Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan daerah peralihan
yang rentan akan perubahan baik secara alami maupun fisik yang terjadi dari
darat maupun lautan. Wilayah pesisir juga merupakan pintu gerbang aktifitas
manusia sekaligus merupakan wilayah yang rentan terkena dampak negatif
dari aktifitas tersebut. Secara singkat wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
merupakan wilayah yang pertama kali dan paling sering terkena dampak
pembangunan

dengan

tingkat

tekanan

yang

tinggi

akibat

aktifitas

pembangunan

Hal inilah yang seringkali menyebabkan penurunan atau

degradasi kualitas lingkungan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.


Kondisi geomorfologi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil juga rentan akan
ancaman bencana alam seperti abrasi, sedimentasi, kenaikan muka air laut dan
tsunami. Salah satu ekosistem yang terancam dengan adanya aktifitas manusia
di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove.
Wilayah pesisir Indonesia memiliki luasan dan potensi ekosistem
mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang
terdapat di dunia, sekitar 27 % atau sekitar 4.293 juta ha berada di Indonesia.
Namun demikian luas hutan mangrove di Indonesia terus menyusut, hal ini
sesuai dengan hasil penafsiran potret udara dan survei lapangan, yang

menyatakan bahwa luas hutan mangrove di Indonesia tahun 1982 sekitar


4.251.011 ha. Hasil penafsiran 1991 dari citra Landat MSS liputan tahun 1986
-1991 (luas areal liputan hutan 150 juta ha) dan data referensi lainnya seperti
peta RePProt, data SPOT dan potret udara yang dilakukan, luas hutan
mangrove di seluruh wilayah Indonesia diperkirakan seluas 3.735.250 ha,
artinya bahwa luas mangrove di Indonesia telah mengalami degradasi sekitar
13% atau sekitar 515.761 ha dalam waktu kurang lebih 11 tahun (Saru,
Amran. 2013).
Luas ekosistem mangrove yang terdapat di Sulawesi Selatan pada
tahun 1982 sekitar 66.000 ha, kemudian pada tahun 1993 mengalami
penambahan sekitar 57,6% (sekitar 104.030 ha). Sedangkan hasil pemantauan
terakhir (Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan 1994) dalam Balithut SulSel
(1995), bahwa eksploitasi Hutan mangrove di Sulawesi Selatan mencapai
75% atau sekitar 78.000 ha, umumnya tidak memperhatikan kelestarian
lingkungan dan kondisi ekologi hutan Mangrove. Dari 78.022 ha luas hutan
mangrove yang telah dieksploitasi, sekitar 40.000 ha dikonversi jadi tambak
sedangkan sekitar 38.022 ha dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti : kayu
bakar, bahan industri, dan kebutuhan lainnya. Hutan Mangrove yang telah
dikonversi menjadi lahan tambak berdasarkan

estimasi hanya 30% yang

berfungsi produktif sedangkan sisanya terlantar dan selalu mengalami


pengikisan oleh ombak karena tidak adanya reboisasi atau penanaman

kembali pada areal tambak hasil konversi yang tidak produktif (Saru A.,
2013).
Wilayah

kepulauan

Tanakeke

di

Kecamatan

Mappakasunggu

Kabupaten Takalar memiliki potensi ekosistem mangrove yang cukup baik


untuk dikembangkan yaitu sekitar 1549 ha yang terdapat di desa Maccini Baji
(886,49 ha) dan desa Mattirobaji (662,40).
Ekosistem mangrove memiliki tingkat produktifitas tinggi serta
kompleksitas dari ekologi yang khas. Hal ini yang menjadikan ekosistem
mangrove memiliki fungsi yang kompleks dari segi fisik, ekologi, ekonomi
dan sosial budaya antara lain fungsi fisik sebagai stabilisator tepian pesisir,
pengendali erosi pantai, menjaga stabilitas sedimen, menambah perluasan
daratan (land building) dan perlindungan garis pantai (protected agent).
Sedangkan fungsi ekologi yaitu memberikan dinamika pertumbuhan bagi
kawasan pesisir sebagai tempat pemijahan (spawning grounds), tempat
pengasuhan (nursery grounds) dan tempat mencari makan (feeding grounds)
bagi biota laut tertentu. Adapun fungsi ekonomi berpotensi sebagai mata
pencarihan bagi masyarakat sekitar; sedangkan fungsi sosial-budaya sebagai
areal pengembangan budaya, wisata, konservasi dan pendidikan (Gufron
B.
C.
D.
E.
F.

dalam Azkhia. 2013)


Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Perencanaan
Sistematika Penelitian

Anda mungkin juga menyukai