JURNAL KULIAH
Disusun oleh
TRI RAHMAT HABIBY
0710210030
ABSTRAK
Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia selain pangan dan sandang. Dalam
perkembangannya di lapangan perumahan di Kota Malang berkembang menjadi suatu
akat investasi yang sangat bagus sejalan dengan perkembagan Kota Malang itu sendiri.
Di perumahan yang besekala menengah kebawah yaitu perumahan dengan tipe di bawah
70, memiliki permintaan yang relatif tetap bahkan cecderung mengalami kenaikan. Hal
ini dipermudah dengan adanya fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) yang
disediakan oleh bank Nasional maupun yang disediakan oleh bank swasta Nasional.
Fasilitas KPR mmberikan kemudahan para nasabahnya untuk memiliki hunian yang
layak dan juga dapat dikatakan sebagai alat bantu investasi jangka panjang yang aman.
Perkembangan bisnis perumahan di Kota Malang menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan, di Kota Malang sendiri terdapat 27 pengembang dengan pembiayaan
KPR mencapai Rp. 1,8 Triliun untuk semester pertama tahun 2013, kondisi tersebut
dapat mencerminkan adanya peningkatan sebesar 17% apabila dibandingkan semester
tahun sebelumnya. Kenyataan tersebut menjadi peluang bagi bank-bank yang
menawarkan KPR bagi masyarakat. Pertumbuhan propeti ini juga menggambarkan
bahwa masyarakat Malang suda memiliki suatu pola pikir untuk melakukan investasi
jangka panjang yang memiliki resiko yang kecil dan dapat diminimalkan lagi dengan
cara pemilihan lokasi investasi properti yang tepat.
Penelitian ini dilakukan pada konsumen perumahan yang terdapat di Kota Malang.
Adapun pertimbangan yang digunakan yaitu konsumen perumahan di Kota Malang
merupakan konsumen yang memiliki potensi dalam pengembangan sektor perumahan di
Jawa Timur, dimana kondisi tersebut ditunjukkan dengan tingginya peningkatan minat
perumahan di Kota Malang.
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis penilitian ini adalah
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang menggunakan
data berbentuk angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dan uraian kata-kata
yang diperoleh dari lokasi penelitian. (Singarimbun dan Effendi, 1995:8)
Penelitian dengan metode kuantitatif digunakan untuk mengestimasi data-data yang
berbentuk angka-angka dari sumber-sumber dokumen yang telah disediakan dan
dilakukan analisis mendalam terhadap angka-angka yang mucul pada saat estimasi yang
dilakukan telah selsai. Dan peneliti juga harus mampu menginterpretasikan hasil dari
perhitungan dengan benar dan tepat.
Aanalisis data mengenai pengaruh tingkat suku bunga, pendapatan, usia, pendidikan dan
lokasi perumahan terhadap pinjaman kredit KPR. Berdasarkan data dari hasil penelitian
tersebut maka secara lengkap hasil analisa regresi linier berganda
Keyword : Perkembangan Perumahan, Kredit kepemilikan Rumah (KPR), Regresi Linier
Berganda
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dewasa ini sangat pesat di dalam era
perdagangan bebas yang kompetitif menjadikan sektor usaha menjadi pendukung
upaya untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kondisi perekomian di
Indonesia secara langsung memberikan dampak terhadap usaha untuk memberkan
jaminan tingkat kesejahteraan kepada seluruh masyarakat. Pembangunan di semua
sektor dipacu dengan adanya kemampuan dari sektor-sektor usaha yang ada yaitu
usaha milik negara, swasta dan koperasi sebagai pelaku usaha yang secara langsung
menentukan tingkat keberhasilan pencapaian perekonomian di Indonesia. Badan
Usaha Milik Negara merupakan badan usaha yang pengelolaannya menjadi
tanggungjawab penuh dari negara terkait dengan proses pengelolaan dan
pengembangan usaha yang dilakukan. Badan usaha ini lebih fokus pada usaha-usaha
dalam penyelenggaraan fasilitas umum masyarakat. Adapun badan usaha swasta lebih
memberikan dukungan sektor-sektor yang secara langsung terkait dengan
peningkatan pelayanan masyarakat (Sukirno, Sadono, 2005)
Salah satu sektor usaha yang mempengaruhi perkembangan perekonomian di
Indonesia yaitu sektor perbankan, dimana sektor ini memberikan dampak dalam
upaya peningkatkan kondisi perekonomian baik secara makro maupun mikro.
