Anda di halaman 1dari 36

Jalan Berliku Menuju

100% Akses Aman Air


Minum

11

Cipta Karya Gandeng


Jerman untuk
Tanggulangi Sampah

20

Edisi 02/Tahun XIII/Februari 2015

Kota yang Bersih


dan Sehat, Idaman
Kita Semua

26

KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT

Karya Cipta Infrastruktur Permukiman

Negara Hadir

Selamatkan
Hak Rakyat atas Air
LENSA CK Minum Jamu Bersama Menteri PUPR dan finalis Putri
Indonesia dan beberapa anggota Kabinet Kerja di kantor
Kementerian PUPR (13/02/2015)

daftar isi

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

Berita Utama
Hadir
4 Negara
Selamatkan Hak Rakyat
atas Air

UU SDA
8 Pembatalan
Berdayakan

BUMN dan BUMD Air


Minum

liputan khusus
Berliku Menuju
11 Jalan
100% Akses Aman Air

4
18

Minum

info baru
V DPR
16 Komisi
Setujui RAPBN-P TA 2015

bidang Cipta Karya Rp19,6 T

Kinerja PDAM,
18 Optimalkan
Kementerian PUPR

Tingkatkan Efisiensi Energi


PDAM

Karya
19 Cipta
Tingkatkan Pengelolaan Air
Limbah dengan Kemitraan

16

Karya Gandeng Jerman


20 Cipta
untuk Tanggulangi Sampah
Habitat
21 Kemitraan
Dampingi Pemerintah

Wujudkan Target 100-0-100

21

Karya Gandeng Pemda


23 Cipta
Benahi Kawasan Kumuh
II ITB Jatinangor
25 Situ
Siap Dukung SPAM Kampus

23

inovasi
yang Bersih dan
26 Kota
Sehat, Idaman Kita Semua
Sampah di Lima
29 Mutiara
Jari

PLUS!
lensa ck
Minum Jamu Bersama Menteri PUPR
dan finalis Putri Indonesia dan
beberapa anggota Kabinet Kerja di
kantor Kementerian PUPR (13/02/2015)

29

editorial
Pelindung
Pelindung
Budi Yuwono P
Imam S. Ernawi
Penanggung Jawab
Antonius Budiono
Penanggung Jawab
Dewan Redaksi
Antonius Budiono
Susmono, Danny Sutjiono,
M. Sjukrul Amin, Amwazi Idrus,
GuratnoRedaksi
Hartono, Tamin MZ. Amin,
Dewan
Nugroho
Tri UtomoMochammad Natsir,
Dadan
Krisnandar,
M.
Maliki Moersid,
Pemimpin
RedaksiHadi Sucahyono,
Adjar
Prajudi,
Tamin MZ. Amin,
Dian Irawati, Sudarwanto
Nugroho Tri Utomo
Penyunting dan Penyelaras Naskah
T.M. Hasan, Bukhori
Pemimpin Redaksi
Bagian Produksi
Sri Murni Edi K, Sudarwanto
Erwin A. Setyadhi, Djoko Karsono,
Diana Kusumastuti, Bernardi Heryawan,
M. Sundoro, Redaksi
Chandra RP. Situmorang,
Penyunting
Fajar Santoso,
IlhamBuchori
Muhargiady,
Bhima
Dhananjaya,
Sri Murni Edi K, Desrah,
Wardhiana Suryaningrum, R. Julianto,
Bhima Dhananjaya,
Bagian
Produksi Djati Waluyo Widodo,
Indah Raftiarty,
Pidekso
Elkana
Catur H.,Danang
Dian Ariani,
Djati Waluyo Widodo
Bagian Administrasi & Distribusi
Luargo, Joni Santoso, Nurfathiah
Bagian
Administrasi & Distribusi
Kontributor
Luargo,
Joni
SantosoHadi Sucahyono,
Dwityo A.
Soeranto,
Nieke Nindyaputri, R. Mulana MP. Sibuea,
Adjar Prajudi, Rina Farida, Didiet A. Akhdiat,
Kontributor
RG. Eko Djuli S, Dedy Permadi, Th Srimulyatini
Dwityo
Soeranto,
R. MulanaSyamsul
MP. Sibuea,
Respati,A.
Joerni
Makmoerniati,
Hadi,
M. Sundoro, Dian Irawati, Nieke Nindyaputri,
Hendarko Rudi S, Iwan Dharma S, Rina Agustin,
Prasetyo, Oloan MS., Hosen Utama,
Handy B. Legowo, Dodi Krispatmadi,
Aswin G. Sukahar, TM. Hasan, Kusumawardhani,
RudiSyaiful
A. Arifin,
Endang Setyaningrum,
Ade
Rachman,
Aryananda Sihombing,
Alex A.
Chalik,
Djoko Mursito, N. Sardjiono,
Dian
Suci
Hastuti.
Oloan M. Simatupang, Hilwan, Kun Hidayat S,
Deddy Sumantri, Halasan Sitompul,
Sitti Bellafolijani,
Alamat
Redaksi M. Aulawi Dzin Nun,
Ade
Syaiful Rahman,
Aryananda
Sihombing,
Jl.
Patimura
No. 20, Kebayoran
Baru
12110
Telp/Fax.
021-72796578
Agus Achyar,
Ratria Anggraini, Dian Suci Hastuti,
Emah Sudjimah, Susi MDS Simanjuntak,
Didik S. Fuadi, Kusumawardhani, Airyn Saputri,
Email
Budi Prastowo, Aswin G. Sukahar,
publikasi_djck@yahoo.com
Wahyu K. Susanto, Putri Intan Suri,
Siti Aliyah Junaedi

website
http://ciptakarya.pu.go.id
Alamat Redaksi
Jl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru 12110
Telp/Fax. 021-72796578

twitter
Email
@ditjenck
publikasi_djck@yahoo.com

Cover :
Anak-anak di Mangwi Kabupaten Gianyar
menikmati air minum perpipaan dari SPAM
Regional Petanu
(Foto : Buchori)

Buletin ini menggunakan 100%


kertas daur ulang (cyclus paper)

Pembatalan UU SDA,
Saatnya Membenahi
Penyelenggaraan SPAM
Pameo tentang hakim sebagai wakil Tuhan di dunia benar adanya. Setidaknya hal itu
tercermin dari penafsiran baru terhadap pengertian Hak Menguasai Negara atau HMN
dalam persoalan air, yaitu dengan prioritas pada pengelolaan sendiri oleh negara atas
sumber daya alam. Tafsir HMN terhadap Pasal 33 UUD 1945 juga dapat dicermati dalam
Putusan MK mengenai UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU SDA)
dimana HMN bukan dalam makna negara memiliki, tetapi dalam pengertian bahwa
negara hanya merumuskan kebijakan (beleid), melakukan pengaturan (regelendaad),
melakukan pengurusan (bestuursdaad), melakukan pengelolaan (beheersdaad), dan
melakukan pengawasan (toezichthoundendaad). Dengan demikian, makna HMN
terhadap cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang
banyak, serta terhadap sumber daya alam, tidak menafikan kemungkinan perorangan
atau swasta berperan, asalkan lima peranan negara/pemerintah sebagaimana tersebut
di atas masih tetap dipenuhi dan sepanjang pemerintah dan pemerintah daerah
memang tidak atau belum mampu melaksanakannya.
Setelah putusan MK pada 2004 yang menolak gugatan pemohon atas UU SDA,
Kementerian Pekerjaan Umum telah melengkapinya dengan seperangkat peraturan
pendukung antara lain di bidang air minum yaitu menetapkan Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum yang diatur melalui Permen
PU Nomor 20/PRT/M/2006 dan perbaruannya nomor 13/PRT/M/2013, dan seterusnya.
Namun pada pelaksanannya masyarakat melihat telah terjadi penguasaan dan
monopoli atas SDA, penggunaan air condong untuk kepentingan komersial dan
memicu konflik horizontal, menghilangkan tanggung jawab negara dalam pemenuhan
air, sampai menganggap UU SDA sebagai undang-undang yang deskriminatif. Poinpoin tersebut dijadikan permohonan oleh para pemohon kepada Mahkamah Konstitusi
untuk membatalkan UU SDA dan selanjutnya diterima oleh MK. Hal itu terjadi karena
sifat conditionally constitutional terhadap UU SDA dalam putusan MK sebelumnya
sehingga para pemohon dapat mengajukan judicial review kembali karena pelaksanaan
UU SDA melenceng dari pertimbangan hukum yang menyertai putusan MK tentang
penolakan pemohon atas UU SDA pada 2004.
Setelah putusan MK tentang pembatalan UU SDA tersebut maka agenda
sangat mendesak adalah penyusunan peraturan perundangan yang memayungi
penyelenggaraan SPAM dan pengelolaan air dengan memperhatikan batas-batas yang
ditetapkan MK. Perangkat peraturan dan perundangan yang penyusunanya melibatkan
para stakeholder, termasuk para penggugat UU SDA, diharapkan semakin matang
dengan mengevaluasi pelaksanaan sebelumnya yang dianggap kurang berpihak pada
rakyat. (Teks : Buchori)

Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang Cipta Karya ke email publikasi_djck@yahoo.com
atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

Foto : Satker PKPAM Jateng

berita utama

Negara Hadir

Selamatkan Hak Rakyat atas Air

Foto : Manti

Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan


seluruh isi Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(SDA) dan kembali memberlakukan UU
Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
Momentum untuk mengembalikan hak
pengelolaan air pada negara?

ihad konstitusi Pengurus Pusat Muhammadiyah beserta


LSM lain dan beberapa unsur perorangan berhasil.
Pengajuan gugatan oleh para pemohon tersebut
merupakan kali kelima selama kurun 2004-2013. Mes
kipun pada gugatan pertama pada 2004 ditolak MK,
mereka memanfaatkan peluang pengujian kembali (conditionally
constitutional) hingga akhirnya dikabulkan MK.
Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
ber
tentangan dengan UUD 1945, putus Ketua Majelis Hakim
Konstitusi, Arief Hidayat di Gedung Mahkamah Konstitusi Jakarta,
Rabu (18/2/2015).
Penyelenggaraan sumber daya air, termasuk penyelenggaran
sistem penyediaan air minum, kembali ke era 40 tahun silam. Jika
dibandingkan, UU SDA dengan 100 pasal lebih komprehensif
daripada UU Pengairan dengan 17 pasal yang hanya mengatur
secara garis-garis besarnya saja. Namun demikian Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tetap menerima dan

Foto : Satker PKPAM Jateng

Foto Atas : Mata air banyumudal Jawa Tengah


Foto Bawah : Press Conference Menteri PUPR tentang Pembatalan UU Sumber Daya
Air

Nenek di Jawa Tengah membawa air dari sumber air yang jauh

menghormati putusan tersebut, bahkan optimis untuk mengem


balikan hak pengelolaan atas air kepada negara.

berita utama
Dengan lahirnya UU tersebut pemerintah meminta dipasang alat
untuk membatasi pengambilan air 18 liter/detik saja. Langkah
pemerintah memberikan izin saat itu sebagai langkah pengen
dalian, namun pada prakteknya terjadi opini penguasaan oleh
yang mendapatkan izin, ujar Basuki yang saat peristiwa itu sebagai
pejabat eselon II di Ditjen Pengairan.
Praktik penguasaan pengelolaan air dengan menyalahgunakan
izin oleh swasta tersebut yang memicu putusan Mahkamah
Konstitusi untuk menggugurkan semua kandungan UU Nomor
7/2004 karena dianggap bertentangan dengan UUD 1945.

Foto : Satker PKPAM Jateng

Dengan putusan ini, kami sangat menghormati, dengan tetap


mengutamakan melayani masyarakat. Lalu, ini juga merupakan
momentum untuk kembalikan hak-hak kepada Negara, jadi kami
makin kuat lagi untuk pengelolaan SDA, tutur Menteri PUPR
dalam jumpa pers (26/2/2015).
Basuki mengungkapkan bahwa intinya pembatalan itu adalah
mengenai pengusahaan air dan hak guna air, dalam beberapa
pasal di UU 7/2004 tersebut dianggap lebih condong untuk ko
mersialisasi air dan menghilangkan peran pemerintah untuk
sediakan air. Intinya yang dipertanyakan adalah mengenai air

Dua laki-laki tua di Kabupaten Magelang Jawa Tengah membawa air dari sumber air
menuju rumah

kemasan, seperti pengelolaan air di Klaten dan Sukabumi, tambah


Basuki.
Sebagai gambaran misalnya izin salah satu perusahaan air
komersial ternama Indonesia untuk memanfaatkan sumber air di
kaki gunung Merapi di wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Perusahaan tersebut mendapatkan izin pemerintah untuk mela
kukan pengeboran di jarak sekitar 100 meter dari air dengan
kapasitas 18 liter/detik, namun setelah dibor nyatanya didapatkan
80 liter/detik.
Izin tersebut keluar sebelum lahirnya UU Nomor 7/2004.

