Anda di halaman 1dari 18

Abiyya Farah Putri

11020130031
A-8

TUGAS MANDIRI
SKENARIO 3 BLOK GIT
LI Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pencernaan Bawah
1.1 Makroskopis
Intestinum Tenue (usus halus)
Terdiri dari:
Doudenum (usus duabelas jari; doudenos = duabelas kali)
Panjang duodenum 12 jari atau 25cm, melengkung seperti huruf C sehingga dapat dibedakan

Pars superior duodeni

Pars descendens duodeni

Pars inferior duodeni, dapat dibedakan :


o Pars horizontalis
o Pars ascendens
Pada Duodenum bermuara

Ductus pacreaticus accessories / minor (Sartorini, tidak selalu ada)

Ductus pancreaticus major (Wirsungi), serta ductus choledochus.


Didalam dinding papilla doudeni major terdapat suatu rongga disebut ampulla yang dindingnya terdapat
suatu otot yaitu m.spinchter Oddi, yang melingkar. Bila berkonstraksi dapat menutup muara bersama
ductus tersebut

Intestinum jejunum & Intestinum ileum

Intestinum jejunum : usus kosong; jejunus = kosong

Intestinum ileum : usus berkelok-kelok; ilien = memutar

Panjangnya sekitar 6 meter

Selain duodenum, 2/5 proximal usus intestinum tenue merupakan bagian jejunum, 3/5 distal sisanya
merupakan ileum

Dalam intestinum ileum terdapat kumpulan noduli solitarii sehingga terbentuk laminae disebut noduli
agregat atau plaques peyeri, disini tidak ada villi dan letaknya berhadapan dengan alat penggantung
ileum.

Kadang-kadang satu meter dari akhir ileum terdapat suatu tonjolan sisa ductus omphaloenterius disebut
diverticulum ilie, yaitu saluran yang menghubungkan umbilicus dengan ileum. Bila setelah lahir masih
ada disebut fistula umbilicalis.

Diameter jejunum cenderung lebih besar daripada ileum

Mesentrium jejunum cenderung lebih tebal dari pada ileum

Arteriae : berasal dari A.mesentrica superior, cabang cabangnya membentuk anyaman yaitu arcade
jejunalis da ilei A.ileocolica menuju bagian bawah ileum

Vena : senama dengan arteri

Inervasi : simpatis dan parasimpatis berasal dari N. Vagus dari plexus mesentricus superior.

Intestinum Crassum (Usus Besar)


Intestinum Crassum (crasum = tebal) , dibagi dalam colon dan intestinum rextum
Colon dapat dibagi dalam :

Colon ascendens, dimulai dari caecum. Pada ujujng caecum berbuara bagunan kecil berupa pipa
menyerupai cacing disebut appendix vermiformis

Colon transversum

Colon descendens

Colon sigmoideuim

Caecum

Seperti kantong dengan ujung buntu menonjol kebwah


Terletak pada region ileaca dextra
Dibagian bawah terdapat juncture ileocolica tempat bermuaranya ileum
Panjangnya sekitar 6cm
Pada sisi media bawah caecum terdapat appendix vermiformis:
o Bentuk seperti cacing dengan panjang 8-13 cm
o Pada orang mati dapat ditemukan beberapa tipe:

Post caecalis (65%), terletak dibelakang caecum

Diescending = pelvic type (31%), terletak dibawah ileum

Subcaecalis (2,6%), terletak dibawah caecum

o
o
o

o
o
o

o
o
o

Ante ilei (1,0%), terletak didepan ileum

Post ilei (0,4%) terletak di belakang ileum


Letak diregio iliaca
Pada orang hidup dapat ditemukan semua type, karena caecum selalu berkontraksi
sehingga ujung appendix berubah-ubah, sedangkan pada orang mati tetap
Pada orang hidup dapat ditemukan 2 type:

Mobile type, bias berubah-ubah dapat ditemukan pada semua type

Fixed type, tetap dapat ditemukan bila ujung appendix pada peritoneum dan
type retrocaecal
Appendix punya penutp peritoneum yang lengkap pada bagian bawah usus halus diesbut
mesiappendix
Cara pemeriksaan appendix verniformis dengan sepertiga titick MC. Burney
Letak taenia pada colon transversum :

Perlekatan alat penggantung dibelakang disebut taenia mesocolica

Perletakatan omentum majus dimuka disebut taenia omentalis

Diding caudal tidak ada alat yang melekat disebut taenia libera
Taenia ini, berkas longitudinale, karena lebih pendek dari stratum circulare,
mengakibatkan stratum circulare melipat-lipat. Lipatan keluar disebut haustra dan lipatan
kedalam disebut plica semilunaris.
Lekuk diantara haustra disebut incisura
Pada caecum dilengkapi valvula ileocolica (valvula ileocaecalis) yang terdiri dari labium
superios dan labium inferior. Labium ini dibentuk oleng lipatan stratum circular eke
ventral dan dorsal membentuk frenulum

1.2 Mikroskopis
Dinding usus halus dibagi kedalam empat lapisan :
1. Tunica Serosa. Tunica serosa atau lapisan peritoneum, tak lengkap di atas duodenuma,
hampir lengkap di dalam usus halus mesenterica, kekecualian pada sebagian kecil, tempat
lembaran visera dan mesenterica peritoneum bersatu pada tepi usus.
2. Tunica Muscularis. Dua selubung otot polos tak bergaris membentuk tunica muscularis
usus halus. Ia paling tebal di dalam duodenum dan berkurang tebalnya ke arah distal.
Lapisan luarnya stratum longitudinale dan lapisan dalamnya stratum circulare. Yang
terakhir membentuk massa dinding usus. Plexus myentericus saraf (Auerbach) dan saluran
limfe terletak diantara kedua lapisan otot.
3. Tela Submucosa. Tela submucosa terdiri dari dari jaringan ikat longgar yang terletak
diantara tunica muskularis dan lapisan tipis lamina muskularis mukosa, yang terletak di
bawah mukosa. Dalam ruangan ini berjalan jalinan pembuluh darah halus dan pembuluh
limfe. Di samping itu, di sini ditemukan neuroplexus meissner.
4. Tunica Mucosa. Tunica mucosa usus halus, kecuali pars superior duodenum, tersusun
dalam lipatan sirkular tumpang tindih yang berinterdigitasi secara transversa. Masingmasing lipatan ini ditutup dengan tonjolan, villi.
Usus halus ditandai oleh adanya tiga struktur yang sangat menambah luas permukaan dan membantu
fungsi absorpsi yang merupakan fungsi utamanya:
1. Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkular yang dinamakan
valvula koniventes (lipatan kerckringi) yang menonjol ke dalam lumen sekitar 3 ampai 10
mm. Lipatan-lipatan ini nyata pada duodenum dan jejenum dan menghilang dekat
pertengahan ileum. Adanya lipatan-lipatan ini menyerupai bulu pada radiogram.

