahaan. Ukuran
perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan.
Terdapat berbagai proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran
perusahaan, yaitu jumlah karyawan, total aset, jumlah penjualan dan kapitalisasi
pasar. Semakin besar perusahaan dan luasan usahanya mengakibatkan pemilik
tidak bisa mengelola sendiri perusahaannya secara langsung. Hal inilah yang
memicu munculnya masalah keagenan. Perusahaan yang berukuran besar
memiliki kecenderungan melakukan tindakan manajemen laba lebih kecil
dibandingkan perusahaan yang ukurannya lebih kecil. Hal ini dikarenakan
perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar.
Sehingga perusahaan besar mendapatkan tekanan yang lebih kuat untuk
menyajikan keuangan yang kredible (Andiany Indra, 2011).
Berdasarkan analisis di atas, maka peneliti menduga adanya pengaruh
antara asimetri informasi, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap Earnings
Managemen t. Oleh karena itu, peneliti membuat hipotesis sebagai berikut :
H1

: Terdapat pengaruh yang signifikan antara asimetri informasi,


profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap earnings management.

Hubungan teoritis antara variabel-variabel terkait yaitu asimetri informasi,


profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran Teoritis

Asimetri Informasi (X1)

Profitabilitas

Earnings Management (Y)

(X2)

Ukuran Perusahaan (X3)

1.6.2

Hipotesis Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh asimetri informasi,

profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap earnings management. Hipotesis


yang diajukan oleh peneliti sebagai berikut :
H1
: asimetri informasi secara parsial berpengaruh signifikan positif
H2

terhadap earnings management.


: profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan positif

H3

terhadap earnings management.


: ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan positif

H4

terhadap earnings management.


: asimetri informasi, profitabilitas dan ukuran perusahaan secara
simultan

berpengaruh

management.
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Metodologi Penelitian

signifikan

positif

terhadap

earnings

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengumpulkan data serta


informasi yang relevan dengan masalah yang menjadi bahasan dalam penelitian
ini. Peneliti menggunakan metode penelitian explanatory. Menurut Sugiyono
(2005:10) Metode explanatory adalah suatu metode penelitian yang bermaksud
menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan kausal
antara variabel yang satu dengan yang lain melalui pengujian hipotesis.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik model regresi berganda. Pengujian ini dilakukan untuk mengukur
besarnya pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependennya.
1.7.2

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri

dari :
1. Pengumpulan Data Sekunder
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data-data sekunder
yang diperoleh melalui situs internet www.idx.co.id yaitu berupa laporan
keuangan perusahaan dan Indonesia Capital Market Directory selama dua
tahun yaitu mulai tahun 2013 sampai dengan 2014. Penelitian ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari serta menelaah data
sekunder yang berhubungan.
2. Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data kepustakaan
dengan cara mempelajari, mengkaji, dan menelaah literatur-literatur yang
berkaitan dengan masalah

yang diteliti berupa buku, jurnal maupun

makalah yang berkaitan dengan penelitian. Kegunaan penelitian


kepustakaan adalah untuk memperoleh dasar-dasar teori yang dapat

digunakan sebagai landasan teoritis dalam menganalisis masalah yang


diteliti sebagai pedoman untuk melakukan studi dalam penelitian
dilapangan.
1.7.3

Populasi dan Sampel


Menurut Sugiyono, pengertian populasi adalah :
Wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam
lainnya. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada objek atau
subjek yang dipelajari, tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh
objek atau subjek tersebut.
Populasi dari penelitian ini adalah organisasi dengan atributnya yaitu
perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2014.
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut dan sampel yang diambil dari populasi diharapkan
betul-betul representatif atau mewakili populasi. Kesimpulan yang ditarik dari
sampel

akan

mampu

diberlakukan

untuk

keseluruhan

populasi

(Sugiyono,2005:78). Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian


ini adalah metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005:78). Pemilihan sampel berdasarkan
pertimbangan merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang
umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian.

Beberapa Kriteria sampel yang harus dipenuhi dalam pemilihan sampel


penelitian:
1. Perusahaan yang bergerak dalam sektor industri manufaktur dan listing
atau yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014.
Sektor manufaktur dipilih karena sektor ini memiliki jumlah
perusahaan yang terdaftar di BEI paling banyak dibandingkan dengan
sektor lainnya. Pertimbangan lain sektor manufaktur dipilih karena
untuk menghindari adanya industrial effect yaitu risiko industri yang
berbeda antara suatu sektor industriyang satu dengan yang lain.
2. Perusahaan tidak keluar (delisting) dari Bursa Efek Indonesia selama
periode pengamatan (2013-2014).
Pemilihan rentang waktu bertujuan agar peneliti hanya berfokus pada
rentang waktu tersebut sehingga hasil yang akan diperoleh akan
maksimal.
3. Perusahaan memiliki dan mengeluarkan laporan keuangan dan laporan
tahunan

pada

periode

2013-2014

yang

telah

diaudit

dan

dipublikasikan.
4. Laporan keuangan disajikan dalam satuan mata uang Rupiah.
5. Perusahaan memiliki data lengkap mengenai asimetri informasi,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan data yang diperlukan untuk
mendeteksi earnings management.

Anda mungkin juga menyukai