Rencana Mendesak
Basuki mengatakan bahwa implikasi putusan MK tersebut me
ngakibatkan Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan
Presiden, dan Peraturan Menteri turunan UU SDA menjadi tidak
berlaku sehingga mengakibatkan tidak memiliki dasar hukum.
Menteri PUPR mencontohkan diantaranya adalah Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (KPS), Biaya Jasa Pengelolaan SDA (BJPSDA),
lembaga koordinasi (Dewan SDA, TKPSDA WS), pembagian Wilayah
Sungai (WS) sebagai dasar operasional pengelolaan SDA secara
terpadu dan berkelanjutan, keberadaan pengelola SDA (Balai WS,

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

berita utama
BPPSPAM), keberadaan pola dan rencana WS dan kegiatan operasi
pemeliharaan, serta pengelolaan bendungan dan keberadaan
BPPSPAM.
Oleh sebab itu sampai dengan April 2015 akan dilaksanakan
tindak lanjut mendesak oleh Kementerian PUPR. Akan segera
dibuat peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan
UU No. 11 Tahun 1974 dengan memperhatikan situasi saat ini
yaitu Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dan
Rancangan Peraturan Menteri PUPR (Rapermen PUPR). RPP yang
dibutuhkan antara lain mengatur tentang koordinasi (Pasal 7)
Pembinaan (Pasal 10), Pengusahaan (Pasal 11), Perlindungan
(Pasal 13), dan Pembiayaan (Pasal 14). Sedangkan RaperMen
PUPR dibutuhkan tentang Penetapan Wilayah Sungai (pasal 3 dan
pasal 4), Organisasi Pengelola SDA (pasal 5), perencanaan dan
Perencanaan Teknis PSDA (pasal 8), Eksploitasi dan Pemeliharaan
(pasal 12), Bendungan (pasal 12 dan pasal 13), dan tentang Badan
Pendukung Sistem Penyediaan Air Minum.
Selain itu akan meminta Fatwa Hukum Menteri Hukum dan
HAM terkait perjanjian kerja/perizinan yang sudah berjalan sebe
lum putusan Mahkamah Konstitusi dengan mempertimbangkan 6
prinsip dasar pengelolaan SDA yang disyaratkan oleh Mahkamah
Konstitusi, tutur Basuki.
Sedangkan tindak lanjut jangka pendek (tahun 2015) yaitu
akan segera menyusun RUU tentang SDA guna memperbaharui
UU No. 11 tahun 1974 tentang pengairan. Seperti diketahui
MK syaratkan 6 Prinsip dasar pembatasan pengelolaan SDA
yaitu, pertama, pengusahaan atas air tidak boleh mengganggu,
mengesampingkan, apalagi meniadakan hak rakyat atas air.
Kedua, negara harus memenuhi hak rakyat atas air. Akses terhadap
air adalah salah satu hak asasi tersendiri. Ketiga, kelestarian
lingkungan hidup, sebagai salah satu hak asasi manusia, sesuai
dengan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945. Kempat, pengawasan
dan pengendalian oleh negara atas air sifatnya mutlak. Kelima,
prioritas utama yang diberikan pengusahaan atas air adalah

BUMN atau BUMD. Keenam, pemerintah masih dimungkinkan


untuk memberikan izin kepada usaha swasta untuk melakukan
pengusahaan atas air dengan syarat-syarat tertentu.
Kementerian PUPR mengajak semua stakeholder, termasuk
para pemohon judicial review untuk menyusun Rancangan Pe
raturan Pemerintah (PP) tentang koordinasi pengusahaan atas
air untuk mewadahi kelembagaan seperti Dewan SDA, BPPSPAM,
dan lainnya. Selain itu, UU 11/1974 yang masih bersifat global dan
terdiri dari 17 pasal tersebut masih memerlukan PP yang mengatur
pembinaan, pengelolaan, dan pembiayaan sumber daya air.
Kelanjutan Kerjasama
Salah satu upaya Kementerian PUPR adalah meminta fatwa hukum
ke Kementerian Hukum dan HAM. Direktur Jenderal Peraturan
Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM Wicipto
Setiadi, menilai bahwa Kementerian Hukum dan HAM tidak tepat
bila memberikan fatwa. Sebab menurutnya, baik PUPR maupun
instansinya merupakan lembaga yang sama kedudukannya.
Menyinggung kontrak atau perjanjian kerjasama yang sudah
dibuat, menurutnya perlu ditinjau ulang agar sesuai dengan
putusan MK, dimana hak pengusahaan atas air ada pada peme
rintah dan dipergunakan sepenuhnya untuk masyarakat. Selain
itu harus memenuhi 6 pembatasan yang sudah disampaikan MK,
tegasnya.
Plt. Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian
PUPR, Mudjiadi, menambahkan bahwa pembahasan masalah ini
penting agar dapat memperjelas status kerjasama dengan pihak
ketiga. Selain itu menurutnya, sudah seharusnya penguasaan akan
air benar-benar ditangan pemerintah.
Ketua BPPSPAM Tamin M. Zakaria Amin, mengatakan ada
dua bentuk perjanjian dengan pihak ketiga, yakni KPS atau
Kerjasama Pemerintah dan Swasta, dan Business to Business (B to
B). Dijelaskannya, KPS merupakan perjanjian antara pemerintah
daerah dengan pihak swasta, sedangkan B to B antara Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD), yakni PDAM dengan pihak swasta.
Tamin memastikan, dalam dua bentuk perjanjian kerjasama ini,
posisi pemerintah daerah maupun BUMD yang merupakan bagian
dari pemerintah tetap lebih dominan.
Dalam perjanjian KPS, pihak pertama adalah pemerintah
daerah, dan pihak pertama dalam B to B adalah PDAM. Pemerintah
yang lebih dominan dan hak pengusahaan air berada ditangan
pemerintah dan tidak menghilangkah hak rakyat atas air,
tegasnya. Menurutnya, KPS maupun B to B telah sejalan dengan 6
Prinsip Dasar Pembatasan Pengelolaan SDA yang ditetapkan MK.
Meski Mahkamah Konstitusi (MK) telah membatalkan UndangUndang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, namun tak
mempengaruhi persiapan proyek Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) Jatiluhur. Pasalnya, secara operasional persiapan proyek
pengembangan SPAM Jatiluhur sebesar 5 ribu liter/detik ini tetap
berjalan.
Kalau untuk anggaran dasarnya sudah ada. Tinggal nanti
anggaran rumah tangga dibentuk. Namun secara legal SPV sudah
dibentuk, jelas Direktur Utama Perum Jasa Tirta (PJT II) Herman
Idrus, saat rapaat koordinasi persiapan SPAM Jatiluhur di BPPSPAM.
Hal senada juga disampaikan Komisaris Independen PT.
Pembangunan Jaya, Frans Sunito. Menurutnya, kalaupun masalah
penandatanganan dengan notaris ditunda sementara, tidak
akan berpengaruh dari segi waktu persiapan SPAM Jatiluhur.
Yang penting kita menyiapkan terkait Anggaran Dasar maupun

Foto : Buchori

berita utama

Unit produksi SPAM IKK di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan

Tindak lanjut jangka pendek (tahun 2015) yaitu


akan segera menyusun RUU tentang SDA guna
memperbaharui UU No. 11 tahun 1974
tentang Pengairan.

Anggaran Rumah Tangga dan perjanjian kerjasama, dan semua


persiapan tetap kita lakukan sesuai jadwal, tuturnya.
Ketua BPPSPAM Tamin M. Zakaria Amin, menambahkan, pada
prinsipnya proyek SPAM Jatiluhur tidak menguasai air karena
sesuai dengan Surat Izin Pengambilan Air (SIPA) yang sudah
dialokasikan pemerintah. Apalagi SPAM Jatiluhur ini bertujuan
untuk memberikan tambahan sambungan rumah bagi masyarakat,
sehingga memenuhi hak masyarakat akan air, tegasnya. Selain itu
menurut Tamin, dengan ditunjuknya PJT II sebagai PJPK proyek
raksasa tersebut, maka pengendalian masih berada di tangan
pemerintah. SPAM Jatiluhur sangat ketat menjalankan aturan,
termasuk juga masalah tarif air minum, sudah atas persetujuan
dari daerahnya masing-masing, ungkapnya.
BPPSPAM juga berdialog dengan PT Penjaminan Infrastruktur
Indonesia (PII). Executive Vice President PT. PII, Arianto Wibowo, saat

berkunjung ke kantor BPPSPAM, mengatakan saat ini setidaknya


ada dua proyek KPS yang ditangani PT. PII, yakni proyek KPS
Semarang Barat dan Bandar Lampung.
Kita ingin mendapat arahan dari BPPSPAM mengenai hal
itu. Karena kita melihat terkait pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan atau Turbinwas, BPPSPAM ada disitu. Dan yang kita
pikirkan itu kedepannya seperti apa mengenai KPS ini, mengingat
pelayanan air minum masih perlu ditingkatkan, karena masih
banyak kawasan yang perlu dilayani dengan air minum, jelasnya.
Ia juga menyampaikan, bahwa PT. PII telah melakukan kajian
internal sesudah dikeluarkannya putusan MK. Dalam kajiannya,
PT. PII memandang Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah dapat dijadikan
rujukan dalam kerja sama antar pemerintah daerah dan swasta.
(Teks: Buchori/berbagai sumber)

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

berita utama

Pembatalan UU SDA

Berdayakan
BUMN dan BUMD Air Minum

embatalan UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber


Daya Air (SDA) berdampak pada penyelenggaraan
air minum. Di tengah tantangan pendanaan untuk
mencapai target universal access (100% akses aman
air minum), bagaimana dampaknya? Apa harapan
dan upaya pemerintah selanjutnya? Tim Redaksi mewawancarai
Ketua Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (BPPSPAM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Ir. Tamin M. Zakaria Amin, M.Sc di ruang kerjanya.

Ketua BPPSPAM
Ir. Tamin M. Zakaria
Amin, M.Sc

Bagaimana Bapak menanggapi putusan Mahkamah Konstitusi


(MK) tentang Pembatalan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air (SDA)?
Putusan itu tidak bersifat retroaktif atau berlaku surut. Dengan
demikian kontrak-kontrak kerjasama dengan swasta yang sudah
ditandatangani harus tetap dihormati. Demikian juga dengan
proyek-proyek kerjasama yang sedang disiapkan tetap akan
difasilitasi dengan memperhatikan Undang-undang Nomor 11
Tahun 1974 tentang Pengairan dan enam pembatasan yang
ditentukan oleh MK.
Apa pokok dari enam pembatasan tersebut? Apa saja
pembatasannya?
Intinya, roh dari pembatasan tersebut adalah memberdayakan
BUMN dan BUMD penyelenggara SPAM (PDAM), dan apabila
tidak mampu dapat menggandeng swasta dengan semangat
memenuhi hak asasi rakyat atas air. Intinya memperluas cakupan
dan kualitas pelayaan sehingga semua masyarakat Indonesia
dapat terlayani air sebagaimana yang ditentukan dalam RPJMN III
tahun 2015-2019, yaitu 100% akses aman air minum.
Dalam UU 11/1974 Pasal 11 di Bab Pengusahaan dapat
dilakukan kerjasama dengan swasta dengan syarat-syarat tertentu
dan ketat. Kita harapkan dalam waktu dekat akan bisa diterbitkan
Peraturan Pemerintah (PP) mengenai pengusahaan air sebagai
turunan dari UU 11/1974 dan enam pembatasan dari MK.
Apa upaya yang tetap dijalankan BPPSPAM?
Karena Pemda tetap bertanggung jawab dengan pelayanan
air minum, BPPSPAM tetap mendampingi Pemda untuk
menyiapkan proyek-proyek kerjasama dengan swasta dengan
memperhatikan UU 11/1974 dan enam pembatasan MK. Jika
diperlukan, kita siap mendampingi Pemda untuk berdialog
dengan pihak investor.
Langkah lainnya adalah menginventarisir semua halhal yang memerlukan payung hukum apakah itu PP,
Perpres, atau Permen agar stakeholder di bidang air
minum bisa mendapatkan kepastian. Kepada pihak
PDAM, investor maupun badan regulator akan kita
jelaskan tentang isi Putusan MK.
Saat ini ada 62 KPS, baik itu Business to Business (B to B)
dengan pihak utamanya PDAM, maupun KPS dengan
pihak utamanya Pemda. Ada yang air curah, ada yang
revenue (pihak swasta langsung melayani pelanggan).

