Anda di halaman 1dari 32

Definisi

Cerebral palsy (CP) sindroma klinik yang


merupakan hasil dari lesi statis otak yang tidak
matang yang berpengaruh terutama pada pergerakan
dan sikap seorang anak

CP suatu kelompok non-progresif, tetapi


terkadang berubah dari sindrom kelemahan motorik
yang terjadi pada tahap awal perkembangan otak
(1992, Mutch dkk)

CP memfokuskan pada pandangan yang lebih luas


dari keterbatasan aktivitas dan disabilitas (2004,
International Workshop)

Cerebral palsy suatu kelompok


kelainan perkembangan dari gerakan
dan
sikap
yang
mengakibatkan
keterbatasan aktivitas, bercirikan pada
suatu gangguan perkembangan non
progresif
yang
terjadi
pada
perkembangan otak fetal atau bayi.
Kelainan motorik dari cerebral palsy
biasa diikuti dengan gangguan sensasi,
kognisi, komunikasi, persepsi dan atau
tingkah laku, dan atau kejang.
1

continued

Kriteria umum yang diterima untuk menentukan otak yang tidak


matang:

usia < 4 tahun

anak yang mengalami lesi statis (trauma otak, meningitis)

Tingkat keparahannya ditentukan sesuai dengan tingkat keparahan


penyebab yang terkait

dianggap sesuai
dengan definisi CP

Klasifikasi neurologis

1.

Spastik pyramidal

2.

diskinetik extrapiramidal

3.

campuran

1. Spastik

Merupakan kontraksi involunter dari otot pada


ekstremitas yang dapat menjadi scissor gait
(addukti hiperekstensi lutut, dan fleksi plantar
pada ekstremitas bawah)

Monoplegia Diplegia Triplegia Quadriplegia


-Hemiplegia

2. Diskinetik (Athetoid)

Dikarakteristikkan sebagai gerakan involunter


seperti menggeliat yang bisa diikuti dengan
wajah yang meringis, gerakan lidah yang tidak
beraturan.

CP Diskinetik
(Athetoid)

scissor gait
3. Campuran

Etiologi dan Faktor Risiko


1. Prenatal

perventricular leukomacia, dengan atau tanpa perdarahan atau infark


perventrikuler (pada bayi prematur)

2. Perinatal

Iskemik, anoxia, infeksi (korioamnionitis)

3. Post natal
.

Efek iatrogenik obat-obatan (steroid)

Sering dijumpai pada:


.

Kehamilan multipel, thrombophilia ibu dan anak

Cidera kepala atau bentuk lain dari cidera otak atau infeksi yang terjadi pada
satu bulan pertama dari kehidupan juga dapat menyebabkan cerebral palsy.

continued

Lesi neurologisnya nonprogresif

Penurunan fungsi umumnya muncul seiring dengan penuaan karena spastisitas otot
mengikuti pertumbuhan memburuknya kontraktur nyeri sendi kronik

Prognosis:

95% anak dengan diplegia dan 75% dari anak dengan quadripelgia dapat hidup sampai
usia 30 tahun

Kurangnya kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari (mobilitas dan makan) dianggap


menjadi salah satu faktor penting dari berkurangnya harapan hidup sampai kurang
lebih usia 11 tahun pada kondisi yang parah

Suatu penelitian menunjukkan bahwa kematian pada pasien CP biasa diakibatkan


oleh penyakit jantung iskemik, kanker, dan stroke

Penanganan komprehensif pada pasien CP dewasa sangatlah kompleks dan


membutuhkan pegawasan dan evaluasi dari tim multidisiplin yang terdirik dari dokter,
terapis, psikologi dan pekerja sosial

Gejala

Beragam tergantung dari tingkat keparahan dan durasinya

Suatu penelitian potong lintang dari 63 pasien CP dewasa berusia 20-74 tahun, menunjukkan
angka kejadian:

retardasi mental (34%)

gangguan belajar (26%)

kejang (40%)

nyeri (84%)

deformitas pinggul dan tulang belakang (59%)

gangguan pencernaan ( 56%)

gangguan berkemih (49%)

kesehatan oral yang jelek (43%)

gastroesofageal refluks (28%)

