ANEMIA GIZI
Citrakesumasari
ANEMIA GIZI
Hb < N
Mikrositik, hipokrom
1. Makrocitik
1. Hiperchrom
2. Normocitik
2. Normochrom
3. Mikrocitik
3. Hypochrom
ANEMIA GIZI
Darah tepi:
Mikrositik, Hipokrom
DEFENISI ANEMIA
Kadar Hb dalam darah < normal &
merupakan manifestasi akhir dari defisiensi
zat besi
90 % anemia defisiensi Fe
Defisiensi Fe juga dapat dikaitkan dengan
defisiensi as. folat (kehamilan)
Defisiensi Fe atau as. folat ANEMIA GIZI
JENIS-JENIS ANEMIA
Anemia Gizi
Anemia gizi besi (micrositik hypocromic)
Anemia gizi vit. E
Anemia gizi asam folat (megaloblastik/makrositik)
Anemia gizi vit. B12 (pernisiosa)
Anemia gizi vit. B6 (siderotik)
Anemia Pica
Anemia Non-Gizi
Perdarahan (luka, kecelakaan)
Menstruasi
Penyakit genetik : thalassemia, hemofilia
KADAR HEMOGLOBIN
(g/dl)
< 11
< 12
< 13
< 12
< 11
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi Anemia :
Dunia
: 700 800 ribu jiwa (Maeyer, 95)
Anak prasekolah : 55,5 %
Anak sekolah
: 24 35 %
Remaja putri
: 57,1 %
WUS
: 39,1 %
Harian Media
Indonesia 22/04/04
Bumil
: 50,9 %
Busui
: 45,1 %
Laki-laki dewasa : 20 30 %
epidemiologi
Hb<11 g/dl
(%)
Jkt
Mks
Sby
Smrg Rural
CJ
Jkt
Mks
DEFISIENSI Fe
Beberapa faktor penyebabnya :
Asupan Fe dalam makanan rendah
% banyaknya Fe yang terabsorbsi
Adanya inhibitor Fe : fitat, oksalat, tannin
Adanya parasit dalam tubuh
Diare
Kehilangan banyak darah
Fe
cemaran
SUMBER
Daging, ikan, unggas & hasil olahannya.
Sayuran, biji-bijian, umbi-umbian & kacangkacangan
Berbagai campuran Fe yang digunakan
bervariasi dalam potensi penyediaannya.
Persediaan dari fraksi yang dapat larut oleh
komposisi makanan
Tanah, debu, air, panci besi, dll
FAKTOR-FAKTOR MAKANAN
1.
2.
PENYERAPAN Fe
Faktor Makanan
Enhancer
Vit. C, protein, PH
rendah (as. laktat)
Inhibitor
Fitat, oksalat,
polifenol (tannin)
Faktor Host
Status Fe
Status kesehatan
(infeksi, malabsorbsi)
Tabel 5. Bioavailabilitas Relatif Zat Besi Nonheme dalam Beberapa Jenis Makanan
Jenis Makanan
Rendah
Sedang
Tinggi
Sereal
Maizena
Gandum
Beras
Shorgum
Tepung Terigu
Tepung Jagung
Tepung Putih
Buah-buahan
Apel
Alpukat
Pisang
Anggur
Persik
Pir
Plum
Rhubard
Strawberry
Blewah
Mangga
Nenas
Jambu Biji
Lemon
Jeruk Manis
Pepaya
Tomat
Sayuran
Terung
Polong-polongan
Tepung Kedelai
Wortel\
Kentang
Brokoli
Kol
Kembang Kol
Labu
Lobak
Minuman
Teh
Kopi
Anggur Merah
Anggur Putih
Kacang-kacangan
Almond
Kelapa
Kacang Tanah
Kenari
Protein Hewani
Keju
Telur
Susu
Ikan
Daging
Unggas
PENYERAPAN Fe
Ada beberapa teori tentang penyerapan
Fe secara autoregulasi oleh kadar ferritin
dalam sel mukosa dinding usus halus :
Kontrol oleh sel-sel mukosa usus
Kontrol oleh ferritin
Kontrol humoral
Banyak
kehilangan
darah
Rusaknya eritrosit
Kurangnya produksi
eritrosit
Uji Penyaringan
Pemeriksaan
laboratorium berupa :
Pengukuran kadar Hb
(teknik HbCN, HbO2,
hematin alkalin)
Pengukuran kadar Ht
Protoporfirin eritrosit :
> 100 g/dl
Buah-buahan
Jambu klutuk, segar
Lemon, segar
Jeruk, segar
Nenas, segar
Mangga, segar
JUMLAH RATA-RATA
VITAMIN C (mg) PER 100 g
MAKANAN
326
37 50
46
37
42
Sayuran
