Anda di halaman 1dari 13

Transfusi Darah dan Produknya :

Indikasi dan Komplikasi


Transfusi sel darah merah digunakan untuk menangani perdarahan dan
memperbaiki pasokan oksigen ke jaringan. Transfusi sel darah merah harus
berdasarkan keadaan klnis pasien. Indikasi untuk transfusi yaitu gejala anemia
(yang menyebabkan napas pendek, rasa pusing,gagal jantung kongestif, dan
berkurangnya kemampuan dalam beraktivitas), krisis akut sickle cell, dan
kehilangan darah akut lebih dari 30 persen dari volume darah. Pemberian infus
fresh frozen plasma dapat digunakan untuk mengatasi efek antikoagulan.
Transfusi trombosit diindikasikan untuk mencegah perdarahan pada pasien dengan
trombositopenia atau kerusakan fungsi trombosit. Cryopracipitate digunakan
apabila terjadi hipofibrinogemia, yang biasanya terjadi pada perdarahan masif
atau penderita koagulopati. Infeksi yang terkait dengan transfusi lebih jarang
terjadi dibandingkan komplikasi noninfeksius. Semua komplikasi noninfeksius
pada transfusi diklasifikasikan menjadi risiko berat noninfeksius dari transfusi.
Komplikasi akut terjadi dalam hitungan menit hingga 24 jam selama transfusi,
namun komplikasi lanjutnya dapat terjadi dalam hitungan hari, bulan, atau bahkan
dalam hitungan tahun. (Am Fam Physician.2011;83(6):719-724. Copyright
2011 American Academy of Family Physicians.)
Transfusi darah dapat menjadi suatu proses dalam menyelamatkan sebuah
nyawa, namun hal ini mempunyai risiko, termasuk komplikasi infeksius dan
noninfeksius.

Terjadi

perdebatan

dalam

kepustakaan

medis

yang

mempertimbangkan penggunaan darah dan produknya yang selayaknya. Uji klinis


menyelidiki penggunaannya yang mana menyarankan untuk menunggu pemberian
transfusi pada nilai hemoglobin yang rendah agar berguna. Tinjauan ini akan
mempertimbangkan indikasi dari transfusi darah dan produknya, dan akan
membahas komplikasi noninfeksiuspada transfusi yang umumnya terjadi .

Sel darah merah


Packed red blood cells (RBCs) didapatkan dari darah dengan memisahkan
plasma sekitar 250 mL. Satu unit (kantong) dari PRBC seharusnya dapat
menaikkan kadar hemoglobin sebanyak 1 g per dL (10 g per L) dan hematokrit
sebesar 3 %. Di kebanyakan tempat, RBC disaring untuk mengurangi leukositnya
sebelum disimpan, yang akan mengurangi kemungkinan terjadinya reaksi
transfusi demam nonhemolitik (FNHTRs), dan pempertimbangkan keamanan
cytomegalovirus.
Transfusi RBC digunakan untuk menangani perdarahan dan memperbaiki
pasokan oksigen ke jaringan. Transfusi RBC harus berdasarkan kondisi klinis
pasien. Indikasi pemberian transfusi RBC yaitu krisis akur sickle cell (untuk
pencegahan strok) atau kehilangan darah akut yang lebih dari 1,500 mL atau 30
persen volume darah. Pasien dengan gejala anemia harus diberikan transfusi bila
mereka tidak dapat beraktifitas tanpa ditangani anemianya. Gejala anemia
termasuk diantaranya rasa lelah, kelemahan, rasa pusing, berkurangnya
kemampuan dalam beraktivitas, napas pendek, perubahan status mental, kram
otot, dan angina atau gagal jantung kongestif. Aturan 10/30 pemberian transfusi
dilakukan saat kadar hemoglobin pasien kurang dari atau sama dengan 10 g per
dL (100 g per L) dan kadar hematokrit kurang dari atau sama dengan 30 persen
telah digunakan hingga 1980an sebagai syarat untuk transfusi, dengan
mempertimbangkan keadaan klinis pasien.
Pada tahun 1999, suatu uji klinik random, multicenter, terkontrol mengkaji
syarat transfusi yang restriktif (kadar hemoglobin 7 hingga 9 g per dL [70 hingga
90 g per L]) dengan syarat transfusi liberal (kadar hemoglobin 10 hingga 12 g per
dL [100 hingga 120 g per L]) pada pasien dengan penyakit kritis. Hasil uji pada
pasien dengan transfusi restriktif pada 54 menurun secara relatif dalam jumlah
unit transfusi dan berkurang laju mortalitasnya dalam 30 hari. Penulis
menyarankan pemberian transfusi apabila hemoglobin kurang dari 7 g per dL, dan
untuk pemeliharaan dengan kadar hemoglobin antara 7 hingga 9 per dL. Update
Cochrane review yang baru-baru ini mendukung penggunaan transfusi yang
restriktif pada pasien-pasien yang tidak memiliki penyakit jantung,

