sampai VIIIB pada sistem lama). Kelompok ini terdiri dari 38 unsur. Semua logam
transisi adalah unsur blok-d yang berarti bahwa elektronnya terisi sampai orbit d. Dalam
ilmu kimia, logam transisi mempunyai dua pengertian:
Definisi dari IUPAC[1] mendefinisikan logam transisi sebagai "sebuah unsur yang
mempunyai subkulit d yang tidak terisi penuh atau dapat membentuk kation dengan
subkulitd yang tidak terisi penuh"
Jensen[2] meninjau ulang asal usul penamaan "logam transisi" atau blok-d.
Kata transisi pertama kali digunakan untuk mendeskripsikan unsur-unsur yang sekarang
dikenal sebagai unsur blok-d oleh kimiawan asal Inggris bernama Charles Bury pada tahun
1921, yang merujuk pada peralihan/transisi pada perubahan subkulit elektron (contohnya
pada n=3 pada baris ke-4 tabel periodik) dari subkulit dengan 8 ke 18, atau 18 ke 32. [3]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Penggolongan
2.3 Kemagnetan
4 Pranala luar
Ada beberapa ciri yang dimiliki bersama oleh unsur transisi yang tidak dimiliki unsur-unsur
lain, yang disebabkan oleh terisinya sebagian dari subkulit d. Di antaranya adalah:
1. pembentukan senyawa yang warnanya disebabkan oleh transisi elektron d-d
2. pembentukan senyawa dengan banyak bilangan oksidasi, dikarenakan kereaktifan
yang relatif rendah pada elektron subkulit d yang tidak berpasangan
3. pembentukan beberapa senyawa paramagnetik disebabkan oleh adanya elektron
subkulit d yang tidak berpasangan. Beberapa senyawa dari unsur golongan utama
juga merupakan paramagnetik (seperti nitrogen oksida dan oksigen).
transfer muatan kompleks. Sebuah elektron dapat melompat dari orbit ligan ke orbit
logam, membentuk ligant to metal charge transfer (LMCT). Hal ini dapat dilihat dengan
mudah jika logam sedang pada bilangan oksidasi yang tinggi. Sebagai contoh, warna
pada ion kromat, dikromat, dan permanganat termasuk tipe ini. Conton lainnya adalah
pada raksa(II) iodida yang berwarna merah larena transisi LMCT.
Transisi metal to ligand charge transfer (MLCT) terjadi ketika logam dalam bilangan
oksidasi yang rendah sehingga ligan dengan mudah tereduksi.
transisi d-d. Sebuah elektron melompat dadi satu orbit d ke orbit yang lain. Pada
senyawa logam transisi yang kompleks, antarorbit d tidak mempunyai tingkat energi
yang sama. Pola pemisahan orbit d dapat dihitung dengan teori medan kristal. Tingkat
pemisahan tergantung pada jenis logam, bilangan oksidasi, dan sifat dari ligan. Tingkat
energi yang sebenarnya ditunjukkan oleh diagram Tanabe-Sugano.
Pada kompleks yang sentrosimetrik, seperti oktahedral, transisi d-d melanggar aturan
Laporte dan hanya terjadi karena penggabungan vibronik di mana getaran molekul terjadi
bersamaan dengan transisi d-d. Kompleks tetrahedral mempunyai warna yang lumayan
terang karena perpaduan subkulit d dan p dimungkinkan jika tidak ada pusat simetri,
sehingga transisi tidak murni d-d.
Salah satu ciri logam transisi adalah di mana unsur-unsur tersebut mempunyai lebih dari
satu bilangan oksidasi. Contohnya, pada senyawa vanadium diketahui mempunyai bilangan
oksidasi mulai -1 pada V(CO)6- hingga +5 pada VO43-. Bilangan oksidasi maksimum pada
logam transisi baris pertama sama dengan jumlah elektron valensi sepertititanium (+4)
dan mangan (+7) namun berkurang pada unsur-unsur selanjutnya. Pada baris kedua dan
ketiga ada ruthenium dan osmium dengan bilangan oksidasi +8. Pada senyawa seperti
[Mn04]- dan OsO4, unsur logam transisi memperoleh oktet yang stabil dengan membentuk
empat ikatan kovalen. Bilangan oksidasi terendah ada pada senyawa Cr(CO) 6 (bilangan
oksidasi nol) dan Fe(CO)42- (bilangan oksidasi -2) di mana aturan 18 elektron dipatuhi.
Senyawa tersebut juga merupakan kovalen. Ikatan ion biasanya terbentuk pada bilangan
oksidasi +2 atau +3. Pada senyawa yang terlarut, ion tersebut biasanya berikatan dengan
enam molekul air yang tersusun secara oktahedral.
memperlemah ikatan pada molekul yang bereaksi (menurunkan energi aktivasi reaksi). Dan
juga karena unsur logam transisi dapat mengubah bilangan oksidasinya, sehingga efektif
sebagai katalis.
^ IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, 2nd ed. (the "Gold Book") (1997).
Online corrected version: (2006) "transition element
2.
^ Jensen, William B. (2003). "The Place of Zinc, Cadmium, and Mercury in the
Periodic Table". Journal of Chemical Education 80 (8): 952961.
Bibcode:2003JChEd..80..952J. doi:10.1021/ed080p952.
3.
4.
5.