Anda di halaman 1dari 30

PEDOMAN PEN

PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT SMA


PADA KURIKULUM 2013

UNT
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pros
Proses Belajar Mengajar Bidang Studi Geografi
yang dibi
dibina oleh Bapak Dr. Achmad Amiruddin, M.Pd

Oleh:
Wakhidatus Sholikhah
Wa

130721818307

Rohana Sufia
Roha

130721818345

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
PROG
NOVEMBER 2013

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR . ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah. ....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pedoman Karya Tulis Ilmiah . .................................................................. 3
B. Contoh Karya Tulis Ilmiah ....................................................................... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan . .............................................................................................16
B. Saran.......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA . .........................................................................................iv
Lampiran 1 ............................................................................................................ v

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam


karena dengan limpahan ramat dan karunia-Nya kami (penulis) telah
menyelesaikan makalah dengan lancar yang berjudul Pedoman Penulisan
Karya Tulis Ilmiah Tingkat SMA pada Kurikulum 2013 guna memenuhi
tugas matakuliah Proses Belajar Mengajar Bidang Studi Geografi. Ucapan
terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada Bapak dosen pengampu
matakuliah ini serta kepada teman-teman yang telah membantu.
Seperti kata pepatah tiada gading yang tak retak, tiada mawar yang tak
berduri, tidak ada hal yang sempurna di dunia ini, demikian pula dengan makalah
ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sangat menerima saran dan
kritik yang bersifat positif guna tercapianya kesempurnaan pada makalah ini
ataupun makalah-makalah kami berikutnya.

Malang, 21 November 2013

Penulis

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Masalah


Salah satu tuntutan kurikulum 2013 untuk tingkat SMA adalah siswa dapat

menulis karya tulis ilmiah secara individu paling tidak sebagai tugas akhir di
semester genap. Jadi, seorang siswa minimal menghasilkan tiga karya tulis ilmiah
selama tiga tahun.
Selama ini siswa-siswi SMA yang bisa menulis karya ilmiah dengan baik
adalah beberapa siswa yang aktif dalam ekstrakurikuler KIR (Karya Ilmiah
Remaja) dan sering mengikuti lomba penulisan karya tulis ilmiah tingkat SMA
saja. Sedangkan pada kurikulum 2013 yang memiliki penekanan pada scientific
approach seluruh siswa dituntut untuk mampu menulis artikel ilmiah sebagai
salah tugas.
Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi suatu permasalahan yang
diungkapkan dengan metode ilmiah (Soeparno, 1997:51); karangan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan
yang baik dan benar (Arifin, 2003:1). Artinya, pengungkapan permasalahan dalam
karya ilmiah itu harus berdasarkan fakta, bersifat objektif, tidak bersifat emosional
dan personal, dan disusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia ragam baku dengan memperhatikan kaidah EYD dan
Pembentukan Istilah.
Berdasarkan kedalaman kajiannya karya tulis ilmiah pada tingkat SMA
masuk dalam laporan penelitian, yaitu tulisan yang melaporkan hasil percobaan,
peninjauan, atau observasi. (Ekosusilo, 1991; Wibowo, 2008). Pendapat tersebut
dapat diuraikan bahwa karya tulis ilmiah di tingkat SMA tidak terlalu rumit, karya
ilmiah bisa berupa laporan dari hasil kegiatan observasi namun dalam sistematika
penulisannya harus sesuai kaidah-kaidah karya tulis ilmiah baik dari segi bahasa,
sistematika kepenulisan dan berdasarkan fakta dari hasil obeservasi tersebut.
Kegiatan menulis karya ilmiah menambah sedikit beban bagi guru mata
pelajaran yaitu saat mengoreksi ataupun membimbing menulis karya ilmiah
tersebut, maka dari itu dalam makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan
1

tata cara penulisan karya tulis ilmiah tingkat SMA sesuai tuntutan kurikulum
2013.

2.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat disimpulkan sebuah rumusan

masalah yaitu, bagaimana pedoman penulisan karya tulis ilmiah tingkat SMA
untuk kurikulum 2013?

3.

Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini guna mengetahui pedoman penulisan karya

tulis ilmiah tingkat SMA sesuai tuntutan kurikulum 2013. Tujuan lebih lanjut
penulisan makalah ini supaya berguna bagi Bapak/Ibu SMA, tentunya setelah
tahap penyempurnaan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah


Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dilaksanakan dengan
menggunakan scientific approach atau pendekatan ilmiah. Dalam pendekatan
ilmiah, proses pembelajaran lebih ditekankan pada pola berpikir induktif. Yaitu
pola berpikir yang memandang fenomena-fenomena khusus untuk kemudian
ditarik kesimpulan yang bersifat umum atau menyeluruh. Metode ilmiah
umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk
kemudian merumuskan simpulan umum (pembelajaranku.com, 2013).
Suatu pembelajaran dapat dikatakan menggunakan pendekatan ilmiah,
jika dalam proses pembelajaran tersebut disertai dengan serangkaian aktifitas
ilmiah yang meliputi observasi atau eksperimen sebagai alat pengumpulan data,
mengolah informasi atau data yang telah diperoleh, menganalisis, dan menguji
hipotesis untuk kemudian diambil sebuah kesimpulan. Penggunaan pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan
ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses
pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
1. Pertama: Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,
hayalan, legenda, atau dongeng semata. Hal-hal yang dapat dilakukan guru
adalah:

Mendorong dan membimbing siswa untuk berpikir secara kritis, analitis,


dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.

Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu berpikir hipotetik


dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan hubungan satu dengan yang lain
dari suatu materi pembelajaran.

Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu memahami,


menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif
dalam merespon suatu materi pembelajaran.

Pembelajaran berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan.

Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik


sistem penyajiannya.

2. Kedua: Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai


nonilmiah yang meliputi intuisi, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan
asal berpikir kritis.

Intuisi. Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang


kemunculannya bersifat irasional dan individual. Intuisi juga bermakna
kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang atas dasar
pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga dipahami sebagai
penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara cepat dan
berjalan dengan sendirinya. Namun, tidak menggunakan alur berpikir yang
sistemik.

Prasangka. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh sematamata atas dasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu
kepentingan seseorang (guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi
pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat serta didukung oleh kepentingan
pelakunya, seringkali mereka menggeneralisasi hal-hal khusus menjadi
terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah
menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka
itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah
menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh
kepentingan subjektif guru dan peserta didik.

Penemuan coba-coba. Tindakan atau aksi coba-coba seringkali


melahirkan wujud atau temuan yang bermakna. Namun, keterampilan dan
pengetahuan yang ditemukan dengan coba-coba selalu bersifat tidak
terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak baku. Tentu saja, tindakan
coba-coba itu ada manfaatnya bahkan mampu mendorong kreatifitas.
4

Karena itu, kalau memang tindakan coba-coba ini akan dilakukan, harus
disertai dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai dengan
menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang siswa mencoba
meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer/laptop, tiba-tiba dia kaget
komputer/laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol
yang menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi
tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol
dengan lambang seperti apa yang bisa memastikan bahwa
komputer/laptop itu bisa menyala.

Asal Berpikir Kritis. Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua
orang, khususnya mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik
diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang
bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya dipercaya
benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak
semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil eksperimen yang valid
dan reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis
semata.
Terkait dengan metode pendekatan ilmiah (scientific approach), (Bahm

dalam Wibowo, 2008) mengemukakan bahwa tidak ada satu metode ilmiah pun
yang dapat dikatakan baik, kecuali penggunaannya tepat dan kontekstual.
Karena tiap ilmu pengetahuan mempunyai metodenya sendiri untuk
menyelesaikan permasalahannya, tiap masalah selalu mengundang penggunaan
metode yang unik, dan tiap lmuwan selalu memiliki focus yang berbeda-beda,,
terutama karena adanya perkembangan teori atau penemuan baru.
Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran yang berbasis scientific
approach bukan hanya pada hasil tes akhir, tetapi juga penilaian proses pada
aktifitas siswa dan laporan dari hasil kegiatan pembelajaran yang disusun dalam
bentuk karya ilmiah. Disinilah pentingnya penguasaan siswa dalam penulisan
karya ilmiah. Karya ilmiah merupakan karya tulis atau bentuk lainnya yang telah
diakui dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi atau seni yang ditulis atau
dikerjakan sesuai dengan tata cara ilmiah, dan mengikuti pedoman atau konvensi
ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan (PPKI, 2010). Sedangkan menurut
5

Wibowo (2010: 29) karya tulis ilmiah merupakan tulisan yang didasari oleh hasil
pengamatan, peninjauan, penelitian, dan perenungan dalam bidang keilmuan
tertentu yang disusun menurut kaidah baku bahasa tulis dan isinya pun dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih lanjut Wibowo membagi karya tulis
ilmiah menjadi tiga macam yaitu: (a) laporan penelitian yaitu tulisan yang
melaporkan hasil percobaan, peninjauan, atau observasi sementara, (b) karya
tulis akademik yaitu berupa skripsi, tesis, da disertasi, dan (c) buku teks yaitu
diktat atau buku-buku ilmiah yang digunakan sebagai penunjang bahan ajar.
Dalam penulisan karya ilmiah terdapat aturan-aturan tertentu atau tata
bahasa yang harus dipatuhi agar menghasilkan karya tulis yang baik, menarik,
dan komunikatif. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Koheren
Koheren dapat dipahami sebagai harmonis, terintegrasi, kompak, dan
terpadu. Koherensi adalah hubungan yang jelas antara unsur-unsur yang
membentuk suatu kalimat, atau interelasi antara kata-kata yang menduduki
sebuah tugas dalam kalimat. Seperti hubungan antara subyek dengan
predikat, predikat dengan obyek, dan keterangan-keterangan yang
menjelaskan unsur-unsur tersebut dalam suatu kalimat.
b. Konsisten
Konsisten dapat diartikan sebagai ajeg, konstan, stabil, taat asas,
atau teguh dan juga bertanggungjawab dalam memberikan suatu informasi
yang benar. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah harus didukung dengan datadata yang cukup terpercaya sumbernya. Pendapat yang didukung oleh data
yang cukup terpercaya kemudian disusun menjadi suatu kalimat yang baik
dan disatukan dengan satu ide pokok.
c. Sistematis
Karya tulis ilmiah yang baik harus disusun secara sistematis yakni teratur,
runtut, berkesinambungan dan terorganisasi. Sistematika sebuah tulisan pada
umumnya terbagi ke dalam tiga bagian pokok yaitu pendahuluan, isi, dan
kesimpulan. Bagian lain yang menjadi penunjang adalan cover, kata
pengantar, daftar pustaka, daftar isi, dan lain-lain.