2.
3.

Vili merupakan tonjolan-tonjolan seperti jari-jari dari mukosa yang jumlahnya sekitar 4
atau 5 juta dan terdapat di sepanjang usus halus. Villi panjangnya 0,5 sampai 1 mm (dapat
dilihat dengan mata telanjang) dan menyebabkan gambaran mukosa menyerupai beludru.
Mikrovili merupakan tonjolan menyerupai jari-jari dengan panjang sekitar 1 pada
permukaan luar setiap villus. Mikrovilli terlihat dengan mikroskop elektron dan tampak
sebagai brush border pada mikroskop cahaya.

Usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti juga bagian usus lainnya. Akan tetapi, ada
beberapa gambaran yang khas pada usus besar saja. Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi
terkumpul dalam tiga pita yang dinamakan taenia koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal, dengan demikian
rektum mempunyai satu lapisan otot longitudinal yang lengkap. Panjang taenia lebih pendek daripada usus, hal ini
menyebabkan usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak dan
melekat di sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada lapisan mukosa usus halus dan
tidak mengandung villi atau rugae. Kriptus lieberkn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan mempunyai
lebih banyak sel goblet daripada usus halus
DUODENUM

Usus 12 jari, panjang 25 cm


Epitel berlapis sel silindris dengan mikrovili membentuk striated borders
Kel Brunner nyata, didalam sub mukosa
Di lamina propria mengandung kelenjar intestinal
Lamina propria juga mengandung serat serat jaringan ikat halus dengan sel retikulum ,
jaringan limfoid difus dan atau limfonoduli
Banyak tonjolan mirip jari yamg disebut vili
Serosa tak sempurna, sebagian diganti adventisia
Tempat bermuara duktus empedu dan pankreas

JEJENUM-ILEUM

Tidak ada kelenjar duodenal ( brunner ) yang hanya terbatas pada bagian atas duodenum

Dibagian akhir ileum terdapat kumpulan plaque peyeri dengan interval tertentu

Didalam lumen terdapat vilus

Epitel berlapis silindris dengan mikrovili dan sel goblet

Tampak sebuah limfonodulus meluas dari lamina propria mukosa ke dalam submukosa , menerobos
mukosa muskularis disekitarnya

Villi jari paling besar

Central lacteal berkembang sempurna, absorbsi maksimal

Sel sel ganglion parasimpatis pleksus mienterikus terlihat didalam jaringan ikat diantara lapisan otot
polos sirkular (dalam) dan longitudinal (luar) muskularis eksterna

Di ileum terdapat sel khusus yang berfungsi untuk transport antigen dari lumen usus ke lapisan bawah
folikel limfoid, disebut Epitel asosiasi folikel (FAE)

USUS BESAR (KOLON DAN MESENTRIUM)

Kolon memiliki lapisan epitel,jaringan ikat, dan otot polos pada dindingnya seoerti pada usus halus

Di mukosa terdiri atas sel epitel selapis silindris, kelenjar intestinal , lamina propria dan muskularis
mukosa.

Di submukosa dibawahnya mengandung sel dan jaringan ikat berbagai pembuluh darah dan saraf
Tampak kedua lapisan otot polos di muskularis eksterna.
Serosa (peritoneum viseral dan mesentrium menutupi daerah kolon transversum dan kolon sigmoid.
Kolon tidak memiliki plika sirkularis dan vili, akibatnya permukaan lumen tampak licin.
Didalam lamina propria dan submukosa dinding kolon dapat dijumpai limfonduli berbagai ukuran.
Lapisan sirkular dalam utuh , sedangkan lapisan longitudinal luar terbagi dalam tiga untaian besar
memanjang yang disebut taenia koli
Sel ganglion parasimpatis pleksus saraf mientericus (auerbach) terdapat diantara kedua lapisan otot
muskularis eksterna
Kolon transversum dan kolon sigmoid melekat ke tubuh oleh mesentrium
Serosa merupakan bagian terluar , menutupi kolon transversum dan kolon sigmoid , tetapi kolon
ascendens dan descendens letaknya retroperitoneal dan lapisal luar permukaan posteriornya adalah
tunika adventitia

APPENDIKS

Epitel berlapis dengan banyak sel goblet

Lamina propria dibawahnya mengandung kelenjar intestinal (kripti lieberkuhn) dan mukosa muskularis

Kelenjar intestinal pada appendiks kurang berkembang , lebih pendek dan berjauhan letaknya

Jaringan limfoid difus didalam lamina propria sangat banyak dan sering terlihat sampai ke submukosa

Submukosa sangat vaskuler dan banyak pembuluh darah

Sel sel ganglion parasimpatis pleksus mienterikus terlihat didalam jaringan ikat diantara lapisan otot
polos sirkular (dalam) dan longitudinal (luar) muskularis eksterna

Lapisan terluar adalah serosa


REKTUM

Epitel permukaan lumen dilapisi sel sel silindris dengan sel goblet
Kelenjar intestinal , sel lemak dan sebaran limfonoduli didalam lamina propria serupa dengan yang ada di
kolon, namun kelenjar yang ada lebih panjang dan rapat dan terutama terdiri atas sel goblet
Dibawah lamina propria terdapat mukosa muskularis otot polos
Sel sel ganglion parasimpatis pleksus mienterikus terlihat didalam jaringan ikat diantara lapisan otot polos
sirkular (dalam) dan longitudinal (luar) muskularis eksterna
Tunika adventitia menutupi bagian rektum dan serosa menutupi sisanya. Banyak pembuluh darah terlihat
di submukosa dan adventitia

ANAL CANAL

Mukosa berganti dengan kulit.

Tunika mukosa membentuk 5-10 lipatan longitudinal (columna analis Morgagni)

Columna Morgagni terbentuk dari lipatan mukosa, sub mukosa dan beberapa serat otot polos

Ujung distal columna analis dihubungkan oleh lipatan mukosa berbentuk bulan sabit kecil, valvula
analis.

Valvula analis membentuk sejumlah resesus kecil disebut sinus analis atau Kriptus Morgagni.

Valvula dan sinus analis membentuk garis bergelombang linea pectinata

Lapisan otot sirkular muskularis eksterna bertambah tebal di bagian atas liang anus dan membentuk
sfingter ani interna.

Dibagian bawah liang anus sfingter ani diganti oleh otot rangka yaitu sfingter ani eksterna.

