Prinsip Stratigrafi
Prinsip Stratigrafi
Galeri Stratigrafi
informasi Stratigraf
Materi Stratigrafi
Halaman standar
nilai
DOKUMENTIStratigrafi
PENGUMUMAN
HUBUNGI BANTUAN
3.lateral Continuity
Dimana suatu lapisan dapat diasumsikan terendapkan secara lateral dan
berkelanjutan jauh sebelum akhirnya terbentuk sekarang. Material yang membentuk
suatu perlapisan terbentuk secara menerus pada permukaan bumi walaupun
beberapa material yang padat langsung berhenti pada saat mengalami transportasi.
Steno, 1669
William Smith (1769-1839) seorang peneliti dari inggris. Smith adalah seorang
insinyur yang bekerja disebuah bendungan, ia mengemukakan teori biostratigrafi dan
korelasi stratigrafi. Smith mengungkapkan dengan menganalisa keterdapatan fosil
dalam suatu batuan, maka suatu lapisan yang satu dapat dikorelasikan dengan
lapisan yang lain, yang merupakan satu perlapisan. Dengan korelasi stratigrafi maka
dapat mengetahui sejarah geologinya pula.
Dalam studi hubungan fosil antar perlapisan batuan, ia pun menyimpulkan suatu
hukum yaitu Law of Faunal Succession, pernyataan umum yang menerangkan
bahwa fosil suatu organisme terdapat dalam data rekaman stratigrafi dan dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui sejarah geologi yang pernah
dilaluinya. Jasanya sebagai pencetus biostratigrafi membuat ia dikenal dengan
sebutan Bapak Stratigrafi.
Ahli stratigrafi lainn seperti DOrbigny dan Albert Oppel juga berperan besar dalam
perkembangan ilmu stratigrafi. DOrbigny mengemukakan suatu perlapisan secara
sistematis mengikuti yang lainnyayang memiliki karakteristik fosil yang sama.
Sedangkan Oppel berjasa dalam mencetuskan konsep Biozone.Biozone adalah
satu unitskala kecil yang mengandung semua lapisan yang diendapkan selama
eksistensi/keberadaan fosil organisme tertentu.Kedua orang nilah yang juga
mencetuskan pembuatan standar kolom stratigraf.
Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil
penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu).
Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi
/organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan
terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 CaCO3. Secara
organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuhtumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang),
terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai
akibat penurunan daratan menjadi laut.
Batuan sedimen jenis ke empat itu adalah batuan sedimen bertekstur klastika
dengan bahan penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi.
Batuan sedimen jenis kedua pada umumnya bertekstur non-klastika. Tetapi batuan
sedimen jenis ketiga dan keempat dapat merupakan batuan sedimen klastika
ataupun batuan sedimen non-klastika.
2.
3.
2.
3.
4.
Batuan sedimen klasik, contoh: tanah pasir, batu pasir, tanah liat,
konglomerat.
Batuan sedimen organic, contoh: batu bara (coal), batu kapur (lime stone).
Tekstur
Seperti diuraikan di atas, maka batuan sedimen dapat bertekstur klastika atau non
klastika. Namun demikian apabila batuannya sudah sangat kompak dan telah terjadi
rekristalisasi (pengkristalan kembali), maka batuan sedimen itu bertekstur kristalin.
Batuan sedimen kristalin umum terjadi pada batugamping dan batuan sedimen kaya
silika yang sangat kompak dan keras.
Tekstur Permukaan
1.
Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur
permukaan kasar biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran
sangat meruncing-meruncing.
2.
Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur
ini terdapat pada butir dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga
membulat tanggung.
3.
Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan
proses abrasi permukaan butir yang sudah lanjut pada saat mengalami
transportasi. Dengan demikian butiran sedimen yang mempunyai tekstur
permukaan halus terjadi pada kebundaran membulat sampai sangat membulat.
Ukuran Butir
Ukuran butir batuan sedimen klastika umumnya mengikuti Skala Wentworth (1922,
dalam Boggs, 1992) seperti tersebut pada Tabel 3.7.
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran
butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada
butir seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat
halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau,
dan bila diberi air akan terasa sangat licin.
2.
Geology and
Geological Mindset
Share