Anda di halaman 1dari 9

Neko Riffiandi

D151130311
PENCERNAAN PADA SAPI PERAH
PENDAHULUAN
Fungsi prinsip ternak perah ditinjau dari aspek pakan adalah mengubah bahan
pakan menjadi susu yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Ternak perah merupakan
hewan ruminan yang mempunyai perut terdiri atas empat bagian, berbeda dengan
hewan non ruminan yang mempunyai perut sederhana. Keadaan ini membuat ternak
perah dan ruminan lainnya mempunyai keuntungan dalam hal kemampuannya
mengubah bahan makanan yang tidak digunakan oleh manusia, seperti hay, silase,
rumput, dan hasil ikutan industri, menjadi bahan makanan manusia yang palatabel
dan bernilai gizi tinggi; mampu mencerna serta menggunakan bagian tanaman dan
senyawa lain yang tidak berguna bagi hewan yang mempunyai perut sederhana.
Kemampuan

ini

merupakan

hasil

dari

perombakan

bahan

pakan

oleh

mikroorganisme dalam perut ruminan dan penggunaan keseluruhan produk akhirnya


untuk fungsi-fungsi fisiologisnya. Ruminan melalui proses fermentasi dan sintesis
yang dilakukan oleh mikroorganisme dalam perutnya yang kompleks, dapat
menggunakan substansi seperti halnya selulosa sebagai pembentuk utama jaringan
tanaman, dan urea sebagai senyawa nitrogen yang bukan protein (NPN), untuk tujuan
produktif.
Organ Saluran Pencernaan dan Fungsinya :
1. Ruminasi (Memecah Partikel) dan Air Liur (Buffer) Produksi
ruminasi mengurangi ukuran partikel serat dan menghadapkan gula untuk
fermentasi mikroba.
Produksi 160-180 liter air liur ketika sapi mengunyah 6 sampai 8 jam per hari,
tetapi kurang dari 30 sampai 50 liter jika ruminasi tidak dirangsang (terlalu banyak
berkonsentrasi dalam makanan).
Buffer dalam air liur (bikarbonat dan fosfat) menetralisir asam yang dihasilkan oleh
fermentasi mikroba untuk mempertahankan netral keasaman yang nikmat serat
pencernaan dan pertumbuhan mikroba dalam rumen.

2. Retikulo-Rumen (Fermentasi)
Retensi partikel hijauan panjang yang merangsang memamah biak.
fermentasi mikroba menghasilkan: 1) mudah menguap asam lemak (VFA) sebagai
produk akhir dari fermentasi selulosa dan gula lain dan
2) massa mikroba yang kaya dalam kualitas tinggi
protein.
Penyerapan VFA melalui dinding rumen. The VFA digunakan sebagai sumber
energi utama untuk sapi dan juga untuk sintesis susu lemak (trigliserida) dan gula
susu (laktosa).
Produksi dan pengusiran melalui sendawa dari sebanyak 1000 liter gas per hari.

3. Omasum (Daur Ulang dari Beberapa Nutrisi)


Penyerapan air, sodium, fosfor dan sisa VFA.

4. Abomasum (Asam Pencernaan)


Sekresi asam kuat dan enzim pencernaan.
Pencernaan fraksi pakan tidak difermentasi dalam rumen (beberapa protein dan
lipid).
Pencernaan protein bakteri yang diproduksi di rumen (0,5 sampai 2,5 kg per hari).

5. Usus Halus (Pencernaan dan Penyerapan)


Sekresi enzim pencernaan oleh usus kecil, hati dan pankreas.
enzimatik pencernaan karbohidrat, protein dan lipid.
Penyerapan air, mineral dan produk pencernaan: glukosa, asam amino dan asam
lemak.

6. Sekum (Fermentasi) dan Usus Besar


Sebuah populasi mikroba biasanya kecil fermentasi tidak terserap tersebut Produk
pencernaan.
Penyerapan air dan kotoran formasi.