Diluar sfingter ini terdapat muskulus levator ani. Lapisan longitudinal muskularis eksterna menipis dan
hilang di jaringan ikat sfingter ani eksterna.
( Young, et al. 2000 , Junqueira, et al. 2007)
LI 2 Memahami dan Menjelaskan Ileus
2.1 Definisi Ileus
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan
yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus.
(Sabara. 2007)
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang
saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon
sebagai akibat karsino ma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus

halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan
pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.
2.2 Etiologi Ileus
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh:
1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari
semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses
inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari
pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat
menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.
2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal) merupakan
yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif , dan merupakan penyebab tersering pada
pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan
mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.
3. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan tumor
metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang mengalami
intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal
adanya intususepsi.
5. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama masa infeksi
atau karena striktur yang kronik.
6. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi usus. Volvulus
lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
7. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke
traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
8. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi, atau trauma
operasi.
9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan cairan.
10. Benda asing, seperti bezoar.
11. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre.
12. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan kolon kanan
sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.
(Doherty et al. 2003)
2.3 Klasifikasi Ileus
Ada dua tipe obstruksi yaitu :
1. Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat
akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi,
tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.
2.

Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)


Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti
sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan
endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.

Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok :


a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.
Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar
1. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh darah.
2. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh darah sehingga
terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat
yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.
3. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu gelung usus tersumbat,
dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.
Untuk keperluan klinis, ileus obstruktif dibagi dua :
1. Ileus obstruktif usus halus, termasuk duodenum
2. Ileus obstruktif usus besar

Obstruksi mekanik, menurut lokalisasinya dibagi menjadi :


1. Obstruksi mekanik rendah
Obstruksi mulai dari caecum sampai anorektal. Obstruksi ini paling banyak disebabkan oleh tumor ganas,
penyebab lainnya adalah :
- Volvulus
- Scibala
- Paralise colon distal (pseudoparalise)
2. Obstruksi mekanik tinggi
Menurut letaknya dapat dibedakan menjadi :
a. Obstruksi diatas pylorus, dapat disebabkan :
- Stenosis pylorus
- Strictur
- Obstruksi oleh karena keganasan
- Bezoar
Pada obstruksi ini gejalanya yang menonjol adalah : muntah-muntah dimana muntahannya dapat
dirasakan seperti asam lambung, serangan rasa nyeri lebih sering, distensi abdomen agak kurang.
b. Obstruksi dibawah pylorus. Obstruksi terjadi mulai dari pylorus sampai ileocaecal junction, obstruksi
ini sering ditemukan pada :
- Adhesion (perlengketan)
- Hernia interna
- Volvulus
- Gumpalan Ascaris
Pada obstruksi ini muntahannya faeculent (feces) warna kuning seperti tinja. Serangan nyeri perut agak
jarang, tetapi perut lebih distensi.
3.4 Patofisiologi Ileus
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas
yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari
lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak
adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan
usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh
atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syokhipotensi,
pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang
terus menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan
ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas
akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi
sistemik untuk menyebabkan bakteriemia
(Price & Wilson, 1995).

Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana, distensi timbul tepat proksimal
dan menyebabkann muntah refleks. Setelah ia mereda, peristalsis melawan obstruksi timbul dalam usaha
mendorong isi usus melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik kram dengan masa relatif tanpa nyeri di antara
episode. Gelombang peristaltik lebih sering, yang timbul setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10
menit di didalam ileum. Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang menyebabkan
gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya obstruksi, maka aktivitas
peristaltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada. Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka
kemudian timbul muntah dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus halus menyebabkan
muntahnya lebih dini dengan distensi usus relatif sedikit, disertai kehilangan air, natrium, klorida dan kalium,
kehilangan asam lambung dengan konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis metabolik.
Berbeda pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih lambat (jika ada). Bila ia timbul, biasanya
kehilangan isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan ekstrasel tersebut menyebabkan penurunan volume
intravascular, hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam perjalanan klinik, maka
dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung, hipotensi dan syok
(Sabiston, 1995).
3.5 Manifestasi Klinis
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).
Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada :
1. Lokasi obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
4. Ada atau tidaknya iskemia usus
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok hypovolemik, pireksia,
septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang dicurigai ileus obstruktif, semua
kemungkinan hernia harus diperiksa (Winslet, 2002). Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan
kemudian menjadi bersifat kolik. Ia sekunder terhadap kontraksi peristaltik kuat pada dinding usus melawan
obstruksi. Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus
obstruktif usus halus, setiap 15 sampai 20 menit pada ileus obstruktif usus besar. Nyeri dari ileus obstruktif usus
halus demikian biasanya terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen, sedangkan yang dari ileus obstruktif usus
besar biasanya tampil dengan nyeri intaumbilikus. Dengan berlalunya waktu, usus berdilatasi, motilitas menurun,
sehingga gelombang peristaltik menjadi jarang, sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti
oleh pegal generalisata menetap di keseluruhan abdomen. Jika nyeri abdomen menjadi terlokalisasi baik, parah,
menetap dan tanpa remisi, maka ileus obstruksi strangulata harus dicurigai
Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi yang memuntahkan apapun makanan
dan cairan yang terkandung, yang juga diikuti oleh cairan duodenum, yang kebanyakan cairan empedu. Setelah ia
mereda, maka muntah tergantung atas tingkat ileus obstruktif. Jika ileus obstruktif usus halus, maka muntah
terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus didekompresi dengan
regurgitasi, sehingga tak terlihat distensi. Jika ileus obstruktif usus besar, maka muntah timbul lambat dan setelah
muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk (fekulen) sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan
sekunder terhadap stagnasi. Karena panjang usus yang terisi dengan isi demikian, maka muntah tidak
mendekompresi total usus di atas obstruksi.
Distensi pada ileus obstruktif derajatnya tergantung kepada lokasi obsruksi dan makin membesar bila
semakin ke distal lokasinya. Gerkakan peristaltik terkadang dapat dilihat. Gejala ini terlambat pada ileus obstruktif
usus besar dan bisa minimal atau absen pada keadaan oklusi pembuluh darah mesenterikus. Konstipasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut ( dimana feses dan gas tidak bisa keluar) dan relatif (dimana
hanya gas yang bisa keluar). Kegagalan mengerluarkan gas dan feses per rektum juga suatu gambaran khas ileus
obstruktif. Tetapi setelah timbul obstruksi, usus distal terhadap titik ini harus mengeluarkan isinya sebelum terlihat
obstipasi. Sehingga dalam ileus obstruktif usus halus, usus dalam panjang bermakna dibiarkan tanpa terancam di
usus besar. Lewatnya isi usus dalam bagian usus besar ini memerlukan waktu, sehingga mungkin tidak ada
obstipasi, selama beberapa hari. Sebaliknya, jika ileus obstruktif usus besar, maka obstipasi akan terlihat lebih dini.
Dalam ileus obstuksi sebagian, diare merupakan gejala yang ditampilkan pengganti obstipasi.