d. Konseptual
Dalam penulisan karya tulis ilmiah yang baik dan komunikatif, prosedur atau
urutan harus dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan yang
konseptual yaitu terarah dan terfokus. Implikasinya adalah seorang penulis
harus menggunakan metode dan teori-teori yang sudah ada sebagai pisau
analisis.
e. Komprehensif
Karya tulis ilmiah yang baik harus ditulis dengan komprehensif yaitu tuntas,
lengkap, dan menyeluruh. Analisisnya juga harus jelas dan lengkap sesuai
dengan fokus masalah yang diangkat dalam karya tulis terebut.
f. Logis
Karya tulis ilmiah dapat dikatakan logis jika mengandung prinsip
pengembangan. Maksudnya adalah segala penjelasan dalam karya tulis
limiah harus memiliki argument yang dapat diterima akal yang sehat dan
valid atau dapat diuji kebenarannya baik berdasarkan data, fakta, atau diuji
kembali oleh ilmuwan lain. Namun disisi lain, karya tulis ilmiah juga harus
bersifat terbuka, yang artinya bukti dan pendapat dari penulis tidak bersifat
statis, tapi dapat diubah jika suatu saat muncul bukti, pendapat dan teori baru
yang didukung oleh data dan fakta.
g. Bebas
Makna bebas disini bukan berarti invidualisme ataupun kesewenangwenangan, namun lebih mengarah pada kebebasan yang berpijak pada
norma-norma yang berlaku. Karya tulis ilmiah harus berlaku dan dapat
diberlakukan untuk seluruh anggota komunitas bidang ilmu yang
bersangkutan dan tetap dengan menggunakan aturan-aturan penulisan yang
baku.
h. Bertanggung jawab
Dalam kaitannya dengan karya tulis ilmiah, bertanggung jawab dapat
diartikan sebagai tulisan yang etis, sesuai dengan aturan penulisan yang
berlaku (tidak plagiat), konsisten dan jelas dalam mengungkapkan isi dari
karya ilmiah tersebut, sehingga nantinya penulis dapat menjawab semua
pertanyaan tentang tulisannya tersebut.
7

Seperti yang telah dijelaskan diatas, karya tulis ilmiah harus ditulis
secara sistematis. Dalam penulisan karya ilmiah tingkat SMA biasanya
didasarkan pada hasil observasi dan eksperimen sederhana. Pada makalah ini
kami menyarankan karya tulis ilmiah untuk siswa SMA dalam bentuk makalah.
Karena makalah merupakan salah satu jenis karya ilmiah yang mempunyai
sistematika penulisan yang sederhana. Salah satu tujuan pokok penulisan
makalah adalah untuk meyakinkan pembaca bahwa topik yang ditulis dilengkapi
dengan penalaran logis dan pengorganisasian yang sistematis.
Secara garis besar makalah terdiri atas tiga bagian yaitu bagian awal,
inti, dan bagian akhir. Bagian awal berisi halaman sampul, daftar isi, dan daftar
tabel dan gambar jika ada. Bagian inti berisi pendahuluan (latar belakang,
rumusan masalah, dan tujuan), pembahasan, dan kesimpulan. Bagian akhir terdiri
dari daftar rujukan dan lampiran jika ada.
1. Bagian Awal
a. Halaman sampul
Hal-hal yang harus ada pada bagian sampul adalah judul
makalah, keperluan atau maksud penulisan makalah, nama penulis,
tempat dan waktu penulisan makalah. Dalam penulisan judul makalah
perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1) Judul harus mencerminkan isi makalah atau mencerminkan topik
yang diangkat dalam makalah.
2) Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau klausa, bukan
dalam bentuk kalimat. Itulah sebabnya judul makalah tidak diakhiri
dengan tanda titik.
3) Judul makalah hendaknya singkat dan jelas yaitu antara 5-15 kata.
4) Judul hendaknya menarik perhatian pembaca untuk mengetahui
isinya, dengan tetap mencerminkan isi makalah.
Keperluan atau maksud penulisan makalah dapat berupa,
misalnya, untuk memenuhi tugas mata pelajaran geografi yang dibina
oleh ... tempat dan waktu yang dimaksud dapat berisi nama
lembaga (sekolah), nama kota, serta bulan dan tahun.

b. Kata pengantar
Kata pengantar berisi puji syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung atau
tidak langsung berperan dalam kegiatan penulisan tersebut, dan
permintaan kritik dari pembaca demi perbaikan. Ucapan terima kasih
hendaknya ditujukan kepada orang atau lembaga yang memberikan
kontribusi langsung terhadap penulisan makalah.
c. Daftar isi
Daftar isi berfungsi memberikan panduan dan gambaran tentang
garis besar isi makalah.
d. Daftar tabel dan gambar (jika ada)
Penulisan daftar gambar dan tabel juga dimaksudkan untuk
memudahkan pembaca menemukan tabel dan atau gambar yang terdapat
dalam makalah. Daftar tabel dan gambar yang lebih dari satu sebaiknya
dipisah dengan daftar isi, namun jika hanya satu dapat disatukan dengan
daftar isi.
2. Bagian Inti
a. Latar belakang
Latar belakang makalah adalah hal-hal yang melandasi perlunya
ditulis makalah. Hal-hal yang dimaksud berupa paparan teoritis ataupun
paparan yang bersifat praktis. Pada bagian ini harus dapat mengantarkan
pembaca pada masalah atau topik yang dibahas dalam makalah dan
menunjukkan bahwa masalah atau topic tersebut memang perlu dibahas.
Penulisan latar belakang dapat dilakukan dengan hal-hal berikut:
1) Dimulai dengan sesuatu yang diketahui bersama (umum) atau teori
yang relevan dengan masalah atau topic yang akan ditulis, selanjutnya
diikuti dengan paparan yang menunjukkan bahwa tidak selamanya hal
tersebut dapat terjadi.
2) Dimulai dengan suatu pertanyaan yang diperkirakan dapat
mengantarkan pembaca pada masalah atau topik yang akan dibahas.