Pada bayi kelemahan otot atau turunnya spastisitas dari otot, keterlambatan
perkembangan, gangguan bicara, gangguan miksi dan BAB, kejang, sulit tidur dan tremor
pada tangan

Gejala Muskuloskeletal dan Nyeri

Berupa distonia atau spastisitas sekunder

Pasien CP anak nyeri mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan seperti bangun dari
tempat tidur

Pasien CP dewasa nyeri, kelelahan,dan sulitnya beradaptasi dengan aktivitas fisik

Manifestasi klinik yang biasa ada termasuk diantaranya:

nyeri leher

low back pain

deformitas tulang belakang

nyeri pinggul

nyeri lutut

hilangnya ROM pada ektremitas bawah

Gejala Neurologis

Sangatlah sulit untuk segera menegakkan diagnosis cerebral palsy berdasarkan


temuan neurologis

Perbandingan status neurologis pada bayi dari lahir hingga usia 7 tahun 23%
anak dengan CP pada usia 7 tahun mempunyai defisit neurologis saat lahir

Gejalanya bisa berupa:

spastisitas

kelemahan dan penurunan dari fungsi ekstremitas atas

gangguan penglihatan terjadi pada 25%-39% pasien dewasa

gangguan pendengaran 18%

semakin parah seiring


dengan
bertambahnya usia

Tidur

Pasien dengan cerebral palsy sangatlah mudah mengalami gangguan tidur

Gejala penyerta lain seperti spasme otot, nyeri, dan epilepsi dan faktorfaktor eksternal lainnya dapat menyebabkan gangguan tidur

Kebutaan dan gangguan penglihatan berat, yang bisa ada secara bersamaan
dengan cerebral palsy juga dapat mengganggu pola tidur karena berpengaruh
terdapat sekresi melatonin, dan persepsi cahaya

Hal-hal lain seperti gastoesofageal refluks dan aspirasi juga bisa menggangu
tidur

Gejala Kardiopulmonal

Gejalanya

sesak nafas, irritabilitas dan pucat yang bisa juga menjadi

gambaran dari iskemia jantung

Bengkak, dingin, dan pucat pada ekstremitas bawah biasa tampak pada
pasien yang tidak membutuhkan rawat jalan

Gastroesofageal refluks kronik juga bisa merupakan gejala dari pneumonia


aspirasi

Gejala Gastrointestinal dan Nutrisional

Kesulitan makan biasa ditemukan pada individu dengan defisit neurologis yang
berat

Gangguan makan yang disebabkan disfagia malnutrisi

Konstipasi, diverticula dan hemorhoid juga seiring terjadi, begitu juga dengan
kesehatan gigi dan mulut karena kesulitan untuk menjaga oral hygine

Gangguan Miksi

Jarang terjadi pada anak-anak

Gangguan miksi berupa frekuensi miksi yang bertambah dengan urin yang
sedikit sebagai akibat dari kandung kemih yang hipotonus dan membesar

Infeksi saluran kemih, refluks, dan spstik atau flaksid atau disinergi kandung
kemih juga sering terjadi

Inkontinensia uri pada siang hari merupakan gejala yang paling seiring muncul
pada suatu penelitian

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa anak-anak dengan cerebral palsy baru


bisa mengendalikan keinginan untuk berkemih lebih tua dari pada anak normal

Gejala Psikososial

Dengan berbagai gejala yang menyertainya cerebral palsy biasa berujung


pada isolasi sosial dan perasaan malu baik pada orang tua maupun si anak itu
sendiri

Depresi biasanya menjadi akibat dari isolasi sosial

Nyeri juga bisa menjadi penyebab dari stress psikososial, termasuk depresi

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan muskuloskeltal umum ROM baik pasif maupun aktif

Pemerisaan fisik yang spesifik seperti abduksi pinggul, dengan fleksi lutut dan
dengan lutut ekstensi; test thomas ketika pasien pada posisi supinasi dengan
lutut ekstensi, ekstensi lutut dengan fleksi pinggul dan dorsifleksi ankle dengan
lutut fleksi dan ekstensi