Dehidrasi umumnya terjadi pada ileus obstruktif usus halus yang disebabkan muntah yanbg berulangulang dan pengendapan cairan. Hal ini menyebabkan kulit kering dan lidah kering, pengisian aliran vena yang
jelek dan mata gantung dengan oliguria. Nilai BUN dan hematokrit meningkat memberikan gambaran polisitemia
sekunder. Hipokalemia bukan merupakan gejala yang sering pada ileus obstruktif sederhana. Peningkatan nilai
potasium, amilase atau laktat dehidrogenase di dalam serum dapat sebagai pertanda strangulasi, begitu juga
leukositosis atau leukopenia. Pada ileus obstruksi usus besar juga menimbulkan sakit kolik abdomen yang sama
kualitasnya dengan sakit ileus obstruktif usus halus, tetapi intensitasnya lebih rendah. Keluhan rasa sakit kadangkadang tidak ada pada penderita lanjut usia yang pandai menahan nafsu. Muntah-muntah terjadi lambat, khususnya
bila katup ileocaecal kompeten. Muntah-muntah fekulen paradoks sangat jarang. Riwayat perubahan kebiasaan
berdefekasi dan darah dalam feses yang baru terjadi sering terjadi karena karsinoma dan divertikulitis adalah
penyebab yang paling sering. Konstipasi menjadi progresif, dan obstipasi dengan ketidakmapuan mengeluarkan
gas terjadi. Gejala-gejala akut dapat timbul setelah satu minggu
(Sabiston, 1995)
2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan
penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi sebelumnya
atau terdapat hernia. Pada ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan di sekitar
umbilkus, sedangkan pada ileus obstruksi usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik.
Muntah pada ileus obstruksi usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif
usus besar onset muntah lama.
2.
a)

b)

c)

3.
a.
b.

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor
kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut
abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus
yang bisa bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah.
Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik
Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri
tekan, yang mencakup defance musculair involunter atau rebound dan pembengkakan
atau massa yang abnormal.
Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing logam
bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari
dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik
(sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri
usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata.
Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis (shift to the left)
Elevasi serum amilase

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat
membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap
awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya
hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Sering didapatkan
peningkatan serum amilase. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi
hanya terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi
non strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat
ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis
metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda - tanda shock, dehidrasi dan
ketosis.
4. Pemeriksaan Radiologi
Ditemukan usus halus berisi gas dan cairan. Ditemukan massa coffe bean . Adanya dilatasi
dari usus disertai gambaran step ladder dan air fluid level pada foto polos abdomen dapat
disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat
sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.
Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat
gambaran berupa hilangnya mukosa yang reguler dan adanya gas dalam dinding usus. Udara
bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan adanya perforasi usus. Penggunaan kontras tidak

dianjurkan karena dapat menyebabkan peritonitis akibat adanya perforasi. CT scan kadang kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada obstruksi usus halus untuk
mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang komplit dan pada obstruksi usus besar yang
dicurigai adanya abses maupun keganasan.
5. Pemeriksaan colok dubur
o Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
o Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
o Feses yang mengeras : skibala
o Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
o Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
o Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis
(Sjamsuhudajat & Jong, 2004; Sabara, 2007)
- Pemeriksaan Penunjang
Colok Dubur
Pada tahap-tahap pemeriksaan dengan metode colok dubur (rectal toucher: baca; rektal tuse) untuk menilai
adakah nyeri tekan, massa abnormal, pembesaran prostat, tinja, darah, atau lendir. Colok dubur juga untuk
memeriksa kemungkinan adanya hemoroid (wasir atau ambeien). Otot lingkar dubur atau sphincter ani
diperiksa bagaimana kekuatannya atau tonusnya. Pada laki-laki diperiksa apakah ada hidrokel atau varikokel.
Hidrokel adalah suatu penumpukan cairan pada kantung buah zakar atau skrotum. Varikokel adalah
pelebaran pembuluh darah balik (vena) pada leher buah zakar yang menimbulkan rasa nyeri dan bisa
menyebabkan kemandulan. Pengobatan varikoket dengan tindakan operasi.
Pada pemeriksaan ini, kita dapat memilih posisi pasien sbb:
a. Left lateral prone position
Letak miring memudahkan pemeriksaan inspeksi dan palpasi anal kanal dan rektum. Tetapi posisi ini
kurang sesuai untuk pemeriksaan peritoneum.
b. Litothomy position
Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang tidak memerlukan pemeriksaan anus
secara detail. Dianjurkan dalam pemeriksaan prostate dan vesika seminalis karena memudahkan akses
pada cavum peritoneal.
c. Knee-chest position
Posisi ini biasanya tidak/kurang menyenangkan bagi pasien.
d. Standing elbow-knee position, posisi ini jarang digunakan.
Radiologi
a
Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi dekubitus) dan posisi
tegak thoraks
Temuan spesifik untuk obstruksi usus halus ialah dilatasi usus halus ( diameter > 3 cm ), adanya air-fluid level
pada posisi foto abdomen tegak, dan kurangnya gambaran udara di kolon. Sensitifitas foto abdomen untuk
mendeteksi adanya obstruksi usus halus mencapai 70-80% namun spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen
dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain:
1
Distensi usus bagian proksimal obstruksi
2
Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
3
Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
4
Posisi supine dapat ditemukan :
a
distensi usus
b
step-ladder sign
5
String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet
6
Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan gelung usus yang berbentuk
U yang dibedakan dari dinding usus yang oedem.
7
Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.(Moses, 2008)
Ileus paralitik dan obstruksi kolon dapat memberikan gambaran serupa dengan obstruksi usus halus.
Temuan negatif palsu dapat ditemukan pada pemeriksaan radiologis ketika letak obstruksi berada di proksimal
usus halus dan ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak ada udara. Dengan demikian menghalangi
tampaknya air-fluid level atau distensi usus. Keadaan selanjutnya berhubungan dengan obstruksi gelung tertutup.
Meskipun terdapat kekurangan tersebut, foto abdomen tetap merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien
dengan obstruksi usus halus karena kegunaannya yang luas namun memakan biaya yang sedikit.

Temuan Radiologis
Air-fluid Level
Gas in small intestine
gas ini colon
Thickened bowel wall

Tabel 2.4 Perbedaan Radiologi obstruksi intestinal dan ileus


Osbtruksi Mekanik
Ileus
Present proximal to obstruction
Prominent throughout
Large bowel shape loops; stepladder Gas present diffusely; moveable
pattern
Absent or diminished
Increase throughout
Present if chronic or strangulation
Present with inflamation

Intraabdominal fluid
Diapraghm
Gastrointestinal contrast media

Gambar 2.6 Dilatasi usus (Nobie, 2009)

Gambar 2.8 Herring bone appearance

Rare
Slightly elevated; normal motion
Rapid progression to point
obstruction

of

Often present
Elevated; decrease motion
Slow progression to colon

Gambar 2.7 Multipel air fluid level dan


string of pearls sign (Nobie, 2009)

Gambar 2.9 Coffee bean appearance

Gambar 2.10 Step ledder sign (Nobie, 2009)


Enteroclysis
Enteroclysis berfungsi untuk mendeteksi adanya obstruksi dan juga untuk membedakan
obstruksi parsial dan total. Cara ini berguna jika pada foto polos abdomen memperlihatkan
gambaran normal namun dengan klinis menunjukkan adanya obstruksi atau jika penemuan foto
polos abdomen tidak spesifik. Pada pemeriksaan ini juga dapat membedakan adhesi oleh karena
metastase, tumor rekuren dan kerusakan akibat radiasi. Enteroclysis memberikan nilai prediksi
negative yang tinggi dan dapat dilakukan dengan dua kontras. Barium merupakan kontras yang
sering digunakan. Barium sangat berguna dan aman untuk mendiagnosa obstruksi dimana tidak
terjadi iskemia usus maupun perforasi. Namun, penggunaan barium berhubungan dengan terjadinya
peritonitis dan penggunaannya harus dihindari bila dicurigai terjadi perforasi. (Nobie, 2009)

Gambar 2.11 Intususepsi (coiled-spring appearance).(Khan,2009)


b

CT-Scan
CT-Scan berfungsi untuk menentukan diagnosa dini atau obstruksi strangulate dan
menyingkirkan penyebab akut abdomen lain terutama jika klinis dan temuan radiologis lain tidak
jelas. CT-scan juga dapat membedakan penyebab obstruksi intestinal, seperti adhesi, hernia karena
penyebab ekstrinsik dari neoplasma dan penyakit Chron karena penyebab intrinsik. Obstruksi
ditandai dengan diametes usus halus sekitar 2,5 cm pada bagian proksimal menjadi bagian yang
kolaps dengan diameter sekitar 1 cm. (Nobie, 2009)
Tingkat sensitifitas CT scan sekitar 80-90% sedangkan tingkat spesifisitasnya sekitar 70905 untuk mendeteksi adanya obstruksi intestinal. Temuan berupa zona transisi dengan dilatasi usus
proksimal, dekompresi usus bagian distal, kontras intralumen yang tak dapat melewati bagian
obstruksi dan kolon yang mengandung sedikit cairan dan gas. CT scan juga dapat memberikan
gambaran adanya strangulasi dan obstruksi gelung tertutup. Obstruksi Gelung tertutup diketahui
melalui gambaran dilatasi bentuk U atau bentuk C akibat distribusi radial vasa mesenteric yang
berpusat pada tempat puntiran. Strangulasi ditandai dengan penebalan dinding usus, intestinal
pneumatosis (udara didinding usus), gas pada vena portal dan kurangnya uptake kontras intravena
ke dalam dinding dari bowel yang affected. CT scan juga digunakan untuk evaluasi menyeluruh dari
abdomen dan pada akhirnya mengetahui etiologi dari obstruksi.
Keterbatasan CT scan ini terletak pada tingkat sensitivitasnya yang rendah (<50%) untuk
mendeteksi grade ringan atau obstruksi usus halus parsial. Zona transisi yang tipis akan sulit untuk
diidentifikasi. (Nobie, 2009)

Gambar 2.12 CT Scan Ileus Obstruktif akibat tumor mesenterium


(Khan, 2009)

Gambar 2.13 CT Scan Ileus Obstruksi Akibat Intususepsi : tampak distensi usus halus yang tidak diikuti
dengan distensi kolon (Vriesman dan Robin, 2005)
c

CT enterography (CT enteroclysis)


Pemeriksaan ini menggantikan enteroclysis pada penggunaan klinis. Pemeriksaan ini
merupakan pilihan pada ileus obstruksi intermiten atau pada pasien dengan riwayat komplikasi
pembedahan (seperti tumor, operasi besar). Pada pemeriksaan ini memperlihatkan seluruh

penebalan dinding usus dan dapat dilakukan evaluasi pada mesenterium dan lemak perinerfon.
Pemeriksaan ini menggunakan teknologi CT-scan dan disertai dengan penggunaan kontras dalam
jumlah besar. CT enteroclysis lebih akurat disbanding dengan pemeriksaan CT biasa dalam
menentukan penyebab obstruksi (89% vs 50%), dan juga lokasi obstruksi (100% vs 94%).(Nobie,
2009)
MRI
Keakuratan MRI hampir sama dengan CT-scan dalam mendeteksi adanya obstruksi. MRI
juga efektif untuk menentukan lokasi dan etiologi dari obstruksi. Namun, MRI memiliki
keterbatasan antara lain kurang terjangkau dalam hal transport pasien dan kurang dapat
menggambarkan massa dan inflamasi. (Nobie, 2009)

Gambar 2.14 Kehamilan dengan ileus obstruktif


e

USG
Ultrasonografi dapat menberikan gambaran dan penyebab dari obstruksi dengan melihat
pergerakan dari usus halus. Pada pasien dengan ilues obtruksi, USG dapat dengan jelas
memperlihatkan usus yang distensi. USG dapat dengan akurat menunjukkan lokasi dari usus yang
distensi. Tidak seperti teknik radiologi yang lain, USG dapat memperlihatkan peristaltic, hal ini
dapat membantu membedakan obstruksi mekanik dari ileus paralitik. Pemeriksaan USG lebih
murah dan mudah jika dibandingkan dengan CT-scan, dan spesifitasnya dilaporkan mencapai 100%.
(Nobie, 2009)

Gambar 2.15 USG Abdomen tumor dinding epigastrium (Khan, 2009)


Diagnosis Banding
- Ileus dapat disebabkan oleh adanya proses dalam intraabdominal dan retroperitoneal, termasuk iskemik usus,
kolik ureter, fraktur pelvis dan setelah operasi abdomen. Jika terjadi ileus paralitik, nyeri biasanya tidak terlalu
berat dan lebih konstan.
- Obstipasi dan distensi abdomen menunjukkan adanya obstruksi usus besar. Muntah jarang terjadi dan nyeri tidak
bersifat kolik. Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan adanya hasil foto roentgen yang menunjukkan adanya
obstruksi dilatasi kolon bagian proksimal.
- Obstruksi usus halus dapat dikacaukan dengan gastroenteritis akut, apendisitis akut dan pankreatitis akut.
Obstruksi strangulasi mempunyai keluhan yang mirip dengan pankreatitis akut, enteritis iskemik atau
penyumbatan vaskular mesenterika yang berhubungan dengan trombosis vena. Ileus obstruksi harus dibedakan
dengan ileus paralitik.
2.7 Tatalaksana
Farmako
OBAT ANTIEMETIK
Antagonis reseptor H1
Antagonis reseptor muskarinik
Antagonis reseptor dopamin
Antagonis reseptor serotonin

