Anda di halaman 1dari 7

1) Gedung Pusat Informasi Mangrove (Mangrove Information Center (MIC) Building)

Gedung ini dijadikan sebagai kantor operasional Mangrove Information Center (MIC). Ada
beberapa ruangan di dalam gedung ini yang berfungsi sebagai ruang informasi, ruang seminar, ruang
pameran, museum, perpustakaan, aquarium, dan arboretum.
2) Kolam Monitor (Monitoring Pool)

Kolam monitor ini dibuat untuk penangkaran biawak yang ditangkap oleh warga di sekitar
kawasan Mangrove Information Center (MIC). Tempat ini dijadikan sebagai atraksi wisata yang
sangat menarik terutama bagi pengunjung anak-anak yang sama sekali tidak pernah berinteraksi
dengan alam secara langsung.
3) Areal Persemaian (Nursery Area)

Beberapa saat beranjak dari gedung Mangrove Information Center (MIC) akan ditemukan areal
persemaian. Lahan yang dipergunakan sebagai areal persemaian seluar 7.700 m 2. Bagi para peneliti
lingkungan, tempat ini biasanya dipergunakan sebagai lokasi penelitian yang sangat menarik.
Sedangkan bagi pengunjung, di tempat ini akan diperkenalkan proses pembibitan pohon mangrove
dan perawatan sebelum pohon-pohon mangrove tersebut ditanam, sehingga pengunjung mengetahui
secara pasti tentang proses pembibitan, penanaman dan pemeliharaan mangrove.

4) Kolam Sentuh (Touch Pool)

Kolam ini didesain secara khusus agar fauna hutan mangrove seperti kepiting dan mulusca dapat
hidup sebagaimana habitat aslinya. Dengan demikian maka para pengunjung dapat berinteraksi secara
langsung dan menyentuh fauna-fauna hutan mangrove tersebut dengan mudah. Di kolam ini sering
kali diadakan lomba menangkap kepiting sebagai atraksi wisata tambahan terutama bagi pengunjung
anak-anak.
5) Jembatan Kayu (Wooden Trail)

Jembatan sepanjang kurang lebih 2,5 kilometer ini dirancang dengan konsep nature-based
development. Keseluruhan konstruksi jembatan ini termasuk tiang pancang, rangka dan geladaknya
menggunakan bahan baku kayu yang tahan terhadap panas dan air dan hanya bagian-bagian tertentu
saja terutama pada tempat keluar masuknya air dibangun dengan menggunakan semen dan batu
sehingga walaupun jembatan ini dibuat di sepanjang hutan mangrove tidak menimbulkan tekanantekanan terhadap ekologi hutan mangrove. Jembatan kayu ini merupakan jalan yang digunakan untuk
jalur trekking, olahraga, pengamatan burung, memancing, dan kegiatan ekowisata lainya di kawasan
Mangrove Information Center (MIC).

6) Pondok Peristirahatan (Resting Hut).


Di sepanjang jembatan kayu terdapat pondok-pondok peristirahatan yang berjarak kurang lebih
500 meter dari satu pondok peristirahatan dengan pondok peristirahatan yang lainnya. Total jumlah
pondok peristirahatan sebanyak 5 buah. Tempat peristirahatan pertama bernama Pond Heron Hut,
terletak di gerbang masuk jembatan kayu menuju ke hutan mangrove. Tempat ini biasanya digunakan
sebagai tempat berkumpul bagi pengunjung yang datang secara berkelompok sebelum dan sesudah
melaksanakan kegiatan ekowisata di kawasan Mangrove Information Center (MIC).
Tempat peristirahatan kedua bernama Purple Heron Hut, terletak kira-kira 500 meter dari starting
point. Di tempat ini, pengunjung bisa melihat berbagai pohon mangrove yang indah dan beberapa
jenis kepiting dan ikan. Sering kali tempat ini juga dijadikan sebagai tempat istirahat bagi pengunjung
yang melakukan kegiatan memancing di sekitar pondok peristirahatan ini.
Tempat peristirahatan ketiga bernama Spotted Dove Hut, terletak kira-kira 300 meter ke arah kiri
dari Menara Little Egret. Di sekitar pondok peristirahatan ini banyak tempat-tempat pemancingan.