Pinggul harus diperiksa simetris dari abduksi dan ekternal dan internal rotasi

Pada pemerisaan biasa ditemukan ketidak simetrisan dan adanya tanda galeazzi

Pemeriksaan tulang punggung juga penting untuk menilai skoliosis

...continued

Pemeriksaan pada kaki sangat rumit, dan kelainan struktural sering terjadi,
termasuk pes planus dan pronasi dengan bantalan berat. Valgus dan varus
yang parah juga biasa terjadi

Test kekuatan sangatlah penting untuk dilakukan untuk mengevaluasi pasien


dengan cerebral palsy dan bisa menujukkan adanya kelemahan otot

Tonus dan spastisitas harus dievaluasi untuk membedakan apakah


keterbatasan yang dialami merupakan akibat dari kelainan jaringan motorik

Beberapa anak masih mempunyai refleks primitif seperti tonic neck refleks

Pemeriksaan kulit terjadi ulcer

Observasi gait juga merupakan pemeriksaan cerebral palsy yang penting


karena dapat menentukan terapi rehabilitasi yang dibutuhkan

continued

Dikarenakan disabilitas serta kecacatan penilaian terhadap efek psikologis


merupakan suatu hal yang sangat penting

Respon >5 dari skrining SIGECAPS: kesulitan tidur, kehilangan minat, perasaan
bersalah, penurunan energi, konsentrasi, nafsu makan, gejala psikomotorik, atau
pemikiran bunuh diri) berhubungan dengan depresi

Penilaian lain adalah kemampuan anak dalam rutinitas atau kegiatan sehari-hari

The Gross Motor Function Classification System (GMFCS) menstandarisasikan


metode yang telah ada perihal klasifikasi tingkat fungsi motorik kasar

Fungsi motorik dibagi dalam 5 tingkatan; level 1 merupakan level fungsional tertinggi
sedangkan level 5 merupakan level fungsional terendah.

Dalam suatu penelitian, level atau tingkatan dari GMFCS dikatakan memiliki korelasi
antara 3 gangguan atau kecacatan pada pasien cerebral palsy, yaitu disabilitas dalam
pembelajaran, gangguan visual, dan epilepsi. GMFCS juga dapat digunakan sebagai
indikator total disabilty load.

continued

Sistem klasifikasi lain the Manual Ability Classification System

Sistem penilain ini digunakan untuk mengklasifikasikan bagaimana anak-anak


menggunakan tangan mereka untuk memegang barang atau objek dalam
rutinitas sehari-hari mereka

Peranan yang baik antara orang tua maupun terapis terhadap perkembangan
motorik anak juga sangat diperlukan untuk meningktakan fungsi motoriknya

Keterbatasan Fungsional

40% rawat inap, 40% membutuhkan asisten dan bantuan, 20% rawat jalan;
sebanyak satu pertiga pasien cerebral palsy dewasa tinggal di rumah

Kegiatan rekreasional dan hobi terbatas akibat gangguan kognitif dan fisik

Gangguan atau kecacatan kurangnya kepercayaan diri dan interaksi social

Cara terbaik mengidentifikasi suatu keterbatasan yaitu tergantung dengan


kecepatan perkembangan motorik motor quotient (usia motorik/usia
kronologis; yang ditentukan berdasarkan the best motor milestone performance

Suatu motor quotient < 0,5 pada usia 8 bulan dapat memprediksi adanya suatu
keterlambatan dalam berjalan. Sensitivitas 87% dan spesifisitas 89%

Namun, sistem ini tidak dapat diaplikasikan pada pasien berusia < 6 bulan

continued

Penilaian objektif lainnya yang dianggap sensitif dan spesifik penilain


terhadap video meliputi gerakan-gerakan umum spontan pada usia minggu
atau bulan-bulan pertama dari kehidupan anak

Dari 84 bayi preterm, terlihat adanya suatu abnormalitas pada gerakan umum
atau dasar dalam 16-20 minggu pertama kehidupan post term dapat
memprediksi adanya suatu cerebral palsy pada usia 2-3 tahun, dengan
sensitifitas 100% dan spesifisitas 92,5%-100%.