Foto : Melly

berita utama

Unit produksi di IPA Aetra Kabupaten Tangerang

Ini akan dimintakan fatwanya ke Menkumham. Namun dalam


rangka memberikan pelayanan pada masyarakat dalam bentuk
sambungan rumah. Karena putusan MK ini selanjutnya adalah
hak rakyat atas air. Intinya kerjasama SPAM itu meningkatkan
pelayananan di daerah bersangkutan.
Apa dampak dari putusan MK ini terhadap penyelenggara SPAM
seperti PDAM?
Karena tujuan putusan MK memberdayakan BUMN dan BUMD,
maka menurut saya ini kesempatan bagi PDAM untuk bangkit
dan memanfaatkan peluang dari putusan ini. Jadi perwujudan
keberadaan negara adalah memberdayakan BUMN dan BUMD
penyelenggara SPAM dalam mengelola air minum. Kepala daerah
juga harus memberi dukungan penuh.
Ke depan yang harus dipikirkan adalah langkah-langkah untuk
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air minum dengan
memberdayakan penyelenggara SPAM dan mengacu pada PP
yang akan segera disusun. Prinsipnya pelayanan tidak boleh
terganggu. Hukum juga pada dasarnya tidak merugikan pihak

ketiga yang beritikad baik (tidak menggagalkan kontrak-kontrak


yang berjalan).
Bisa diceritakan secara singkat kronologis gugatan UU 7/2004?
Dulu waktu UU Nomor 7 tahun 2004 terbit Maret 2004 sudah
mendapatkan gugatan dari LSM. Mereka bawa langsung ke MK.
Setelah beberapa kali sidang, diputus MK pada Juli 2005, bahwa UU
7/2004 tetap diteruskan. Karena putusan MK itu memungkinkan
untuk mengajukan pengujian kembali (conditionally constitutional)
dengan memperhatikan beberapa hal, maka pengajuan kembali
oleh pemohon dilakukan sampai lima kali dalam kurun 2004-2013.
Apa saja isu krusial yang digugat?
Ada lima permohonan para pemohon, yaitu pertama bahwa
UU SDA mengundang muatan penguasaan dan monopoli atas
sumber daya air yang bertentangan dengan prinsip dikuasai oleh
negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Kedua, UU SDA mengandung muatan yang memposisikan
penggunaan air, condong untuk kepentingan komersial. Ketiga,

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

berita utama
dengan swasta dan sebagainya. Kan sudah diatur juga dalam Pasal
11 UU 11/1974 tentang Pengairan. Kita lihat saja nanti PP-nya.
Pada saat penyusunan PP 16/2005 tentang SPAM sebetulnya
kami sudah mengantisipasi terjadinya judicial review. PP 16/2005
disusun dengan sangat hati-hati dan memperhatikan suara-suara
pemohon dalam judicial review yang pertama. Dalam PP tersebut
sudah jelas bahwa pihak swasta mengelola air sesuai dengan
Surat Izin Pengambilan Air (SIPA) yang diterima dari Pemda.
Yang dilarang itu adalah yang menguasai sumber air sehingga
masyarakat tidak memiliki akses ke sumber air tersebut,
sehingga jika terjadi benturan pasti masyarakat yang kalah.
Dalam skema kerjasama yang diatur dalam PP 16/2005 hal
itu tidak ada karena pengelolaan yang dilakukan swasta
atas air yang dialokasikan oleh Pemda ke PDAM. Dalam
kerjasama Public Private Partnership (PPP) bidang air
minum, yang dikerjasamakan adalah pekerjaannya,
sedangkan wewenang dan tanggung jawabnya tetap di pihak
pemerintah daerah (PDAM).

UU 11/1974 disahkan jauh sebelum era otomoni


daerah yang salah satunya kewajiban urusan
penyediaan air minum oleh Pemda.

UU SDA mengandung muatan yang memicu konflik horizontal.


Keempat, UU SDA menghilangkan tanggung jawab negara dalam
pemenuhan kebutuhan air. Kelima, UU SDA merupakan undangundang yang diskriminatif.
Mengapa hanya menyangkut air minum saja?
Oh tidak, ini wilayah saya bicara air minum, jadi tidak bicara
SDA secara umum. Sebagai informasi ada delapan PP turunan
dari UU SDA, enam diantaranya tidak memenuhi enam prinsip
pembatasan MK, yaitu PP 16/2005 tentang SPAM, PP 20/2006
tentang irigasi, PP 42/2008 tentang pengelolaan sumber daya air,
PP 43/2008 tentang air tanah, PP 38/2011 tentang sungai, dan PP
73/2011 tentang rawa.
Apakah dengan kembalinya ke UU 11/1974 dianggap langkah
mundur dalam penyelenggaraan SPAM?
Menurut saya malah kesempatan untuk lebih baik. Tantangan
pendanaan yang dihadapi pemerintah untuk mencapai target
universal access air minum tidak akan terganggu, karena PP yang
akan disusun kemudian berisi tentang pengaturan kerjasama

10

yang

dibentuk

Foto : istimewa

Unit produksi di IPA Aetra Kabupaten Tangerang

Bagaimana kelanjutan peran BPPSPAM?


Organisasi-organisasi penyelenggara SPAM

Unit produksi IPA Benhil PAM Jaya

berdasarkan PP 16/2005 juga tetap menjalankan perannya.


Contohnya BPPSAM tetap melakukan fungsi pelayanan dan infor
masi kepada masyarakat sembari menunggu terbitnya PP dan
Permen baru sebagai payung hukumnya. BPPSPAM kan tidak
bertindak sebagai PPJK (Penanggung Jawab Proyek Kerjasama,
red).
UU 11/1974 disahkan jauh sebelum era otomoni daerah
yang salah satunya mewajiban urusan penyediaan air minum
oleh Pemda. Dengan demikian kebutuhan mendesak adalah
penyusunan Peraturan Pemerintah tentang penyelenggaraan
SPAM dan menyusun Rancangan UU SDA yang baru dengan nafas
otonomi daerah. Ingat, putusan MK untuk kembali ke UU 11/1974
saja. MK tidak mengatakan kembali ke UU 11/1974 beserta pe
raturan pelaksanaannya. (Teks: Buchori)

liputan khusus

Jalan Berliku Menuju 100%


Akses Aman Air Minum

adan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 merilis data


akses aman air minum sebesar 67,78%. Sebanyak
18,6% dari perpipaan dan 49,2% dari jaringan bukan
perpipaan. Pada tahun 2014 ini diharapkan sudah
71% akses aman. Sehingga lima tahun ke depan
harus mengejar ketertinggalan 30% untuk mencapai 100% akses
aman air minum.
Saat ditemui di ruang kerjanya, Direktur Pengembangan Air
Minum Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Mochammad Natsir, mengungkap tantangan
dan strategi pemerintah menggapai target universal access
pada 2019. Saat ini proporsi akses aman air minum dari jaringan
perpipaan sebesar 60% dan Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) yang
terlindungi sebesar 40%. Dari kondisi tersebut ada dua program
yang sedang dikembangkan, yaitu perluasan pelayanan air minum
dan penyehatan PDAM.
Tantangan pertama datang dari penyelenggara pelayanan
air minum. Menurut Natsir, kondisi PDAM sehat saat ini baru
51%, sisanya kurang sehat dan sakit. Kedua, tingkat kehilangan
air atau non revenue water rata-rata nasional masih tinggi, yaitu

Foto : Satker PKPAM Jateng

Unit air baku Pesayangan di Jawa Tengah

Foto : Manti

Akses aman air minum 100% pada akhir


2019 diiringi tantangan berat. Akses
yang dimaksud yaitu melalui jaringan
air minum perpipaan maupun Bukan
Jaringan Perpipaan (BJP) terlindungi.
Sedangkan aman harus mencakup 4K,
yaitu Kualitas, Kuantitas, Kontinuitas, dan
Keterjangkauan.

Direktur Pengembangan Air Minum Ditjen Cipta Karya, Mochammad Natsir

33%. Ketiga, idle Capacity juga masih besar yaitu, 40 ribu liter/
detik. Keempat, PDAM yang sudah menerapkan Full Cost Recovery
(FCR) masih 30%. Kondisi tersebut menjadi tantangan bersama
Pemerintah Daerah, PDAM, dan Pemerintah Pusat agar pada tahun
2019 nanti kondisi PDAM sehat menjadi 100%, tingkat kehilangan
air dapat ditekan hingga rata-rata 20% secara nasional, dan idle
capacity berkurang menjadi 20 ribu liter/detik.
Selain itu tentu saja yang perlu ditangani adalah efisiensi
pengelolaan sebelum bicara Full Cost Recovery (FCR) untuk
mengurangi biaya produksi PDAM dan meningkatkan pendapatan.
Dengan demikian, kenaikan tarif untuk mengejar FCR akan lebih
kecil kemungkinannya jika efisiensi pengelolaan dapat dilakukan.
Pendanaan
Untuk perluasan pelayanan, menurut Natsir ada beberapa
tantangan yang harus dihadapi. Pertama, pendanaan. Untuk
mencapai universal access air minum 100% pada 2019 dibutuhkan
dana Rp254 triliun. Dukungan APBN melalui Ditjen Cipta Karya
diperkirakan akan menyumbang 21% dari total tersebut. Ditjen
Sumber Daya Air melalui penyediaan air baku dapat berkontribusi
sekitar 6%, dan dari DAK diperkirakan berkontribusi sekitar 2%.
Sehingga total APBN dapat menyumbang dana sebanyak 29%.
Dalam catatan yang tercantum saat ini dalam RPJMN 20152019, kontribusi APBN bahkan lebih kecil dari yang diharapkan,
yaitu 12% atau sekitar Rp33,9 triliun. Namun angka tersebut
belum ditambah dengan terobosan program dan pendanaan
baru, semisal program hibah air minum dari APBN murni sebesar
Rp500 miliar dan tambahan dari kompensasi pengurangan subsidi
BBM.
Selain APBN, pemerintah juga memanfaatkan sumber-sumber

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

11

liputan khusus

Foto : Satker PKPAM Sumsel

Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten


Barito Kuala, dan Kabupaten Tanah Laut), SPAM Pontianak (Kota
Pontianak dan Kabupaten Pontianak), dan SPAM Blora. Sedangkan
yang sedang disiapkan kerjasamanya adalah SPAM Bengkulu dan
SPAM Bali Selatan (SPAM Penet).

Bangunan pengambilan air baku (intake) SPAM IKK Penukal Utara


Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan

pembiayaan lainnya seperti dari Kerjasama Pemerintah Swasta


(KPS) yang diharapkan menyumbang 10%-15%, Corporate Social
Responsibility (CSR), BUMN dan BUMD, dan APBD. Alokasi APBD
akhir-akhir ini terlihat trend meningkat yang cukup signifikan
karena dipicu oleh program-program stimulan dari pemerintah
seperti water hibah, PAMSIMAS, maupun sharing Pemda dalam
program-program SPAM Regional.
SPAM Regional yang saat ini sedang berjalan antara lain
di SPAM Kartamantul (Yogyakarta, Sleman, dan Bantul), SPAM
Pasigala (Palu, Sigi, dan Donggala), SPAM Banjarbakula (Kota

Air Baku
Tantangan berikutnya adalah keterbatasan air baku. Masih banyak
kabupaten/kota yang tidak memiliki sumber air baku sehingga
mutlak diperlukan kerjasama antar daerah dengan wujud SPAM
Regional, baik antar kabupaten/kota maupun antar provinsi.
Keterbatasan air baku tidak hanya terjadi karena tidak memiliki
sumber, namun saat ini banyak sumber air baku yang tercemar
dan mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi
air minum.
Tantangan lain adalah penggunaan teknologi untuk
memperluas ketersediaan air baku, dan tekonologi untuk
mengurangi pemakaian air perkapita. Penggunaan teknologi
untuk mengolah air baku dari air laut sudah dilakukan dengan
penerapan Sea Water Reverse Osmosis (SWRO), dan teknologi
membrane lainnya. Selain itu mendorong pembuatan embungembung untuk menampung air. Prinsip yang sedang didorong
untuk teknologi pengurangan konsumsi air yaitu membuat
seimbang antara demand and supply.

Foto : Buchori

Teknologi Reverse Osmosis di Tanjung Pinang mengolah air laut menjadi air minum.

12

Foto : Melly

liputan khusus

Proses filtrasi air baku di unit produksi air minum.

Partisipasi Pemda dan Masyarakat


Tantangan selanjutnya adalah meningkatkan partisipasi Pemda
dan masyarakat. Namun Ditjen Cipta Karya yakin dengan programprogram seperti SPAM Regional, PAMSIMAS, dan water hibah
secara langsung meningkatkan partisipasi keduanya.
Pada PAMSIMAS tahap I (2008-2012), sebanyak lebih dari 6
juta jiwa penduduk di 6.865 desa yang tersebar di 110 kabupaten/
kota pada 15 provinsi telah mendapatkan akses aman air minum
dan sanitasi yang layak. Sedangkan PAMSIMAS tahap II yang
dilaksanakan pada 2013-2016 untuk menunjang pengembangan
permukiman yang berkelanjutan di 219 kabupaten/kota yang
tersebar di 32 provinsi. Tahun 2014 ini merupakan tahun kedua
implementasi program PAMSIMAS II yang dilaksanakan sejak 2013
sampai dengan tahun 2016. Pada tahun 2014 program ini sedang
dilaksanakan di 1.455 desa yang tersebar di 218 kabupaten/kota.
Di luar program fisik, PAMSIMAS juga mendorong kesadaran
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Dengan
partisipasi aktif masyarakat sebanding dengan pencapaian akses
aman air minum dalam lima tahun terakhir yang meningkat
cukup drastis di angka rata-rata 4,5%. Padahal selama 20 tahun
sebelumnya rata-rata capaian berkutat di angka 1,5%.
Strategi
Strategi menghadapi tantangan di atas dilakukan dengan berbagai
cara. Pada aspek pendanaan, pemerintah menggali sumbersumber pembiayaan selain APBN dengan mendorong kontribusi

Pemda sesuai dengan kapasitas fiskalnya dalam program water


hibah, PAMSIMAS, dan SPAM Regional.
Peran BUMN dan BUMD juga didorong untuk berinvestasi. Pe
ran keduanya sudah terlihat dari skema pembiayaan pembangu
nan SPAM Jatiluhur Tahap I yang tidak melibatkan APBN sepeser
pun. Sebut saja yang dari BUMD antara lain PT Tirta Gemah Ripah
(BUMD Pemerintah Provinsi Jawa Barat), PT Jaya Konstruksi dan
PAM Jaya (BUMD DKI Jakarta), PDAM Tirta Bhagasasi (Kabupaten
Bekasi, PDAM Tirta Patriot (Kota Bekasi), dan PDAM Tirta Arum
Kabupaten Karawang. Sedangkan dari BUMN ada nama Perum
Jasa Tirta II dan PT Wijaya Karya Tbk.
Keberhasilan juga dicatat dari program water hibah yang me
libatkan donor AusAID dan USAID serta Pemda. Dengan dana
separuh dari DAK, program water hibah Tahap I mampu melayani
sebanyak 70% dibandingkan output DAK. Begitu juga dengan
memakai dana yang sama seperti DAK, program water hibah
tahap II mampu menghasilkan Sambungan Rumah sebanyak tiga
kali lipatnya DAK. Keberhasilan tersebut diapresiasi Kementerian
Keuangan dengan meluncurkan program dan skema yang serupa
dengan sumber pembiayaan dari APBN murni sebanyak Rp500
miliar.
Sebenarnya ditawari Kementerian Keuangan sebanyak Rp
2 triliun, namun kami hanya menyanggupi Rp500 miliar karena
belum siap. Kami hanya mengambil seperempatnya berdasarkan
daftar Pemda yang sudah menerbitkan Perda Penyertaan Modal
Pemerintah Daerah, ungkap Natsir.