Tempat peristirahatan keempat bernama Wimbrel Hut, terletak kira-kira 600 meter ke arah kanan dari
Menara Little Egret. Di sekitar tempat ini dimanfaatkan sebagai tempat pencarian udang bagi
masyarakat lokal dan tempat memancing bagi para pengunjung.
Tern Hut merupakan tempat peristirahatan terbesar dan terakhir, letaknya kira-kira 500 meter dari
Wimbrel Hut. Dari tempat ini bisa melihat pemandangan laut yang sangat indah dan kegiatan para
nelayan di sekitar pelabuhan benoa. Tempat ini berkapasitas kira-kira 30 orang dan sering digunakan
untuk melaksanakan acara out door activity bagi para pengunjung yang datang dalam kelompok kecil.
Di sekitar Wimbrel Hut terdapat beberapa tempat pemancingan ikan dan penangkapan kepiting. Di
masing-masing pondok peristirahatan tersebut dilengkapi dengan papan informasi tentang ekologi
hutan mangrove, papan himbauan, papan larangan, dan tempat sampah.
7) Geladak Terapung (Floating Deck)
Geladak terapung dibangun dengan konstruksi khusus dan dilengkapi dengan beberapa
pelampung di bawah geladak sehingga bisa naik turun sesuai dengan pasung surut permukaan air laut.
Letaknya kira-kira 700 meter dari starting point jembatan kayu. Pengunjung yang berkunjung secara
langsung dapat menikmati dan merasakan pasang surutnya air laut sambil melihat berbagai flora
hutan mangrove seperti kepiting, udang, dan ikan. Geladak terapung ini sering dipergunakan untuk
tempat pengambilan gambar dan foto karena di sekelilingnya terdapat pemandangan hutan mangrove
yang sangat indah. Daya tampung geladak terapung ini seberat satu (1) ton atau 18 orang dewasa.
8) Menara Pandang (Viewing Tower)
Sebagai fasilitas pendukung dan untuk menambah fasilitas-fasilitas ekowisata yang sudah ada di
kawasan Mangrove Information Center (MIC), dibangun dua menara pandang yang terbuat dari kayu
yaitu; Little Egret Tower dengan ketinggian 10,25 meter dengan daya tampung maksimal sebanyak 20
orang dewasa dan Sun Bird Tower dengan ketinggian 8 meter dengan daya tampung maksimal
sebanyak 4 orang dewasa. Dari kedua menara ini dapat melihat pemandangan hutan mangrove yang
sangat luas dan hijau dengan udara yang sangat segar. Selain digunakan untuk melihat kawasan hutan
mangrove dari atas, menara-menara ini juga digunakan sebagai tempat untuk program pengamatan
burung (bird watching). Di masing-masing menara terdapat papan informasi, tempat duduk, larangan,
dan tempat sampah.

a. Produk-Produk Ekowisata Hutan Mangrove


Produk-produk ekowisata yang ditawarkan di Kawasan Mangrove Information Center (MIC)
adalah tour pendidikan mangrove dan lintas alam (mangrove educational tour and trekking),
pengamatan burung (bird watcing), bermain kano (canoeing), bermain perahu (boating), dan
penanaman atau pengadopsian pohon mangrove (mangrove tree plantation or adoption). Berikut ini
adalah penjelasan lengkap mengenai bentuk-bentuk produk ekowisata dan model kegiatan ekowisata
yang ada di Kawasan Mangrove Information Center (MIC).
1) Mangrove Educational Tour and Trekking
Mangrove educational tour and trekking diawali dengan pemberian informasi pra tour (pre-tour
information) selama 30 menit di dalam kelas. Pengunjung diberikan informasi tentang arti, fungsi,
jenis, dan ekologi mangrove yang ditayangkan dengan menggunakan video dan presentasi dari staf
yang bertugas di bagian ekowisata. Di akhir presentasi juga diadakan acara tanya jawab, sehingga
pengunjung yang ingin mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang mangrove dan ekowisata
bisa bertanya kepada petugas yang memberikan presentasi. Selama dalam perjalanan, pengunjung
akan diajak berkeliling di kawasan Mangrove Information Center (MIC) dan sepanjang jembatan
kayu yang dipandu oleh seorang pemandu wisata yang memiliki kompetensi dalam bidang mangrove
sehingga mampu mengkomunikasikan hutan mangrove beserta ekologinya dengan pengunjung.
Di sepanjang jalur trekking, pengunjung dapat melihat berbagai jenis pohon mangrove, kepiting,
ikan, udang, burung dan lain-lain. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti program ini sebesar
Rp.50.000 bagi pengunjung asing dan sebesar Rp. 35.000 bagi pengunjung domestik. Harga tersebut
sudah temasuk pelayanan, informasi pra tour dalam bentuk presentasi, pemanduan di lapangan, snack
dan makan siang. Pengunjung juga dapat melakukan kegiatan trekking dengan hanya membayar tiket
masuk sebesar Rp.5.000, tetapi tidak mendapatkan informasi, pemanduan, dan makan.
2) Bird Watching
Berbeda dengan kegiatan mangrove educational tour and trekking, kegiatan pengamatan burung
diawali dengan kegiatan lapangan yaitu dengan melihat langsung burung-burung yang ada di kawasan