Kondisi tersebut dikarenakan perbankan melakukan transaksi mencakup kondisi
secara makro di bidang ekonomi. Dalam perkembangannya industri perbankan
dipandang sangat penting sebagai penunjang dalam pembangunan ekonomi suatu
negara, terutama negara berkembang. Sejak krisis global melanda perekonomian
dunia, persendian perekonomian negara terancam tidak sehat khususnya Indonesia.
Proses globalisasi yang semakin kuat sangat berpengaruh dalam pertumbuhan
ekonomi, tidak terkecuali dunia perbankan. Dengan demikian menuntut persaingan
yang ketat demi memberikan produk yang dapat memberikan kepuasan dan
kenyamanan terhadap nasabahnya. (Mulyono, Teguh Pudjo, 2001)
Lembaga keuangan mempunyai peranan ganda yaitu sebagai lembaga
intermediasi yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali dalam bentuk kredit guna membiayai pembangunan sektor-sektor
perekonomian. Sehubungan dengan hal tersebut, bank sebagai lembaga keuangan
tentunya memiliki kebijaksanaannya sendiri dalam usaha menarik minat masyarakat
atau nasabah untuk menyimpan dananya pada bank. Salah satunya adalah dengan
cara memberikan suku bunga yang tinggi atas simpanan atau menurunkan suku bunga
pinjaman atas pinjaman.
Seiring pertumbuhan dunia industri yang pesat tentunya membutuhkan
dukungan finansial dari lembaga keuangan sebagai modal usaha dalam rangka
pengembangan usaha dan kesejahteraan hidupnya. Begitu pentingnya peran lembaga
keuangan sebagai mitra bisnis bagi para pengusaha dan pegawai negeri dalam
meningkatkan usaha dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Adapun berbagai macam pilihan kredit yang ditawarkan pihak bank guna
memenuhi kebutuhan nasabah, salah satunya yaitu mengenai kredit kepemilikan
rumah. Selain memberikan kemudahan bagi nasabah dalam menjalankan suatu usaha
atau memenuhi kebutuhan sehari-hari, pihak bank juga memberikan kemudahan
dalam memberikan pinjaman dana yang akan digunakan nasabah dalam bentuk
investasi yaitu melalui kredit pembelian perumahan. Namun dengan segala bentuk
kemudahan yang diberikan oleh pihak bank, maka bank juga berharap agar nasabah
memenuhi semua persyaratan yang diajukan pihak bank sebagai bentuk kerjasama
yang baik kepada bank. Loyalitas nasabah kepada bank dijadikan sebagai acuan oleh
pihak bank dalam memberikan kepuasan dan kenyamanan kepada nasabah dalam
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Bank, Tujuan Bank, Jenis Bank
Berdasarkan beberapa pengertian yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa
bank merupakan suatu bentuk badan usaha atau lembaga keuangan yang menawarkan
jasa-jasa perbankan dalam urusan peredaran uang masyarakat. Bentuk-bentuk jasa
yang ditawarkan tersebut yaitu berupa pinjaman kredit dan bentuk simpanan
(tabungan) dengan menawarkan tingkat bunga tertentu kepada para nasabahnya.
Menurut Sinungan (2003:4) Usaha perbankan Indonesia bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan rakyat
banyak.