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

13

liputan khusus
Pada TA 2015 ini, Pemerintah pusat melalui Bappenas dan
Kementerian Keuangan akan mengalokasikan anggaran sebesar
Rp500 Miliar untuk pelaksanaan Program Hibah Air Minum APBN
ini. Dengan pemanfaatan alokasi anggaran ini, diharapkan akan
terbangun sekitar 147 Ribu SR air minum baru, sebagai output dari
pelaksanaan kegiatan.
Pemerintah daerah yang diprioritaskan sebagai calon peneri
ma Program Hibah Air Minum APBN tahun 2015 ini adalah
kabupaten/kota yang telah memiliki kinerja baik, dari aspek teknis
maupun dukungan pembiayaan dalam pelaksanaan program
Hibah Air Minum pada tahun-tahun sebelumnya. Adapun meka
nisme pelaksanaannya, masih mengikuti pelaksanaan yang telah
dilakukan pada program Hibah Air Minum bantuan Pemerintah
Australia.
Selain melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, pembiayaan ABPN untuk mendukung sektor ini ada di
kementerian lain seperti Kementerian BUMN melalui Perum Jasa
Tirta melaksanakan amanah Peraturan Pemerintah untuk me
nyediakan air minum dalam bentuk air curah.
Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dan Business to
Business (B to B) akan terus didorong. Untuk KPS, kita akan
mendorong pembentukan BUMN seperti PT Jasa Marga di bi
dang jalan tol. Saat ini yang sudah ada adalah PT Sarana Multi
Infrastruktur (PT SMI) yang kita berharap pada divisi di bidang
infrastruktur air minum. PT SMI akan mendorong KPS yang dinilai
masih lambat.
Pembiayaan dari perbankan selama lima tahun terakhir sudah
menjaring minat 11 PDAM untuk memanfaatkan kredit sebesar
Rp328,3 miliar. Kesebelas PDAM tersebut sudah menandatangani
perjanjian dengan bank pemberi kredit. Mereka adalah PDAM
Kabupaten Bogor, PDAM Kabupaten Ciamis, PDAM Kabupaten
Lombok Timur, PDAM Kota Malang, PDAM Kota Banjarmasin, PDAM
Kota Denpasar, PDAM Kabupaten Banyumas, PDAM Kabupaten
Cilacap, PDAM Kabupaten Giri Menang, PDAM Kota Palopo, dan
PDAM Kabupaten Buleleng.
Total bank pemberi kredit yang sudah ditetapkan oleh
Kementerian Keuangan dengan total pagu sebesar Rp4,61 triliun
dengan rincian tujuh bank telah menandatangani Perjanjian

Foto : Melly

Bak prasedimentasi pada unit produksi SPAM Regional Petanu Kabupaten Gianyar
Bali

14

Kerjasama Pendanaan (PKP) dengan Ditjen Cipta Karya dan satu


bank masih dalam proses penandatanganan. Kedelapan bank itu
adalah BRI, BNI, BPD Jabar Banten, BPD Kalsel, Bank Mandiri, Bank
Jateng, BPD Bali, dan BPD NTB.
Selain itu masih ada 11 PDAM lagi yang sedang dalam proses
perbaikan atau melengkapi kekurangan dokumen pendukung.
Mereka adalah PDAM Kota Cirebon, Kota Pontianak, Kota Tegal,
Kota Pelambang, Kabupaten Subang, Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Garut, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Purbalingga,
Kabupaten Toli-toli, dan Kota Payakumbuh.
Namun para peminat tersebut masih harus menunggu
perpanjangan Peraturan Presiden Nomor 29/2009 tentang
pemberian jaminan dan subsidi bunga yang masa berlakunya
telah habis per 31 Desember 2014 lalu. Kementerian PUPR telah
mengajukan perpanjangan Perpres tersebut. Hal ini untuk
memfasilitasi 63 PDAM yang sudah menyatakan minat.
Serupa dengan perbankan, pendanaan yang perlu didorong
bersumber dari investasi syariah yang dikenal dengan sukuk. Jenis
investasi ini sudah diizinkan oleh Kementerian Keuangan sebagai
sumber pendanaan infrastruktur.
Sumber pendanaan lain yang sudah difasilitasi Ditjen Cipta
Karya adalah CSR dari badan usaha swasta maupun badan usaha
milik negara. Saya pernah mendengar potensi pendanaan CSR
dari BUMN mencapai Rp2 triliun hingga Rp3 triliun dalam satu
tahun. Bahkan pernah mencapai akumuliasi Rp20 triliun karena
programnya belum dipersiapkan dengan baik, jelas Natsir.
Peluang lain adalah penganggaran program di perdesaan
yang naik ke depan akan dialokasikan Rp1,5 miliar setiap desa.
Tidak semua desa siap dengan perencanaan dan pemrograman,
untuk membangun apa dana sebesar itu. Bekal pengalaman
program-program pemberdayaan bidang air minum yang dikenal
dengan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS), ada optimisme akan ada pengalokasian dana yang
cukup untuk bidang ini.
Fasilitator PAMSIMAS akan mendampingi penyiapan programprogram di desa, menyiapkan desainnya, dan menjalankannya
bersama masyarakat. Apalagi rencananya PAMSIMAS tahap tiga
akan dilaksanakan 2016-2019 untuk 10 ribu desa, terangnya.
Masih di perdesaan, selain bersama para fasilitator PAMSIMAS
yang sudah bertahun-tahun mengawal kemandirian masyarakat,
Ditjen Cipta Karya juga bersama beberapa perguruan tinggi
bekerjasama mewujudkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Perdesaan melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik.
Melalui program KKN Tematik Pendampingan SPAM Per
pipaan Berbasis Masyarakat ini, mahasiswa dapat terlibat dan
berperan aktif dalam melakukan pemberdayaan masyarakat agar
melaksanakan pengelolaan SPAM Perdesaan secara lebih efektif.
Program KKN Tematik Pendampingan SPAM Perpipaan Ber
basis Masyarakat ini merupakan terobosan yang besar dalam
upaya penyediaan air minum bagi masyarakat. Terobosan ini
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat, yaitu pe
merintah, perguruan tinggi, mahasiswa, dan masyarakat, kata
Natsir.
Selain strategi pendanaan, strategi di sektor air baku misalnya
dengan mendorong SPAM Regional dan memanfaatkan teknologi
air baku air laut dengan SWRO. Sedangkan untuk kelembagaan
masih perlu meningkatkan sinergi dengan Kementerian Dalam
Negeri untuk meningkatkan awaraness pemerintah daerah dalam
melaksanakan urusan wajib mereka sebagaimana diamanahkan

Menara air PAMSIMAS Kabupaten Demak

dalam UU Nomor 23/2014 tentang Pemerintah Daerah yang


menyebut bahwa penyelenggaraan SPAM di daerah menjadi uru
san wajib pemerintah di level kabupaten/kota maupun provinsi.
Kementerian PUPR Tidak Sendiri
Sasaran akses aman air minum 100% bukanlah program yang
dilaksanakan oleh Kementerian PUPR sendiri. Semua pihak ber
kontribusi untuk mewujudkannya, apalagi untuk target 40%
Bukan Jaringan Perpipaan terlindungi. Berangkat dari keter
sediaan APBN, yang masih diharapkan berkontribusi 29%, ar
tinya ada gap pendanaan. Gap tersebut harus disikapi dengan
menggalang seluruh potensi pendanaan lain. Pertama diajak
adalah pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan amanat UU
Nomor 23/2014 tentang Pemerintah Daerah.
Potensi lain yang perlu digalang yaitu dari instansi lain di level
pemerintah pusat, mulai dari Menko Perekonomian, Kementerian
Keuangan, Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Kesehatan, Kementerian BUMN, dan lainya.
Beberapa waktu lalu, Menteri PUPR dan Menteri Kesehatan
sudah bertemu dan menjajagi kerjasama. Diantaranya adalah
dukungan Kementerian PUPR memberikan akses air minum untuk
untuk infrastruktur kesehatan seperti rumah sakit dan Puskesmas.
Kementerian Kesehatan juga mendukung Kementerian PUPR
dalam hal pengendalian kualitas air. Dengan Kementerian Ke
lautan dan Perikanan, Kementerian PUPR membangun akses air
minum untuk pulau kecil dan terluar.
Menggugah Optimisme
Dari sudut pandang lain, target Universal Acces air minum dan
sanitasi akan menggugah optimisme Indonesia untuk men

capainya. Bersama penanganan kawasan kumuh sampai 0%,


target-target tersebut tidak berasal dari ruang kerja Kementerian
PUPR, namun merupakan amanat Undang-undang Nomor 17
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN 3) 2015-2019. Amanat tersebut menjadi visi bersama yang
dapat menggalang semua potensi ke arah pencapaian target
tersebut.
Di satu sisi, Indonesia menjadi anggota G20 ke-16 yang
bersama India dan Tiongkok masih sibuk dengan urusan air
minum. Namun India dan Tiongkok sudah lebih baik dibandingkan
Indonesia. Negara-negara anggota G20 lainnya sudah established
di bidang air minum dan sudah memikirkan hal penting lainnya.
Padahal target Indonesia pada tahun 2025 adalah menjadi negara
4 besar di Asia, namun ironis jika masih memikirkan akses aman air
minum.
Katakanlah target universal access sudah tercapai di tahun
2019, apakah sudah cukup? Belum. Karena masih ada 40% akses
Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) terlindungi yang harus diarahkan
menjadi perpipaan. Bicara akses aman air minum yang reliable,
terjamin kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan keterjangkauan maka
akses air minum perpipaan adalah jawabannya.
Penanganan 40% akses aman air minum BJP menjadi
perpipaan tidak lantas melupakan 60% perpipaan yang sudah
dibangun. PDAM dan Badan Usaha harus memenuhi kaidah
sebagai corporate dalam mengelola air minum agar sistem
perpipaan dapat sustainable.
Upaya lain untuk menurunkan biaya produksi sedang diu
sulkan kepada otoritas penyedia sumber daya energi listrik agar
penyediaan air minum dilihat sebagai public services (pelayanan
publik) seperti kereta api yang mendapatkan tarif listrik berbeda
dengan industri sehingga lebih murah. Mengapa air minum tidak
dipandang sebagai public services untuk mendapatkan tarif listrik
lebih murah, demikian juga cost untuk BBM, ujar Natsir.
(Teks: Buchori)
Pemanfaatan keran air PAMSIMAS di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah

Foto : CMAC PAMSIMAS

Foto : CMAC PAMSIMAS

liputan khusus

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

15

info baru

Foto : Buchori

Komisi V DPR
Setujui RAPBN-P TA 2015
bidang Cipta Karya Rp19,6 T

Komisi V DPR RI menyetujui program


dan alokasi anggaran dalam Rencana
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Perubahan (RAPBN-P) Tahun Anggaran
2015 untuk fungsi dan program masingmasing unit kerja Eselon I Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR), termasuk Ditjen Cipta Karya.
Suasana Rapat Dengar Pendapat Kementerian PUPR dan DPRI RI membahas
RAPBN-P

16

al itu diputuskan dalam Rapat Dengar Pendapat


(RDP) DPR RI dengan seluruh jajaran Eselon I
Kementerian PUPR yang juga dihadiri seluruh balai
di bidang jalan dan sumber daya air, Rabu (11/2) di
Ruang Rapat Komisi V DPR RI Jakarta.
APBPN-P TA 2015 Kementerian PUPR yang disetujui sebanyak
Rp116,837 triliun, dengan pembagian untuk Ditjen Sumber Daya
Air RP 30,562 triliun, Ditjen Bina Marga Rp56,974 triliun, Ditjen
Cipta Karya Rp19,612 triliun, Ditjen Penyediaan Perumahan
Rp6,059 triliun, dan sisanya tersebar di tujuh unit Eselon I lainnya.
Masing-masing unit kerja Eselon I Kementerian PUPR sepakat
dengan Komisi V DPR RI untuk melakukan penyempurnaan
program sesuai dengan saran dan usulan anggota Komisi V
sebelum Rapat Kerja dengan Menteri PUPR, Kamis (12/2), untuk
penetapan RAPBN-P TA 2015, ujar Wakil Ketua Komisi V Muhidin