Studi yang serupa yang dilakukan penyakit kritis pada anak. Pemberian
pada transfusi yang restriktif dilakukan bila kadar hemoglobin 7 g per dL, dengan
kadar target 8.5 hingga 9.5 g per dL (85 hingga 95 g per L). Pemberian transfusi
yang liberal dengan kadar hemoglobin 9.5 g per dL, dengan targetnya 11 hingga
12 g per dL (110 hingga 120 g per dL). Pasien-pasien dengan kelompok restriktif
mendapatkan 44 persen transfusi darah yang lebih sedikit, tanpa perbedaan dalam
laju sindroma kerusakan fungsi organ yang banyak ataupun kematian. Strategi
untuk melakukan transfusi yang restriktif berguna bagi anak-anak dengan keadaan
yang stabil di

perawatan intensif. Hal ini sebaiknya tidak dilakukan pada

neonatus yang kurang bulan atau pada anak-anak dengan hipoksia berat,
kehilangan darah yang aktif, ketidakstabilan hemodinamik, atau penyakit jantung
sianotik.
Jenis : Pokok yang direkomendasikan untuk praktik
Penilaia Referens
Rekomendasi klinik
Ambang batas untuk transfusi sel darah

n bukti
A

i
1, 2, 6

Keterangan
RCT
pada

merah harusnya pada kadar hemoglobin

dewasa

7 g per dL (70 g per L) pada orang

anak

dewasa dan anak pada umumnya.


Strategi transfusi restriktif (kadar

dan
dengan

penyakit kritis
RCT pada anak

hemoglobin 7 sampai 9 g per dL [70

dengan penyakit

hingga 90 g per L]) tidak boleh

kritis

dilakukan pada bayi prematur atau


anak-anak dengan penyakit jantung
sianotik, hipoksemia berat, kehilangan
darah aktif, atau ketidakstabilan
hemodinamik.
Transfusi plasma harus

Rekomendasi

dipertimbangkan pada pasien yang

pertemuan

memiliki International Normalized

konsensus

Ratio lebih besar dari 1,6 dengan

perdarahan aktif, atau pada pasien yang


mendapatkan terapi antikoagulan
sebelum prosedur invasif.
Trombosit tidak boleh ditransfusikan

