Anda di halaman 1dari 4

Kanker prostat adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat, sebuah kelenjar

dalam sistem reproduksi lelaki. Hal ini terjadi ketika sel prostat mengalami mutasi dan mulai
berkembang di luar kendali. Sel ini dapat menyebar secara metastasis dari prostat ke bagian
tubuh lainnya, terutama tulang dan lymph node. Kanker prostat dapat menimbulkan rasa sakit,
kesulitan buang air kecil,disfungsi ereksi dan gejala lainnya.
Jumlah kanker prostat sangat bervariasi di dunia, namun jarang terjadi di Asia Timur dan
Selatan; sering terjadi di Eropa danAmerika Serikat.[1] Menurut American Cancer Society, kanker
prostat paling jarang di pria Asia dan paling sering terjadi di orang hitam, dan orang Eropa di
tengahnya.[2]
Pada penderita ditemukan rasio plasma vitamin B12 yang sangat rendah.[3]
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Faktor resiko

2 Diagnosis

3 Klasifikasi

4 Pencegahan dan Pengobatan

5 Penapisan

6 Lihat pula

7 Referensi

8 Pranala luar

Faktor resiko[sunting | sunting sumber]


Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat adalah usia, ras, riwayat
keluarga (faktor keturunan),hormon, dan pola makan. Risiko menderita kanker prostat ditemukan
meningkat pada pria kulit putih dengan usia > 50 tahun atau pria kulit hitam dengan usia > 40
tahun. Etnis kulit hitam memiliki risiko kanker prostat 1.6x lebih tinggi daripada pria kulit putih. [4][5]
Pria yang memiliki keluarga laki-laki penderita kanker prostat (saudara, ayah, kakek) memiliki
risiko yang lebih tinggi menderita penyakit tersebut dibandingkan dengan pria yang tidak punya
riwayat keluarga. Faktor lainnya yang diduga dapat menyebabkan kanker prostat adalah
perubahan hormon testosteron dan pola makan yang terlalu banyak mengkonsumsi lemak.[5]
[6]

Menurut penelitian lainnya, agen kimia seperti Cadmium juga ditemukan pada perkembangan

kanker prostat.[6]

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Alat diagnosis utama untuk menegakkan diagnosis kanker prostat adalah pemeriksaan melalui
rektum dengan jari, pemeriksaan kadar PSA (prostate specific antigen) darah dan
pemeriksaan ultrasonografi melalui rektum atau TRUS (transrectal ultrasound). Umumnya
kanker prostat terletak pada zona perifer kelenjar prostat dan dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan melalui rektum dengan jari. PSA adalah enzim protease yang mirip kalikrein yang
hampir secara eksklusif hanya dihasilkan oleh kelenjar prostat. Kadar PSA darah akan
meningkat pada penderita kanker prostat, selain itu dapat pula meningkat pada penderita
pembesaran prostat jinak, radang prostat atau pada beberapa kondisi bukan kanker lainnya.
Pemeriksaan ultrasonografi prostat pada penderita kanker prostat dilakukan untuk melihat
adanya gambaran tumor ganas pada prostat dan sebagai sarana untuk
melakukan biopsi prostat. Biopsi prostat merupakan prosedur pengambilan sedikit
jaringan kelenjar prostat untuk mengetahui adanya sel kanker.[4]
Tidak semua pembesaran prostat adalah kanker prostat, karena dengan bertambahnya umur,
maka prostat akan membesar. Pada lelaki berusia mulai 55 tahun sebaiknya dilakukan
pemeriksaan USG dari luar tubuh, bukan dengan USG melalui dubur. Jika hasilnya Prostat
Membesar Sesuai Umur, maka hal tersebut adalah normal. Jika semakin membesar, maka
mungkin mengalami Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dimana cukup minum obat oral. Jika
semakin membesar lagi, maka mungkin perlu dilakukan pemeriksaan PSA dan jika perlu
pemeriksaan free-PSA/PSA untuk menentukan apakah kondisi tersebut adalah BPH atau Kanker
Prostat. Dianjurkan untuk melakukan Pemeriksaan USG jangan hanya Prostat saja, tetapi
Pemeriksaan USG Lower Abdomen yang meliputi juga kondisi Ginjal dan Kandung Kemih,
karena jika ada batu dan belum menyumbat, maka bisanya tidak ada gejala apapun dan
biayanya tidak berbeda jauh dengan Pemeriksaan USG Prostat saja. Bagi yang overweight
apalagi Obes dan jarang berolahraga dianjurkan untuk melalukan Pemeriksaan USG Full
Abdomen, karena mungkin saja terjadi Fatty Liver (Pelemakan Hati).