M. Said (F. Golkar) didampingi pimpinan lainnya seperti Ketua


Komisi Fary Djami Francis (F. Gerindra), Michael Wattimena (F.
Demokrat), dan Yudhi Widiana Aida (F. PKS).
Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam dana Rencana Anggaran
Pendapatan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2015 di
bidang infrastruktur permukiman senilai Rp5,4 triliun. Tambahan
yang berasal dari kompensasi pengurangan subsidi BBM tersebut
akan digunakan untuk enam program prioritas, salah satunya
penanganan kawasan permukiman kumuh di perkotaan senilai
Rp2,5 triliun.
Imam mengungkapkan, dengan alokasi tersebut pada tahun
2015 Ditjen Cipta Karya mentargetkan pengurangan kawasan
permukiman kumuh di 56 kabupaten/kota. Penanganan dilakukan
melalui penyediaan infrastruktur berupa 3 Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Sampah, 34 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Kawasan, 60 Sanimas, 6 Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT),
92 lokasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu pola reduce, reuse,
dan recycle (TPST) 3R , 104 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
kawasan khusus, 10 SPAM Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) di Pelabuhan Perikanan Indonesia (PPI), dan penyehatan 1
PDAM.
Lima program prioritas lainnya yang akan mendapatkan tam
bahan dana tersebut adalah peningkatan akses aman air minum,
peningkatan akses sanitasi, penanganan pelayanan persampahan,
penanganan perbatasan, serta terakhir penataan kota hijau, kota
pusaka, dan kebun raya.
Penanganan kawasan perbatasan dialokasikan sebesar Rp700
miliar untuk tujuh kawasan di empat provinsi. Pertama, Provinsi
Kalimantan Barat di Entikong Kabupaten Sanggau, kawasan Aruk
di Kabupaten Sambas, dan kawasan Nanga Badau Kabupaten
Kapuas Hulu. Kedua, Provinsi Kalimantan Timur di Long Apari
Kabupaten Mahakam Ulu. Ketiga, Provinsi Kalimantan Utara di
kawasan Sebatik Kabupaten Nunukan. Keempat, Provinsi NTT
di kawasan Motain Kabupaten Belu, kawasan Motamasin di
Kabupaten Malaka. Kelima, Provinsi Papua di kawasan perbatasan
Skouw Kota Jayapura.
Imam menambahkan, target RPJMN 2015-2019 yaitu pe
ningkatan akses aman air minum 100%, penanganan kawasan

Foto :Manti

Kawasan kumuh di Kabupaten Pandeglang Banten

Foto :dbangkim

info baru

Kawasan perbatasan Entikong Kalimantan Barat

permukiman kumuh 0%, dan akses sanitasi 100% memerlukan


pendanaan besar. Namun kemampuan APBN untuk me
rea
lisasikannya dalam kurun lima tahun mendatang hanya sebesar
Rp128 triliun. Kami memiliki strategi pelaksanaan antara lain
prioritas program untuk mewujudkan Kawasan Strategis Nasional
(KSN) dan pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang
Cipta Karya di daerah, sinergi pembangunan lintas sektor, program
yang berkelanjutan dengan berbasis kualitas respon daerah, dan
hasil kegiatan yang berkualitas, ungkapnya.
Selain itu, sinergi kemitraan menjadi faktor kunci, antara lain
dengan kementerian dan lembaga lain, serta masyarakat, swasta,
asosiasi, perguruan tinggi yang sudah tergabung dalam habitat
Agenda Partners Indonesia (HAPI).
Pembenahan Kumuh
Pada kesempatan sebelumnya saat diwawancarai media, Dirjen
Cipta Karya Kementerian PUPR Imam S. Ernawi mengungkapkan
tambahan alokasi dana untuk penataan kawasan kumuh tahun ini
sebanyak Rp2 triliun, dari sebelumnya hanya Rp 2,5 triliun.
Anggaran tersebut menurut Imam akan digunakan untuk
menangani seluruh kawasan kumuh di Indonesia. Setiap ka
wasan bisa berbeda kebutuhan dananya karena tujuh aspek,
yaitu lingkungan, drainase, sampah, limbah, air minum, kondisi
bangunan, penanganan kebakaran, tandas Imam.
Pemerintah, tambah dia, terlebih dulu akan membuat prioritas
daerah mana yang harus segera ditata berdasarkan ketujuh aspek
tersebut. Targetnya, satu kawasan selesai ditata dalam kurun wak
tu tiga tahun. Nah, agar penataan kawasan bisa selesai sesuai
target, pemerintah daerah (Pemda) harus ikut turun tangan. Kita
membagi tugasnya, kawasan yang ditangani pusat mana, daerah
mana, ucap Imam.
Nantinya pembagian kawasan kumuh akan dibagi tiga yaitu
kawasan kumuh berat, sedang, dan berat. Pemerintah pusat
akan fokus menangani kawasan kumuh berat. Sedangkan Pemda
menata kawasan kumuh ringan. Sementara kawasan kumuh
sedang bisa dikerjakan Pemda dan pusat bersama-sama.
Sekarang sudah dalam penilaian. Pemda sudah punya kla
sifikasi mana kawasan berat, sedang, ringan, pungkas Imam.
(Teks : buchori)

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

17

info baru

Optimalkan Kinerja PDAM,


Kementerian PUPR
Tingkatkan Efisiensi Energi PDAM
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) mendorong
peningkatan manajemen internal PDAM
dengan menyusun peta jalan peningkatan
efisiensi energi.

iaya energi umumnya mencapai 20% hingga 30%


dari total biaya operasional PDAM. Tingginya biaya
energi berdampak kepada peningkatan biaya pro
duksi dan biaya distribusi pelayanan air minum serta
tingginya tarif air minum.
Untuk memenuhi target peningkatan cakupan dan kualitas
pelayanan air minum, tentunya kondisi PDAM harus sehat
sehingga mampu mengoperasikan SPAM secara efektif dan efisien
melalui manajemen internal PDAM yang kuat, kata Direktur
Pengembangan Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian PUPR, Mochammad Natsir dalam workshop Road
Map Efisiensi Energi PDAM di Ruang Pendopo Kementerian PUPR,
Rabu (11/02/2015).
Berdasarkan hasil analisa penilaian kinerja PDAM yang dila
kukan oleh Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum (BPPSPAM) tahun 2014 dari 359 PDAM hanya 182 PDAM
berstatus sehat, selebihnya 103 PDAM berstatus kurang sehat dan
74 PDAM berstatus sakit. Pemanfaatan energi yang efisien menjadi
isu penting karena menjadi penyebab utama masih belum
optimalnya kinerja PDAM.
Sejak tahun 2012, Ditjen Cipta Karya didukung USAID
bersama Perpamsi, ADB, World Bank, mulai mengembangkan
Program Efisiensi Energi. Pelaksanaan efisiensi energi akan ber
dampak langsung terhadap peningkatan pendapatan PDAM
yang selanjutnya dapat mendorong PDAM untuk beroperasi
secara sehat. Sebagai wujud konkrit dari isu tersebut, banyak
program yang telah dikembangkan oleh Ditjen Cipta Karya
melalui Direktorat Pengembangan Air Minum, diantaranya
adalah program pengembangan SDM bagi seluruh PDAM di
Indonesia dalam bidang efisiensi energi dan pengadaan perala

18

tan pendukung efisiensi energi untuk PDAM yang masuk ke dalam


Program Penyehatan PDAM.
Menurut Natsir, permasalahan yang dihadapi dalam penye
diaan air minum saat ini antara lain masih rendahnya cakupan
pelayanan air minum. Cakupan pelayanan air minum yang aman
secara nasional pada tahun 2014 baru mencapai 70,05%, sehingga
masih terdapat gap sebesar 29,95% yang harus dicapai untuk
memenuhi target 100% penduduk Indonesia terlayani akses aman
air minum pada akhir tahun 2019. Rendahnya cakupan pelayanan
tersebut secara operasional merupakan refleksi dari pengelolaan
yang kurang efisien maupun kurangnya pendanaan untuk
pengembangan sistem yang ada, tegas Natsir.
Program Efisiensi Energi ini dilaksanakan melalui kegiatan
Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene (IUWASH) dan
Indonesia Clean Energy Development (ICED). USAID-IUWASH men
dukung peningkatan kinerja operasional PDAM melalui audit
efisiensi energi untuk PDAM di wilayah dampingannya, yaitu
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kota Semarang, Kota
Surakarta, Kabupaten Gresik, Kota Salatiga dan Kota Parepare.
USAID-ICED juga memberikan dukungan dengan melakukan
kajian dan analisis terhadap pembiayaan alternatif untuk investasi
dalam merehabilitasi fasilitas yang mengkonsumsi energi yang
tinggi.
Workshop ini diharapkan dapat menjaring dukungan dan
komitmen dari stakeholder terkait untuk mendorong kegiatan
efisiensi energi bagi PDAM, khususnya dalam aspek pendanaan.
Alternatif sumber pendanaan program efisiensi energi dapat
berasal dari Pemerintah melalui dana APBN dan APBD, donor, serta
pihak Swasta. Dengan adanya dukungan dari berbagai stakeholder
maka PDAM dapat meningkatkan kualitas dan cakupan pelayanan
air minum secara berkesinambungan yang secara tidak langsung
dapat meningkatkan kinerja PDAM. (Teks : Datin CK)

info baru

Cipta Karya
Tingkatkan Pengelolaan Air Limbah
dengan Kemitraan

Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
mengadakan acara Workshop Promoting
Innovation in Sanitation Management,
Rabu (25/2/2015) di Ruang Pendopo
Kementerian PUPR.

orkshop tersebut merupakan kegiatan bidang


sanitasi yang memfasilitasi kegiatan kemitraan
operator air limbah di Indonesia dalam bidang
pengelolaan air limbah.
Kegiatan kemitraan ini merupakan hasil
kolaborasi antara lembaga pengelola air limbah di Indonesia
dengan lembaga pengelola air limbah dari luar negeri, sehingga
di dalamnya terjadi transfer pengetahuan dan pengalaman.
Kemitraan ini meliputi pengelolaan lumpur tinja, optimalisasi IPAL,
serta efisiensi energi, kata Dadan Krisnandar, Plt. Sesditjen Cipta
Karya.
Lembaga-lembaga yang terlibat yaitu PDAM Surakarta, PDPAL

Peserta mendapatkan materi terkait promosi


inovasi dalam pengelolaan Air Limbah yaitu
pengelolaan Air Limbah di beberapa kota,
pembelajaran program pengelolaan lumpur
tinja, pembelajaran pengalaman pengelolaan air
limbah, teknologi dan pendidikan sanitasi serta
insiasi pengelolaan sanitasi.

Jakarta, UPTD PAL Bogor, UPTD PAL Makassar, PDPAL Banjarmasin,


PDAM Medan, PDAM Kota Bandung, PDAM Kota Surakarta, Balai
IPAL Sewon, dan UPT PAL Bali. Sedangkan mitra lembaga pengelo
la air limbah dari luar negeri diantaranya EMASESA Spanyol,
K-Water Korea, IWK Malaysia, dan Water Corporation Perth Australia.
Setelah kegiatan twinning Water Operators Patnerships (WOPs)
ini berakhir, hasil yang diperoleh akan memberikan manfaat yang
besar jika pengalaman kegiatan WOPs yang sudah dilakukan dapat
disebarkan kepada lembaga pengelola air limbah di kota-kota
lainnya melalui kegiatan Workshop lesson learned, kata Dadan.
Workshop ini juga menjadi sarana untuk berbagi pengalaman
dalam pengelolaan air limbah antara kota yang satu dengan yang
lainnya, dan antara satu negara dengan negara lainnya.
Hadir dalam acara ini para narasumber dari dalam negeri atau
luar negeri, perwakilan kementerian/lembaga, Kepala Bappeda,
Kepala Dinas PU, Direktur PDAM/PDPAL, praktisi/ pengelola air
limbah maupun akademisi. Selama dua hari peserta mendapatkan
materi terkait promosi inovasi dalam pengelolaan Air Limbah
yaitu pengelolaan Air Limbah di beberapa kota, pembelajaran
program pengelolaan lumpur tinja, pembelajaran pengalaman
pengelolaan air limbah, teknologi dan pendidikan sanitasi serta
insiasi pengelolaan sanitasi dari Indonesia oleh lembaga-lembaga
donor.
Dengan adanya workshop ini diharapkan dapat memperkaya
pengetahuan di bidang pengelolaan air limbah dan lumpur
tinja, menyimpulkan praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan
air limbah dan lumpur tinja di perkotaan serta meningkatkan
motivasi pemerintah kota agar sektor sanitasi menjadi prioritas
utama dalam pembangunan perkotaan, tutup Dadan.
(Teks : RRP/ari)

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

19

info baru

Cipta Karya Gandeng Jerman


untuk Tanggulangi Sampah
Dalam rangka memenuhi target capaian
pembangunan sektor sanitasi hingga
100% sampai tahun 2019, dibutuhkan
pendanaan sekitar Rp. 254 Triliun.