Mangrove Informationn Center (MIC) selama dua jam, setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan dalam
ruangan untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendalam tentang burung-burung yang baru saja
dilihat atau burung-burung yang sudah teridentifikasi oleh team peneliti di Mangrove Information
Center (MIC). Program ekowisata pengamatan burung diadakan di pagi hari sebelum jam enam pagi,
ini disebabkan karena karakteritik dari burung-burung pantai atau yang berada di kawasan hutan
mangrove berbeda dengan burung darat. Burung pantai biasanya keluar untuk mencari makan
sebelum matahari terbit sedangkan burung darat mencari makannya setelah matahari terbit karena
sebelum matahari terbit burung darat tidak akan keluar dari sarangnya. Biaya untuk mengikuti
program ini sebesar Rp.75.000 per orang. Biaya tersebut termasuk jasa pelayanan, pemandu wisata,
dan snack.
Kegiatan pengamatan burung di obyek ekowisata di kawasan Mangrove Information Center
(MIC) memiliki karakteristik tersendiri dan sangat berbeda dengan kegiatan pengamatan burung
konvensional lainnya yang ditawarkan oleh operator-operator pengamatan burung yang ada di Bali
yang burung-burungnya biasanya sengaja dikurung dan dipelihara di suatu areal tertentu untuk
dipertontonkan. Lain halnya dengan pengamatan di Mangrove Information Center (MIC), burungburungnya merupakan burung lepas dan memiliki karakteristik burung laut yang alami yang memiliki
keterikatan dengan ekologi hutan mangrove. Artinya, walaupun burung-burung tersebut tidak di
kurung namun burung-burung tersebut akan terus berada di dalam hutan mangrove.
Dua menara pandang yang ada di dalam kawasan Mangrove Information Center (MIC) sangat
membantu dalam pengamatan burung dari jarak jauh. Namun sangat disayangkan karena belum ada
alat pengamatan burung seperti binakuler yang disewakan di obyek ekowisata ini, sehingga hanya
orang-orang tertentu saja yang bisa melakukan pengamatan burung di obyek ekowisata ini. Pemandu
ekowisata pengamatan burungnya juga memiliki kompetensi (pengetahuan, keahlian, dan prilaku)
yang sangat bagus sehingga mampu menginterpretasikan dan menjelaskan secara keseluruhan tentang
burung-burung habitat hutan mangrove dengan baik.
3) Fishing
Memancing merupakan salah satu aktivitas untuk berinteraksi dengan alam yang sangat
menyenangkan. Di kawasan Mangrove Information Center (MIC) terdapat beberapa tempat untuk
memancing yang terletak di sepanjang jembatan kayu dan tempat-tempat peristirahatan. Di tempattempat tersebut bisa memancing ikan, kepiting, dan udang. Pengunjung yang berkeinginan untuk
memancing harus membawa pancing dan umpan sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Bagi
pengunjung asing yang ingin mengikuti program memancing dikenakan biaya sebesar Rp.50.000 per
orang, sedangkan pengunjung domestik hanya dengan membayar tiket masuk kawasan Mangrove
Information Center (MIC) yaitu sebesar Rp.5.000 per orang.