Pemeriksaan Diagnostik
Sistem Muskuloskeletal

Hasil radiologis dari nyeri sendi mengindikasikan suatu osteoartritis, serta


dapat membantu untuk mengidentifikasi adanya kelainan tulang maupun
fraktur tulang, dan kelainan lain seperti subluksasi panggul

MRI tulang servikal dapat dilakukan ketika adanya suatu gejala neurologis
baru terutama pada pasien atetotik

Analisis gait membantu mengklasifikasikan faktor-faktor tertentu


(ketidakteraturan posisi tulang) yang beruhubungan dengan fungsi otot
terapi untuk otot yang terlalu pendek dan lemah

Cara ini telah dibuktikan sangat membantu sebagai petunjuk dalam proses
operatif dan rehabilitatif pada pasien pediatrik dengan cerebral palsy,
namun kegunaannya pada pasien dewasa belum banyak dilaporkan

continued
Sistem Neurologis

Tomografi dan MRI beberapa gangguan atau cedera otak yang berhubungan
dengan cerebral palsy dapat diidentifikasi dengan mudah, termasuk malformasi
otak, cedera otak hipoksik-iskemik, infark arteri, dan cedera periventrikular
substansia alba

Ultrasonografi (USG) otak atau kranial memiliki hubungan dengan temuan


neuropatologi seperti perdarahan dan kista periventricular leukomalacia

Bayi berat lahir rendah (BBLR) pemeriksaan ultrasonografi untuk mendeteksi


adanya perdarahan intraventrikular, kista periventricular leukomalacia, serta
pembesaran ventrikel

MRI dapat mendeteksi kelainan di basal ganglia dan thalamus pada usia 2-8 hari

Pemeriksaan diagnosis elektrik seperti electromypgraphy dan tes konduksi saraf


juga diindikasikan pada kasus-kasus defisit neurologis fokal

Hasil dari tes IQ yang menunjukkan adanya keterbatasan pada motorik halus perlu
diperhatikan karena mayoritas pasien cerebral palsy juga menunjukkan defisit
kemampuan motorik halus

continued
Sistem Kardiopulmonal

Penggunaan elektrokardiografi (EKG) dan stress testing dapat diindikasikan ketika


adanya disfungsi jantung

Sistem Gastrointestinal

Pencitraan traktus gastrointestinal bagian atas, pemeriksaan kontras pH probe,


dan pemeriksaan pengosongan lambung dapat dilakukan pada pasien dengan
gejala aspirasi pneumonia

Sistem Urinarius

Tes urodinamik dapat membedakan pola upper motor neuron (UMN) dan lower
motor neuron (LMN) dengan disfungsi kandung kamih serta membantu penanganan
terapi yang dibutuhkan.

Tatalaksana
Tahap Awal (Inisiasi)

Tujuan mempertahankan fungsi dan meminimalisasir nyeri

Metode tradisional dalam terapi gejala muskuloskeletal seperti penggunaan obat


NSAID, analgetik, kompres air es pasien cerebral palsy dewasa

Terapi awal kontraktur meliputi (pengurangan spastisitas dengan obat-obatan oral


atau injeksi, serta aplikasi dari low-load prolonged stretch dengan serial casting
atau splinting dinamis)

Terapi panas maupun ultrasound (US) juga dapat membantu dalam program
stretching

Edukasi pada orang tua, anggota keluarga, dan wali memiliki peranan yang sangat
penting

continued
Rehabilitasi

Rehabilitasi memainkan peran penting


mendapatkan kembali fungsi-fungsi tubuh.

