Bab 1 Revisi 1
Bab 1 Revisi 1
PENDAHULUAN
lahir 300 hari setelah perkawinan orang tuanya dihapuskan, maka anak itu
merupakan anak yang tidak sah.
Anak, adalah subjek hukum yang belum cakap melakukan
perbuatan hukum sendiri sehingga harus dibantu oleh orang tua atau walinya
yang memiliki kecakapan. Pengaturan status hukum anak hasil perkawinan
campuran dalam Undang-undang Kewarganegaraan yang baru, memberi
perubahan yang positif, terutama dalam hubungan anak dengan ibunya,
karena Undang-undang baru ini mengizinkan kewarganegaraan ganda
terbatas untuk anak hasil perkawinan campuran. Undang-undang
Kewarganegaraan yang baru ini menuai pujian dan juga kritik, termasuk
terkait dengan status anak. Penulis juga menganalisis sejumlah potensi
masalah yang bisa timbul dari kewarganegaraan ganda pada anak. Seiring
berkembangnya zaman dan sistem hukum, Undang-undang Kewarganegaraan
yang baru ini penerapannya semoga dapat terus dikritisi oleh para ahli hukum
perdata internasional, terutama untuk mengantisipasi potensi masalah.
Akan tetapi salah satu alternative solusi untuk mendapatkan
hubungan nasab antara anak diluar pernikahan dengan ayah kandungnya,
yaitu dengan cara pengakuan anak. UU perdata mengatur adanya pengakuan
anak pada pasal 280 KUH perdata, pengakuan itu cukup dilakukan dengan
pernyataan sepihak dari laki-laki yang mengakui. Sebagaimana yang
ditetapkan dalam Pasal 281 KUH perdata, tidak ada syarat lain untuk
menyepakati pengakuan anak itu dari siapa pun, bahkan jika ibu dari anak
masih hidup ia harus menyetujui dalam arti tidak keberatan jadi pengkuan
tidak berdasarkan atas suatu perjanjian.5
yang terikat secara yuridis oleh putusan hakim tersebut. Putusan tersebut
menunjukan adanya disparatis antara fiqih dan Kompilasi Hukum Islam yang
menyatakan anak luar nikah adalah anak tidak sah, anak hanya dinasabkan
kepada ibunya secara hukum anak luar nikah itu hanya menjadi tanggung
jawab sang ibu saja. Hal itu berarti ada hal yang bertolak belakang antara
subtansi Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan UU perkawinan No 1 tahun
1974 dengan realitasnya.
Berangkat dari permasalahan di atas, maka penulis bertujuan untuk
mengkaji putusan di pengadilan Agama Cilegon Nomor
247/Pdt./2011/PA.Clg.tentang perkara pengakuan anak tahun 2011 tersebut
kemudian penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul: PENGESAHAN
ANAK YANG LAHIR DARI PERKAWINAN CAMPURAN YANG
DILAKUKAN SECARA AGAMA(Studi putusan Nomor
247/Pdt./2011/PA.Clg.)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak
2.1.1 Pengertian Anak
Definisi anak dalam pasal 1 ayat 1 UU No.23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak adalah:
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Pengertian Anak Dari Aspek Agama. Dalam sudut
pandang yang dibangun oleh agama khususnya dalam hal ini
adalah agama islam, anak merupakan makhluk yang dhaif dan
mulia, yang keberadaannya adalah kewenangan dari kehendak
Allah SWT dengan melalui proses penciptaan. Oleh karena anak
mempunyai kehidupan yang mulia dalam pandangan agama islam,
maka anak harus diperlakukan secara manusiawi seperti diberi
nafkah baik lahir maupun batin, sehingga kelak anak tersebut
tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia seperti dapat
bertanggung jawab dalam mensosialisasikan dirinya untuk
mencapai kebutuhan hidupnya dimasa mendatang.
Pengertian Dari aspek Ekonomi. Dalam pengertian
ekonom, anak dikelompokan pada golongan non produktif.Apabila
10
nilai
kemanusiaan.
Fakta-fakta
yang
timbul
11
mengatur
secara
tersendiri
mengenai
peraturan
anak
itu
12
13
14
15
16
17
kinderen)
b. Anak luar Nikah
Status sebagai anak yang dilahirkan diluar pernikahan
merupakan suatu masalah bagi anak luar nikah tersebut, karena
mereka tidak bisa mendapatkan hak-hak dan kedudukan sebagai
anak pada umumnya seperti anak sah karena secara hukumnya
mereka hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya dan
keluarga ibunya. Anak luar nikah tidak akan memperoleh hak yang
menjadi kewajiban ayahnya, karena ketidak absahan pada anak
luar nikah tersebut. Hak anak dari kewajiban ayahnya yang
merupakan hubungan keperdataan itu, biasanya bersifat material.