Dalam melaksanakan demokrasi ekonomi, industri perbankan Indonesia harus
menghindarkan diri dari ciri-ciri negatif yaitu:
a. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan
bangsa lain.
b. Sistem etatisme dimana Negara beserta aparatur Negara bersifat dominan serta
mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi swasta.
c. Pemusatan kekuatan industri perbankan pada suatu kelompok yang dapat
merugikan masyarakat.
Menurut Suyatno (1997: 15) jenis dan macam bank di bagi menjadi tiga yaitu :
a. Dilihat dari segi fungsinya
1) Bank Sentral, ialah bank yang merupakan badan hukum milik negara yang
tugas pokoknya membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga,
memelihara kestabilan nilai rupiah. Dengan demikian bank ini merupakan
stabilisator atas nilai tukar rupiah.
2) Bank Umum ialah bank yang sumber dananya berasal dari simpanan
masyarakat serta pemberian kredit jangka pendek dalam menyalurkan
dananya.
3) Bank Tabungan, ialah usaha pokok perbankan, yaitu menerima simpanan
dalam bentuk tabungan.
Prinsip-Prinsip Perkreditan
Prinsip perkreditan disebut juga pertimbangan kredit, merupakan tindakan
analisis dan evaluasi dalam kegiatan perkreditan. Prinsip tersebut untuk menilai dan
menganalisis pemohon kredit. Bank melakukan pencarian informasi selengkaplengkapnya mengenai pemohon yang akan dipergunakan dalam analisis dan evaluasi.
Analisis dan evaluasi tersebut menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:250)
sering disebut dengan prinsip 5-C, prinsip perkreditan tersebut adalah:
a. Character (analisis watak)
Dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran akan kemauan membayar dari
pemohon, mencakup perilaku pemohon sebelum dan selama permohonan kredit.
b. Capacity (analisis kemampuan)
Bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan mengembalikan kredit dari usaha
yang dibiayai (the first way out), mencakup aspek manajemen (kemampuan
mengelola perusahaan), aspek produksi (kemampuan berproduksi secara
berkesinambungan), aspek pemasaran (kemampuan memasarkan hasil produksi),
aspek personalia (kemampuan tenaga kerja dalam mendukung aktifitas
perusahaan), aspek finansial (kemampuan menghasilakan laba)
c. Capital (analisis modal)
Bertujuan untuk mengukur kemampuan pemohon dalam menyediakan modal
sendiri (own share), yang mencakup: besar dan komposisi modal, perkembangan
laba usaha selama tiga periode sebelumnya, angka rasio perbandingan antara
hutang dan modal sendiri (Debt Equity Ratio).
d. Condition (analisis kondisi/prospek usaha)
Dengan tujuan untuk mengetahui prospektif atau tidaknya suatu usaha yang akan
dibiayai, yang meliputi siklus bisnis mulai dari bahan baku (pemasok),
pengolahan, dan pemasaran (pembeli).
e. Collateral (analisis agunan atau jaminan)
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya nilai agunan yang dapat
dipergunakan sebagai alat pengaman lapis kedua (the second way out) bagi bank
dalam saetiap pemberian kredit.
Selain prinsip 5C, menurut Manurung dan Prathama (2004:194), konsep 7P
juga dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit. Konsep 7P
tersebut antara lain:
a. Personality (kepribadian)
Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah laku, sejarah
hidupnya yang mencakup sikap, emosi, dan tindakan dalam menghadapi masalah.
b. Purpose (tujuan)
Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa
besar kredit yang diajukan.
c. Prospect (prospek)
Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
d. Payment (pembayaran)
Menilai bagaimana cara calon debitur melunasi kredit, dari mana saja sumber
dana tersebut, dan bagaimana tingkat kepastiannya.
e. Profitability (tingkat keuntungan)
Menilai berapa tingkat keuntungan yang di perkirakan akan diraih calon debitur;
bagaimana polanya, apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.
f. Protection (perlindungan)
Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan
perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi.
g. Party (tingkatan)
Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan
karakternya. Klasifikasi ini berguna untuk penentuan perlakuan bank dalam hal
pemberian fasilitas.