Layanan rehabilitasi:
-Terapi fisik
-Terapi okupasi
-Terapi bahasa dan bicara

dalam

membantu

mereka

continued
A. Terapi Fisik

Salah satu bagian penting dari terapi fisik adalah latihan kekuatan, terutama
dalam untuk memperbaiki kemampuan berjalan (gait)

Latihan kekuatan perbaikan dalam kecepatan berjalan, kekuatan aktivitas


motorik dan tidak ada efek samping

Peregangan pasif teknik lain yang dapat digunakan pada pasien dengan
cerebral palsy membantu kekakuan jaringan lunak yang diderita

Pemanasan superficial dan dalam selama peregangan merileksasikan tonus


dan memungkinkan perpanjangan lebih permanen dari unit musculotendinous

Alat bantu ekstremitas bawah mengatasi keterbatasan biomekanik dan


keselarasan bersama untuk membantu fungsi

continued
b. Terapi Okupasi

Terapi okupasi membantu kegiatan sehari-hari, seperti berpakaian, berdandan,


dan memegang benda-benda tertentu (sendok ergonomis)

Pada orang dewasa, terapi dapat lebih fokus pada pelatihan kejuruan atau kegiatan
dasar, seperti belanja dan memasak

Alat-alat bantu yang disediakan harus dipertimbangkan untuk akses masyarakat


(yaitu, walkers dan kursi roda untuk mobilitas)

c. Terapi Bahasa dan Bicara

Terapis bahasa dan wicara serta penyedia peralatan augmentatif sangat penting
dalam membantu pasien memaksimalkan kemampuan berkomunikasinya.

continued
Prosedural

Suntikan sendi dan jaringan lunak (misalnya trigger point injection)


mengelola rasa sakit dan meningkatkan fungsi

Blok fenol dan suntikan toksin botulinum mengelola kelenturan dan


mencegah atau memperbaiki kontraktur dalam kombinasi dengan
peregangan beban rendah berkepanjangan, seperti yang disediakan oleh
serial casting dan dynamic splinting

Toksin botulinum membantu pasien dengan sialorrhea, terutama


ketika disuntikkan ke dalam kelenjar paratoid dan submandibular, yang
dapat menyebabkan peningkatan kualitas hidup

continued
Operasi

Pembedahan dapat menjadi pilihan bagi pasien dengan osteoathritis kronis


yang membatasi fungsi tubuh atau menyebabkan rasa sakit

Kontraktur akibat berdiri lama mungkin tidak respon dengan tindakan


konservatif, dan rujukan ke ahli bedah ortopedi untuk tindakan bedah
sering diperlukan (yaitu, pinggul fleksor, adduktor hip, hamstring, dan
pemanjangan tendon Achilles)

Prosedur ini dapat membantu kondisi seperti hip subluxation dan


deformitas equinus ankle spasticy

Prosedur bedah lainnya termasuk tendon transfer dan joint fusion dapat
memperbaiki fungsi dan spastisitas

Komplikasi
Komplikasi Penyakit

Dengan bertambahnya usia usaha untuk mempertahankan fungsi


tubuh sangatlah dibutuhkan

Kelemahan progresif,
peningkatan kecacatan

Nyeri juga dapat membatasi fungsi

Perubahan kognitif biasanya tidak terjadi; tetapi jika ternayata


ditemukan, diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari tahu dari
faktor ko-eksistingnya (misalnya, demensia, hidrosefalus)

spastisitas,

dan

kontaktur

menyebabkan

continued
Komplikasi Pengobatan Potensial

Suntikan toksin botulinum yang diulang lebih dari tiap 4 sampai 6 bulan
dapat dihubungkan dengan produksi antibodi menyebabkan penurunan
efektivitas.

Kelemahan sementara pada otot yang disuntikkan, lemas, dan timbulnya


suatu inflamasi di tempat suntikan juga dapat terjadi.

Injeksi fenol dari saraf campuran dapat mengakibatkan disestesia


(gangguan sensasi) yang menyakitkan.

Peregangan yang terlalu agresif dapat menyebabkan nyeri, peradangan, dan


kerusakan sendi.

Komplikasi bedah umumnya sering terjadi dan tergantung pada jenis


operasi yang dilakukan.

Diagnosis Banding

Paraparese familial spastik

Sindroma Lesch-Nyhan tanpa self-mutilation

Retardasi mental

Kernicterus

Fenilketonuria

Distrofi muskular

Anda mungkin juga menyukai