PROSES PENCERNAAN
Mastikasi
Pengunyahan (mastikasi/chewing) bahan pakan oleh ternak pada awalnya
hanya ringan saja, cukup untuk mencampur bahan pakan dengan saliva dan
membentuk bolus untuk penelanan. Setelah makan, sapi mengunyah kembali
pakannya oleh adanya suatu proses regurgitasi dan pengunyahan kembali ini sering
dinyatakan dengan memamah biak. Pada proses ini, makanan dan cairan melewati
rumen dan retikulum melalui esofagus menuju mulut. Melalui kerja tulang rusuk,
diafragma, rumen, dan retikulum bahan dikembalikan ke dalam esofagus dalam
bentuk bolus, dengan tekanan negatif didorong ke mulut, makanan dikunyah kembali
kira-kira satu menit, kemudian ditelan kembali. Keseluruhan aktivitas ini disebut
ruminasi. Mastikasi yang sempurna dari isi rumen yang diregurgitasikan terjadi

sewaktu ternak beristirahat setelah makan. Seekor sapi dewasa menghabiskan kirakira 8- 10 jam dalam satu hari untuk ruminasi.
Salivasi
Saliva mempunyai peran ganda, disamping melicinkan bahan pakan sebelum
ditelan, berfungsi sebagai buffer dalam rumen karena saliva mengandung bikarbonat
dan fosfat yang tinggi. Jumlah saliva sangat banyak disekresi oleh sapi dewasa
khususnya bila ransum yang diberikan tinggi hijauan keringnya. Saliva bersifat
alkalin, pada sapi perah pH sekitar 8,2. Asam-asam organik yang diproduksi oleh
mikroorganisme dalam rumen dinetralisir oleh saliva, sehingga pH rumen
dipertahankan antara 6,5 dan 7,5, merupakan medium yang cocok untuk
pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Saliva, karena mempunyai tekanan permukaan
yang rendah, juga membantu mencegah pembentukan buih (merupakan suatu kondisi
yang dapat menyebabkan bloat) dalam rumen, meningkatkan kecepatan pembasahan
bahan, dan kecepatan perombakan bahan oleh mikroba rumen.
Pencernaan dalam Perut
Retikulorumen (Rumen dan Retikulum)
Makanan yang ditelan dan saliva setelah masuk ke dalam retikulo-rumen,
berkat kontraksi rumen dan retikulum yang teratur (sekali per menit), bercampur
dengan cairan rumen dan retikulum yang mengandung berjuta-juta mikroorganisme
berasal dari bakteri dan protozoa Makanan tinggal dalam retikulo-rumen untuk
beberapa jam hingga beberapa hari. Selama waktu tersebut mikroorganisme
memegang peranan penting dalam pencernaan makanan.
Mikroorganisme melalui kerja enzim-enzimnya mengubah sebagian besar
karbohidrat yang tersedia dalam makanan menjadi asam-asam lemak terbang
(Volatile Fatty Acids, VFA), metan, dan karbondioksida. VFA yang utama adalah
asam asetat (50-70%), asam propionat (20-30%), dan asam butirat (10-15%), serta
sejumlah kecil asam valerat dan asam rantai pendek lain. Karbondioksida dan metan
merupakan gas rumen utama yang dihasilkan selama proses pencernaan. Gas
dikeluarkan melalui belching (eruktasi) dan penyerapan ke dalam darah. Bila gas
berakumulasi dalam rumen karena tidak bisa keluar, akan terjadi bloat. Bila bloat
semakin parah, dapat mengakibatkan kematian. Mikroorganisme rumen disamping
berperan nyata terhadap pencernaan karbohidrat, juga pada sintesis protein.

Omasum
Bahan makanan dari retikulo-rumen lewat melalui omasum ke abomasum dan
kemudian ke usus. Fungsi omasum yang utama adalah memeras air dan kemudian
menyerapnya, dan penyerapan asam lemak yang melewati omasum. Kerja daun-daun
otot dan papillaenya sebagai penggilingan, dan juga memompa bahan ke dalam
abomasum yang merupakan perut sejati dari ternak perah. Dari sini, proses
pencernaan sama dengan hewan berperut sederhana.
Abomasum
Abomasum, mengeluarkan getah pencernaan yang mengandung asam
hidrokhlorat sehingga menurunkan pH dalam abomasum hingga kira-kira 2,5.
Abomasum juga mengeluarkan dua macam enzim yaitu pepsin dan renin. Pepsin
membutuhkan medium yang asam untuk fungsinya, oleh karena itu pH yang rendah
dalam abomasum memungkinkan pepsin memecah protein menjadi senyawasenyawa yang lebih sederhana, terutama pepton dan peptida. Renin berfungsi
menggumpalkan susu, penting bagi anak sapi untuk mencerna susu sebagaimana
mestinya.
Pencernaan dalam Usus
Bahan yang bergerak dari perut ke usus, dikenal sebagai chyme. Bagian yang
lebih atas dari usus kecil berfungsi untuk sekresi enzim, bagian yang lebih rendah
untuk penyerapan zat-zat makanan dari bahan tercerna. Chyme mengalami
perubahan-perubahan penting dalam usus kecil yang dimaksudkan untuk
menyediakan zat makanan dapat diserap dari usus kecil. Pencernaan terhadap chyme
dibantu oleh getah pankreas, empedu, dan getah usus. Getah pankreas mengandung
tiga