Penilaian atau analisis calon debitur selain dengan menggunakan konsepkonsep di atas, juga dapat dilakukan dengan konsep 3R, menurut Manurung dan
Prathama (2004:195), yaitu:
a. Return (tingkat pengembalian usaha)
Penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah
memperoleh kredit.
b. Repayment (kemampuan membayar kembali)
Memperhitungkan kemampuan jadwal dan jangka waktu pembayaran kredit oleh
calon debitur.
c. Risk Bearing Ability (kemampuan menanggung resiko)
Memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitur untuk
menghadapi resiko, perusahaan calon debitur memiliki resiko yang besar atau
kecil.
5. Tujuan dan Fungsi Kredit
Kredit diberikan kepada masyarakat tidak semata-mata untuk mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya, melainkan disesuaikan dengan tujuan Negara
yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. Menurut
a. Elastis
Barang dikatakan elastis sempurna bila kurva permintaan mempunyai koefisien
elastisitas lebih besar daripada satu. Hal ini terjadi bila jumlah barang yang
diminta lebih besar daripada persentase perubahan harga barang tersebut.
b. Elastisitas Uniter
Barang dikatakan elastis uniter bila kurva permintaan mempunyai koefisien
elastisitas sebesar satu. Persentase perubahan harga direspon proporsional
terhadap persentase jumlah barang yang diminta.
c. Tidak elastis
Barang dikatakan tidak elastis bila persentase perubahan jumlah yang diminta
lebih kecil daripada persentase perubahan harga sehingga koefisien elastisitas
permintaannya antara nol dan satu.
Menurut Sukirno (2003: 111) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
elastisitas permintaan suatu barang, yaitu:
a. Tingkat kemampuan barang barang lain untuk menggantikan barang yang
bersangkutan. Apabila suatu barang mempunyai banyak barang pengganti
(barang substitusi), permintaan atas barang tersebut cenderung akan bersifat
elastis. Perubahan harga yang kecil akan beralih ke barang lain sebagai
penggantiannya. Untuk barang yang tidak memiliki barang pengganti,
permintaan atas barang tersebut barang yang tidak memiliki barang pengganti,
permintaan atas barang tersebut bersifat tidak elastis. Karena konsumen sukar
memperoleh barang pengganti apabila harga barang tersebut naik permintaan
tidak banyak berkurang.
b. Persentase pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli barang tersebut.
Besar bagian pendapatan yang digunakan untuk membeli suatu barang dapat
mempengaruhi elastisitas permintaan terhadap barang tersebut. Semakin besar
bagian pendapatan yang diperlukan elastisitas permintaan terhadap barang
tersebut. Semakin besar bagian pendapatan yang diperlukan untuk membeli suatu
barang, maka permintaan barang tersebut akan semakin elastis.
c. Jangka waktu pengamatan atas permintaan
Semakin lama jangka waktu permintaan dianalisis, permintaan atas barang
tersebut semakin elastis. Jangka waktu yang singkat permintaan tidak bersifat
elastis karena perubahan pasar belum diketahui oleh konsumen.
11. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Rahma (2010) dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Permintaan Perumahan Tipe Cluster ( Studi Kasus Perumahan
Taman Sari di Kota Semarang). Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda. Responden penelitian ini adalah penghuni perumahan Tamansari
Majapahit Semarang. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga, fasilitas, lokasi,
lingkungan, pendapatan dan harga substitusi berpengaruh terhadap keputusan
pembelian rumah. Dari pengujian koefisien determinasi diketahui bahwa 68,6 % dari
variasi yang terjadi di dalam variabel keputusan pembelian secara bersama-sama di
pengaruhi oleh variabel persepsi harga, fasilitas, lokasi, lingkungan, pendapatan dan
harga substitusi. Sedangkan sisanya sebesar 31,4 % dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain. Dari hasil penelitian ini didapat bahwa faktor fasilitas sangat berpengaruh
dalam pembelian rumah. Dilihat dari besarnya koefisien yang mempengaruhi
keputusan pembelian fasilitas sebesar 0,486; pendapatan sebesar 0,443; lokasi
sebesar 0,340; lingkungan sebesar 0,296; harga substitusi sebesar 0,283; dan harga
sebesar 0,268.