engingat ketersediaan dana APBN untuk 5 ta


hun mendatang sangat terbatas, perlu adanya
alternatif sumber pendanaan lainnya, antara lain
melalui pemanfaatan Pinjaman dan Hibah Luar
Negeri (PHLN).
Salah satu kerjasama melalui pendanaan luar negeri yang telah
dilakukan oleh Ditjen Cipta Karya adalah kerjasama dalam bidang
persampahan dengan Kreditanstalt fr Wiederaufbau (KfW) Jerman
berupa pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan
fasilitas pendukungnya di 5 kabupaten/kota (Kota Jambi, Kota
Malang, Kabupaten Jombang, Kabupaten Sidoarjo dan Regional
Pekalongan).
Menindaklanjuti kerjasama dengan KfW tersebut, pada tahun
2015 ini KfW telah menyatakan komitmennya untuk memberikan
bantuan hibah capacity building berupa overseas training dan
Fact Finding Mission. Kegiatan Overseas Training dan Fact Finding
Mission ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut pertemuan antara
Direktur Jenderal Cipta Karya dan Direktur Regional KfW pada
tanggal 25 Maret 2014 yang lalu kata Antonius Budiono, Plt.
Direktur Bina Program dalam sambutannya pada acara Sosialisasi
dan Peminatan Rencana Kegiatan Overseas Training and Fact
Finding Mission on Advanced Solid Waste Management Technologies
in The Context of Sustainable Human Settlement Development yang
berlangsung di Ruang Sapta Taruna Kementerian PUPR, Rabu
(25/02/2015).
Lebih lanjut, Antonius menjelaskan bahwa melalui pelak
sanaan kegiatan Overseas Training ini kabupaten/kota diharap
kan mendapatkan tambahan pengetahuan terkait tekno
logi

20

pengelolaan sampah yang diterapkan di negara maju serta un


tuk melihat potensi penerapan teknologi pengelolaan sampah
tersebut di Indonesia disesuaikan dengan karakteristik dan kon
disi yang ada dalam rangka pembangunan permukiman yang
berkelanjutan (Sustainable Human Settlement).
Setelah pelaksanaan kegiatan Overseas Training, akan dila
kukan Fact Finding Mission di masing-masing kabupaten/kota
terpilih untuk melihat lebih dalam terkait isu-isu pengelolaan
persampahan yang ada pada kabupaten/kota tersebut serta untuk
memberikan alternatif solusi dalam rangka pengelolaan sampah
yang sesuai untuk diterapkan di masing-masing kabupaten/kota.
Dwityo Akoro Soeranto, Kasubdit Kerjasama Luar Negeri pada
acara tersebut memberikan penjelasan terkait rencana kegiatan
Overseas Training dan Fact Finding Mission tersebut menyatakan
bahwa kabupaten/kota yang diundang dalam Sosialisasi dan
Peminatan ini telah diseleksi melalui beberapa kriteria antara lain:
merupakan kabupaten/kota yang masuk dalam Kawasan Strategis
Nasional (KSN) Klaster A dan B, populasi penduduk lebih dari 1
juta jiwa, ikut serta dalam Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Perkotaan (PPSP), serta adanya komitmen yang kuat
dari Pemda dalam bidang sanitasi, yang dinilai melalui Penilaian
Kinerja Pemerintah Daerah (PKPD) Bidang PU tahun 2013 dan
2014. Kabupaten/Kota yang memenuhi kriteria tersebut adalah:
Kota Palembang, Kab. Bogor, Kab. Lombok Timur, Kab. Gresik, Kab.
Magelang, Kab. Malang dan Kab. Klaten.
Kabupaten/kota yang terpilih nantinya direncanakan akan
mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kapasitasnya
terkait pengelolaan sampah di kota yang ada di Jerman dan China.
Sebagai tindak lanjut dari Sosialisasi dan Peminatan ini, Ditjen
Cipta Karya akan melakukan pembahasan dengan KfW dalam
rangka penetapan kabupaten/kota yang akan menjadi peserta
Overseas Training dan Fact Finding Mission nantinya.
(Teks : ari/Evry M)

Foto : Buchori

info baru

Kemitraan Habitat
Dampingi Pemerintah
Wujudkan Target 100-0-100
Dwityo A. Soeranto*)

Merespon secara konkrit berbagai


tantangan yang semakin kompleks di
bidang permukiman dan perkotaan
Indonesia, sejumlah tokoh penggiat
permukiman dan perkotaan, yang
menamakan diri mereka teman serikat,
Kamis (5/1) di Jakarta, secara resmi
sepakat membentuk lembaga swadaya
bernama Kemitraan Habitat.
Anggota Kemitraan Habitat dari kiri-kanan: Yayat Supriatna, Djoko Kirmanto, Erna
Witoelar, Budi Yuwono

nggotanya multi stakeholders, meliputi unsur ma


syarakat sipil, dunia usaha, akademisi, pakar dan
praktisi, serta pemerintah daerah dan pusat.
Ketua Dewan Pengarah terpilih, Djoko Kirmanto,
meminta lembaga tersebut fokus membantu pe
merintah mewujudkan target outcome 100-0-100 (100% akses
aman air minum, 0% kawasan permukiman kumuh, dan 100%
akses sanitasi). Peran Kemitraan Habitat untuk mendukung
target pemerintah tersebut antara lain mampu mendampingi,
menjembatani, mengembangkan akses, dan mendorong inovasi
dalam penyelenggaraan permukiman dan perkotaan yang se
dang dilaksanakan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat,
termasuk dunia usaha. Kemitraan Habitat harus dapat mengisi
celah-celah yang sangat dibutuhkan oleh khususnya masyarakat
dan pemerintah daerah.
Kemitraan ini tidak boleh menjadi kepanjangan tangan
pemerintah. Harus independen dengan stakeholder utama adalah

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

21

Foto : Aji

info baru

Teman serikat yang tergabung dalam kepengurusan Kemitraan Habitat

Foto : istimewa

masyarakat dan pemerintah daerah agar semakin berdaya dalam


meningkatkan kualitas lingkungan permukimannya. Kemitraan
Habitat harus berperan murni sebagai enabler, ungkap mantan
Menteri Pekerjaan Umum era Kabinet Indonesia Bersatu I dan II,
Djoko Kirmanto.
Erna Witoelar, Wakil Ketua Dewan Pengarah, yang mantan
Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabinet
Persatuan Nasional, mengharapkan bahwa konsep kemitraan
yang diemban harus dapat konsisten berfokus pro-poor, dan
tidak hanya berada pada tataran pusat saja, tapi yang juga dapat
dikembangkan sampai ke tingkat provinsi dan kota/kab, serta
bahkan tingkat masyarakat. Penguatan kemitraan diharapkan
menyentuh layer paling bawah, sehingga dapat bermanfaat lebih
langsung untuk masyarakat miskin.
Salah satu pendiri Kemitraan Habitat, Nirwono Joga, men
jelaskan lingkup program kerja Kemitraan Habitat. Pertama, me
milih pilot project yang dapat segera dilaksanakan, sebagai quickwin untuk menunjukkan kiprah Kemitraan Habitat kepada seluruh
pemangku kepentingan. Kedua, membangun jaringan dengan

Kota Bogor dinominasikan sebagai Kota Hijau

22

kepala daerah dan meningkatkan kualitas hubungan antar kepala


daerah, serta jaringan dengan tokoh-tokoh lokal yang memiliki
komitmen untuk sosialisasi program Habitat. Ketiga, melakukan
pengelolaan pengetahuan (knowledge management) dengan cara
memberikan kesempatan pembelajaran antar kota, karena lebih
bermanfaat sesuai kondisi daerah dan lebih murah, termasuk
pendampingan daerah dalam implementasi kebijakan. Keempat,
melakukan sosialisasi dan advokasi melalui pengembangan
kerjasama (kemitraan) dengan beberapa universitas di Indonesia
yang memiliki fokus atau spesialisasi tertentu (seperti bidang
real estate, urban management, dan permukiman). Kelima, se
bagai counter-part Pemerintah, melakukan analisis kebijakan
dan memberikan masukan untuk kebijakan pembangunan yang
lebih sinergis dengan memanfaatkan potensi seluruh pemangku
kepentingan.
Terkait dengan program kerja jangka pendek, telah dipilih lima
isu program berbasis pro-poor yang akan disasar menjadi prakarsa
Kemitraan Habitat, yaitu isu Pro-Rakyat, Kemaritiman, Kota Pusaka,
Green Issues, dan Blue Issues. Lima isu program tersebut disebut
sebagai pemancing kota-kota yang identik untuk mendukung
program pemerintah menuju permukiman dan perkotaan Indo
nesia yang berkelanjutan.
Untuk mempercepat capaian keberkelanjutan permukiman
dan perkotaan, kita memulai dengan meluncurkan lima isu
program ini. Istilahnya pick the low-hanging fruits first, memetik
buah dari dahan paling rendah, untuk menggapai 100-0-100
di bidang air minum, kumuh, dan sanitasi, tambah Wicaksono
Sarosa, salah satu Teman Serikat.
Sebagai pendiri atau teman serikat Kemitraan Habitat, meliputi
para penggiat, akademisi, praktisi, masyarakat sipil dan dunia
usaha, antara lain Djoko Kirmanto, Erna Witoelar, Yayat Supriyatna,
Nirwono Joga, Wicaksono Sarosa, Tommy Firman, Teguh Satria,
Endy Subiyono, Dhony Rahajoe, Enny Herawaty, Ruchyat Deni
Djakapermana, Danny Sutjiono, Susmono, dan dari unsur politisi
seperti Budi Yuwono anggota Komisi V DPR RI periode 2014-2019,
dan Hetifah Sjaifudian mantan anggota Komisi V DPR RI periode
2009-2014.
*) Kasubdit Kerjasama Luar Negeri, Direktorat Bina Program, Ditjen
Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

info baru

Direktorat Jenderal Cipta Karya


Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan
roadshow ke beberapa kota untuk
mengajak pemerintah daerah menangani
kawasan kumuh. Langkah ini sebagai
upaya mencapai target penuntasan kumuh
0% pada 2019 sesuai amanat RPJMN
2015-2019.

Kawasan permukiman di pinggiran Kali Code Yogyakarta

khir Januari 2015 lalu Dirjen Cipta Karya menemui


Walikota Bandung Ridwan Kamil. Dengan mengem
ban tugas berat menghapus kawasan permukimah
kumuh di Indonesia, Imam memulai safarinya untuk
mendulang dukungan kepala dae
rah. Kunjungan
dilakukan untuk menjaring komitmen Walikota Bandung dalam
penanganan permukiman kumuh di kawasan Sadang Serang,
Babakan Surabaya dan Tamansari. Penanganan permukiman
kumuh perlu dilakukan secara terpadu antar sektor serta me
merlukan partisipasi dari semua pihak agar target 100-0-100
(100% akses aman air minum, 0% kawasan kumuh, 100% akses
sanitasi, red) dapat tercapai pada tahun 2019, ujar Imam.
Pada tahun 2015, Ditjen Cipta Karya akan membantu pe
nanganan permukiman kumuh di Kota Bandung melalui dana
APBN yang dikelola langsung oleh Pemerintah Kota Bandung.
Rencana penanganan permukiman kumuh, di kawasan Sadang
Serang dan Tamansari akan dilakukan peremajaan pada kawasan
tersebut.
Pada kesempatan ini, Imam mengajak Walikota Bandung
untuk ikut berpartisipasi dalam Kemitraan Agenda Habitat yang
secara rutin membahas permasalahan permukiman di Indonesia.
Terkait dengan inovasi pembangunan perkotaan, Ridwan Kamil

Foto-foto : dbangkim

Cipta Karya Gandeng Pemda


Benahi Kawasan Kumuh

Walikota Bandung Ridwan Kamil bersama Dirjen Cipta Karya Imam S. Ernawi,
Direktur Pengembangan Permukiman dan Direktur Pengembangan PLP

mempresentasikan Command Center Bandung yang dibangun


sebagai pusat informasi perkembangan dan pembangunan di
Kota Bandung. Fasilitas ini terintegrasi dengan sistem sensor
permasalahan perkotaan, misalnya banjir dan macet, sehingga
penanganan permasalahan Kota Bandung dapat lebih cepat
tertangani. Diharapkan Command Center ini dapat mendukung
pelaksanaan penanganan permukiman kumuh di Kota Bandung,
ungkap Ridwan.
Selain itu, Pemerintah Kota Bandung juga gencar mempro
mosikan penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan di
ba
ngunnya taman-taman tematik. Beberapa contoh taman tema
tik yang telah dibangun antara lain Taman Lansia, Taman Musik
Centrum, Taman Fotografi dan Taman Film.
Acara dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke kawasan
permukiman kumuh Babakan Surabaya didampingi oleh Pejabat
Pemerintah Kota Bandung, Camat Kiaracondong, Lurah Babakan
Surabaya serta jajaran Satuan Kerja bidang Cipta Karya, Provinsi
Jawa Barat.
Kota Surakarta
Penanganan permukiman kumuh sebagai salah satu prioritas
dalam pencapaian target 100-0-100 pada tahun 2019 perlu
dilakukan secara terpadu antar sektor serta memerlukan partisipasi
dari semua pihak termasuk Pemda. Penanganan tersebut harus
tuntas dengan mengacu pada lokasi kawasan kumuh yang sudah
ditetapkan melaui SK Walikota/Bupati.
Hal tersebut diungkapkan Imam saat melakukan kunjungan ke
Kota Surakarta, Kamis (29/01/2015) yang diterima langsung oleh
Walikota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo. Dalam kunjungan ini, turut
hadir pula Tenaga Ahli Ditjen Cipta Karya Joessair Lubis, Direktur
Pengembangan Permukiman Hadi Sucahyono dan Direktur
Penataan Bangunan dan Lingkungan Adjar Prayudi. Kunjungan
dilakukan untuk menjaring komitmen Walikota Surakarta dalam
penanganan permukiman kumuh di Kota Surakarta, serta rencana
Revitalisasi Istana Mangkunegaran.