Anak luar nikah dapat memperoleh hubungan perdata
dengan bapaknya, yaitu dengan cara memberi pengakuan terhadap
anak luar nikah. Pasal 280 Pasal 281 KUHPerdata menegaskan
bahwasanya dengan pengakuan terhadap anak di luar nikah,
terlahirlah hubungan perdata antara anak itu dan bapak atau
ibunya. Pengakuan terhadap anak di luar nikah dapat dilakukan
dengan suatu akta otentik, bila belum diadakan dalam akta
kelahiran atau pada waktu pelaksanaan pernikahan. Pengakuan
demikian dapat juga dilakukan dengan akta yang dibuat oleh
Pegawai Catatan Sipil, dan didaftarkan dalam daftar kelahiran
menurut hari penandatanganan. Pengakuan itu harus dicantumkan
pada margin akta kelahirannya, bila akta itu ada. Bila pengakuan
18
anak itu dilakukan dengan akta otentik lain, tiap-tiap orang yang
berkepentingan berhak minta agar hal itu dicantumkan pada
margin akta kelahirannya. Bagaimanapun kelalaian mencatatkan
pengakuan
pada
margin
akta
kelahiran
itu
tidak
boleh
19
10
20
21
12
22
23
2.2 Perkawinan
2.2.1 Pengertian Perkawinan
Berikut ini adalah pengertian dan definisi perkawinan:
UU Perkawinan No.1 Tahun 1974
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2
24
25
13
http://intanghina.wordpress.com/2009/02/23/perkawinancampuran-perlindungan-hukum-perempuan-wni-yangmelangsunkan-perkawinan-campuran/ diunduh tanggal 25
Agustus 2014
26
UU
Perkawinan
menetapkan
beberapa
2.
27
4.
oleh
hukum
rnasing-masing
agamanya
dan
28
perkawinan campuran
14
29
15
Ibid, hal 13
30
16
Ibid, hal 15
31
32
terpenuhi.
3. Jika pejabat yang bersangkutan menolak untuk
memberikan surat keterangan itu maka atas permintaan
yang berkepentingan Pengadilan memberikan
keputusan dengan tidak boleh dimintakan banding
tentang soal apakah penolakan pemberian surat
keterangan itu beralasan atau tidak.
4. Jika Pengadilan memutuskan bahwa penolakan tidak
beralasan maka keputusan itu menjadi pengganti
keterangan yang tersebut dalam Pasal 60 ayat (3)
Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974.
5. Surat keterangan atau keputusan pengganti keterangan
tidak mempunyai kekuatan lagi jika perkawinan itu
tidak dilangsungkan dalam masa 6 (enam) bulan
sesudah keterangan itu diberikan.
6. Perkawinan campuran dicatat oleh pegawai pencatat
yang berwenang.
33
34
Drs.H.Chatib Rasyid
SH.M.Hum,.Drs.Syaifuddin.SH,M.Hum,.Hukum
Acara Perdata dalam Teori dan Praktik Pada
Peradilan Agama.,Yogyakarta : UII Press 2009
hal.26
18
35
19
36
37
38
a. Perkawinan
b. Kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan islam,
c. Wakaf dan shadaqah
Sejak berlaku UU No.7 tahun 1989, serta merta gugur
semua daya kekuatan hukum peraturan-peraturan yang
beranekaragam tersebut dan sejak diundangkan dan berlakunya UU
No.1 tahun 1974 dan disusul UU No.7 tahun 1989 menunjukkan
bahwa kekuasaan pengadilan bertambah.
2.5 Putusan
2.5.1 Pengertian putusan
Penjelasan pasal 60 undang-undang Nomor 7 tahun 1989
memberi definisi tentang putusan sebagai berikut: "Putusan adalah
keputusan pengadilan atas perkara gugatan berdasarkan adanya
suatu sengketa. Sedangkan H.A. Mukti Arto, Memberi definisi
terhadap putusan, bahwa : "Putusan ialah pernyataan Hakim yang
dituangkan dalam bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam
sidang terbuka untuk umum, sebagai hasil dari pemeriksaan
perkara gugatan. (Dewi, 2005, hal: 148).
Menurut Sudikno Mertokusumo Putusan hakim adalah :
suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat yang diberi
wewenang itu, diucapkan dipersidangan dan bertujuan mengakhiri
39
22
40
41
hanya mengikat kepada diri pemohon saja. Dari kedua asas ini,
lahirlah asas ketiga, yang menegaskan keputusan penetapantidak
mempunyai nilai kekuatan pembuktian kepada pihak manapun.