Hasil penelitian Wibowo (2008), dengan judul penelitian yaitu Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Pemilikan Rumah Dan Apartemen
(KPRA) Serta Pengaruhnya Terhadap Business Cycle Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa total kredit perbankan (TKR), konsumsi rumah tangga (KRT),
produk domestik bruto (PDB) riil, indeks harga saham gabungan (IHSG), dan kredit
macet atau non performing loan (NPL) berkorelasi sebagai leading indicator bagi
volume KPRA. Sedangkan quasy money (M2) dan suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) berkorelasi sebagai lagging indicator. Adapun yang berkorelasi
sebagai coincident indicator bagi volume KPRA hanyalah variabel inflasi.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang digunakan maka dapat diketahui
beberapa perbedaan dimana perbedaan tersebut yaitu terkait dengan obyek serta
variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian.
12. Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini, variabel yang diperkirakan akan mempengaruhi
pinjaman kredit KPR sebagai variabel terikat (dependent variable) adalah tingkat
bunga, pendapatan, usia, pendidikan dan lokasi perumahan yang merupakan variabel
bebas (independent variable). Adapun kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada
gambar 1 berikut:
Gambar 2.1 Karangka Pikir Penelitian
Rumah
Cash
Cash lunak
Pemenuhan
kebutuhan primer
KPR
Suku bunga
Spekulasi
Investasi
Pendapatan
Usia
Pendidikan
Lokasi perumahan
13. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
a. Terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga, pendapatan, usia, pendidikan dan
lokasi perumahan mempunyai pengaruh terhadap pinjaman kredit KPR.
b. Variabel tingkat suku bunga mempunyai pengaruh dominan terhadap pinjaman
kredit KPR
C. METODE PENELITIAN
1. Lokasi, Jenis Penelitian dan Jenis Data
Penelitian ini dilakukan pada konsumen perumahan yang terdapat di Kota
Malang. Adapun pertimbangan yang digunakan yaitu konsumen perumahan di Kota
Malang merupakan konsumen yang memiliki potensi dalam pengembangan sektor
perumahan di Jawa Timur, dimana kondisi tersebut ditunjukkan dengan tingginya
peningkatan minat perumahan di Kota Malang.
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis penilitian ini
adalah penelitian kuantitatif. Adapun penjelasannya penelitian kuantitatif yaitu suatu
penelitian yang menggunakan data berbentuk angka-angka hasil perhitungan atau
pengukuran dan uraian kata-kata yang diperoleh dari lokasi penelitian. (Singarimbun
dan Effendi, 1995:8)
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya dengan
melakukan survey pada obyek penelitian yaitu para konsumen perumahan yang
terdapat di Kota Malang. Data sekunder yang diperoleh dari suatu lembaga keuangan
dalam bentuk dokumentasi atau data yang sudah ditetapkan oleh lembaga itu sendiri.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari arsip-arsip atau dokumen-dokumen dari
obyek penelitian yang terkait dengan permasalahan penelitian.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai
berikut:
a. Kuesioner (angket), adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dilaksanakan untuk memperoleh informasi
dari responden tentang faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pinjaman kredit
kepemilikan rumah.
b. Dokumentasi
Proses pengumpulan data dengan cara menggunakan dokumentasi arsip-arsip
yang diperlukan dari bank, dan mengumpulkan data-data yang sesuai dengan
permasalahan yang ada.