3) Dimulai dengan suatu kutipan dari orang terkenal, ungkapan atau


slogan, selanjutnya dihubungkan atau ditunjukkan relevansinya
dengan masalah atau topik yang dibahas.
b. Masalah atau topik bahasan
Masalah atau topik adalah apa yang akan dibahas dalam
makalah. Masalah atau topic bahasan tidak terbatas pada persoalan yang
memerlukan pemecahan, tetapi juga mencakup persoalan yang
memerlukan penjelasan lebih lanjut, persoalan yang memerlukan
pendeskripsian lebih lanjut, dan persoalan yang memerlukan penegasan
lebih lanjut. Berikut ini merupakan tips pemilihan topik karya ilmiah:
1) Topik yang dipilih harus ada manfaatnya baik dari segi praktis
maupun teoritis, dan layak untuk dibahas.
2) Topik yang dipilih hendaknya menarik dan sesuai dengan minat
penulis.
3) Topik yang dipilih harus dikuasai oleh penulis.
4) Bahan yang diperlukan sehubungan topik tersebut memungkinkan
untuk diperoleh.
c. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah mengarah pada apa yang ingin
dicapai penulis dengan penulisan makalah tersebut. Rumusan tujuan
dapat berfungsi sebagai pembatasan ruang lingkup makalah tersebut.
Rumusan tujuan ini dapat berupa kalimat kompleks atau dijabarkan dalam
bentuk rinci.
d. Teks utama atau pembahasan
Bagian teks utama makalah berisi pembahasan topik-topik
makalah sesuai dengan tujuan penulisan makalah. Beberapa teknik
perangkaian bahan untuk membahas topik beserta sub topiknya dapat
dikemukakan seperti berikut:
1) Mulailah dari ide atau hal yang bersifat sederhana atau kusus menuju
hal yang bersifat kompleks/umum atau sebaliknya.
2) Gunakan teknik kiasan, perumpamaan, penganalogian, dan
perbandingan.
10

3) Gunakan diagram dan klasifikasi


4) Berikan contoh.
Bagian ini juga berisi analisis, pembahasan, dan pemaknaan
data yang yang telah dikumpulkan. Kelengkapan data yang diperoleh
sangat mendukung kesahihan hasil analisis. Kecermatan analisis dan
pemaknaan data sangat menentukan kualitas hasil kajian. Penulisan
bagian teks utama dilakukan setelah bahan penulisan makalah berhasil
dikumpulkan. Bahan penulisan dapat berupa bahan yang bersifat teoritis
yang diperoleh dari buku teks, laporan penelitian, jurnal, dan majalah
ataupun hasil dari observasi penulis di lapangan.
e. Penutup
Bagian penutup berisi kesimpulan atau rangkuman pembahasan
dan saran-saran (jika perlu). Kesimpulan harus menjawab permasalahan
dan harus sesuai dengan tujuan makalah yang berada pada bab
pendahuluan. Penulisan bagian penutup makalah dapat dilakukan dengan
teknik berikut:
1) Penegasan kembali atau ringkasan dari pembahasan yang telah
dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar pembaca menarik kesimpulan
sendiri.
2) Menarik kesimpulan dari apa yang telah dibahas pada teks utama atau
bab pembahasan makalah.
Selan itu pada bagian ini juga dapat ditambahkan saran atau
rekomendasi yang berhubungan dengan masalah atau topik yang telah
dibahas. Saran harus relevan dengan apa yang telah dibahas. Saran juga
dibuat eksplisit, kepada siapa saran tersebut ditujukan, dan tindakan apa
atau hal apa yang disarankan untuk dilakukan.
3. Bagian Akhir
a. Daftar Rujukan
Daftar rujukan merupakan bahan pustaka yang digunakan,
dirujuk atau dikutip oleh penulis dalam penulisan makalah tersebut.
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah
disebutkan dalam teks, bukan yang hanya digunakan sebagai bahan
11