Kubis, mentah
Kubis, rebus
Kembang kol, mentah
Kembang kol, rebus
Kentang, mentah
Kentang, rebus
Ubi jalar, mentah
Ubi jalar, rebus
Bayam, rebus
Tomat, mentah
Lobak, rebus
54 60
15
60 96
21
12
12 18
25 37
15
7 25
20 26
17
KEBUTUHAN Fe
Jumlah Fe yang direkomendasikan
dipengaruhi oleh :
Umur
Kebutuhan fisiologis
Persediaan Fe dalam tubuh
PROGRAM PENANGGULAGAN
Suplementasi (tablet/sirup)
Fortifikasi
Diversifikasi makanan
ASI ekslusif (child care)
KIE
Obat cacing
Multiple suplemen / fortification
darah
Melahirkan BLR
mengantuk, mudah
& prematur
Keguguran
Risiko
morbiditas
& mortalitas
terkena infeksi
Sulit berkonsentrasi
Kemampuan berpikir
Kecerdasan & daya
tangkap
Prestasi belajar
Dewasa :
Cepat lelah &
lesu
Kapasitas kerja
Produktivitas
Low income
Populasi
- ringan
- sedang
- berat
PENDIDIKAN
SUPLEMEN Fe
FORTIFIKASI
PENAGGULANGAN
PENYAKIT INFEKSI &
PARASIT
Content of supplement
Iron Retinol Vitamin C Folate
mg
mg
mg
g
60
750
60
250
Daily
Weekly
Low iron content
60
High iron content 120
Placebo
0
6000
6000
0
60
60
0
500
500
0
Physiological values
Age (y)
Weight (kg)
Body mass index (kg/m)
Time since first menstruation (y)
Prevalence of low hematologic values
Hemoglobin < 120 g/L (%)
Ferritin < 15 g/L (%)
Retinol < 0.7 mol/L (%)
All subjects
at baseline
(n=363)
Subject with
complete data
(n=273)
16.7 1.0
47.7 6.6
154.3 4.8
3.9 0.3
16.8 0.9
47.9 6.9
153.6 4.9
3.9 0.3
17.4
-
17.2
30.4
30.0
Prevalence (%)
Pregnant Woman
West Java
Cental Java
East Java
North Java
Southeast Sulawesi
East Nusa Tenggara
East Timor
Maluku
Irian Jaya
71.5
62.5
57.8
48.7
67.4
51.0
64.7
48.4
38.0
Preschool Children
44.9
48.9
60.6
48.8
35.8
Type of
Production
Latex (kg/day)
Cigarette (piece/hour)
Jute (% of mean
production)
Production of Workers
Anemic Non-anemic
20.9
25.8 kg
603 piece
632 piece
97.4 %
102.7 %
10
5
0
d (64)
wk l
(70)
wk h
(64)
plasebo
(n=75)
ferritin
-2
-4
-6
d (n=64)
wk l
(n=70)
wk h
(n=64)
plcb
(n=75)
uji I
uji II
150
100
50
0
7.4
7.3
7.2
7.1
plcebo
wk group dy group
11.5
11
10.5
plasebo
wk group
dy group
40
30
20
10
0
plasebo
wk group
dy group
PREVALENSI ANEMIA GIZI DAN INVESTASI CACING PADA REMAJA PUTRI, Cross Sectional,
Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Bahrul Ulum Surabaya,2002
KESIMPULAN
1. Prevalensi anemia pada pekerja wanita di bagian fancy perusahaan plywood
Tangerang adalah 77.77%.
2. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara terjadinya anemia pada pekerja
wanita dengan umur, jumlah kelahiran, pendidikan, pola haid, status perkawinan,
pengetahuan tentang gizi, pola makan dan lingkungan.
3. Pemberian TTD ditambah 100 mg vitamin C selama 16 minggu meningkatkan
kadar hemoglobin dan serum ferritin secara bermakna.
4. Pemberian TTD selama 16 minggu meningkatkan kadar hemoglobin dan serum
ferritin secara bermakna.
5. Pemberian TTD ditambah 100 mg vitamin C dapat meningkatkan kadar Hb lebih
tinggi dibandingkan dengan hanya pemberian TTD saja, walaupun secara statistik
tidak bermakna dan terjadi penurunan prevalensi anemia menjadi 8.95%