3. Populasi Dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah konsumen perumahan yang terdapat di
Kota Malang. Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dengan
menggunakan porposive sampling yaitu metode pengumpulan sampel data yang
diperoleh berdasarkan banyaknya nasabah kredit.
4. Definisi Operasi Variabel
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan
menjadi empat yaitu :
a. Variabel Bebas
Dalam variabel bebas ini terdapat beberapa variabel yang menjadi penentu, yaitu
variabel tingkat suku bunga, pendapatan, usia, pendidikan dan lokasi perumahan.
Definisi beberapa variabel tersebut yaitu antara lain:
1) Variabel tingkat suku bunga (X1)
Merupakan besarnya bunga yang ditetapkan oleh pihak bank untuk pinjaman
kredit kepada para nasabah. Bunga dalam kredit kepemilikan rumah
disesuaikan dengan lamanya jangka waktu kredit yang telah disepakati oleh
pihak bank. Penetapan suku bungan disesuaikan dengan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai otorisasi tertinggi dalam
perbankan di Indonesia, dengan ukuran persen/ tahun
2) Variabel pendapatan (X2)
Merupakan jumlah penghasilan yang diperoleh seseorang setiap bulannya
atas pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan. Jumlah pendapatan tersebut
terkait dengan pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan dan menghasilkan
pendapatan secara rutin setiap bulan. Jumlah pendapatan yang diterima oleh
nasabah terkait secara langsung dengan jenis pekerjaan yang dimiliki oleh
seorang nasabah, dimana pekerjaan nasabah dalam hal ini yaitu sebagai
pegawai negeri dan karyawan swasta. Dengan demikian dapat dikatakan
F0 =
R2
(1 R )
n K 1
Dimana :
R = koefisien determinasi
K = jumlah variabel independen (pengaruh)
n = jumlah sampel
F0 = F hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan F tabel
Dengan kriteria pengujian :
H0 :
1=
H0 :
2= 3= 4= 5
Jika F0 > F tabel, maka H0 ditolak, yang berarti kelima variabel independent
tersebut secara simultan mempunyai pengaruh yang berarti terhadap pinjaman
kredit KPR dan sebaliknya.
b. Uji t
Untuk menguji koefisien regresi secara parsial digunakan rumus uji t.
F0 =
Dimana :
= koefisien regresi
S = standar error koefisien regresi
Dengan kriteria pengujian :
H0 : i = 0
Ha : i 0
H0 diterima jika t tabel t hitung t tabel dan sebaliknya.
6. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang
sempurna. Hal tersebut seperti yang telah dikemukakan oleh Santoso (2002:203)
bahwa tujuan uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Pedoman suatu
model regresi yang bebas multikolinearitas menurut Santoso (2002:206) adalah:
1. Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1
2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1
b. Uji Autokorelasi
Menurut Widayat dan Amirullah (2002:108) jika terjadi autokorelasi
maka kosekuensinya adalah estimator masih tidak efisien, oleh karena itu interval
kenyakinan menjadi lebar. Konsekuensi lain jika permasalahan autokorelasi
dibiarkan maka varian kesalahan pengganggu menjadi underestimate, yang pada
akhirnya penggunaan uji t dan uji F tidak lagi bisa digunakan. Untuk mendeteksi
adanya autokorelasi adalah dari besaran Durbin Watson. Secara umum nilai
Durbin Watson yang bisa diambil patokan menurut Santoso (2002:219) adalah:
1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
3. Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas. Jika varian berbeda,
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas (Santoso, 2002:208). Untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dalam model regresi bisa dilihat dari pola yang terbentuk pada
titik-titik yang terdapat pada grafik scaterplot.