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]


Klasifikasi menurut TNM tahun 2009[7]
Klasifikasi kanker prostat menurut TNM

Tx: Tumor primer tidak dapat ditemukan


T1: Tumor tidak terdeteksi secara klnis, tidak dapat diraba atau terlihat dengan pencitraan

T1a: Tumor ditemukan secara kebetulan dari pemeriksaan histopatologis pada kurang
dari atau sama dengan 5% dari jaringan yang direseksi

T1b: Tumor ditemukan secara kebetulan dari pemeriksaan histopatologis pada lebih
dari 5% dari jaringan yang direseksi

T1c: Tumor ditemukan dari biopsi (karena ada peningkatan kadar PSA)

T2: Tumor terbatas pada prostat

T2a: Tumor mengenai kurang dari atau sama dengan setengah lobus prostat

T2b: Tumor mengenai lebih dari setengah lobus tetapi tidak pada kedua lobus prostat

T2c: Tumor mengenai kedua lobus prostat

T3: Tumor meluas melewati kapsul prostat

T3a: Tumor meluas di luar kapsul prostat (satu atau kedua sisi) termasuk penyebaran
ke leher buli secara mikroskopik

T3b: Tumor mengenai kelenjar vesikula seminalis

T4: Tumor terfiksir atau mengenai struktur sekitar prostat selain vesikula seminalis: seperti
katup luar buli, rektum, otot levator dan/atau dinding pelvis
Nx: Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai
N1: Tidak ada penyebaran kelenjar getah bening N2: Penyebaran pada kelenjar getah bening
regional
Mx: Penyebaran luas tidak dapat dinilai
M1: Penyebaran luas

M1a: Penyebaran kelenjar getah bening bukan regional

M1b: Penyebaran ke tulang

M1c: Penyebaran ke organ lain

Pencegahan dan Pengobatan[sunting | sunting sumber]


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker prostat adalah menjaga kesehatan,
menjaga berat badan tubuh, banyak minum air, mengurangi depresi, olahraga teratur, dan
mengurangi konsumsi alkohol, daging, serta lemak.[8]
Dalam perawatan kanker prostat, ada beberapa pemilihan metode pengobatan yang dapat
dilakukan oleh dokter. Di antaranya adalah kemoterapi, radiasi, terapi hormon,operasi,
dan transurethral resection of the prostate (TURP, digunakan pada tahap awal penyakit untuk
membuang jaringan yang menghalangi saluran kemih). Pemilihan jenis pengobatan berbedabeda antara satu pasien dengan pasien lainnya karena sangat dipengaruhi oleh usia, kondisi

kesehatan secara umum, perkembangan kanker, manfaat dan efek samping terapi.[6] Terapi
hormon digunakan untuk mencegah tubuh memproduksi hormon testosteron yang dapat
merangsang perkembangan sel kanker. Sedangkan, kemoterapi umumnya digunakan pada
kasus kanker prostat yang telah menyebar ke bagian tubuh lain sehingga harus dicegah
perkembangannya dengan menggunakan bahan kimia. [8]

Anda mungkin juga menyukai