bacaan. Penulisan sumber atau referensi bacaan yang dikutip dalam


makalah mengikuti ketentuan karya ilmiah berikut.
(1) Sumber bacaan yang ditulis di antara tanda kurung pada akhir kutipan terdiri
atas nama pokok pengarang, tahun penerbitan, dan nomor halaman. Tanda
koma digunakan di antara nama pokok dan tahun penerbitan, sedangkan tanda
titik dua di antara tahun penerbitan dan nomor halaman.
Contoh:
Surat adalah satu sarana untuk menyampaikan pernyataan atau informasi
secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain (Bratawidjaja,
1995:5).
(2) Apabila nama pengarang sudah disebutkan lebih dahulu, sumber yang ditulis
di antara tanda kurung hanyalah tahun penerbitan dan nomor halaman yang
diacu.
Contoh:
Menurut Bratawidjaya (1995:5) surat adalah satu sarana untuk menyampaikan
pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak
yang lain.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun daftar
pustaka:
(1) daftar pustaka tidak diberi nomor urut,
(2) daftar pustaka disusun secara alfabetis (menurut abjad),
(3) gelar penulis tidak dicantumkan.
Daftar rujukan dapat bersumber dari buku, artikel ataupun publikasi
lain. Berikut adalah contoh penulisan daftar rujukan.
1) Buku
Penulisan buku dalam daftar pustaka disusun mengikuti urutan: (1) nama
pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul buku, (4) tempat penerbitan,
dan (5) nama penerbit. Di antara satuan itu dipergunakan tanda titik,
kecuali di antara tempat penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda
titik dua. Judul buku dicetak miring dan setiap awal kata ditulis dengan
huruf kapital, kecuali kata depan. Berikut contoh penulisan daftar rujukan
dari buku dengan 1 pengarang, 2-3 pengarang, dan lebih dari 3 pengarang.
12

Yamin, H.M. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP.


Jakarta: Gaung Persada Press.
Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1992. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
2) Artikel
Mukhlish (2012) menuturkan bahwa untuk karya ilmiah remaja
penulisan artikel dalam daftar pustaka menggunakan urutan (1) nama
pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul artikel, (4) nama majalah, (5)
volume atau halaman dimuatnya artikel, (6) tempat penerbitan, dan (7)
nama penerbit. Judul artikel ditulis di antara tanda petik dua; nama
majalah dicetak miring; di antara satuan digunakan tanda titik, kecuali di
antara nama editor dan nama majalah, di antara nama majalah dan volume
atau halaman digunakan tanda koma; di antara tempat penerbitan dan
nama penerbit digunakan tanda titik dua. Contoh penulisan artikel dalam
majalah:
Madya, Suwarsih. 1994. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan. dalam
Diksi, No.4, Tahun II, halaman 67-82. Yogyakarta: FPBS IKIP
Yogyakarta.

3) Penerbitan pemerintah, lembaga-lembaga ilmiah, dan organisasi lainnya.


Penulisan daftar pustaka untuk penerbitan pemerintah, Lembagalembaga ilmiah, dan organisasi lainnya menggunakan urutan: (1) lembaga yang
bertanggung jawab atas penulisan dokumen, (2) tahun penerbitan, (3) judul
tulisan, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.
Contoh:
Depdikbud. 1975. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

13

b. Lampiran (jika ada)


Lampiran merupakan dokumen penting yang secara langsung
perlu disertakan dalam penulisan makalah, misalnya data hasil observasi
atau eksperimen, dan surat ijin observasi atau penelitian.
Sistematika lain

dalam

penulisan

makalah

adalah

sistematika

penomoran. Sistematika penomoran mengikuti ketentuan berikut:


1. Penomoran bab, subbab, dan anak subbab dapat dilakukan dengan dua cara.
a. Cara Pertama
Sistem campuran, yakni dimulai dari angka romawi besar (untuk bab),
huruf kapital (untuk subbab), angka arab (untuk anak subbab), huruf kecil
(untuk anak-anak subbab), angka arab diikuti satu kurung, dan seterusnya.
Contoh:

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemanasan Global
1. Penyebab Pemanasan Global
a. Jenis-jenis Hutan
1) Hutan Hujan Tropis

b. Cara Kedua
Sistem angka penuh, yaitu dimulai dari angka romawi besar (untuk
bab), kemudian menggunakan angka arab semua, dan seterusnya.
Contoh:
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemanasan Global
2.1.1 Penyebab Pemanasan Global
2.1.1.1 Jenis-jenis Hutan
2.1.1.1.1 Hutan Hujan Tropis

14

2.

Penomoran halaman pada naskah utama menggunakan angka arab.

3.

Penomoran halaman pelengkap, seperti halaman judul, halaman pengantar,


dan halaman daftar isi menggunakan angka romawi kecil ( i, ii, iii, iv, v, vi,
dst.) dan diletakkan pada bagian bawah tengah.

4.

Penulisan daftar rujukan melanjutkan halaman sebelumnya.

5.

Penomoran bab, subbab dan seterusnya dalam daftar isi dituliskan di tepi
sebelah kanan sesuai dengan penulisan bab atau subbab yang bersangkutan.
Contoh:
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
(dan seterusnya)

B. Contoh Karya Tulis Ilmiah


Terlampir.

15

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Kurikulum 2013 memiliki pendekatan ilmiah (scientific approach) salah

satu cara pendekatan tersebut ialah siswa dituntut untuk mampu membuat karya
tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah pada tingkat SMA dapat berupa hasil observasi
dan laporan praktikum. Karya ilmiah ini dapat disusun dengan sistematika
makalah, karena sitematikanya yang tidak terlalu rumit namun tetap mengikuti
kaidah-kaidah penulisan karya tulis yang baik.

B.

Saran
Hendaknya bapak/ibu guru saat menerapkan kurikulum 2013 disekolah dan

membimbing siswa-siswinya ketika proses pembuatan karya tulis ilmiah


(makalah) tetap mengacu pada cara-cara penulisan yang baik dan benar
(berpedoman) karena proses kedepannya sangat bermanfaat bagi siswa-siswi
terutama bagi mereka yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi serta
menambah wawasan bagi siswa-siswi yang melanjutkan ke dunia kerja.