Lebih lanjut menurut Santoso (2002:210) dasar pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
kecamatan
Luas
kecamatan
(km)
1 Kedungkandang
39,89
2 Sukun
20,97
3 Klojen
8,83
17,77
4 Blimbing
5 Lowokwaru
22,60
Sumber: BPS Kota Malang, 2013
Presentase
thd luas
kota
36,24
19,05
8,02
16,15
20,53
Penduduk
201.922
203.315
119.656
198.648
170.765
Kepadatan
penduduk
(km)
4.374
8.658
11.994
9.698
8.231
a. Keadaan Penduduk
Kota Malang sampai pada data akhir tahun 2011 mempunyai penduduk
894.342 orang. Keadaaan penduduk Kota Malang dapat dibedakan menurut jenis
kelamin dan tingkat pendidikan, kondisi perekonomian.
1) Berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Kedungkandang
86.849
87.628
2
Sukun
90.217
91.296
3
Klojen
50.451
55.456
4
Blimbing
85.420
86.913
5
Lowokwaru
91.616
94.397
Jumlah
404.553
415.690
820.243
174.477
181.513
105.907
172.333
186.013
Model
1
(Constant)
Tingkat suku bunga
Pendapatan
Usia
Pendidikan
Lokasi perumahan
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-310.465
196.999
234.616
78.709
72.455
21.494
18.717
7.759
89.144
41.475
2.228
.729
Standardized
Coefficients
Beta
.249
.286
.200
.183
.200
t
-1.576
2.981
3.371
2.412
2.149
3.054
Sig.
.118
.004
.001
.018
.034
.003
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.960
.958
.960
.957
.975
1.068
1.072
1.065
1.074
1.025
R
.780a
R Square
.608
Adjusted
R Square
.587
Std. Error of
the Estimate
1078.170
DurbinWatson
1.775
Keterangan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
2) Variabel pendapatan
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung pada variabel
pendapatan (X2) sebesar 3,371 sedangkan t tabel sebesar 2,042, sehingga
berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan variabel pendapatan terhadap pinjaman kredit KPR dengan asumsi
yang digunakan yaitu variabel lain konstan.
3) Variabel usia
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung pada variabel usia
(X3) sebesar 2,412 sedangkan t tabel sebesar 2,042, sehingga berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel usia
terhadap pinjaman kredit KPR, dengan asumsi yang digunakan yaitu variabel
lain konstan.
4) Variabel pendidikan
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung pada variabel
pendidikan (X4) sebesar 2,149 sedangkan t tabel sebesar 2,042, sehingga
berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan variabel pendidikan terhadap pinjaman kredit KPR dengan asumsi
yang digunakan yaitu variabel lain konstan.
5) Variabel lokasi perumahan
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung pada variabel
lokasi perumahan (X5) sebesar 3,054 sedangkan t tabel sebesar 2,042, sehingga
berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan variabel lokasi perumahan terhadap pinjaman kredit KPR, dengan
asumsi yang digunakan yaitu variabel lain konstan.
Berdasarkan hasil koefisien regresi (standardized coefficients) masingmasing variabel dapat diuraikan bahwa variabel tingkat suku bunga sebesar
0,249, variabel pendapatan sebesar 0,286, variabel usia yaitu sebesar 0,200,
variabel pendidikan yaitu sebesar 0,183 dan untuk variabel lokasi perumahan
yaitu sebesar 0,200. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel
pendapatan mempunyai pengaruh dominan terhadap pinjaman kredit KPR.
e. Hasil Uji Asumsi Klasik
Untuk membuktikan apakah model regresi linier berganda yang
dipergunakan dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi klasik atau belum,
maka selanjutnya akan dilakukan evaluasi ekonometrika. Evaluasi ekonometrika
terdiri dari uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
1) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Untuk mendeteksi
adanya multikolinearitas adalah dari besarnya VIF (Variance Inflating
Factor) dan tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas
multikolinearitas menurut Santoso (2002:206) adalah:
a) Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1
b) Mempunyai angka tolerance mendekati 1
Berikut ini akan disajikan hasil pengujian multikolinearitas yang
dilakukan dengan bantuan SPSS for windows, secara lengkap hasil tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.8.
