Referat DDX Tumor Jinak Payudara
Referat DDX Tumor Jinak Payudara
PENDAHULUAN
BAB II
ANATOMI
Inferior
Medial
: linea sternalis
Lateral
Pada bagian lateral atas, kelenjar mammae meluas ke dalam lipatan axillaris
anterior yang disebut : axillary tail of spence. Dua pertiga bagian atas
mammae terletak di atas m.pectoralis mayor, sedangkan sepertiga bagian
bawahnya terletak di atas m.serratus anterior, m.obliqus externus abdominis dan
m.rectus abdominis.
Setiap payudara terdiri atas 12 - 20 lobulus kelenjar, masing-masing mempunyai
saluran bernama duktus laktiferus yang akan bermuara ke papilla mammae
(nipple-areola complex, NAC). Kelenjar acini terletak radier dengan papilla
mammae sebagai pusatnya dan ductus lactiferus sebagai saluran keluarnya.
Papilla mammae dikelilingi oleh areola mammae yang berisi sejumlah kelenjar
sebacea (areolar glands of Montgomery).
Di antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar
tersebut, terdapat jaringan lemak, disebut retromammary space. Di antara
lobulus terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi
kerangka untuk payudara.
Vaskularisasi :
Persarafan payudara
1. Sisi superior:
- cabang ke-3 dan ke-4 pleksus servikalis ( nervus supraklavikula)
2. Sisi medial
cabang kutaneus anterior dari nervus interkostalis 2-7
3. Sisi lateral dan areola mamae
- cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis (kecuali nervus
interkostalis 4)
4. Papila mamae
- cabang kutaneus lateral dari dari nervus interkostalis 4
5. Kulit daerah payudara
- cabang pleksus servikalis dan nervus interkostalis
6. Jaringan kelenjar payudara
- saraf simpatik
BAB III
3.1FIBROADENOMA
Merupakan stroma fibrosus yang mengelilingi
membentuk tumor jinak yang tampak putih halus dengan batas tegas pada
pemeriksaan makroskopik. Fibroadenoma ini dipengaruhi oleh estrogen,
sehingga pada saat setelah menopause biasanya fibroadenoma tidak ditemukan
lagi tetapi berpotensi kambuh saat rangsangan estrogen meninggi.
Biasanya
ditemukan
secara
tidak
sengaja.
Faktor
resiko
terjadinya
fibroadenoma:
- Wanita muda, biasanya berumur 20 tahun (setelah pubertas)
- Wanita kulit hitam
Karakteristik fibroadenoma:
- Massa bulat/ ovoid
- Elastis seperti karet
- Tidak melekat pada jaringan sekitarnya (mobile)
- Tidak nyeri
- Diameter 1-5 cm
Untuk menegakkan diagnosis fibroadenoma diperlukan pemeriksaan penunjang:
1. Biopsi jarum halus
kalau pada biopsi jarum halus didapatkan:
- Diagnosis pasti sebagai fibroadenoma + umur pasien < 30 tahun
7
3.3Perubahan fibrokistik
Sering disebut juga sebagai mastalgia, mastodinia. Digolongkan sebagai
kelainan displasia payudara. Sebenarnya bukanlah sebuah kelainan, tetapi
hal ini timbul pada berbagai usia sebagai akibat ketidakseimbangan
hormonal dan terkait dengan proses penuaan alami.
Sering ditemukan pada wanita usia 20-40 tahun. Pasien biasanya datang
dengan keluhan kedua payudaranya membengkak, mengeras (biasanya
pengerasan terjadi sebelum periode menstruasi), dan kadang disertai dengan
rasa sakit/nyeri (kadang sakit/nyeri bila disentuh). Gejala ini hilang timbul
seiring dengan perubahan siklus menstruasi.
Untuk menegakkan diagnosis diperlukana pemeriksaan penunjang biopsi dan
mamografi. Biasanya pada mamografi: jaringan payudara hanya tampak
memadat tanpa adanya kelainan
Tatalaksana pada pasien yang mengalami perubahan fibrokistik adalah
dengan meyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya, namun jika
ada riwayat keluarga dengan kegansan dan adanya gambaran hiperplasia
yang atipik pada biopsi maka potensi keganasan perlu diwaspadai
3.4Papiloma intraduktal
Merupakan massa di bawah areola dengan atau tanpa keluarnya darah atau
cairan serosa bercampur darah dari puting susu pada salah satu payudara
secara spontan. Berasal dari proliferasi lokal jinak dari sel epitel duktal. 75%
timbul di bawah areola mamae.
Perlu dilakukan penekanan secara radial untuk menentukan letak duktus
laktferus
yang
mengeluarkan
cairan
tersebut
kemudian
dilakukan
10
Pada wanita penderita mastitis dan abses payudara tetap dianjurkan untuk
melanjutkan menyusui supaya menghindari payudara yang terlalu penuh.
Direkomendasikan menggunakan pompa payudara sebagai alternatif.
Untuk penangganan abses: dapat dilakukan insisi dan drainase abses,
dilanjutkan dengan pemberian antibiotik secara intravena.
3.7Mastitis sel plasma
Disebut juga sebagai Mammary duct ectasia. Terjadi akibat kerusakan
dinding duktus payudara diikuti infiltrasi sel radang kemudian terjadi dilatasi
dan pemendekan dari duktus mamae.
Sering pada usia menjelang menopause (dianggap variasi normal proses
payudara wanita usia lanjut). Nyeri pada payudara yang dialami oleh pasien
mastitis sel plasma tidak tergantung siklus menstruasi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa di bawah puting susu/ areola,
dapat disertai keluarnya cairan dari puting, kadang terjadi retraksi puting.
Perlu dilakukan biopsi eksisi untuk menyingkirkan diagnosis keganasan
karena mamografi dan USG tidak menunjukkan kelainan yang jelas untuk
membedakan antara mastitis sel plasma dengan keganasan.
Tatalaksana yang dapat dilakukan pada pasien mastitis sel plasma adalah
dengan meyakinkan pasien bahwa mastitis sel plasma bukan merupakan
suatu keganasan dan perlu dilakukan eksisi jika keluar cairan dari puting
banyak dan mengganggu.
3.8Nekrosis lemak
Merupakan penyebab tersering adanya massa pada payudara yang menetap
setelah terkena benturan/ cedera. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada
pasien yang mengalami nekrosis lemak pada payudaranya adalah awalnya
ditemukan massa ireguler tanpa batas yang tegas dengan konsistensi yang
11
tidak jelas, kemudian pada tahap lebih lanjut didominasi dengan bekas luka
seperti kolagen.
Nekrosis
lemak
sulit
dibedakan
dengan
keganasan
kalau
hanya
12
DAFTAR PUSTAKA
Kaufman MS, Stead SM, et al. Fisrt Aid For The Surgery Clerkship, 2th ed. New York:
McGraw-Hill, 2009
Brunicardi FC, Andersen DK, Biliar TR, et al. Schwartzs Principle of Surgery, 9th ed. New
York: McGraw-Hill, 2010
Doherty GM, et al. CURRENT Diagnosis and Treatment Surgery, 13th ed. New York:
McGraw-Hill, 2011
Sjamsuhidajat R, Jong WD, et al. Buku Ajar Ilmu Bedah, 3rd ed. Jakarta: EGC, 2010
Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, et al. Harrisons Principal of Internal Medicine. 18th ed.
New York : McGraw-Hill, 2012
Andreoli TE, Barash PG, et al. Dorlands Illustrated Medical Dictionary, 29th ed.
Philadelphia: W.B. Saunders Company, 2000
13
14