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

23

info baru

Foto Atas : Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo menerima Dirjen Cipta Karya
Imam S. Ernawi dan Direktur Pengembangan Permukiman Hadi
Sucahyono di pinggiran Kali Pepe
Foto Bawah : Kampung deret yang diprogramkan Kota Surakarta untuk menangani
kawasan permukiman kumuh di sepanjang Kali Pepe

Imam menjelaskan, tahun 2015 Ditjen Cipta Karya akan


membantu penanganan permukiman kumuh di Kota Surakarta
melalui dana APBN yang akan dikelola langsung oleh Pemerintah
Kota Surakarta. Rencana penanganan permukiman kumuh di kota
Surakarta, diantaranya meliputi kawasan Serengan, Pasar Kliwon,
Banjarsari dan Kali Pepe dengan dilakukan peremajaan pada
kawasan tersebut.
Terkait dengan inovasi pembangunan perkotaan, Walikota
Surakarta mempresentasikan Penanganan Permukiman Kumuh
yang Komprehensif melalui Perencanaan Rusun Renteng Kepra
bon untuk masyarakat yang tinggal di bantaran Kali Pepe dengan
dana APBD sejak tahun 2014. Selain rumah renteng, penanganan
yang sudah dilakukan yaitu pembuatan jalan lingkungan dan
pedestrian di sepanjang Kali Pepe.
Sementara, melalui APBD 2015, Pemkot Surakarta sudah
menganggarkan 15 Miliar untuk melanjutkan pembangunan ru
mah renteng tahap II untuk 36 KK. Kawasan Kali Pepe sepanjang
7 km ini menjadi prioritas pelaksanaan penanganan permukiman
kumuh bersama Ditjen Cipta Karya dan Pemerintah Kota Surakarta,
ungkap Hadi Rudyatmo.
Acara dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke kawasan
permukiman kumuh Kali Pepe Kota Surakarta bersama dengan
Pejabat Pemerintah Kota Surakarta, serta jajaran Satuan Kerja
bidang Cipta Karya, Provinsi Jawa Tengah.
Kota Yogyakarta
Pemerintah Kota Yogyakarta menyatakan siap bekerjasama de
ngan Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk menangani kawasan
permukiman kumuh. Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, telah
membentuk tim dan menggandeng komunitas pecinta sungai
untuk mewujudkan target 0% kawasan permukiman kumuh pada
2019. Hal itu ditegaskan Haryadi Suyuti saat menerima tim dari
Ditjen Cipta Karya di kantornya, Senin (16/2).
Mereka membahas tiga hal, yaitu pencapaian target per
mukiman 100-0-100 Tahun 2015-2019, rencana penandatanga
nan MoU antara Dirjen Cipta Karya, Kementerian PUPR dengan
wa
likota/bupati tentang komitmen penanganan permukiman
kumuh, serta pendampingan masyarakat oleh fasilitator dalam

24

rangka penanganan permukiman kumuh melalui pemberdayaan


masyarakat.
Kami siap bekerjasama dengan Kementerian PUPR dalam
rangka penanganan permukiman kumuh. Pemerintah Kota telah
mempersiapkan tim yang akan mengawal jalannya penataan
permukiman tersebut melalui Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda
dan Dinas Perijinan ujar Haryadi.
Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia
dengan perkembangan penduduk yang cukup pesat. Kota
pelajar tersebut mempunyai tipologi permukiman yang berada
di sepanjang sungai-sungai besar yang membelah kota, yaitu
Sungai Winongo, Sungai Code dan Sungai Gajah Wong. Akibat
dari padatnya permukiman yang berada di daerah tersebut, ketiga
sungai itu kini telah mengalami degradasi penurunan tingkat
kualitasnya.
Haryadi menjelaskan, komitmen Pemerintah Kota dalam
penanganan permukiman kumuh terlihat dari dukungannya ter
hadap forum kemitraan ketiga sungai tersebut. Mereka antara
lain Komunitas Code yang dirintis oleh Romo Mangunwijaya dan
dilanjutkan oleh WALHI dan Konsorsium 3 Universitas Besar (UGM,
UAJY dan UII), Forum Komunikasi Winongo Asri yang mengusung
konsep penanganan Abiotik, Biotik dan Culture, dan terakhir
adalah Forum Komunikasi Gajah Wong. Ketiga forum ini sangat
memperhatikan aspek keberlanjutan baik secara sosial, ekonomi,
fisik, serta lingkungan, ungkap Haryadi.
Sementara Hadi Sucahyono mengungkapkan, pada tahun
2015 ini Ditjen Cipta Karya melalui Direktorat Pengembangan
Permukiman akan melaksanakan kegiatan penanganan permu
kiman kumuh di beberapa segmen sempadan sungai Winongo.
Pembangunan yang lahir secara bottom-up ini akan dilaksanakan
bersama-sama oleh Pemerintah, Pemerintah Kota dan masyarakat.
Perencanaan penanganan permukiman skala lingkungan di
susun oleh masyarakat yang tergabung dalam Forum Komunika
si Winongo Asri melalui pemetaan swadaya, untuk perencanaan
penanganan permukiman skala kawasan disusun oleh Pemerintah
Kota. Sedangkan pelaksanaan pembangunannya akan dilakukan
oleh Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman D.I
Yogyakarta.
Disamping itu, Pemerintah juga mengalokasikan APBN yang
akan dikelola oleh Pemerintah Kota dalam rangka penanganan
permukiman kumuh di Kota Yogyakarta. Melalui sinergitas ini
diharapkan dapat mengoptimalkan pencapaian target per
mu
kiman 100-0-100, kata Hadi.
Dalam upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh di
Kota Yogyakarta, Kementerian PUPR telah menggelontorkan be
berapa kegiatan, salah satunya adalah Penataan Lingkungan Per
mukiman Berbasis Komunitas (PLPBK).
(Teks : Kusumawardhani/dit. bangkim/bcr)

info baru

Situ II ITB Jatinangor


Siap Dukung SPAM Kampus
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Basuki Hadimuljono meresmikan
pembangunan Situ II Kampus ITB
Jatinangor di Kabupaten Sumedang,
Provinsi Jawa Barat, Selasa (17/2).

itu II akan mensuplai air baku untuk Sistem Pe


nyediaan Air Minum Kampus (SPAM) Kampus ITB
yang sedang dibangun Direktorat Jenderal Cipta
Karya dengan kapasitas 10 liter/detik. Pembangunan
Situ II melengkapi Situ I sebelumnya yang sudah
diresmikan oleh Menteri Pekerjaan Umum Kabinet Indonesia
Bersatu Jilid II, Djoko Kirmanto, pada November 2013.
Peresmian dihadiri oleh Rektor Institut Teknologi Bandung
Kadarsah Suryadi, Plt. Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah Kementerian PUPR Hermanto Dardak, Plt. Dirjen Sumber
Daya Air Mudjiadi, Staf Ahli Kementerian PUPR, Kapuskompu,
civitas akademika ITB, dan jajaran Kementerian PUPR lainnya.
Dalam sambutannya, Rektor ITB Kadarsah Suryadi menyam
paikan ucapan terima kasih kepada jajaran Kementerian PUPR
atas bantuan pembangunan Situ I dan Situ II. Dua situ tersebut
menjadikan ITB sebagai sarana pendidikan yang mempunyai
fasilitas penelitian, praktik dan pengembangan keahlian calon
sarjana teknik ITB. Saya berharap kerjasama dengan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat berlanjut untuk ke
depannya kata Kadarsah.
Situ II Jatinangor yang berada di lingkungan kampus ITB
Jatinangor dibangun oleh SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air
Citarum bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang
dan ITB dengan biaya sebesar Rp5,8 miliar.
Dengan adanya situ ini dapat bermanfaat bagi masyarakat
sekitar, khususnya air minum. Ke depan kita bangun Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) yang memanfaatkan air Situ I dan
II Jatinangor, ungkap Basuki.

Foto-foto : Randal Jawa Barat

Rektor ITB Kadarsah Suryadi, Plt. Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Kementerian PUPR Hermanto Dardak, dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meresmikan Situ II Kampus Jatinangor ITB

Situ II Jatinangor ITB

SPAM Kampus ITB Jatinangor dibangun untuk memenuhi


kebutuhan air minum Kampus ITB Jatinangor bagi 12.000 orang.
SPAM ini akan dirancang khusus sebagai sarana proses belajar
dan mengajar, sebagai laboratorium alam, pengembangan dan
pelatihan sistem air minum, dan untuk menunjang pengembangan
SPAM di seluruh Indonesia.
Usai penandatanganan prasrati persemian acara dilanjutkan
dengan penanaman pohon oleh Menteri PUPR, Rektor ITB dan Staf
Ahli Bidang Ekonomi Kabupetan Sumedang.
(Teks : Adnan/Randal Jabar)

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

25

inovasi

Kota yang Bersih dan Sehat,


Idaman Kita Semua
Sumiaty & Sari Oktaviani*)

Kota yang bersih dan sehat, merupakan


impian seluruh lapisan masyarakat.

ntuk mewujudkan mimpi ini, maka kinerja dari


sistem penanganan sampah diharapkan untuk juga
dapat meningkat. Sudah banyak kota yang ber
hasil dalam penanganan sampahnya, dimana hal
ini dapat menjadi contoh bagi kota-kota yang lain.
Harapan dan kebanggaan, untuk menjadi kota yang bersih dan
sehat, jika sampahnya tertangani dengan baik, serta merupakan
wujud pelayanan pemerintah pada masyarakatnya di sektor
persampahan.
Peran Serta Masyarakat
Peran penting pemerintah, yang tidak didukung oleh peran serta
masyarakat, dapat dipastikan tidak akan menghasilkan kinerja
penanganan sampah yang maksimal, bahkan untuk optimalpun
menjadi sulit. Aktivitas masyarakat untuk peduli sampah harus

26

inovasi
ditingkatkan, sehingga diperlukan semangat dari sejumlah pihak
terkait, agar program penanganan sampah berjalan dengan baik,
harus melibatkan semua pihak.
Faktor pendukung lainnya adalah teknologi yang digunakan
untuk menangani sampah. Peran serta masyarakat yang tinggi,
namun tidak diimbangi dengan kinerja teknologi yang memadai
dalam menangani sampah, juga akan menjadi hal yang tidak
realistis. Setiap jenis teknologi yang mampu untuk mengolah
sampah dengan laju olah tinggi dan kebutuhan luas lahan yang
minimal, menjadi tolok ukur teknologi yang harus dipilih. Selain itu,
pertimbangan akan kemampuan dan kemauan bayar masyarakat,
menjadi sangat penting, sehingga mempermudah upaya pe
merintah dalam menghitung besaran retribusi serta subsidi yang
dapat diberikan. Tak dapat dipungkiri pula, bahwa penanganan
sampah harus dilihat dari kacamata pelayanan pemerintah kepada
masyarakat. Sehingga setiap upaya penanganan sampah yang
dapat menghasilkan keuntungan, harus selalu dipandang sebagai
bonus, dan bukan sebagai sumber pendapatan. Peran pemerintah
dalam menyediakan jasa pelayanan penanganan sampah kepada
masyarakat harus sangat kuat, dan bukan mendorong masyarakat
sebagai pemain utama yang harus menyelesaikan sampah, khu
susnya di kawasan perkotaan.

Sistem penanganan sampah yang menyeluruh


dan baik, akan menciptakan suatu kota yang
tertata rapi dan elok dipandang.