Model
1
(Constant)
Tingkat suku bunga
Pendapatan
Usia
Pendidikan
Lokasi perumahan
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-310.465
196.999
234.616
78.709
72.455
21.494
18.717
7.759
89.144
41.475
2.228
.729
Standardized
Coefficients
Beta
.249
.286
.200
.183
.200
t
-1.576
2.981
3.371
2.412
2.149
3.054
Sig.
.118
.004
.001
.018
.034
.003
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.960
.958
.960
.957
.975
1.068
1.072
1.065
1.074
1.025
tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa dilihat dari pola yang
terbentuk pada titik-titik yang terdapat pada grafik scaterplot.
Lebih lanjut menurut Santoso (2002:210) dasar pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Adapun hasil uji heteroskedastisitas secara lengkap dapat disajikan
pada gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot
8000
6000
4000
2000
0
-2
-1
dengan motif spekulasi, maka di sektor inilah akan terjadi bubble economic. Faktor
ancaman bubble economic ini terjadi seiring dengan pertumbuhan properti yang
menggunakan fasilitas KPR yang sedang berkembang di perumahan mengngah
kebawah, yaitu bertipe 70 ke bawah.
Di Kota Malang saat ini banyak di jumpai perumahan-perumahan dengan tipe di
bawah 70, hal ini seiring dari dukungan pemerintah untuk medukung masyaraktanya
unruk mendapatkan kebutuhan tempat tinggalnya dengan berbagai cara, seperti
subsidi KPR bagi PNS, penyediaan komplek perumhan murah, dan lain sebagainya.
Hal ini menyebabkan perkembangan sektor properti kusunya perumahan tipe
menengah ke bawah semakin bergeliat, dan bank sebagai penyedia jasa KPR, telah
melakukan banyak trobosan untuk mendukung hal tersebut.
a)
b)
F. DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan. Yogyakarta: BPFE.
Manurung, Mandala dan Prathama, Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi
Moneter. Jakarta: Penerbit Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1995, Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S.
Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti. 2008. Manajemen Perkereditan Bank Umum.
Bandung : CV Alfabeta.
Rahma. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Perumahan
Tipe Cluster ( Studi Kasus Perumahan Taman Sari di Kota Semarang)
Ross, De Dolf. 2005. Real Estate Riches. Jakarta : PT Gramedia Utama Pustaka Utama.
Suharto, Ign Girisuta. 2004. Perekayasaan Metodologi Penelitian. Yogyakarta : CV
Andi Offset
Siamat, Dahlan.
Indonesia
2001.
Jakarta : Universitas
Singgih, Santoso & Tjiptono Fandy, 2002, Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi
dengan SPSS. Jakarta: PT. Gramedia.
Sinungan, Muchdarsyah, 2003, Manajemen Dana Bank. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Suharsimi, Arikunto,1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi Keempat. Jakarta: Penerbit Cipta.
Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. ALFABETA.
Suhardjono, 2003, Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Penerbit Lembaga
Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sutojo, Subagyo. 1997. Manajemen Terapan Bank. Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo.
Sukirno, Sadono. 2005, Pengantar Mikro Ekonomi, Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta : CV Andi Offset.
Simorangkir, 1991, Perkreditan & Bank dan Lembaga-Lembaga Keuangan Kita.
Yogyakarta. BPFE.
Mulyono, Teguh Pudjo. 2001, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Penerbit
BPFE- UGM, Yogyakarta.
Thomas Suyatno, 1997, Dasar-Dasar Perkreditan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Tjoekam, 2000, Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Pemilikan
Rumah Dan Apartemen (KPRA) Serta Pengaruhnya Terhadap Business
Cycle Indonesia
Widayat dan Amirullah, 2002, Riset Bisnis, Edisi 1, Malang: CV. Cahaya Press.