16

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal. 2004. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta:


Grasindo.
Mukhlis. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan Penelitian). Makalah
disajikan pada Gladi Penelitian Ilmiah Remaja Siswa SMA se-DIY 8 s.d. 12
Maret 2012. (Online) diakses 14 November 2013.
Soeparno, Haryadi, dan Suhardi. 1997. Bahasa Indonesia untuk Ekonomi.
Yogyakarta: Ekonisia.
Tim.2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Wibowo, Wahyu. 2010. Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Wibowo, Wahyu. 2008. Piawai Menembus Jurnal Terakreditasi: Paradigma
Baru Kiat Menulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

iv

Lampiran 1
MAKALAH
UPAYA PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DI BALI

Laporan Hasil Observasi


Disusun guna memenuhi tugas akhir semester genap mata pelajaran Geografi
yang dibina oleh Ibu Sri Utami, S.Pd

Oleh
Diaz Muslima Qoirunisa
SMA Negeri 1 Singaraja Bali
Juni 2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Luas hutan mangrove di Indonesia pada tahun 1999 mencapai 8,60 juta

hektar, namun tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan secara optimal sebagaimana


mestinya. Makin bertambahnya tahun, jumlah populasi mangrove semakin
menurun karena tergusur untuk area pemukiman maupun industri. Padahal,
mangrove berfungsi sangat strategis dalam menciptakan ekosistem pantai yang
layak untuk kehidupan organisme akuatik. Keseimbangan ekologi lingkungan
perairan pantai akan tetap terjaga apabila keberadaan mangrove dipertahankan
karena mangrove dapat berfungsi sebagai biofilter, agen pengikat dan perangkap
polusi. Mangrove juga merupakan tempat hidup berbagai jenis gastropoda,
kepiting pemakan detritus, dan bivalvia pemakan plankton sehingga akan
memperkuat fungsi mangrove sebagai biofilter alami.
Berdasarkan data FAO yang dirilis tahun 2007, luas hutan bakau di
Indonesia mencapai 19% dari total hutan bakau di seluruh dunia. Ini telah
menjadikan Indonesia sebagai negara dengan luas hutan bakau paling luas di
dunia. Namun, diikuti pula dengan rekor kerusakan hutan bakau terbesar. Dari
tahun ke tahun luas hutan mangrove Indonesia menurun dengan drastis. Bahkan
menurut sebuah data, hutan mangrove yang telah ter-deforestasi sehingga dalam
kondisi rusak berat mencapai 42%, rusak mencapai 29%, kondisi baik sebanyak <
23% dan hanya 6% saja yang kondisinya sangat baik.
Menurut Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
berdasarkan data tahun 1999, luas hutan mangrove di Indonesia diperkirakan 5,30
juta hektar dalam kondisi rusak. Kerusakan tersebut disebabkan oleh konversi
mangrove yang sangat intensif pada tahun 1990-an menjadi pertambakan terutama
di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi dalam rangka memacu ekspor
komoditas perikanan (Anonim, 2004).
Permasalahan utamanya adalah pengaruh dan tekanan habitat mangrove
bersumber dari keinginan manusia untuk mengkonversi areal hutan mangrove
menjadi areal pengembangan perumahan, industri dan perdagangan, kegiatan-

kegiatan komersial maupun pergudangan. Dalam situasi seperti ini, habitat dasar
dan fungsinya menjadi hilang disertai dengan hilangnya ruang terbuka hijau yang
jauh lebih besar dari nilai penggantinya.

B.

Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat disimpulkan sebuah

rumusan masalah yaitu peran ekowisata sebagai upaya pelestarian mangrove di


Bali.

C.

Tujuan Penulisan
Tulisan ini meninjau dan mengulas tentang pemanfaatan mangrove sebagai

ekowisata di Bali. Ulasan ini meliputi sebaran mangrove di Indonesia,


pemanfaatan mangrove secara umum, dan penerapan mangrove sebagai ekowisata
di Bali. Dengan demikian, kita bisa memahami potensi hutan mangrove dan dapat
mengoptimalkan dalam pemanfaatannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan

bahasa Inggris grove. Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk
komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun
untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut.
Dalam bahasa Portugis, kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu
spesies tumbuhan, dan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan
tersebut.
Hutan Mangrove merupakan hutan pantai yang selalu atau secara teratur
tergenang air laut dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove dikatakan
sebagai ekosistem yang dapat dimanfaatkan secara optimal guna menjaga
kelestarian hutan khususnya bakau. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah
tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, dan hutan payau (Kusmana 2011).
Ekosistem mangrove merupakan suatu ekosistem khas di wilayah pesisir
yang merupakan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara komponen
abiotik seperti senyawa anorganik, organik dan iklim (pasang surut, salinitas, dan
lain-lain) dengan komponen abiotik seperti produsen (vegetasi, plankton),
konsumen makro (serangga, ikan, burung, buaya, dan lain-lain). Mangrove
sebagai suatu ekosistem memiliki enam fungsi utama, yaitu : (1) fungsi aliran
energi, (2) fungsi aliran makanan, (3) fungsi pola keragaman jenis, (4) fungsi
siklus nutrien (biogeokimia), (5) fungsi evolusi dan perkembangan, dan (6) fungsi
pengendalian (cybernetics).

B.