Asas selanjutnya, putusan penetapan tidak mempunyai kekuatan
exsekutorial. Amarnya saja hanya bersifat declaratoir, mana
mungkin mempunyai nilai kekuatan eksekusi Jadi disamping
putusan penetapan hanya merupakankebenaran sepihak, tidak
mengikat pada pihak lain, tidak mempunyai nilai kekuatan
pembuktian, juga tidak mempunyai kekuatan eksekutorial.
Putusan penetapan dapat diminta eksekusi pada pengadilan.
b. Bentuk Putusan
Bentuk keputusan Peradilan Agama yang lain ialah
putusan. Yang dimaksud dengan keputusan yang berbentuk
putusan menurut penjelasan Pasal 60 adalahkeputusan pengadilan
atas perkara gugatan berdasarkan adanya sengketa. Lazimnya
gugat yang bersifat sengketa atau yang mengandung sengketa
disebut gugat contentiosa. Dari gugat contentiosa menurut
penjelasan Pasal 60, diproduksi penyelesaian atau settlement yang
berbentuk putusan.
Sejak putusan telah memperoleh kekuatan hukum yang
tetap, dan pihak yang kalah sudah diperingati dalam tempo paling
lama delapan hari, tidak juga memenuhi bunyi putusan,
terwujudlah dalam putusan kekuatan eksekutorial (excecutorial
kracht). Pihak yang berkepentingan dapat mengajukan permintaan
eksekusi kepada Ketua pengadilan. Dalam hal ini Ketua Pengadilan
berwenang memerintahkan dan memimpin pelaksanaan putusan.
42
43
BAB III
METODE PENILITIAN
Pembahasan Status pengakuan Anak dalam putusan permohonan di
Pengadilan Cilegon merupakan penilitian dokumen yang sifatnya deskriptifanalisis, dalam arti data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti
akan dideskripsikan disertai analisa-analisa semaksimal mungkin kemampuan
peniliti, sehingga diharapkan benar-benar valid.
3.1 Tipe Penelitian
44
45
33
46
47
Di samping sumber-sumber hukum penelitian yang berupa bahanbahan hukum, peneliti hukumjuga dapat mengguanakan bahan-bahan non
hukum apabila dipandang perlu. Bahan-bahan non hukum dapat berupa
buku-buku mengenai ilmu politik, ekonomi, sosiologi, filsafat, kebudayaan
ataupun laporan-laporan penelitian non hukum dan jurnal-jurnal non
hukum sepanjang mempunyai relevansi dengan topik penelitian. Bahanbahan non hukum tersebut dimaksudkan untuk memperkaya dan
memperluas wawasan peneliti. Relevan atau tidaknya bahan-bahan non
hukum bergantung dari kajian peneliti terhadap bahan-bahan itu.
3.4 Analisa Bahan Hukum
Proses analisa bahan hukum merupakan suatu proses untuk
menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah terkumpul sehingga
dapat memberikan gambaran yang bersifat deskriptif analitis. Bersifat
deskriptif artinya penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan gambaran
tentang asas-asas hukum, kaidah hukum dan doktrin hukum positif yang
berkenaan dengan masalah perjanjian kredit modal kerja dengan jaminan
fidusia. Bersifat analitis artinya dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
menguraikan berbagai aspek hukum yang berkenaan dengan penyelesaian
terhadap kendaraan bermotor sebagai jaminan fidusia, dan ditambah oleh
pendapat para ahli yang mempunyai bahan kajian tersebut.
Langkah-langkah selanjutnya yang dipergunakan dalam melakukan
suatu penelitian hukum yaitu :
1. Mengidentifikasi fakta hukum mengenai hal-hal yang tidak relevan
untuk menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan.
2. Pengumpulan bahan-bahan hukum yang sekiranya mempunyai
relevansi dengan bahan-bahan hukum.
3. Menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang menjawab isu
hukum.
48
BAB 4
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematikan penulisan skripsi ini disusun menjadi 4 (empat) bab
dan masing-masing bab terdiri dari uraian yang berbeda antara bab yang
satu dengan bab yang lain. Masing-masing bab memliki keterkaitan uraian
antara satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya, dibuat sistematika
penulisan agar dapat mengetahui dengan jelas hal-hal yang diuraikan
dalam masing-masing bab tersebut. Sistematika ini juga dapat digunakan
sebagai pedoman agar dalam penulisan skripsi ini penulis tidak keluar dari
substansinya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
49
50
51