macam

enzim

proteolitik,

yaitu

tripsinogen,

khimotripsinogen,

dan

karboksipeptidase. Lipase adalah enzim lainnya yang disekresi oleh pankreas.


Pencernaan lemak yang terjadi dalam perut ruminan relatif sedikit. Sebagian besar
pencernaan lemak terjadi dalam usus. Empedu tidak mengandung enzim pencernaan,
fungsinya terutama mengemulsikan lemak, memecah ke dalam globul-globul kecil
yang menyebabkan meningkatnya luas permukaan sehingga lipase dapat memecah
lemak dengan lebih mudah Enzim ketiga dalam getah pankreas yaitu amilase,
mengubah pati menjadi maltosa. Saliva dari hewan ruminan mengandung sedikit atau

bahkan tidak ada ptialin. Pada hewan non ruminan, ptialin yang mengubah pati
menjadi maltosa.
Bila chyme bergerak ke saluran usus, kontak dengan sejumlah enzim yang
disekresi oleh dinding usus. Enzim-enzim ini adalah: enterokinase, yang
mengaktivasi tripsinogen, peptidase mengubah peptida menjadi asam amino,
maltase, mengubah maltosa menjadi glukosa, laktase memecah laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa, lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol, dan
amilase mengubah pati menjadi maltosa. Getah usus mengandung enzim yang
memecah asam nukleat dan protein gabungannya. Asam-asam amino, peptida,
pepton, gula sederhana, vitamin, dan mineral, diserap oleh dinding usus bergerak ke
dalam aliran darah, kemudian dibawa oleh sistem darah portal ke hati. Zat-zat
makanan, dari hati bergerak ke semua bagian tubuh, digunakan untuk fungsifungsi
fisiologis hewan. Sebagian besar asam lemak dan gliserol diserap dengan proses
yang berbeda dari senyawa-senyawa lain.
Asam lemak dan gliserol bergerak ke sel-sel epitel dari villi usus kecil,
tempat asam lemak diesterifikasi dengan gliserol membentuk lemak netral. Lemak
netral (micelles) bergerak dari sel-sel ke dalam jaringan dan kemudian ke kapilerkapiler getah bening dari villi. Getah bening kemudian bergerak melalui duktus
limfatikus ke duktus thorasikus, tempat masuk sistem darah vena anterior ke hati.
Micelles lemak yang diserap dengan baik, dalam getah bening kelihatan seperti susu,
disebut chyle. Bahan yang meninggalkan usus kecil bergerak ke usus besar, disini
tinggal untuk waktu yang relatif lama. Usus besar tidak mengandung getah
pencernaan, bahan yang sampai ke usus besar mengandung zat-zat makanan yang
tidak tercerna. Proses pencernaan yang menguntungkan hewan secara hampir
sempurna terjadi dalam usus kecil. Fermentasi oleh bakteri pada makanan yang tidak
tercerna terjadi di cecum dan usus besar, yang menyebabkan bau pada faeses. Usus
besar dan cecum menyerap air dan produk-produk bakteri dari bahan yang dicerna.
Usus besar juga berperan sebagai reservoar untuk bahan-bahan sisa yang kemudian
membentuk feses.

Berikut adalah gambar sistem pencernaan yang terjadi pada sapi perah :

Sumber : Wattiaux dan Howard

DAFTAR PUSTAKA
Ako. A. 2011. Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Makasar.
Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan UNPAD.
Drackley. K. Overview of Fat Digestion and Metabolism in Dairy Cows. University
of Illinois, Urbana
Wattiaux. M, dan Howard. T. Digestion In The Dairy Cow. Department of Dairy Science.
Babcock Institute.

Anda mungkin juga menyukai