Anda di halaman 1dari 12

ULKUS MOLE

A. DEFINISI
Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat,
disebabkan oleh Streptococcus ducrey (Haemophillus ducrey) dengan gejala klinis
yang khas berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dan sering
disertai pernanahan kelenjar getah bening regional. 1
B. ETIOLOGI
H.ducrey merupakan bakteri gram negatif, anaerob fakultatif yang
membutuhkan hemin (faktor X). Organisme berbentuk batang pendek, ramping
dengan ujung membulat, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.2 Basil sering
kali berkelompok, berderet membentuk rantai, terutama dapat dilihat pada biakan
sehingga disebut juga Streptobacillus. Basil ini pada lesi terbuka di daerah genital
sukar ditemukan karena tertutup oleh infeksi sekunder, lebih mudah dicari bila
bahan pemeriksaan berupa nanah yang diambil dengan cara aspirasi abses kelenjar
inguinal. Kuman ini sukar dibiak.1
C. PATHOGENESIS
Ulkus mole mengandung sel leukosit PMN (polymorphonuclear) dan
jaringan nekrotik, dan perivaskular dan sel infiltrat interstisial mononuklear yang
terdiri dari makrofag, sel T, dan beberapa kumpulan sel B. Sel T dengan mudah
mengenali CD45RO, dan CD4 dan CD8 yang muncul. Infiltrat difuse dari sel-sel
Langerhans juga muncul di permukaan dermis. Oleh karena itu, histopatologi dari
infeksi alami mengandung dua komponen utama ; Infiltrat sel PMN tersebut
bergabung pada dasar ulkus untuk membentuk abses dan infiltrat dermal dari sel T
dan makrofag tersebut menyerupai bentuk granuloma. Kombinasi dari abses dan
granuloma biasanya tidak histopatologi untuk patogen bakteria. H.ducrey
ditemukan pada dasar ulkus dan berhubungan dengan sel PMN dan fibrin.3
D. DIAGNOSIS
a. Gambaran Klinis
Masa inkubasi dari chancroid biasanya pendek, antara 3-10 hari, inflamasi
papul terjadi pada daerah inokulasi, yang mana timbul pustul kecil dan
berkembang menjadi ulkus. Lesi tersebut biasanya multipel, berdiameter 1 cm,
lunak, tidak berbatas tegas, dan purulent, serta mudah berdarah. Lesi paling sering
muncul pada laki-laki yang belum sirkumsisi dan lokasinya biasanya di sulkus
koronal atau di dalam preputium.4 (gambar 1)
Pada wanita, lesi terdapat di introitus vagina atau pada labia. Lesi pada
vagina dan servix bisa saja terjadi, tapi kadang tidak diperhatikan. Dari 1-3 kasus,
biasanya disertai dengan limfadenitis inguinal, yang akan menjadi bubo. Abses
yang tidak tetap akan pecah dan mengeluarkan cairan.4 (Gambar 2, 3 & 4)
Menurut CDC, untuk mendiagnosa ulkus mole harus memenuhi kriteria
sebagai berikut : 1) Pasien harus memiliki satu atau lebih ulkus yang nyeri pada
genitalia; 2) Pasien tidak terbukti memiliki infeksi T. pallidum pada pemeriksaan
darkfield dan uji serologis untuk sifilis yang dilakukan minimal 7 hari setelah
onset ulkus; 3) Pada presentasi klinis, penampakan ulkus pada genital dan
limfadenopati merupakan tanda khas untuk chancroid; dan 4) Pada tes HSV yang

