Latar Belakang
Latar Belakang
1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Pembiayaan belanja negara yang semakin lama semakin bertambah
besar memerlukan penerimaan negara yang berasal dari dalam negeri tanpa
harus
bergantung pada bantuan dan pinjaman dari luar negeri. Hal ini
yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam (migas), pelayanan oleh
pemerintah, pengelolaan kekayaan negara dan lain-lain, yang sifatnya tidak
stabil. Oleh karena itu, saat ini
pembiayaan belanja yang berasal dari pajak (Muliari dan Setiawan, 2009).
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang pasti dan mencerminkan
kegotongroyongan masyarakat dalam membiayai negara.
Mengingat
pentingnya peranan
Pajak telah
terutang yang harus dibayar oleh WP. Kelemahan dari sistem ini adalah WP
bersifat pasif mengikuti
fiskus.
Sistem self assessment memberikan kepercayaan penuh kepada wajib
pajak
(WP)
melaporkan
untuk
seluruh
menghitung,
pajak
yang
memperhitungkan,
menjadi
menyetor,
kewajibannya
dan
(Tarjo
dan
dengan ketentuan
sesuai
dengan peraturan perpajakan. Kelemahan dari sistem ini adalah segala risiko
pajak yang nantinya akan timbul menjadi tanggung jawab WP.
Salah satu alasan diberlakukannya reformasi sistem self assessment
adalah meningkatnya kepatuhan membayar pajak (Tarjo dan Kusumawati,
2006). Hal tersebut dikarenakan sistem assessment menuntut adanya peran
serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.
Pernyataan hampir senada juga dikemukakan oleh Harahap (2004)
bahwa dianutnya sistem self assessment membawa misi dan konsekuensi
perubahan
secara sukarela
perpajakan secara
melaporkan pajak tersebut (Devano dan Rahayu, 2006). Dengan kata lain,
penetapan sistem self assessment
kepatuhan perpajakan.
Kepatuhan
keadaan
perpajakan
dimana
WP
menurut
memenuhi
Nurmantu
semua
(2003)
kewajiban
adalah
perpajakan
suatu
dan
banyaknya WP
dengan
WP
seringkali
tidak
melaporkan
atau
mencantumkan
pajak
dalam