Cannabinoid
Steroid
Antagonis reseptor H1
Cinnarizine, cyclizine, dimenhydrinate, promethazine
Tidak dapat digunakan utk mual-muntah krn rangsangan pada CTZ
Efektif utk mabuk kendaraan dan mual-muntah krn rangsangan pada lambung
Diberikan sebelum timbul gejala mual-muntah
Puncak antiemetik : 4 jam, bertahan selama 24 jam
KI : wanita hamil trimester I (kec. Promethazine)
Antagonis reseptor muskarinik
Hyoscine
Untuk mual-muntah krn gangguan labirin dan rangsangan lokal di lambung
Tidak dapat digunakan utk mual muntah krn rangsangan pada CTZ
Puncak antiemetik : 1-2 jam
ES : drowsiness, mulut kering, penglihatan kabur, retensi urin
Antagonis reseptor dopamin
Metoklopramid
Domperidone Phenothiazine
Metoklopramid
Bekerja di CTZ
P.o., T1/2 4 jam, ekskresi via urine
ES : krn blokade reseptor dopamin di SSP gangguan pergerakan pada anak2 dan dewasa muda, mengantuk,
fatigue/lemah
Stimulasi release prolaktin galaktore dan gangguan menstruasi
Efek pada motilitas usus diare
Domperidone
Antagonis reseptor D2
Antiemetik untuk vomitting postoperatif dan akibat kemoterapi kanker
ES : diare
Phenothiazine
Neuroleptik : chlorpromazine, prochlorperazine, trifluoperazine dpt sebagai antiemetik
Triethylperazine hny sbg antiemetik
Dapat digunakan utk vomitting krn rangsangan pada CTZ
Tidak efektif utk muntah krn rangsangan di lambung
Cara kerja antagonis reseptor D2 di CTZ, menghambat reseptor histamin dan muskarinik
Pemberian p.o., rektal, atau parenteral
Antagonis serotonin
Serotonin (5-hidroksitriptamin) a direlease oleh CNS atau lambung a transmitter emesis
Antagonis serotonin : ondansetron, granisetron
Sangat baik utk terapi mual-muntah akibat obat sitotoksik
Pemberian p.o, injeksi IV pelan, infus
T1/2 5 jam
ES : sakit kepala, gangguan GIT
Cannabinoid
Nabilone derivat cannabinol sintetik menurunkan muntah krn rangsangan pada CTZ
Pemberian : p.o, absorpsi baik
T1/2 120 menit, ekskresi via urine dan feses
ES : jarang, a. l. drowsiness, dizziness, mulut kering, perubahanmood, hipotensi postural, halusinasi, dan reaksi
psikotik
Steroid
Dosis tinggi, dpt digunakan sendiri atau kombinasi dgn obat lain
Glukokortikoid deksametason dan metilprednisolon
Mekanisme kerja blm diketahui
Sinergisme dg ondansetron
MOTILITAS GIT
1. MENINGKATKAN PERGERAKAN :
PENCAHAR

TANPA EFEK PENCAHAR


PENCAHAR
BULK LAXATIVE meningkatkan volume residu padat yg tidak diabsorpsi
OSMOTIC LAXATIVE meningkatkan jumlah air
FAECAL SOFTENER mengubah konsistensi faeces
STIMULANT PURGATIVE meningkatkan motilitas dan sekresi
Bulk Laxative
Metilselulose, sterculia, agar, bran, ispaghula husk
Polimer polisakarida a tidak dapat dipecah
Mekanisme kerja a menahan air di lumen usus merangsang peristaltis a beberapa hari
ES : ringan
Osmotic Laxative
Pencahar salin dan laktulosa cairan yg absorpsinya jelek meningkatkan volume cairan di lumen bowel
mempercepat transfer makanan ke usus halus massa yg sangat besar masuk kolon distensi ekspulsi faeces
Pencahar salin garam MgSO4 dan Mg(OH)2
Laktulosa disakarida semisintetik fruktosa dan galaktosa bakteri di kolon fermentasi asam laktat dan
asam asetat osmotik laksatif
Efek baru timbul 1 2 hari
Faecal Softener
Docusate sodium
Menghasilkan feses yg lebih lumak
Efek stimulan laksatif lemah
Stimulant Purgative
Bisacodyl, sodium picosulfat, preparat senna
Meningkatkan peristaltis dengan cara stimulasi mukosa usus
ES : kram abdomen, jangka panjang atonia colon
Bisacodyl p.o. atau suppositoria efek laksan 15-30 menit
Sodium picosulfat p.o.
Preparat senna dosis tunggal efek laksan dalam 8 jam
OBAT YG MENINGKATKAN MOTILITAS GIT
DOMPERIDONE
Antagonis reseptor D2 a antiemetik
Memblok adrenoreseptor a-1 dan menurunkan efek relaksannya a menurunkan tekanan sfingter esofagus bawah
a meningkatkan motilitas GIT
Tidak menstimulasi sekresi asam lambung
Digunakan untuk gangguan pengosongan lambung dan refluks esofagitis kronis
ES : hiperprolaktinemia
METOKLOPRAMID
Efek sentral antiemetik
Efek lokal percepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi sekresi asam lambung
Efeknya kecil pada motilitas usus bag. bawah
Digunakan untuk refluks gastroesofagus dan gangguan pengosongan lambung
Tidak dapat digunakan untuk ileus paralitik
CISAPRIDE
Menstimulasi release ACh pada pleksus myenterik di GIT bag. atas
Digunakan utk refluks esofagitis dan gangguan pengosongan lambung
Tidak mempunyai efek antiemetik
ES : diare, kram abdomen, takikardi (jarang)

Bedah

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus.
1
Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk
membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh
streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2
Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang tersumbat,
misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.

Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium
lanjut.
4
Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk
mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi strangulata, dan
sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh
karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif,
mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis. (Ullah et al.,
2009).