diambil dari cairan eksudat pada ulkus tersebut negatif. 6

Gambar 1. Chancroid penile ulceration 4

Gambar 2. Giant penile chancroid with inguinal bubo4

Gambar 3. Chancroidal ulceration of the penis with discharging inguinal bubo4

Gambar 4. Chancroidal ulcer of the fourchette in female 3

Komplikasi yang lainnya tidak biasa. Ulkus Phagadenik dan kelainan


bentuk genital mungkin terjadi dengan infeksi sekunder. Lesi ekstragenital
mungkin terjadi melalui autoinokulasi di jari-jari dan kedua paha. Lesi pada bibir
dan dalam mulut dapat digambarkan. Penyakit sistemik tidak terjadi. Transmisi
langsung dan penyakit neonatal sangat jarang terjadi. Baru-baru ini, ulkus kronik
pada kulit kaki, disebabkan oleh H.ducrey pada
anak-anak yang mengunjungi
Samoa.4
Jenis-jenis bentuk klinis :
- Ulkus molle follikularis : Timbul pada folikel rambut, pada permukaannya
menyerupai folikulitis yang disebabkan oleh kokus, tetapi cepat menjadi
ulkus. Lesi seperti ini dapat timbul pada vulva dan pada daerah berambut di
sekitar genitalia dan sangat superfisial.
- Dwarf chancroid : Lesi sangat kecil dan menyerupai erosi pada herpes
genitalis, tetapi dasarnya tidak teratur dan tepi berdarah.
- Transient chancroid (chancre mou valent) : Lesi kecil, sembuh dalam
beberapa hari, tetapi 2-3 minggu kemudian diikuti timbulnya bubo yang
meradang pada daerah inguinal.
- Papular Chancroid (ulkus mole elevatum) : Dimulai dengan ulkus yang
kemudian menimbul terutama pada tepinya. Gambarannya menyerupai
kondiloma akuminata lata pada sifilis stadium II.
- Giant chancroid : Mula-mula timbul ulkus kecil, tetapi meluas dengan cepat
dan menutupi satu daerah. Sering mengikuti abses inguinal yang pecah, dan
dapat meluas ke daerah suprapubis bahkan daerah paha dengan cara
autoinokulasi.
-Phagedenic chancroid : Lesi kecil menjadi besar dan destruktif dengan
jaringan nekrotik yang luas. Genitalia eksterna dapat hancur, pada beberapa
kasus disertai infeksi organisme Vincent.
- Tipe serpiginosa : Lesi membesar karena perluasan atau autoinokulasi dari
lesi pertama ke daerah lipat paha. Ulkus jarang menyembuh, dapat menetap
berbulan-bulan atau bertahun-tahun.1
b. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan sediaan hapus : Diambil bahan pemeriksaan dari tepi


ulkus yang tergaung, dibuat hapusan pada gelas alas, kemudian dibuat
pewarnaan Gram, Unna-Pappenhein, Wright, atau Giemsa. Hanya pada

30-50% kasus ditemukan basil berkelompok atau berderet seperti


rantai.
Biakan kuman : Bahan diambil dari pus bubo atau lesi kemudian
ditanam pada perbenihan/pelat agar khusus.
Teknik imunofloresens untuk menemukan antibodi.
Biopsi : Pada gambaran histopatologik ditemukan :
1. Daerah superfisial pada dasar ulkus : neutrofil, fibrin, eritrosit,
dan jaringan nekrotik.
2. Daerah tengah : pembuluh-pembuluh darah kapiler baru dengan
proliferasi sel-sel endotel sehingga lumen tersumbat dan
menimbulkan nekrosis.
3. Daerah dalam : infiltrat padat terdiri atas sel-sel plasma dan selsel limfoid.
Tes kulit ito-Reenstirna : Sekarang tidak dipakai lagi karena tidak
spesifik.
Autoinokulasi : Bahan diambil dari lesi, diinokulasi pada kulit sehat
daerah lengan bawah atau paha penderita yang digores lebih dahulu.
Pada tempat tersebut akan timbul ulkus mole. Sekarang cara ini tidak
dipakai lagi.1

E. DIAGNOSIS BANDING
1. Herpes Genitalia
Perjalanan klinis episode akut herpes genitalia di antara pasien yang
terinfeksi HSV-1 dan HSV-2 sama. Infeksi ini berhubungan dengan lesi yang luas
dalam berbagai tahap evolusi, termasuk vesikel, pustul, dan ulkus eritematosa yang
mungkin memerlukan 2-3 minggu untuk menyelesaikan.
Pada laki-laki, lesi umumnya terjadi pada glans penis atau batang penis;
pada wanita. Lesi mungkin melibatkan vulva, perineum, bokong, vagina, atau
serviks. Terdapat nyeri, gatal, disuria, vagina dan uretra, dan limfadenopati
inguinal. Tanda-tanda dan gejala sistemik yang umum dan termasuk demam, sakit
kepala, malaise, dan mialgia.5 (Gambar 5 & 6)

(5)
(6)
Gambar 5. Primary genital herpes with vesicles. 6. Primary herpetic vulvitis5

2. Sifilis Stadium I
Pada inokulasi, ulkus berkembang setelah periode inkubasi yang berkisar
antara 10-90 hari (rata-rata, 3 minggu). Ulkus mulai dari makula merah kehitaman
yang berkembang menjadi papul dan kemudian berbentuk ulkus oval. 5 (Gambar 7
dan 8)

Gambar 7. Early chancre presenting as an ulcer with a smooth, clean base on the shaft of penis 5

Gambar 8. Chancre on the penis shaft, demonstrating a clean base and elevated border on the shaft
of penis5

Ulkus yang khas, biasa disebut juga Hunterian Chancre atau ulcus durum (ulkus
keras), berdiameter dari bebereap milimeter sampai 2 cm dan berbatas tegas serta
teratur. Dasar ulkus biasanya bersih dan umumnya tidak nyeri. Sebanyak 35%
ulkus dilaporkan terdapadapat nyeri.5 (Gambar 9 & 10)

Gambar 9. Multiple chanres on the glans and foreskin5

Gambar 10. Multiple chanres coalescing on the foreskin5

3. Limfogranuloma venerium (L.G.V)


LGV terjadi dalam tiga tahap. Sebagian besar infeksi LGV pada tahap
primer dan sekunder mungkin tidak terdeteksi. Tahap Primer, terjadi 3-30 hari
setelah penularan, ditandai dengan munculnya herpetiform ulkus sementara di
lokasi inokulasi. Tahap sekunder terjadi setelah 2-6 minggu, secara umum
digambarkan sebagai sindrom inguinal, dan ditandai dengan limfadenitis inguinal
yang nyeri dan disertai gejala konstitusional. Lesi lembut, awalnya unilateral, dan
berkembang menjadi bubos supuratif dengan beberapa formasi fistula. Pembesaran
kelenjar getah bening femoralis dan inguinal dipisahkan oleh ligamentum
inguinalis menghasilkan Sign of the groove dalam 1-3 kasus. Tahap tersier LGV
dapat terjadi bertahun-tahun setelah tahap awal. Pada wanita, limfadenopati jarang
terjadi karena keterlibatan primer biasanya pada serviks atau bagian internal
lainnya yang menuju ke perirectal dan kelenjar getah bening iliaka bagian dalam. 4
(Gambar 11)

Gambar 11. Lymphogranuloma venerum. Inguina syndrome showing sign of the groove 4

F. PENATALAKSANAAN
I. Sistemik
- Sulfonamida :
Misalnya sulfatiazol, sulfadiazin, atau sulfadimidin, diberikan dengan dosis
pertama 2-4 gram dilanjutkan dengan 1 gram tiap 4 jam sampai sembuh
sempurna (kurang lebih 10-14 hari)
- Streptomisin :
Obat ini efektif tanpa mengganggu diagnosis sifilis. Disuntikkan tiap hari 1
gram selama 7-14 hari, dapat juga dikombinasikan dengan sulfonamida.

Kombinasi perlu kalau terdapat bubo, atau kalau lesi genitalia tidak sembuh
hanya dengan pemberian sulfonamida.
- Penisilin :
Sedikit efektif, terutama diberikan kalau terdapat organisme Vincent.
- Tetrasiklin dan Oksitetrasiklin :
Efektif kalau diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/hari selama 10-20 hari,
antibiotik golongan ini menutupi gejala-gejala sifilis stadium I.
- Kanamisin :
Disuntikkan i.m. 2 x 500 mg selama 6-14 hari. Obat ini tidak mempunyai
efek terhadap T.pallidum.
- Eritromisin :
Diberikan 4 x 500 mg sehari, selama seminggu
- Kuinolon :
Ofloksasin : cukup dosis tunggal 400 mg
II. Lokal
Jangan diberikan antiseptik karena akan mengganggu pemeriksaan
mikroskop lapangan gelap untuk kemungkinan diagnosis sifilis stadium I.
Lesi dini yang kecil dapat sembuh setelah diberi NaCl fisiologik.1
G. KOMPLIKASI
1. Mixed chancre
Kalau disertai sifilis stadium I. Mula-mula lesi khas ulkus mole, tetapi setelah 1520 hari menjadi manifes, terutama jika diobati dengan sulfonamida.
2. Abses kelenjar inguinal bila tidak diobati dapat memecah menimbulkan
sinus yang kemudian menjadi ulkus. Ulkus kemudian membesar
membentuk giant chancroid.
3. Fimosis uretra
Kalau lesi mengenai preputium
4. Fistula uretra
Timbulnya karena ulkus pada glans penis yang bersifat destruktif. Dapat
mengakibatkan nyeri pada waktu buang air kecil dan pada keadaan lanjut dapat
menjadi striktur uretra.
5. Infeksi campuran
Dapat disertai infeksi organisme Vincent sehingga ulkus makin parah dan bersifat
destruktif. Di samping itu juga dapat disertai penyakit limfogranuloma venerum
atau granuloma inguinale.1
H. PROGNOSIS
Tanpa pengobatan, ulkus mole mungkin dapat hilang dengan cepat atau
pasien akan merasakan nyeri selama berbulan-bulan. Untuk dapat sembuh
sempurna, pasien harus mengkonsumsi antibiotik. Ulkus yang parah akan dapat
menyebabkan luka permanen. Jaringan parut yang parah mungkin memerlukan
sirkumsisi. Fistula uretra dapat terjadi dan membutuhkan operasi.6

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN

REFERAT

KECIL
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Juni 2014

ULKUS MOLE

DISUSUN OLEH :
DEWI SHINTA

C111 09 879

PEMBIMBING
dr. Hadi Firmansyah S.

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA


BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

DAFTAR PUSTAKA
1) Judanarso J. Limfogranuloma venerium. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
editors. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. 6rd ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia: 2010.p.417-421


2) Lautenschlager S. Chancroid. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF,
Goldsmith LA, Katz SI, Eds. Fitzatricks dermatology in general medicine. 7 th ed.
New York: McGraw-Hill, 2008.p.1983
3) Spinola MS. Chancroid and Hemophillus Ducreyi. In: Holmes KK, Sparling PF,
Stamm WE, et al. Sexual Transmitted Disease. 4th ed. New York: McGraw-Hill.
p.689-696
4) Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Dermatitis Contact Allergy. Rooks
Textbook of

Dermatology eight edition. Massachusetts: Blackwell Publishing;

2010. p.1602-1605
5) Lautenschlager S. Chancroid. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF,
Goldsmith LA, Katz SI, Eds. Fitzatricks dermatology in general medicine. 8 th ed.
New York: McGraw-Hill, 2008.p.3372-3373
6) European guideline for the management of chancroid.2010

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :
Nama

: Dewi Sintah ( C 111 09 879)

Judul Referat

: Ulkus Mole

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar, Juni 2014
PEMBIMBING

dr. Hadi Firmansyah

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :
Nama

: Dewi Sintah ( C 111 09 879)

Judul Referat

: Uretritis Gonore dan Non Gonore

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Juni 2014


PEMBIMBING

dr. Fauzan Azhari M.

Anda mungkin juga menyukai