Sanksi Bagi Pelanggar


Peran serta masyarakat yang positif dalam meningkatkan kinerja
penanganan sampah, layak untuk diapresiasi. Namun mereka
yang tidak mendukung sistem penanganan sampah yang baik,
misalnya dengan membuang sampah secara sembarangan,
juga harus diberikan sanksi. Mekanisme stick and carrot, yaitu
mekanisme memberikan apreasiasi bagi mereka yang berperan
positif, harus dilakukan. Sebaliknya, mereka yang tidak mematuhi
kesepakatan bersama dalam hal penanganan sampah, apalagi
jika telah dibakukan dalam suatu Peraturan Daerah, maka layak
untuk diberikan sanksi pula. Di banyak negara maju, peraturan
tentang pembuangan sampah secara sembarangan, diberlakukan
dengan mekanisme yang tegas. Misalnya, jika membuang sampah
sembarangan di jalan, akan dikenakan denda. Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta, sebagai contoh,telah menetapkan melalui Peraturan
Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah, yang
mengatur secara tegas terkait sanksi-sanksi yang akan diberikan,
jika masyarakat tidak membuang sampah sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan.
Namun sebagaimana disampaikan di atas, memberikan
sanksi saja, namun intervensi pemerintah tidak memadai,

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

27

inovasi

Segenap upaya untuk mewujudkan sinergi dalam


sistem penanganan sampah, perlu digalakkan
secara menerus.

misalnya dalam hal subsistem pengumpulan, pengangkutan,


dan pengolahan sampah, maka kinerja sistem pengangkutan
sampah juga tidak akan memadai. Gerobak sampah dan truk
sam
pah harus ditingkatkan jumlahnya, atau ditingkatkan fre
kuensi pengumpulan serta pengangkutannya, atau bahkan
kombinasi keduanya. Subsistem pengolahan sampah juga perlu
untuk terus ditingkatkan kinerjanya oleh pemerintah, misalnya
dengan mengoptimasi kinerja Tempat Pengolahan Sampah
Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) dan Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) sampah. Dengan demikian, maka terjadi sinergi antara pe
ran serta masyarakat yang tinggi dan peran serta pemerintah yang
memadai, dalam mewujudkan sistem penanganan sampah yang
handal.

sistem penanganan sampah, perlu digalakkan secara menerus.


Kegiatan Jambore Sanitasi, sebagai salah satu kegiatan yang
diharapkan mampu untuk menumbuhkan cikal bakal duta sanitasi,
harus terus digalakkan. Memang dampak dari kegiatan tersebut
tidak akan tampak dalam 1 atau 2 tahun, namun baru akan terlihat
dalam 1 atau 2 dekade mendatang. Hal ini merupakan suatu
prinsip utama, bahwa pendidikan, khususnya pendidikan karakter
lewat Jambore Sanitasi, memang tidak akan menghasilkan suatu
hal yang cepat atau instan. Namun dampaknya akan terasa dalam
waktu yang panjang dan berkelanjutan. Melalui sinergitas peran
antara masyarakat, pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi,
maka bukanlah tidak mungkin untuk mendambakan kota yang
bersih dan sehat, sebagai idaman kita semua, dapat terlaksana.

Sinergitas Peran
Sistem penanganan sampah yang menyeluruh dan baik, akan
menciptakan suatu kota yang tertata rapi dan elok dipandang.
Oleh karenanya, segenap upaya untuk mewujudkan sinergi dalam

*) Staf Seksi Wilayah II, Subdirektorat Persampahan, Direktorat


Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. Kontak dengan
penulis: sumiaty3f@yahoo.co.id

28

inovasi

Mutiara Sampah di Lima Jari


Ahmad Asnawi*)

Dilarang buang sampah disini! Tulisan


ini sering dijumpai. Selamat datang,
anda memasuki kawasan bebas sampah.
Kalimat terakhir nampaknya perlu direvisi
menjadi kawasan tertib sampah.

da peristiwa unik, ketika penulis sedang menunggu


antrian di salah satu unit pelayanan publik. Penulis
mendengar cerita kisah anak tukang peyeum (tapay),
bahwa setiap pagi ketika mau dagang ke pasar, dia
dipalak oleh seseorang untuk dimintai uang. Jika
tidak diberi maka ancaman bahkan pukulan akan diterima. Tukang
bubur ayam itu berpesan pada anaknya jika sudah besar harus jadi
polisi.
Akhirnya anak itupun mengikuti tes masuk sekolah polisi dan
akhirnya lulus. Sementara anak salah seorang pejabat malah tidak
lulus. Akhirnya penulis pun mendekati dua orang yang bercerita
tadi. Penulis pun ikut berdiskusi. Penulis ceritakan, bahwa
mengapa bisa terjadi demikian, karena menurut salah satu guru
penulis, bahwa doa yang tidak dapat ditolak adalah doa orang
yang teraniaya.
Kembali ke tulisan sampah tadi, andai kita membuang sampah
sembarangan, dan menganiaya orang lain, maka siap-siap doa
orang yang teraniaya akan cepat terkabul. Sampah mudah
dijumpai di negeri ini. Sampah dikelola jadi berkah, dan dibiarkan

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

29

inovasi
jadi musibah. Seperti kata sehat, dia akan bermakna ketika tubuh
sudah sakit. Siapa yang bertanggung jawab terhadap sampah?
Ada lima orang yang bertanggung jawab, yaitu tokoh masyarakat
dan agama, pemerintah, ilmuwan, orang kaya, dan pemulung.
Supaya mudah mengingatnya, disimbolkan melalui jari
tangan yang berjumlah lima. Semua jari melambangkan kelima
peran tersebut. Jari jempol, selalu menunjukkan identitas terpuji
(acung jempol). Jari telunjuk, selalu memerintah. Pemerintah di
sini mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah (provinsi
dan kabupaten/kota) sampai pemerintah desa. Tidak ada dalam
sejarah, memberikan petunjuk melalui jari tengah apalagi jari
kelingking. Pasti dengan jari telunjuk. Kemudian ilmuwan (para
pakar dan konsultan) diibaratkan dengan jari tengah, karena dari
kelima jari paling tinggi ukuran (ilmunya). Jari manis diidentikkan
dengan orang kaya (pengusaha) karena suka pakai cincin
emas. Terakhir jari kelingking, paling kecil diidentikkan dengan
pemulung.
Kalau kelima orang tersebut bekerjasama dan sama kerja
maka ibarat menggenggam sebutir mutiara, maka tidak akan
lepas dan berpindah tangan. Tokoh agama dan masyarakat harus
dilibatkan karena merekalah yang selalu memberikan kabar
baik. Pemerintah tidak parsial dalam mengatasi masalah sampah
mulai dari perencanaan, penganggaran sampai monitoring dam
evaluasi. Risiko tentang sampah yang lebih tahu dan mendalam
adalah pemerintah daerah dan desa karena merekalah yang sering
menerima keluhan masyarakat karena tanahnya menjadi tempat
buang sampah. Sementara anggaran terbesar ada di pusat.
Ilmuwan melakukan studi dan perencanaan yang layak dan

Sampah sebenarnya mutiara hitam yang


terpendam, dengan adanya koordinasi, realisasi
dan evaluasi yang baik dan berkesinambungan
antara lima orang tersebut.

mudah diterapkan. Anggaran, baik perencanaan, pemberdayaan


masyarakat sampai penyediaan infrastruktur dibantu dari pe
merintah pusat bekerjasama dengan pemerintah daerah. Bukan
dibebankan hanya ke pemerintah daerah, karena ada alasan klasik,
keterbatasan anggaran.
Orang kaya (pengusaha) juga dilibatkan. Mereka punya
kegiatan Program Bina Lingkungan (PBL) dan Corporate Social
Responsibility (CSR). Ibarat keringat, apabila tidak keluar maka akan
jadi penyakit, mungkin ini yang menjadi perhatian bagi orang kaya,
sehingga CSR mencari sasaran agar tepat guna. Pemulung yang
diidentikkan dengan pekerja sektor nonformal juga dilibatkan.
Selama ini pemulung dibiarkan secara mandiri. Tidak ada yang
membina apalagi difasilitasi. Padahal mereka sebetulnya dapat
menjadi aset, sebagai tenaga kerja yang siap memburu sampah
dan membantu pemerintah. Dan yang lebih penting, mereka

30

inovasi
selain bekerja, juga berdoa. Doa orang kecil dan miskin juga akan
cepat terkabul. Di luar itu, mereka juga punya semangat untuk
berbagi.
Masih ingat kisah salah seorang pemulung perempuan yang
sempat membuat haru Menteri Sosial dan ingin bertemu langsung
dengan pemulung tersebut? Seorang pemulung, bisa berkurban
dengan dua ekor domba. Mungkin dia terinspirasi, bahwa semua
orang kenal dengan kata dan ucapan terima kasih, ketika kita
sedang menerima (terima) sesuatu jangan lupa untuk memberi
(kasih).
Sampah sebenarnya mutiara hitam yang terpendam, dengan
adanya koordinasi, realisasi dan evaluasi yang baik dan ber
kesinambungan antara lima orang tersebut. Bukan hanya
mendatangkan manfaat, bahkan menjadi unsur seni yang menjadi
nilai jual.
Minggu yang lalu penulis mengikuti perencanaan berbasis
gender. Intinya harus ada kesetaraan terhadap akses, partisipasi,

kontrol dan manfaat yang setara bagi laki-laki dan perempuan. Dari
kelima peran tersebut bisa juga dilibatkan perempuan. Seorang
istri, sangat luar bisa. Bekerja mulai dari terbit matahari sampai
terbenam mata suami. Narasumber pun menjelaskan bahwa
penduduk China lebih besar dari Indonesia, tetapi penduduknya
tidak ada yang menganggur karena mereka membuat home
industry, kemudian produknya dibeli oleh pemerintah. Kitapun
sekarang mudah menjumpai produk mereka.
Penulis akhirnya tersenyum, andai saja, perempuan-perem
puan dilibatkan mulai dari perencanaan sampai mengambil
keputusan, mereka lebih tahu apa yang mereka mau. Bagaimana
dengan sampah kita? Perempuan suka dengan bunga, apalagi
bunga bank. Sampah bisa jadi produk kompos, pupuk cair,
kerajinan dan gas untuk masak. Jangan ada sampah diantara kita.
*) Kepala Sub Bagian Penyusunan Program Dinas Cipta Karya dan
Tata Ruang Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat.

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

31

lensa ck

Senam, Minum Jamu Bersama, dan


Pengenalan Gateball

bersama Menteri PUPR dan finalis Putri Indonesia dan beberapa


anggota Kabinet Kerja di kantor Kementerian PUPR
(13/02/2015)

Foto-foto : Manti dan Aji

32

lensa ck

Pembentukan Kepengurusan
Kemitraan Habitat

di kantor Sekretariat Nasional Habitat Indonesia


(05/02/2015)

Foto-foto : Manti dan Aji

Edisi 024Tahun XIII4Februari 2015

33

seputar kita

Antisipasi Tsunami, PBL


Sumbar Siapkan TES

Cipta Karya Tingkatkan


Kapasitas SDM untuk
Teknologi Otomasi SPAM

Dalam upaya mendukung mitigasi bencana, khususnya pengu


rangan risiko bencana tsunami pada daerah pesisir. Satuan Kerja
Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Sumatera Barat
pada tahun 2014 lalu telah melakukan pembangunan Tempat
Evakuasi Sementara (TES) di Kota Padang yang tersebar pada 2
lokasi di wilayah Kecamatan Padang Utara.
Kasatker PBL Sumbar Syafrianti, Senin (09/02/2015) menga
takan, TES yang berdiri pada tanah seluas setengah hektar ini
dirancang dengan perhitungan teknis dapat bertahan apabila
terjadi gempa besar, serta untuk mengantisipasi tsunami dengan
tinggi gelombang sekitar 20 meter. Shelter yang terdiri dari 4
lantai ini nantinya diharapkan mampu menampung 2000 jiwa
dan tahan terhadap gempa, sehingga dapat difungsikan sebagai
evakuasi warga sekitar dalam menghadapi bahaya tsunami se
telah terjadi gempa besar, tutur Syafrianti. (ria juni putra)

Sebagai salah satu alternatif pencapaian target 100-0-100 bidang


air minum, Ditjen Cipta Karya mempersiapkan sumber daya ma
nusia di bidang air minum sekaligus untuk mengembangkan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan teknologi otomasi,
bagi pegawai di lingkungan Direktorat Pengembangan Air Minum
maupun pegawai di PDAM.
Ditjen Cipta Karya melalui Direktorat Pengembangan Air Mi
num menggandeng PT. Yokogawa Indonesia untuk bekerjasama
melaksanakan pelatihan teknologi otomasi dalam pengembangan
SPAM. SPAM dengan teknologi otomasi merupakan inovasi dalam
pengembangan SPAM. Teknologi otomasi diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dalam proses penyediaan air minum,
termasuk peningkatan efisiensi energi dan menurunkan ke
hilangan air. Selain itu dengan teknologi ini pemantauan pengo
perasian SPAM dapat dilakukan secara terpusat sebagai lebih
efisien. (Ari)

Pembangunan SPAM Tibulempanas NTB


Antisipasi Meningkatnya Kebutuhan Air Minum
Satuan Kerja PKPAM Nusa Tenggara Barat (NTB) sedang
merencanakan pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) Tibulempanas berkapasitas 200 liter/detik. Pem
ba
ngunan SPAM itu untuk mengantisipasi kebutuhan air minum
di wilayah tersebut. Kegiatan SPAM Tibulempanas ini dibiayai
oleh hibah Pemerintah Jepang melalui Counterpart Fund NonProject Grant Aid (CFNPGA) sebesar R 44 miliar.
Menurut Kepala Satker PKPAM NTB Bambang Eko Subianto,
perkembangan pembangunan di NTB terutama di Kabupaten
Lombok Tengah sangat pesat, terutama dengan adanya
pembangunan Bandara Internasional Lombok dan pengem
bangan pariwisata di daerah tersebut.
(agung vw/randal sumsel)

34

Kunjungi Kami di :
website :

http://ciptakarya.pu.go.id

twitter :

@ditjenck

Segenap Pimpinan dan Karyawan Direktorat Jenderal Cipta Karya


Mengucapkan

Selamat Hari Raya Imlek 2566

Gong Xi
Fat Chai

Anda mungkin juga menyukai