4) Canoeing
Kegiatan ekowisata bermain kano dilakukan dengan menelusuri aliran air yang menyerupai
sungai yang ada di kawasan mangrove Information Center (MIC) yaitu dari blok I sampai III. Ada
empat kano yang disewakan kepada pengunjung. Masing-masing kano berkapasitas dua orang yaitu
satu pengemudi yang merangkap sebagai pemandu ekowisata dan satu pengunjung. Dalam perjalanan
akan dijelaskan jenis-jenis pohon mangrove, waktu pasang dan surutnya air laut, dan prilaku dan cara
hidup berbagai fauna yang ditemukan selama perjalanan. Perjalanan ini berlangsung kurang lebih
selama dua jam. Pengunjung yang mengikuti program ini dikenakan biaya sebesar Rp. 80.000 per
orang. Biaya tersebut termasuk jasa pelayanan, pemandu wisata, dan snack.
5) Boating
Waktunya sama dengan canoeing tetapi jarak yang dilalui lebih jauh. Dari kantor ke Patung
Ngurah Rai, kemudian ke dekat pelabuhan benoa, ke blok III sampai blok I kemudian kembali ke
kantor. Ada dua jenis boat (besar dan kecil) yang disediakan untuk program ini. Boat kecil
berkapasitas 3 orang dengan harga Rp.150.000 per boat, sedangkan boat besar berkapasitas 5 orang
dengan harga Rp.300.000 per boat.
6) Mangrove Tree Plantation or Adoption
Program ini ditujukan kepada pengunjung yang mempunyai keperdulian yang tinggi terhadap
hutan mangrove. Pengunjung diberikan kesempatan untuk menanam atau mengadopsi salah satu jenis
pohon mangrove. Bagi pengunjung yang melakukan pengadopsian pohon mangrove, di pohon yang
ditanam tersebut akan ditempelkan nama penanam dan pengadopsi dan diberikan sertifikat
pengadopsian mangrove. Pemeliharaan pohon mangrove tersebut dibebankan kepada pengelola
program mangrove tree adoption dan pengunjung tersebut akan diberikan informasi pertumbuhan dan
foto perkembangannya secara berkala melalui media internet.
Bagi pengunjung yang memilih kegiatan ini dikenakan biaya sebesar Rp.750.000 per tahun untuk
pengadopsian satu pohon mangrove. Nama pengadopsi pohon mangrove tersebut akan masih
ditempel apabila pengadopsi masih membayar iuran tahunan yang ditentukan, apabila pengadopsi
tidak membayar iuran tersebut maka namanya akan dilepas. Namun, penanaman mangrove bisa juga
dilakukan dengan tanpa mengadopsinya. Pengunjung diberikan kesempatan untuk menanam pohon
mangrove di lokasi yang telah ditentukan.
Kegiatan penanaman mangrove biasanya dilakukan oleh sekolah-sekolah atau universitas yang
memiliki keperdulian terhadap pentingnya pelestarian hutan khususnya hutan mangrove. Sebelum
melakukan penanaman pohon mangrove, pengunjung harus mengkordinasikan rencananya dengan
pengelola kegiatan ekowisata agar memudahkan penyiapan jumlah bibit pohon mangrove yang akan

ditanam. Pengunjung-pengunjung tersebut dapat berinteraksi langsung dengan mangrove dengan cara
diberikan kesempatan untuk menanam mangrove sendiri sehingga mampu meningkatkan
keperduliannya terhadap pentingnya konservasi dan pelestarian hutan khususnya hutan mangrove.
Penanaman pohon mangrove juga dapat memotivasi pengunjung untuk melakukan kunjungan
ulang (repeated visit) ke obyek ekowisata hutan mangrove di kawasan Mangrove Information Center
(MIC). Ini membuktikan bahwa dengan cara melibatkan pengunjung secara aktif dalam penanaman
pohon mangrove maka kesadaran terhadap pentingnya perlindungan hutan mangrove akan muncul
dengan sendirinya dari pengunjung. Jadi, daya tarik ekowisata penanaman mangrove atau
pengadopsian pohon mangrove dapat dijadikan sebagai salah satu media pendidikan lingkungan yang
efektif

Anda mungkin juga menyukai