Tergantung dari etiologi masing-masing :


Adhesi
Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali.
Hernia inkarserata
Dapat dilakukan Herniotomi untuk membebaskan usus dari jepitan.
Neoplasma
Operasi berupa pengangkatan tumor. Pada tumor jinak pasase usus harus dipulihkan kembali, sedangkan pada
tumor ganas sedapat mungkin dilakukan reseksi radikal.
Askariasis
Jika terdapat obstruksi lengkap, atau jika pengobatan konservatif tidak berhasil dapat dilakukan operasi
dengan jalan enterotomi untuk mengeluarkan cacing, tapi apabila usus sudah robek, atau mengalami ganggren
dilakukan
reseksi
bagian
usus
yang
bersangkutan.
Carsinoma Colon
Operasi dengan jalan reseksi luas pada lesi dan limfatik regionalnya. Apabila obstruksi mekanik jelas terjadi,
maka diperlukan persiapan Colostomi atau Sekostomi.
Divertikel
Reseksi bagian colon yang mengandung divertikel dapat dikerjakan secara elektif setelah divertikulitis
menyembuh. Dapat dianjurkan untuk menempatkan colostomy serendah mungkin, lebih disukai dalam colon
desendens, atau colon sigmoideum. Untuk memungkinkan evaluasi melalui colostomy dan mencegah
peradangan lebih lanjut pada tempat abses. Reseksi sigmoid biasanya dilakukan dengan cara Hartman dengan
colostomy sementara. Cara ini, dipilih untuk menghindari resiko tinggi gangguan penyembuhan luka
anastomosis yang dibuat primer dilingkungan radang. Prosedur Hartman jauh lebih aman karena anastomosis
baru dikerjakan setelah rongga perut dan lapangan bedah bebas kontaminasi dan radang.
Volvulus
Pada volvulus sekum dilakukan tindakan operatif yaitu melepaskan volvulus yang terpelintir dengan
melakukan dekompresi dengan sekostomi temporer, yang juga berefek fiksasi terhadap sekum dengan cara
adhesi. Jika sekum dapat hidup dan tidak terdistensi tegang, maka detorsi dan fiksasi sekum di qudran bawah
bisadicapai.
Pada volvulus sigmoid jika tidak terdapat strangulasi, dapat dilakukan reposisi sigmoidoskopi. Cara ini sering
meniadakan volvulus dini yang diikuti oleh keluarnya flatus. Reposisi sigmoidodkopi yang berhasil pada
volvulus dapat dicapai sekitar 80% pasien. Jika strangulasi ditemukan saat laparatomi, maka reseksi gelung
sigmoideum yang gangrenous yang disertai dengan colostomi double barrel atau coloctomi ujung bersama
penutup tunggal rectum (kantong Hartman) harus dilakukan.
Intusussepsi
Sebelum dilakukan tindakan operasi, dilakukan terlebih dahulu dengan reduksi barium enema, jika tidak ada
tanda
obstruksi
lanjut
atau
perforasi
usus
halus.
Bila reduksi dengan enema tidak dapat dilaksanakan maka dilakukan operasi berupa eksplorai abdomen
melalui suatu insisi transversal pada quadran kanan bawah. Intusussepsi tersebut kemudian direduksi dengan
kompressi retrograde dari intusussepsi secara hati-hati. Reseksi usus diindikasikan bila usus tersebut tidak
dapat direduksi atau usus tersebut ganggren.
Intervensi bedah untuk obstruksi usus pasca bedah harus direncanakan bila pasien mempunyai bukti obstruksi
gelung tertutup atau lengkap atau untuk kecurigaan volvulus dengan gangren usus. Varian obstruksi usus pasca
bedah yang lebih parah ini bisa karena herniasi interna melalui cacat mesentrium atau karena perlekatan padat,
keadaan yang tak mungkin beresolusi spontan. Pada pasien demikian, tanpa peritonitis dengan demam, nyeri tekan
lepas dan leukositosis sering tampil.

2.8 Komplikasi
Peritonitis septikemia
Syok hipovolemia
Perforasi usus
ganguan elektrolit
pnemonia aspirasi dari proses muntah
sepsis
nekrosis usus
perfusi usus

2.9 Pencegahan
A. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial merupakan upaya pencegahan pada orang-orang yang belum memiliki faktor risiko
terhadap ileus obstruktif. Biasa dilakukan dengan promosi kesehatan atau memberikan pendidikan kesehatan yang
berkaitan ileus obstruktif atau dengan melakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat dalam menjaga kesehatannya oleh kemampuan masyarakat.
B. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya mempertahankan orang yang agar tetap sehat atau mencegah
orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer berarti mencegah terjadinya ileus obstruktif. Upaya
pencegahan ini dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan pada masyarakat.
Pencegahan primer yang dilakukan antara lain:
a. Bergaya hidup sehat dengan cara menjaga diri dan lingkungannya
b. Dengan meningkatkan asupan makanan bergizi yang meningkatkan daya tahan tubuh
c. Diet Serat
Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insidens timbulnya
berbagai macam penyakit. Hasil penelitian membuktikan bahwa diet tinggi serat mempunyai efek
proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.
d. Untuk membantu mencegah kanker kolorektal, makan diet seimbang rendah lemak dengan banyak
sayur dan buah, tidak merokok, dan segera untuk skrining kanker kolorektal setahun sekali setelah
usia 50 tahun.
e. Untuk mencegah hernia, hindari angkat berat, yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan
mungkin memaksa satu bagian dari usus untuk menonjol melalui daerah rentan dinding perut
Anda.
C. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan terhadap ileus obstruktif adalah dengan cara mendeteksi secara dini,
dan mengadakan penatalaksanaan medik untuk mengatasi akibat fatal ileus obstruktif.
D. Pencegahan Tersier
Tujuan pencegahan tertier adalah untuk mengurangi ketidakmampuan, mencegah kecacatan dan menghindari
komplikasi yang dapat memperparah keadaan. Tindakan perawatan post operasi serta melakukan
mobilitas/ambulasi sedini mungkin.
2.10 Prognosis
Obstruksi yang tak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka kematian sekitar 5%.Kebanyakan yang
meninggal adalah pasien yang sudah lanjut usia. Obstruksi yang disertai dengan strangulasi mempunyai angka
kematian 8%. Kalau operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala yang bersangkutan.
2.11 Epidemiologi
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Operasi dalam Islam
Dalil-dalil dari al-Qur`an dan sunnah menetapkan dibolehkannya operasi medis dengan syarat-syaratnya,
dan bahwa tidak ada dosa atas seorang muslim melakukannyauntuk meraih kesembuhan dari penyakit yang Allah
ujikan kepadanya dengan izin Allah.