10, 11

Pedoman

pada pasien dengan purpura

berdasarkan

thrombocytopenic trombotik atau

laporan kasus

heparin-induced trombositopenia
kecuali telah terjadi pendarahan yang
mengancam nyawa
RCT = randomized controlled trial.
A = Konsisten, bukti berbasis pasien yang bagus; B = tidak konsistem atau bukti
dengan kualitas pasien yang terbatas; C = konsensus, bukti diseaseoriented,
praktek biasanya, opini ahli, atau case series. Untuk informasi mengenai SORT
evidence rating system, go to http://www.aafp.org/afpsort.xml.
Plasma
Produk plasma tersedia di Amerika Serikat termasuk fresh frozen plasma
dan plasma yang dicairkan, yang disimpan di suhu 33.8 hingga 42.8 oF (1 hingga
6oC) hingga lima hari. Plasma mengandung semua faktor koagulasi. Pemberian
infus fresh frozen plasma dapat digunakan untuk mengatasi efek antikoagulan.
Plasma yang dicairkan mempunyai kadar faktor V dan VIII yang lebih rendah dan
tidak digunakan pada pasien yang menderita koagulopati (koagulasi intravaskuler
difus).
Transfusi palsma dianjurkan penggunaannya pada pasien dengan
perdarahan aktif dan International Normalized Ratio (INR) yang lebih dari 1.6
atau sebelum prosedur invasif atau pembedahan bila pasien telah mendapatkan
antikoagulasi. Plasma umumnya tidak digunakan untuk mengkoreksi INR yang
tinggi bila tidak terdapat perdarahan. Perawatan suportif dapat menurunkan INR
yang tinggi ke normal hingga sedikit meningkat (1.3 hingga 1.6) tanpa dilakukan
transfusi plasma. Tabel 1 mencantumkan indikasi pemberian transfusi plasma.
Tabel 1. Idikasi untuk Transfusi Produk Plasma
Indikasi
Kondisi yang berhubungan/informasi

tambahan
Defisiensi dari satu faktor pembekuan

INR > 1.6

yang diturunkan tanpa keamanan dari


virus atau faktor rekombinan yang
tersedia faktor II, V, X atau XI
antikoagulan
Mencegah perdarahan aktif pada pasien
yang mendapatkan terapi antikoagulan
sebelum suatu prosedur
Penanganan darurat pada penggunaan Perdarahan mayor atau intrakranial
warfarin (Coumadin)

Transfusi pencegahan dalam prosedur


pembedahan yang tak dapat ditunda

Acute

disseminated

intravascular

Dengan perdarahan aktif dan koreksi

coagulopathy
Perdarahan

penyebab dasar
mikrovaskulaer

selama 1 volume darah (mengganti sekitar

transfusi masif

5,000 mL pada dewasa dengan berat


155.56 Ib [70 kg])

Mengganti cairan untuk apheresis pada Trombotic thrombocytopenia purpura;


trombus mikroangiopati

Sindroma uremik hemolitik

Angioedema yang diturunkan

Bila tidak tersedia C1 esterase inhibitor

Informasi dari referans 7 hingga 9


Trombosit
Transfusi trombosit mungkin diindikasikan untuk pencegahan perdarahan
pada pasien dengan trombositopenia atau kerusakan fungsi trombosit.
Kontraindikasi transfusi platelet termasuk trombotic thrombocytopenic purpura
dan heparin-induced trombositopenia. Transfusi trombosit pada keadaan ini dapat
berakibat lanjut pada terjadinya trombosis. Satu unit apheresis trombosit akan
menaikkan hitung trombosit pada dewasa sebanyak 30 hingga 60 x 10 3 per per uL
(30 sampai 60 109 per L). Pada neonatus, transfusi 5 sampai 10 mL per kg
trombosit harusnya dapat meningkatkan jumlah trombosit 50 sampai 100 103

per uL (50 sampai 100 109 per L). Satu kumpulan apheresis trombosit setara
dengan enam konsentrat trombosit yang teracak.
Perdarahan spontan melalui endotelium yang intak tidak akan terjadi
kecuali jumlah trombosit tidak lebih dari 5 x 10 3 per L (5 109 per L). Sebuah
uji acak yang terkontrol mengevaluasi ambang batas transfusi trombosit untuk
profilaksis pada pasien dengan acute myeloid leukemia. Pasien acak dengan syarat
transfusi 10 x 103 per L (10 109 per L) atau 20 103 per L (20 109 per L).
Pasien dengan syarat yang lebih rendah mendapatkan 21.5 persen transfusi yang
lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok dengan syarat yang lebih tinggi.
Perdarahan gastrointestinal lebih sering pada keompok dengan syarat transfusi
yang lebih rendah; walaupun begitu, tidak tampak perbedaan transfusi darah pada
kelomppok tersebut. Tabel 2 dan 3 menunjukkan indikasi untuk transfusi
trombosit pada dewasa dan neonatus secara berurutan.
Tabel 2. Indikasi Transfusi Trombosit pada Dewasa
Hitung trombosit
Indikasi transfusi profilaksis
Bedah mayor atau prosedur invasif, tanpa perdarahan aktif

(x 103 per L)
50

Bedah mata atau bedah saraf, tanpa perdarahan aktif

100

Pembedahan dengan perdarahan aktif

50 (biasanya)

Stabil, tanpa perdarahan

> 100 (jarang)


< 10

Stabil, tanpa perdarahan dan suhu tubuh > 100.4oF (38oC) < 20
atau sementara menjalani prosedur invasif
Informasi dari referans 9

Tabel 3. Indikasi Transfusi Trombosit pada Neonatus


Hitung trombosit
(x 103 per L)
< 20

Indikasi
Transfusi s

20 sampai < 30

Pertimbangkan untuk transfusi, transfusi untuk alasan klinis


(mis, perdarahan aktif, punksi lumbal)

30 sampai 50

Transfusi bila ada indikasi berikut :


Minggu pertama kelahiran dengan berat lahir < 1,000 g (2 Ib,
4 oz)
Gangguan koagulasi
Sepsis atau tekanan arteri-vena yang fluktuatif
Prosedur invasif

Alloimmune neonatal thrombocytopenia *


*__ Pilih donor (bila memungkinkan ibunya) yang trombositnya berkurang akibat
antigen. Bila trombosit ibunya digunakan, unit darah harus dicuci, dibersihkan,
dan dipisahkan plasmanya dengan kecocokan ABO dengan neonatus.
Informasi dari referans 9
Cryoprecipitate
Cryoprecipitate didapatkan dengan mencairkan fresh frozen plasma dan
mengumpulkan presipitatnya. Cryoprecipitate mengandung faktor VIII dan
fibrinogen dalam konsentransi tinggi. Cryoprecipitate digunakan bila terjadi
hipofibrinogenemia, yang umumnya disebabkan akibat perdarahan masif atau
penderita koagulopati. Indikasi transfusi cryoprecipitate terdaftar dalam tabel 4.
Setiap unit akan meningkatkan kadar fibrinogen sebesar 5 sampai 10 mg per dL
(0.15 sampai 0.29 mol per L), dengan target rumatan kadar fibrinogen level
setidaknya 100 mg per dL (2.94 mol per L). Jumlah yang umumnya diberikan
pada dewasa sebanyak 10 unit cryoprecipitate. Jumlah pemberian regimen yang
disarankan pada neonatus bervariasi, dengan rentang 2 mL cryoprecipitate per kg
hingga1 unit of cryoprecipitate (15 sampai 20 mL) per 7 kg.