Sebaran Mangrove di Indonesia


Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia,

terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.


Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan
mangrove yang terluas di dunia melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha)
dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).

Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar


Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungaisungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan
Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh
kebutuhan penduduknya terhadap lahan. Di bagian timur Indonesia, di tepi
Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat
daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas
1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.
FAO (2007) menyatakan bahwa luas hutan mangrove di dunia pada tahun
2005 diperkirakan seluas 15,2 juta ha yang tersebar di seluruh pantai tropik dan
sub-tropik. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas mangrove terluas di
tingkat dunia, yaitu seluas 19%. Menurut data, hutan mangrove di Indonesia
mencapai luasasn sebesar 3.244.018,64 ha yang tersebar di seluruh wilayah.

C.

Peran dan Manfaat Mangrove


Secara ekologis, hutan mangrove berperan sebagai pelindung pantai dari

bahaya tsunami, penahan erosi, dan perangkap sedimen, pendaur hara, menjaga
produktivitas perikanan, peredam laju intrusi air laut, penyangga kesehatan,
menjaga keanekaragaman hayati, dan menopan ekosistem pesisir.
Luasan kawasan hutan mangrove juga berpengaruh terhadap produksi
perikanan budidaya. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pembangunan 1 Ha
tambak ikan pada mangrove alamiah akan menghasilkan ikan dan udang sebanyak
287 kg setiap tahun. Beberapa hasil penelitian lain menunjukkan betapa
pentingnya peran hutan mangrove dalam proses daur unsur hara. Khairijon (1999)
melaporkan bahwa bakau dapat menghasilkan serasah daun dan ranting sekitar
478,4 g per m2 . sedangkan Nybakken (1988) melaporkan bahwa tumbuhan
mangrove dapat menghasilkan 6-10 ton bahan organik kering per ha per tahun
kepada ekosistem perairan di bawahnya.
Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi
ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya. Peran atau manfaat hutan bakau dapat
ditinjau dari sisi fisik, biologi, maupun ekonomi. Manfaat dan fungsi hutan
mangrove secara fisik antara lain :

1.

Penahan abrasi pantai.

2.

Penahan intrusi (peresapan) air laut ke daratan.

3.

Penahan badai dan angin yang bermuatan garam.

4.

Menurunkan kandungan karbondioksida (CO2) di udara (pencemaran udara).

5.

Penambat bahan-bahan pencemar (racun) diperairan pantai.

Manfaat dan fungsi hutan bakau secara biologi antara lain :


1.

Tempat hidup biota laut, baik untuk berlindung, mencari makan, pemijahan
maupun pengasuhan.

2.

Sumber makanan bagi spesies-spesies yang ada di sekitarnya.

3.

Tempat hidup berbagai satwa lain semisal kera, buaya, dan burung.

Manfaat dan fungsi hutan bakau secara ekonomi antara lain :


1.

Tempat rekreasi dan pariwisata.

2.

Sumber bahan kayu untuk bangunan dan kayu bakar.

3.

Hutan mangrove juga dapat diolah sebagai pupuk organik, bahan makanan,
minuman, peralatan rumah tangga, serta bahan baku tekstil.

4.

Penghasil bahan pangan seperti ikan, udang, kepiting, dan lainnya.

5.

Bahan penghasil obat-obatan seperti daun Bruguiera sexangula yang dapat


digunakan sebagai obat penghambat tumor.

6.

Sumber mata pencarian masyarakat sekitar seperti dengan menjadi nelayan


penangkap ikan dan petani tambak.

7.

Hutan mangrove dapat pula dijadikan tempat ekowisata dan hasil ikan dari
hutan mangrove dapat menjadi komoditas yang mendukung kegiatan
ekowisata.

Selain itu, hutan mangrove dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, antara


lain :
1.

Sebagai tempat untuk mengambil berbagai jenis kerang yang menempel pada
pohon bakau dan dasar perairan.

2.

Untuk pengembangan usaha budi daya, seperti tambak.

3.

Sebagai tempat mengambil kayu bakar dan kayu untuk bahan pembuatan
arang.

4.

Digunakan untuk pembuatan penambat pukat (alat penangkapan ikan) dan

penyangga bentangan tali untuk budi daya rumput laut.

D.

Pengertian Ekowisata

Ekowisata adalah kegiatan atau suatu bentuk perjalan wisata ke area alami yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengkonservasi lingkungan dan melestarikan
kehidupan yang ramah lingkungan, sehingga kelestarian ekosistem dapat terjaga.
Potensi manfaat kawasan ekowisata dapat berupa peningkatan peluang ekonomi,
perlindungan sumber daya alam dan nilai budaya, peningkatan kualitas hidup.
Manfaat peningkatan peluang ekonomi kawasan ekowisata, antara lain :
1.

Meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat atau penduduk lokal.

2.

Meningkatkan pendapatan.

3.

Berkembangnya usaha baru dan berkembangnya ekonomi lokal.

4.

Berkembangnya usaha atau kerajinan barang lokal.

5.

Meluasnya pemasaran dan peningkatan penerimaan devisa.

6.

Meningkatkan standar hidup masyarakat dan peningkatan pendapatan pajak


daerah.

7.

Mendorong karyawan dan masyarakat untuk mempelajari ketrampilan baru.

8.

Meningkatnya sumber pendanaan untuk perlindungan alam dan


pemberdayaan masyarakat lokal.