Adapun dalil-dalil tersebut maka ia sebagai berikut:


Firman Allah, Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia
telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (Al-Maidah: 32).
Dalam ayat ini Allah memuji orang yang berusaha menghidupkan dan menyelamatkanjiwa dari kematian
dan sudah dimaklumi bahwa dalam banyak kasus operasi medis menjadisebab terselamatkannya jiwa dari
kematian yang hampir dipastikan.
Tidak sedikit penyakit di mana kesembuhannya tergantung setelah Allah kepadaoperasi medis, tanpa
operasi penyakit penderita akan memburuk dan membahayakannya,jika tim medis melakukannya dan penderita
sembuh dengan izin Allah berarti mereka telahmenyelamatkannya. Tanpa ragu ini termasuk perbuatan yang dipuji
oleh ayat di atas

Hadits hijamah (berbekam)


Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw berbekam di kepalanya. (HR. Al-Bukhari).
Dari Jabir bahwa dia menjenguk orang sakit. Dia berkata, Aku tidak meninggalkan tempat ini sebelum
kamu berbekam karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda, Padanya terdapat kesembuhan. (HR. AlBukhari).
Hadits tersebut menetapkannya disyariatkannya hijamah dan sudah dimaklumi bahwahijamah dilakukan
dengan membedah atau menyayat tempat tertentu pada tubuh untukmenyedot darah kotor dan membuangnya. Jadi
disyariatkannya hijamah merupakan dasardibolehkannya membedah tubuh untuk membuang penyakit atau
penyebab penyakit.

Hadits Jabir bin Abdullah


Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah SAW mengirim seorang tabib kepada Ubay bin Kaab maka tabib
tersebut memotong pembuluh darahnya dan menempelnya dengan besi panas. (HR. Muslim).
Dalam hadits ini Nabi SAW menyetujui apa yang dilakukan oleh tabib tersebut terhadap Ubay bin Kaab,
dan apa yang dilakukan oleh tabib tersebut adalah salah satubentuk operasi medis yaitu pemotongan terhadap
anggota tertentu.
Kemudian dari sisi pertimbangan kebutuhan penderita kepada operasi yang tidaklepas dari dua
kemungkinan yaitu menyelamatkan hidup dan menjaga kesehatan,pertimbangan yang dalam kondisi tertentu bisa
mencapai tingkat dharurat maka tidak adaalasan yang rajih menolak operasi medis.
Syariat Islam tidak melarang operasi medis secara mutlak dan tidak membolehkansecara mutlak, syariat
meletakkan larangan pada tempatnya dan pembolehan padatempatnya, masing-masing diberi hak dan kadarnya.
Jika operasi medis memenuhi syarat-syarat yang diletakkan syariat maka dibolehkankarena dalam
kondisi ini target yang diharapkan yaitu kesembuhan dengan izin Allah bisadiwujudkan, sebaliknya jika tim medis
berpandangan bahwa operasi tidak bermanfaat, tidak mewujudkan sasarannya atau justru menambah penderitaan
penderita maka dalam kondisi ini syariat melarangnya.
Inilah syarat-syarat dibolehkannya operasi medis yang diletakkan oleh fuqaha Islam dalam buku-buku
mereka, syarat-syarat ini diambil dari dasar-dasar kaidah syariat.

Hendaknya operasi medis disyariatkan.

Hendaknya penderita membutuhkannya.

Hendaknya penderita mengizinkan.

Hendaknya tim medis menguasai.

Hendaknya peluang keberhasilan lebih besar.

Hendaknya tidak ada cara lain yang lebih minim mudharatnya.

Hendaknya operasi medis berakibat baik.

Hendaknya operasi tidak berakibat lebih buruk daripada penyakit penderita

Anda mungkin juga menyukai

  • Case Asma Bea
    Case Asma Bea
    Dokumen8 halaman
    Case Asma Bea
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Kesepakatan-Dokter-Internship
    Kesepakatan-Dokter-Internship
    Dokumen2 halaman
    Kesepakatan-Dokter-Internship
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Absensi Dokter Internship
    Absensi Dokter Internship
    Dokumen3 halaman
    Absensi Dokter Internship
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Bea Absensi Manual
    Bea Absensi Manual
    Dokumen1 halaman
    Bea Absensi Manual
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Bea Argha
    Jadwal Bea Argha
    Dokumen12 halaman
    Jadwal Bea Argha
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Borang Kulit
    Borang Kulit
    Dokumen33 halaman
    Borang Kulit
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Absensi Dokter Internship Mei
    Absensi Dokter Internship Mei
    Dokumen1 halaman
    Absensi Dokter Internship Mei
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • OSTEOOOARTHRITIS
    OSTEOOOARTHRITIS
    Dokumen1 halaman
    OSTEOOOARTHRITIS
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Form Kta Idi 2016
    Form Kta Idi 2016
    Dokumen1 halaman
    Form Kta Idi 2016
    Timbul Sianturi
    Belum ada peringkat
  • SoalRespi Dan Ginjal
    SoalRespi Dan Ginjal
    Dokumen10 halaman
    SoalRespi Dan Ginjal
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Diare
    Diare
    Dokumen3 halaman
    Diare
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Bea Nitip
    Bea Nitip
    Dokumen1 halaman
    Bea Nitip
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Dokter Internsip November 2019
    Jadwal Dokter Internsip November 2019
    Dokumen3 halaman
    Jadwal Dokter Internsip November 2019
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Booranggg
    Booranggg
    Dokumen5 halaman
    Booranggg
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Indikator LPM
    Indikator LPM
    Dokumen2 halaman
    Indikator LPM
    Icca Marisa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Kulit Herpes
    Laporan Kasus Kulit Herpes
    Dokumen6 halaman
    Laporan Kasus Kulit Herpes
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Kejjjjang
    Kejjjjang
    Dokumen1 halaman
    Kejjjjang
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Erupsi alergi obat dan penanganannya
    Erupsi alergi obat dan penanganannya
    Dokumen2 halaman
    Erupsi alergi obat dan penanganannya
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Tipusss
    Tipusss
    Dokumen34 halaman
    Tipusss
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Erupsi alergi obat dan penanganannya
    Erupsi alergi obat dan penanganannya
    Dokumen2 halaman
    Erupsi alergi obat dan penanganannya
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Tipusss
    Tipusss
    Dokumen34 halaman
    Tipusss
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Plant Survey Kel 8
    Plant Survey Kel 8
    Dokumen2 halaman
    Plant Survey Kel 8
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • LAMPIRAN Terbaru
    LAMPIRAN Terbaru
    Dokumen18 halaman
    LAMPIRAN Terbaru
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Soal Keperawatan Jiwa
    Soal Keperawatan Jiwa
    Dokumen2 halaman
    Soal Keperawatan Jiwa
    Abiyya Farah Putri, MD
    100% (1)
  • Kuisioner TB
    Kuisioner TB
    Dokumen1 halaman
    Kuisioner TB
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Ujian Tulis Obg
    Ujian Tulis Obg
    Dokumen2 halaman
    Ujian Tulis Obg
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat
  • Referat THT Esofagitis
    Referat THT Esofagitis
    Dokumen19 halaman
    Referat THT Esofagitis
    Abiyya Farah Putri, MD
    Belum ada peringkat