Tabel 4. Indikasi Transfusi Cryoprecipitate


Dewasa
Neonatus (terus-menerus)
Perdarahan setelah bedah jantung

Defisiensi faktor antikoagulan XIII

Perdarahan atau transfusi masif

Disfibrinogemia kongenital

Perdarahan akibat pembedahan


Neonatus

Defisiensi fibrinogen kongenital

Defisiensi faktor koagulan VIII

Penyakit von Willebrand*

*__ Digunakan bila tidak terdapat faktor rekombinan


Informasi dari referans 12 dan 15
Komplikasi transfusi
Komplikasi

yang

berhubungan

dengan

proses

transfusi

dapat

dikategorikan menjadi akut dan lambat, yang kemudian dapat dikategorikan


menjadi noninfeksius (Tabel 5) dan infeksius (Tabel 6). Komplikasi akut dapat
terjadi dalam hitungan menit hingga24 jam selama transfusi, sementara itu
komplikasi lambat dapat terjadi dalam hitungan hari, bulan, atau bahkan beberapa
tahun kemudian. AABB (sebelumnya dikenal sebagai American Association of
Blood Bank) menggunakan isilah noninfectious serious hazards of transfusion
(bahaya besar noninfeksius akibat transfusi) untuk mengelompokkan komplikasi
noninfeksius. Infeksi terkait transfusi jarang terjadi karena proses skrining darah
yang sudah lebih baik; risiko terjadinya infeksi akibat transfusi terlah berkurang
dalam kelipatan 10,000 sejak 1980an. Bahaya besar noninfeksius dari transfusi
terjadi hingga lebih dari 1,000 kali dibandingkan komplikasi infeksius. Walaupun
begitu, tidak terdapat kemajuan dalam pencegahan hal tersebut, selain perbaikan
dalam tes skrining darah dan kemajuan medis lainnya. Jadi, pasien lebih sering
mengalami bahaya besar noninfeksius akibat transfusi dibandingkan komplikasi
infeksius.
Tabel 5. Noninfectious Serious Hazard of Transfusion
(Bahaya besar noninfeksius akibat transfusi)
Pemilik tidak mengizinkan American Academy of Family Physiciansuntuk
membagiakn materi ini ke orang ketiga. Untuk bagian yang hilang, dapat dilihat
dalam versi cetakan asli dari terbitan ini.
Diadaptasi dengan izin dari Hendrickson JE, Hillyer CD. Noninfectious serious
hazards of transfusion. Anesth Analg. 2009;108(3):760.

Tabel 6. Komplikasi Infeksius dari Transfusi Darah


Virus Hepatitis B virus

1 dari 350,000

Virus Hepatitis C virus

1 dari 1.8 juta

Virus Human T-lymphotropic 1 atau 2

1 dari 2 juta

Human immunodeficiency virus

1 dari 2.3 juta

Penyakit Creutzfeldt-Jakob

Jarang*

Human herpesvirus 8

Jarang*

Malaria dan babesiosis

Jarang*

Pandemik influenza

Jarang*

Virus West Nile


*__ Risiko yang sebenarnya tidak diketahui

Jarang*

Informasi dari referans 16 dan 17


Reaksi Akut Transfusi
REAKSI HEMOLITIK AKUT
Reaksi hemolitik akut disebabkan kerusakan imun dari transfusi RBC,
yang menyerang antibodi penerimanya. Antibodi antigen dari kelompok darah
ABO atau alloantibodi dari antigen RBC yang dihasilkan setelah imunisasi
melalui transfusi sebelumnya atau selama kehamilan. Terdapat dua kategori dari
reaksi hemolitik transfusi: akut dan lambat. Reaksi nonimun dari reaksi akut itu
termasuk pertumbuhan bakteri yang berlebihan, dan infus darah melalui jalur
cairan hipotonik atau selang intravena yang kecil.
Pada reaksi transfusi hemolitik akut, terjadi kerusakan dari donor RBC
dalam waktu 24 jam selama transfusi. Hemolisis dapat terjadi intravaskuler atau
ekstravaskuler. Hemolisis ekstravaskuler merupakan jenis yang paling sering
terjadi, umunya terjadi bila donor RBC terbungkus dengan imunoglobulin G
(IgG) atau bagiannya terserang di hati atau limpa. Hemolisis intravaskuler
merupakan bentuk yang berat dari hemolisis yang diakibatkan antibodi ABO.
Gejala dari reaksi transfusi hemolitik akut termasuk demam, menggigil, kekakuan,
mual, muntah, sesak, hipetensi, perdarahan difus, hemoglobinuria, oliguria,
anuria, nyeri pada daerah infus; dan nyeri dada, punggung, dan perut. Komplikasi
yang terjadi bermakna secara klinis berupa anemia, gagal ginjal akut atau

eksaserbasi, disseminated intravascular coagulation, perlu untuk dilakukan


dialisis, dan kematian yang diakibatkan komplikasi secara sekunder.
Indikasi dari reaksi hemolitik akut kira-kira terjadi pada satu dari 50,000
transfusi. Sejak 1996 sampai 2007, terdapat 213 ABO-inkompabilitas transfusi
RBC pada 24 kematian. Sistem yang menggunakan bar kode untuk identifikasi
darah dan pasien mengurangi kesalahan.
REAKSI ALERGI
Reaksi alergi mulai dari ringan (urtikaria) hingga yang mengancam jiwa
(anafilaktik). Reaksi alergi berupa urtikaria dibagi menjadi bintik-bintik merah
yang membengkak atau rasa gatal. Pasien mengalami reaksi transfusi berupa
alergi akibat dari sensitasi dari unit (kantong) yang didonorkan. Antigen ini larut,
dan berhubungan dengan reaksi dengan jumlah yang berbeda-beda pada tiap
orang. Reaksi transfusi berupa alergi ini terjadi pada 1 sampai 3 persen transfusi.
Pasien dengan reaksi transfusi berupa anafilaktik, seperti reaksi yang
urtikaria, akan memberi gambaran berupa bintik-bintik merah yang membengkak,
namun dapat dibedakan dengan adanya hipotensi, bronkospasme, stridor, dan
gejala gastrointestinal. Anafilaktik terjadi sebagai respon presensitasi penerima
donor dari berbagai protein yang terdapat dalam plasma pendonor. Sebagai
contoh, anafilaksis terjadi akibat IgA pendonor yang masuk ke penderita donor
dengan defisiensi IgA dan memiliki anti-IgA dalam aliran darahnya. Sebagai
tambahan, antibodi anti-human leukocyte antigen (HLA) dan antibodi
antikomplemen menjadi penghubung reaksi anafilaktik, yang diperkirakan terjadi
pada satu dari 20,000 hingga 50,000 transfusi.
Pencegahan reaksi anafilaktik akibat transfusi ini termasuk menghindari
transfusi plasma dengan IgA pada pasien yang telah diketahui mengalami
defisiensi IgA. Produk seluler (mis, RBC, trombosit) harus dicuci untuk
memisahkan plasma pada pasien dengan defisiensi IgA. Pencegahan terbaik yaitu
dengan pemantauan pasien dalam 15 menit pertama transfusi.

10

TRANSFUSI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KERUSAKAN PARU


AKUT
Transfusion-related acute lung injury (TRALI) merupakan nonkardiogenik
edema pulmoner yang disebabkan hipoksia akut yang terjadi dalam waktu 6 jam
transfusi dan memiliki hubungan yang jelas dengan pemberian transfusi. Pasien
dengan TRALI tidak memiliki faktor risiko lain untuk terjadinya kerusakan paru
akut. Antibodi sitoplasma antineutrofil atau antibodi anti-HLA mengaktifkan
sistem imun penerima donor yang berakibat pada terjadinya edema pulmoner
masif. Neutrofil yang teraktivasi pada paru-paru mungkin juga mengeluarkan
enzim proteotilik yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan lebih lanjut.
Metode yang optimal untuk mendeteksi antibodi ini pada produk yang didonorkan
masih belum ditemukan.
Produk donor yang mengandung plasma dalam jumlah yang banyak dari
wanita multipara berhubungan dengna kejadian TRALI. Tingkat kematian di
Inggris berkurang secara signifikan setelah penggunaan plasma dari laki-laki
secara eksklusif. Pada tahun 2006, TRALI merupakan penyebab kematian akibat
transfusi, berkonstribusi sebesar 50.7 persen dari kematian yang berhubungan
dengan kematian. Kelompok kerja TRALI dari AAB merekomendasikan
penggunaan plasma yang berasal dari laki-laki untuk transfusi. Karena kebijakan
ini menyingkirkan sejumlah besar pendonor wanita, sebagai pertimbangan untuk
menyediakan plasma dan trombosit yang adekuat.

REAKSI TRANSFUSI FEBRIS NONHEMOLITIK


Ferbrile Nonhemolytic Transfusion Reactions (FNHTR) dinyatakan
dengan meningkatnya suhu tubuh setidaknya 1.8oF diatas 98.6oF (37oC) dalam
waktu 24 jam setelah transfusi; hal ini dapat menyebabkan kekauan, menggigil,
dan rasa tidak nyaman. Demam lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan
transfusi secara berulang-ulang dan pada pasien yang hamil. Leukoreduction,
Leukoreduction, yang merupakan memisahan atau penyaringan sel darah putih
dari darah donor telah menurunkan laju FNHTR. FNHTRlebih sering disebabkan

11

akibat transfusi trombosit dibanding transfusi RBC dan memiliki insiden dengan
rentang kurang dari 1 persen hingga lebih dari 35 persen.
Dua mekanisme yang seharusnya dapat menjelaskan FNHTR : pelepasan
antibodi yang dimediasi pirogen endogen, dan pelepasan sitokin. Sitokin yang
umumnya berhubungan dengan FNHTR termasuk interleukin-1, interleukin-6,
interleukin-8 dan tumor nekrosis faktor. FNHTR adalah sebuah diagnosis yang
hanya dapat dibuat setelah menyingkirkan penyebab lain dari sepsis (mis.
hemolisis, sepsis).
TRANSFUSI YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIRKULASI YANG
BERLEBIHAN
Transfusi yang berhubungan dengan sirkulasi yang berlebihan merupakan
hasil dari transfusi cepat volme darah yang melebihi sistem sirkulasi yang dapat
diterima penerima donor. Hal ini tidak berhubungan dengna reaksi yang dimediasi
antibodi. Penerima donor dengan risiko terbesar yaitu mereka dengan bahaya
kardiopulmoner, gagal ginjal, atau anemia kronik, dan pasien usia tua atau bayi.
Tanda-tanda dan gejalanya termasuk takikardi, batuk, sesak, hipertensi,
peningkatan tekanan vena sentral, peningkatan tekanan pulmoner dan melebarnya
tekanan nadi. Kardiomegali dan edema pulmoner biasanya tampak pada radiografi
dada.
Diagnosis dibuat secara klinis, namun dapat disertai dengan penilaian
kadar natrium peptida otak, yang mana meningkat akibat respon dari peninggakan
tekanan pengisian. Sebuah studi yang membandingkan pasien yang mendapatkan
transfusi yang berlebihan dengan pasien TRALI tampak kadar natrum peptida
otak yang secara signifikan lebih besar pada mereka dengan transfusi yang
berhubungan dengan sirkusi berlebihan. Transfusi dengan jumlah yang lebih
sedikit atau dengna laju transfusi yang lebih lambat dapat mencegah terjadinya hal
tersebut. Penanganan dengan menggunakan diuretik dapat menujunkan jumlah
volume yang berlebihan.
Reaksi Transfusi Lambat

12

TRANSFUSION-ASSOCIATED GRAFT-VERSUS-HOST DISEASE


Transfusion-associated

graft-versus-host

disease

merupakan

suatu

konsensus dari proliferasi limfosit donor dan menyebabkan serangan imun


terhadap jaringan dan organ penerima donor. Hal ini terdapat pada lebih dari 90
persen kasus. Pasien mudah terserang pada kondisi dengan immunocompromised
atau immunocompetent dan mereka yang mendapatkan transfusi dengan HLA
haplotipe (yaitu, tergantung pendonornya). Gejalanya yaitu kemerahan, demam,
diare, disfungsi hati, dan pansitopenia yang terjadi dalam waktu satu sampai enam
minggu setelah transfusi.
Faktor risiko termasuk riwayat pengobatan menggunakan fludarabine
(Oforta), Penyakit Hodgkin, transplan stem sel, kemoterapi yang intensif,
transfusi intrauterin, atau eritroblastosis fetalis. Faktor risiko lainnya yang
mungkin terjadi termasuk riwayat tumor padat yang diobati dengan obat-obatan
sitotoksik, transfusi pada bayi-bayi prematur, dan penerima donor berbasangan
dari populasi homogen. Radiasi Gamma dari produk darah mencegah terjadinya
proliferasi limfosit donor dan dapat mencegah transfusion-associated graftversus-host disease

13

Anda mungkin juga menyukai