Beberapa cara yang dapat digunakan dalam menangkap peluang ekonomi dari
kegiatan ekowisata, yakni :
1.

Meningkatkan jumlah wisatawan.

2.

Meningkatkan nama tinggal wisatawan agar masyarakat lokal mempunyai


lebih banyak kesempatan untuk menjual produk local dan jasa.

3.

Menarik pangsa pasar wisatawan kaya agar terjadi peningkatan daya beli
terhadap produk lokal.

4.

Meningkatkan jumlah pembelian per wisatawan melalui penawaran produk


lokal yang lebih beragam.

5.

Penyediaan penginapan lokal untuk meningkatkan perolehan masyarakat dari


biaya penginapan.

6.

Memberikan jasa panduan dan layanan lainnya kepada wisatawan melalui


pelibatan masyarakat.

7.

Mendorong kegiatan pertunjukan lokal berupa festival budaya lokal yang


dapat meningkatkan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

8.

E.

Penyediaan makanan dan minuman yang tersedia secara lokal.

Ekowisata mangrove di Bali


Perubahan tata guna lahan dan pemanfaatan sumber daya alam secara

maksimal diupayakan oleh Pemerintah Daerah Bali yang bekerjasama dengan


JICA (Japan International Cooperation Agency). Terbukti dengan terkenalnya
wisata yang tergolong baru ini hingga ke kancah Internasional. Kini, Proyek Pusat
Informasi Mangrove (Mangrove Information Center) dengan luas hutan bakau
sekitar 1300 hektar, menjadi salah satu alternatif wisatawan untuk berlibur di Bali.
Lokasinya di bypass Ngurah Rai, Bali Selatan atau sekitar 100 meter patung
Dewa Ruci (simpang siur). Letaknya jauh dari polusi kota, sangat tersembunyi
dari hiruk pikuk kota dan pemandangan yang asri menambah estetika ekowisata
ini.
Dengan tiket masuk kawasan wisata Rp 5000,00 wisatawan dapat
menikmati pesona mangrove dan tersedia juga jalur trekking (jembatan kayu)
sepanjang 2 km yang dapat digunakan untuk sarana olahraga. Jarang bisa
menikmati / melihat hutan mangrove apalagi masuk kekawasan hutan, karena
hutan bakau identik dengan kawasan rawa-rawa yang berlumpur. Tapi dikawasan
ini, semua sudah ditata rapi dengan jembatan kayu dan wisatawan bisa menikmati
keindahan hutan mangrove di sini.
Kawasan wisata ini sangat bagus untuk anak-anak sekolah, untuk bisa
mengenal lingkungan lebih dekat, sering juga dijadikan sebagai tempat peneletian.
Di beberapa titik disediakan tempat khusus untuk menikmati keindahan hutan dan
menghirup udara segar yang jauh dari polusi. Bahkan di tengah hutan disediakan
tower untuk bisa melihat seluruh kawasan hutan.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Akibat adanya kerusakan berlebih pada hutan mangrove, maka perlu adanya

upaya pelestarian mangrove. Dalam hal ini, pemerintah Bali sudah menerapakan
pengoptimalan mangrove sebagai ekowisata yang mampu memperikan pengaruh
positif dan manfaat dari berbagai sisi yaitu segi fisik, biologi dan ekonomi.
Dengan dibukanya ekowisata mangrove di Bali, setidaknya ada kepedulian
untuk senantiasa menjaga lingkungan guna keberlangsungan ekosistem yang ada
di dalamnya. Melalui ekowisata yang menitikberatkan pada pengenalan mangrove
dan segala potensinya, berbagai cara dapat digunakan untuk menangkap peluang
ekonomi, perlindungan sumber daya alam dan nilai budaya, serta peningkatan
kualitas hidup dari kegiatan ekowisata mangrove.

DAFTAR PUSTAKA

Aksornkoae, S. 1993. Ecology and Management of Mangrove. Thailand: IUCN.


Anonim, 2000. Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata. (Online),
(http://www.scribd.com//Konsep-Ekowisata), diakses 10 November
2013.
Anonim. 2004. Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumber Hayati
Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian 23(1) 2004.
Edi, Mulyadi., Okik Hendriyanto, Nur Fitriani. 2008. Konservasi Hutan
Mangrove Sebagai Ekowisata. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan
FTSP UPN Veteran Jawa Timur
[FAO] Food and Agricultural Organization of United Nations. 2007. The Worlds
Mangrove 1980-2005: A Thematic Study in The Framework of The
Global Forest Assestment 2005. Rome : Food and Agricultural
Organization of United Nations.
Kusmana C. 2011. Ekosistem Mangrove dan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir.
Jakarta : Pustaka Karisma
Tomlinson, P.B. 1994. The Botany of Mangroves. UK : Cambridge University
Press
Tuwo, Ambo. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Surabaya : Brilian
Internasional
Whitten, Jeffrey L., Bentley, Lonnie D & Dittman, Kevin C. 1994. Pengelolaan
Ekosistem Pesisir dan Lautan (Jalur Hijau Pantai). Jakarta : Kantor
Menteri Lingkungan Hidup, Proyek Pembinaan Kelestarian Sumber
Daya Alam Laut dan Pantai. Jurnal Masyarakat
Informatika, Volume 1, Nomor1, ISSN 2086 4930.
Wijayanti. 2007. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Wisata Pendidikan. Tugas
Akhir Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai