Spesifikasi Teknis
Spesifikasi Teknis
LOKASI
:
KABUPATEN KAMPAR
KONSULTAN PERENCANA
BAB XII
SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR
A. U M U M
Syarat-syarat Teknis Bangunan ini meliputi pekerjaan :
Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan bangunan : NI-3 (PUBB) Tahun 1966,
1963, 1969, 1970.
2. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-NI) Tahun 1971.
3. Peraturan (Spesifikasi) Pabrik untuk bahan-bahan bangunan yang belum ada ketentuanketentuannya.
4. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 ( PUIL 2000) SNI 04-0225-2000
5 Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No 45/PRT/M/2007 Tanggal 27 Desember 2007.
6 Peraturan Perusahaan Air Minum ( PAM )
7 Pedoman Plambing 1974
8 Surat Keputusan Kimpraswil RI. No. 387/KPTS/1987, tanggal 31 Agustus 1987, tentang
Penggunaan SNI, SKNI SII dan SKBI.
9 Peraturan Presiden Repuplik Indonesia N0. 54 Tahun 2011 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012
10 Peraturan peraturan Daerah.
Untuk bahan-bahan yang tidak/belum ada peraturannya di Indonesia maka dipakai syarat-syarat
yang ditentukan oleh Pabrik pengeluaran bahan tersebut, sebelum Kontraktor melaksanakan
penggunaan bahan tersebut maka syarat-syarat dari Pabrik tersebut harus diserahkan kepada
Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
Pasal 2
PEMAKAIAN UKURAN
1.
2.
Pemborong tetap bertanggung jawab dalam menetapi semua ketentuan yang tercantum
dalam RKS dan gambar kerja berikut tambahan dan perubahannya.
3.
4. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan didalam hal apapun menjadi
tanggung jawab Pemborong, oleh karena itu Pemborong
diwajibkan mengadakan
pemeriksaan secara menyeluruh terhadap gambar-gambar dan dokumen yang ada.
5. Hasil pengukuran kembali dituangkan dalam bentuk gambar yang memperlihatkan secara
jelas pekerjaan ini :
a. Bangunan-bangunan yang ada pada tapak, dilengkapi keterangan mengenai letak
bangunan disekitarnya.
b. Batas-batas tapak.
c. Instalasi-instalasi yang sudah ada, yang perlu diberi tanda yang jelas dan dilindungi dari
kerusakan-kerusakan yang mungkin timbul akibat pelaksanaan.
d. Rencana lokasi Kantor Direksi, Kantor Pemborong tempat simpan bahan terbuka,
tempat simpan bahan tertutup, los kerja sumber air dan reservoir.
6. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi Lapangan untuk dimintakan
keputusannya.
Pasal 3
INFORMASI SITE/ PENINJAUAN LAPANGAN
1.
2.
3.
Pemborong harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS, dan agendaagenda dalam Dokumen Lelang guna menyesuaikan dengan kondisi lapangan sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.
4.
5.
6.
dapat
dilakukan
Pasal 4
KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN
1.
Selama berlangsungnya pekerjaan, kebersihan halaman, kantor, gudang, los kerja dan
bagian dalam pekerjaan ini, yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib bebas dari bahan
bekas, tumpukan tanah dan lain-lain.
2.
Persedian bahan-bahan yang ada dalam gudang maupun yang berada di halaman harus
diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan keamanan pekerjaan dan
Pemborong wajib memelihara / membuat KM/WC dan aliran air kotor yang sudah ada pada
tempat tempat tertentu yang ada dilingkungan Lokasi Pekerjaan.
4.
1. Bila dalam Dokumen Lelang disebutkan nama pabrik pembuatan dari suatu barang, maka hal
ini dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat mutu bahan dan barang yang digunakan.
2.
Setiap penggantian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang harus disetujui
oleh Perencana/Pemberi Tugas dan bila tidak ditentukan dalam Dokumen Lelang serta
gambar kerja maka bahan dan barang tersebut diusahakan dan disediakan oleh pemborong
yang harus mendapat persetujuan dari Pengawas atau Pemberi Tugas.
3.
Contoh bahan dan barang yang dipergunakan dalam pekerjaan harus segera disediakan atas
biaya Pemborong, setelah disetujui Pengawas atau Direksi, harus dianggap bahwa bahan
dan barang tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan.
4. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh Pengawas atau Direksi untuk dijadikan
dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai kwalitas maupun
sifatnya.
Pasal 6
PERBEDAAN DALAM DOKUMEN LAMPIRAN KONTRAK
1.
Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar kerja dan Dokumen Lelang ini, maka
Pemborong harus menanyakan secara tertulis kepada Perencana/Pengawas dan
Pemborong harus mentaati keputusan tersebut.
2.
Perbedaan ukuran dalam gambar maka yang dipedomani adalah ukuran gambar detail atau
perbedaan ukuran angka dengan ukuran skala yang dipedomani adalah ukuran angka.
3.
Apabila ada hal-hal yang disebutkan pada gambar kerja, Dokumen Lelang, atau dokumen
yang berlainan dan atau bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan
satu terhadap yang lain tetapi untuk menegaskan masalahnya.
Kalau terjadi hal ini maka yang diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot
teknis dan atau yang mempunyai bobot biaya yang tinggi.
4.
Gambar Arsitektur dengan gambar Elektrikal, maka yang dipakai sebagai pegangan
dalam ukuran fungsional adalah gambar Arsitektur, sedangkan untuk ukuran kwalitas
dan bahan adalah gambar Elektrikal.
Pasal 7
GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)
1.
Jika terdapat kekurangan penjelasan dari gambar kerja, atau diperlukan gambar
tambahan/gambar detail, atau untuk memungkinkan Pemborong melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka Pemborong harus membuat
gambar tersebut dan dibuat rangkap 3 (tiga) atas biaya Pemborong dan dapat dilaksanakan
setelah mendapat persetujuan dari Pengawas/Direksi.
2.
Gambar kerja hanya berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh Pemberi Tugas,
dengan mengikuti penjelasan-penjelasan dan pertimbangan dari Perencana.
3.
Gambar tersebut harus diserahkan kepada pengawas untuk disetujui sebelum dilaksanakan.
Pasal 8
GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN TEKNIS
(AS BUILT DRAWING)
1.
Semula yang belum terdapat dalam gambar kerja baik karena penyimpangan, perubahan
atas perintah Direksi, maka Pemborong harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan
apa yang telah dilaksanakan, untuk memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan
pekerjaan yang dilaksanakan.
2.
Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) dan biaya pembuatannya
ditanggung
oleh
Pemborong.
B. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pasal 9
PAPAN NAMA PROYEK
1.
2.
Papan Nama Proyek dibuat dari rangka kayu Meranti, dilapis dengan seng plat dan di cat
atau dicetak diatas Kanpas, isi tulisan Papan Nama Proyek sesuai dengan standard.
3.
Pada bagian bawah dibuat Nama Perusahaan Kontraktor, Konsultan Perencana dan
Pengawas.
Pasal 10
PERALATAN KERJA DAN MOBILISASI
1.
2.
Pemborong harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan alat-alat berat yang
menggunakan jalan umum agar tidak mengganggu lalu lintas.
3.
Pengawas atau Pemberi Tugas berhak memerintahkan untuk menambah peralatan atau
menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi persyaratan.
4.
Bila pekerjaan telah selesai, Pemborong diwajibkan untuk segera memindahkan alat-alat
tersebut, dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan dari pemindahan alat-alat dan
membersihkan bekas-bekas bahan tersebut.
Pemborong harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran atau penelitian letak
atau ketinggian bangunan (bouwplank), termasuk penyediaan Bench Mark atau Line Offset
Mark pada Fiel bangunan.
2.
Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Pengawas agar dapat ditentukan sebagai
pedoman atau refrensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan
persyaratan
teknis.
Pasal 12
SARANA AIR KERJA DAN PENERANGAN
1.
2.
Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM (sumber air), serta
pengadaan dan pemasangan
pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan
pekerjaan dan untuk keperluan Direksi Keet, Kantor Pemborong, Km/Wc dan tempat-tempat
lainnya yang dianggap perlu.
3.
Pemborong juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan, kebutuhan Direksi Keet, dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi
tanggung jawab Pemborong. Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan
dan pemasangan instalasi, armateur dan stop kontak serta shacklar/panel.
Pasal 13
PEMBUATAN BANGSAL KERJA DAN BANGUNAN ISTIRAHAT
1.
Pemborong harus membuat bangsal kerja dan bangunan untuk tempat istirahat bagi pekerja
Pemborong.
2.
Bangsal kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk tempat bekerja bagi
pekerja Pemborong dan mempunyai kondisi cukup baik, terlindung dari pengaruh cuaca yang
dapat menghambat kelancaran pekerjaan.
Pasal 14
KEAMANAN PROYEK
1.
Pemborong harus menjamin keamanan proyek baik untuk barang-barang milik Pemborong,
Pengawas atau Pengelola Proyek, serta menjaga keutuhan bangunan-bangunan yang ada
dari gangguan para pekerja Pemborong ataupun kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan.
2.
Pemborong harus menempatkan penjaga keamanan selama 24 jam penuh setiap hari, dan
harus selalu mengadakan pemeriksaan pengamanan setiap hari setelah selesai pekerjaan.
3.
Untuk mengawasi dan menjaga ketertiban selama bekerja, maka setiap pekerja Pemborong
diharuskan menggunakan tanda pengenal khusus yang harus dipakai pada bagian badan
yang mudah terlihat oleh Petugas keamanan.
4.
Pekerja Pemborong tidak di izinkan menginap dilokasi kecuali, mendapat izin tertulis dari
Direksi dan petugas keamanan yang sedang bertugas pada malam hari.
Pasal 15
KANTOR PROYEK (DIREKSI KEET DAN PERLENGKAPANNYA)
1.
Pemborong
harus
menyediakan
kantor
pengelola
proyek
lengkap
dengan
peralatan/perabotan serta fasilitas kerja lainnya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek
antara
lain
sebagai
berikut
:
2.
Pemborong harus menyediakan alat-alat kerja pengelola proyek dilapangan sebagai berikut :
Sepatu lapangan, helm penutup kepala, dan jas hujan.
2 (dua) buah roll meter tape ukuran 5 m dan 50 m.
3.
Direksi Keet, gudang Pemborong, pagar sementara merupakan sarana penunjang dalam
pelaksanaan proyek dan merupakan barang yang terpakai habis pada saat selesai
pekerjaan.
Pasal 16
DIREKSI KEET DAN GUDANG PEMBORONG
1.
Pemborong harus membuat Direksi Keet dilokasi proyek untuk tempat wakil Pemborong
bekerja dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
2.
Pemborong juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk menyimpan
bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari gangguan cuaca dan
pencurian.
3. Penempatan Direksi Keet dan gudang pemborong harus diatur sedemikian rupa, agar mudah
dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 17
PENYEDIAAN FASILITAS PROYEK
Pemborong juga sudah harus menyediakan biaya konsumsi untuk rapat/pertemuan dengan
Pemberi Tugas atau wakilnya dan tamu-tamu Pemberi Tugas yang berkepentingan.
Pasal 18
PEMADAM KEBAKARAN
1.
2.
Unit tabung pemadam kebakaran harus ditempatkan pada kantor direksi keet dengan radius
kurang lebih 50 m.
Pasal 19
JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA
1.
Apabila dianggap perlu, sesuai dengan kondisi dan situasi lokasi Pemborong harus sudah
memperhitungkan pembuatan jalan masuk sementara yang disetujui oleh Pengawas.
2.
Pembuatan jalan masuk sementara harus mengikuti peraturan dan semua perijinan
sehubungan dengan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab pemborong.
3.
Pemborong harus menghindari kerusakan pada fasilitas jalan masuk yang ada dengan
mengatur trayek kendaraan yang digunakan serta mambatasi/membagi beban muatan.
4.
Kerusakan pada jalan atau benda-benda lain yang diakibatkan oleh pekerjaan Pemborong,
mobilisasi peralatan serta pemasukan bahan akan menjadi tanggung jawab pemborong dan
harus segera diperbaiki.
Pasal 20
PAGAR SEMENTARA DAN POS JAGA
1.
Sebelum memulai pekerjaan, pemborong harus membuat pagar pengaman sekeliling lokasi
setinggi 2 meter, pagar terbuat dari rangka kayu kaso 5/7 dengan penutup seng Bjls 0.18
serta dilengkapi kunci pengaman.
2.
Pada tempat-tempat tertentu sesuai petunjuk Pengawas, dibuat pintu masuk dengan lebar
yang cukup guna memudahkan mobilisasi. Pintu terbuat dari rangka kaso 4/6 dan penutup
seng Bjls 0.18 serta dilengkapi dengan palang pintu dan kunci pengaman.
3.
Pada setiap pintu harus dibuat pos jaga berukuran 2x2 m terbuat dari kayu dengan atap seng
Bjls 0.18 sebagai tempat untuk menjaga keamanan.
Pasal 21
KESELAMATAN KERJA
1.
Pemborong harus menjamin keselamatan kerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan
dalam peraturan tenaga kerja
atau persyaratan yang diwajibkan untuk setiap bidang
pekerjaan sesuai dengan Pasal 13 BAB III.
2.
Didalam lokasi harus tersedia kotak obat lengkap untuk pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K).
Pasal 22
IZIN-IZIN
1.
Pemborong harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk pembuatan izin-izin yang
diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain :
Izin penambangan, izin jalan, izin pembuangan, izin pengurugan, izin trayek dan
pemakaian jalan, Izin penggunaan bangunan serta izin-izin lain yang diperlukan sesuai
dengan ketentuan/peraturan dengan peraturan daerah setempat.
2.
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) biaya ditanggung oleh Kontraktor (termasuk kedalam
Penawaran) dan pengurusan ditanggung oleh pihak proyek dan dibantu oleh Konsultan
Perencana.
3.
4.
Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut dalam pasal 22
diatas
menjadi
tanggung
jawab
Pemborong.
Pasal 23
DOKUMENTASI
1.
2.
Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi adalah : Laporan Bobot Pekerjaan, Laporan
Harian, dan Foto-foto proyek yang berwarna minimal ukuran postcard untuk keperluan
laporan bulanan yang dibuat oleh Konsultan Pengawas, dan 4 (empat) set yang harus
diserahkan pada Serah Terima Pekerjaan untuk pertama kalinya.
Pasal 24
SITUASI DAN PEMBACAAN GAMBAR
1.
2.
3.
Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus sudah menguasai situasi lapangan baik
mengenai luas, tinggi rendah permukaan tanah dan sebagainya.
4.
Pelaksana Kontraktor diwajibkan mempelajari gambar rencana dan gambar detail sehingga
waktu meletakkan tapak bangunan tidak ada terdapat kesalahan antara gambar rencana
dengan situasi site.
5.
1.
Semua pengukuran harus dilaksanakan dengan teliti dan akan dilaksanakan pemeriksaan
terlebih dahulu oleh Direksi sebelum pekerjaan dilanjutkan.
2.
Kontraktor membuatkan patok tetap yang permanen dari beton ukuran 15 x 15 cm dengan
kedalaman 75 cm dari permukaan tanah dengan tinggi 15 cm dari permukaan tanah. Pada
bagian atas ditanam besi 14 mm ditonjolkan 5 cm dipotong rata, guna pengecekan
ketinggian yang telah ditetapkan atau membuat tanda permanen pada bangunan yang sudah
ada.
3.
4.
Pekerjaan pengukuran harus dilakukan dengan cermat/teliti dan mempergunakan alat ukur
waterpass agar sudut-sudutnya tegak lurus dan siku, system pengukuran dilakukan dengan system
metrik
Pasal 26
PEMASANGAN BOUWPLANK
1.
Papan bouwplank dibuat dari kayu meranti 2 x 20 cm diketam rata pada satu sisi, yang akan
dipasang menjadi sisi bagian atas pada bouwplank.
2.
Papan bouwplank dipasang pada tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm dengan jarak
pemasangan setiap 2.5 m, tertancap kuat kedalam tanah. Jarak antara papan bouwplank
dengan pasang dinding minimum 1,50 m.
Papan bouwplank harus dijaga keutuhannya, tidak boleh diubah posisinya dan dijaga jangan
sampai tertimbun tanah galian. Tanda pada As dan Peil ketinggian diberi cat warna merah
dan harus dijelaskan sampai papan bouwplank tersebut tidak diperlukan lagi.
3.
4.
Papan bouwplank dipasang sekeliling bangunan yang akan dilaksanakan pada tempattempat yang dianggap perlu.
C. PEKERJAAN STRUKTUR
Pasal 27
PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN
1. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan beton sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan dalam SNI.
Pemborong harus melaksanakan pekerjaannya dengan ketepatannya dan kesesuaian yang
tinggi menurut Dokumen, gambar kerja dan instruksi-instruksi oleh Direksi.
2. Dalam segala hal Direksi berhak untuk memeriksa pekerjaan Pemborong .
Sehari sebelum pengecoran, pembesian harus diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi.
Dengan pemeriksaan oleh Direksi tidak membebaskan Pemborong dari tanggung jawabnya.
3. Semua pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang ada dalam Dokumen
dan gambar-gambar rencana harus dibongkar dan diganti atas biaya dari Pemborong.
5. Sebelum Pemborong memulai pekerjaan beton maka kontraktor harus membuat shop
drawing pembesian, detail-detail yang berhubungan dengan gambar-gambar arsitek, M/E
yang disetujui Direksi.
Pasal 28
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan Struktur meliputi :
- Pondasi Setempat
- Sloof
- Kolom dan kolom praktis
- Ring balok
- Balok Keliling
Pasal 29
PERSYARATAN BAHAN
1. Semen.
- Semua semen yang digunakan adalah Portland Cement jenis I dan harus memenuhi
syarat-syarat dalam SNI 15-2049-1994, Seluruh pekerjaan konstruksi harus menggunakan
merek semen hanya satu merek semen. Penggantian merek semen hanya dapat
dilakukan dengan persetujuan Direksi.
- Semen harus disimpan dalam gudang yang baik untuk mencegah terjadinya
kerusakan-kerusakan. Semen-semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan
kotoran-kotoran, kena air atau lembab; ditolak untuk digunakan dan harus dikeluarkan
segera dari proyek atas biaya Pemborong.
2. Agregat.
Agregat harus sesuai dengan syarat-syarat ASTM C 33 (Spesifikasi agregat untuk beton).
Agregat kasar harus berupa batu pecah atau crushed stones yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, padat (tidak porous) dan cukup syarat kekerasannya (SNI 03-2461-1991).
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat
kering).
Besar maksimum butir agregat kasar tidak boleh lebih dari 3,0 cm dan tidak lebih dari
seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan.
Agregat kasar dan halus diangkat dan disimpan terpisah dan harus dicegah terjadinya
segregasi dari berbagai ukuran partikel.
Stock piles harus dibentuk diatas platform dari beton kurus, kayu keras yang disetujui dan
agregat harus dijaga terhadap kebersihan dan bebas terhadap material-material lain.
Kapasitas tempat harus disiapkan pada tempat sumbernya atau pada site untuk menjamin
tersedianya kedua macam agregat tersebut dengan kualitas dan grading yang telah disetujui
untuk menjamin kontinuitas pekerjaan.
3. Air.
Air yang akan digunakan pada campuran beton harus harus disetujui oleh Direksi, bersih dan
bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik,
atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
4. Baja Tulangan.
- Mutu Baja Tulangan
Untuk tulangan pokok menggunakan mutu baja U-32 dan beugel menggunakan baja mutu
U-32. Jenis-jenis besi ini harus mempunyai tegangan limit elastis karakteristik sesuai
dengan yang tercantum dalam ASTM.
Suplai besi harus disatu sumber yang disetujui Direksi.
Diameter, jarak pemasangan , dan jumlah pembesian disesuaikan dengan gambar
masing-masing item pekerjaan struktur.
-
Diameter Baja tulangan yang digunakan harus sesuai dengan diameter yang ditentukan
dalam gambar rencana atau gambar detail.
Jika ternyata dalam pemerikasaan direksi diameter besi yang dimasukkan tidak sesuai
dengan diameter besi yang dipakai, jika pemakaiannya harus dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan direksi.
Sebelum penyetelan dan pemasangan dimulai, Pemborong harus membuat rencana kerja
pemotongan dan pembengkokan baja tulangan (bending schedule), yang sebelumnya harus
diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
Tulangan-tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga selama pengecoran tidak
berubah tempatnya. Semua persyaratan harus dipenuhi dan dilaksanakan seperti yang
tercantum dalam ASTM.
Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil sesuai dengan gambar dan sudah
diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya.
Pemasangan dengan menggunakan pelindung beton (beton dekking) sesuai dengan gambar
standar.
Sebelum baja tulangan dipasang, baja harus bebas dari kulit besi, karat, lemak, kotoran
serta bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat. Pembesian harus diperiksa
lagi dan dibersihkan jika terjadi kelambatan dalam pengecoran.
Jarak bersih antara batang tulangan sesuai dengan gambar dan harus memenuhi
persyaratan dalam SNI.
3. Pemborong harus
membuat, merawat dan
mengadakan test-test kubus beton pada
laboratorium beton yang disetujui Direksi atas biaya sendiri.
4. Jumlah pengambilan contoh beton untuk uji kuat tekan dari setiap mutu beton yang dituang
pada satu hari diambil tidak kurang dari satu kali. Pada setiap kali pengambilan contoh beton,
harus dibuat dua buah kubus beton (tidak boleh silinder), diuji pada umur 7 dan 28 hari.
5. Satu seri benda uji dan satu kali adukan dipilih acak oleh Direksi, yang mewakili suatu volume
rata-rata tidak boleh dari 10 m3, atau 2 truk jika digunakan beton ready mix, (diambil yang
volumenya terkecil).
6. Setiap benda uji harus diberi tanggal pembuatan & dari bagian mana beton diambil.
7. Prosedure pengambilan kubus sesuai dengan SNI 03-1974-1990.
8. Pemborong harus membuat laporan lengkap mengenai hasil test kubus di laboratorium dan
disampaikan pada Direksi secara rutin paling lambat 3 hari setelah waktu pengujian.
9. Pemborong harus membuat test kadar lumpur pasir dan dilaporkan pada Direksi secara rutin.
10. Tata cara dan aturan pelaksanaan test akan ditetapkan/diatur kemudian oleh Direksi.
11. Kalau terjadi kegagalan dalam pengetesan beton maka Pemborong harus melakukan
percobaan-percobaan non destruktif dan kalau diperlukan harus melakukan coring yang
sesuai dengan SNI 03-2492-1991, SNI 03-3403-1994.
Jika masih gagal bagian-bagian yang harus dibongkar dan dibangun baru sesuai dengan
petunjuk Direksi, maka semua biaya untuk melakukan percobaan-percobaan dan perbaikan
akibat kegagalan tersebut menjadi tanggung jawab sepenuhnya pada Pemborong.
Pasal 32
PEMBUATAN BETON DAN PERALATANNYA
1. Pemborong bertanggung jawab penuh atas seluruh pembuatan beton yang baik dan
memenuhi persyaratan yang ditentukan.
2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran material- material harus
dengan persetujuan Direksi.
Seluruh operasi harus diinspeksi dan dikontrol terus oleh Direksi yang berpengalaman dan
bertanggung jawab.
3. Mixer harus betul-betul kosong sebelum menerima material-material dari adukan berikutnya.
Mixer harus dibersihkan dan dicuci bila mixer tidak dipakai lebih dari 30 menit, pada setiap
akhir pekerjaan dan bila beton yang akan dibuat berbeda mutunya.
4. Pencampuran kembali dari beton yang sebagian sudah terjatuh/mengeras tidak diizinkan.
5. Temperatur Beton.
Untuk menghindari shrinked maka temperatur beton harus dijaga
Pasal 33
PENOLAKAN DARI BETON
1.
Direksi berhak menolak pekerjaan beton yang tidak memenuhi syarat. Pemborong harus
mengganti/membongkar & memperbaiki beton-beton yang tidak memenuhi syarat atas biaya
sendiri sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh Direksi.
Pasal 34
SISTEM PERSIAPAN PENGECORAN
1.
Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat pengaduk dan pengangkut beton sudah harus
dibersihkan dari kotoran-kotoran dan air-air sisa.
harus dicor dengan sudut tidak lebih datar dari perbandingan 1 (satu) tegak, 2 (dua)
mendatar.
Pasal 36
PEMADATAN BETON
1. Beton harus dipadatkan keseluruhannya dengan Mechanical Vibrator yang dikerjakan oleh
orang-orang yang berpengalaman dan telah mendapatkan training untuk pekerjaan tersebut.
Pekerjaan beton yang telah selesai harus merupakan satu massa yang bebas dari
lubang-lubang, segregasi dan keropos-keropos.
2. Vibrator yang dipakai harus mempunyai frekwensi tidak kurang dari 6000 cycles per menit
dan mempunyai lengan sepanjang 6 meter.
Harus diperhatikan, agar semua bagian dari beton yang digetarkan tidak menyebabkan
segregasi dari material-material disebabkan oleh karena over vibration.
Vibrator tidak boleh dikenakan pada tulangan-tulangan yang telah masuk pada beton yang
telah mulai mengeras.
3. Banyaknya vibrator yang digunakan harus disesuaikan dengan volume dan kecepatan
pengecoran
Pemborong harus menyediakan minimum satu buah vibrator untuk mengganti vibrator yang
rusak pada waktu sedang dipakai.
4. Beton harus dicor lapis demi lapis dengan tidak melebihi 46 cm tebalnya, lapis-lapis ini harus
dijaga supaya mempunyai pengikat satu sama lain yang baik.
Pasal 37
PERAWATAN BETON
1. Beton baru harus dilindungi dari hujan lebat, aliran air hujan dan dari kerusakan yang
disebabkan oleh alat-alat.
Dua jam setelah pengecoran beton, semua beton harus selalu dalam keadaan basah, paling
sedikit 14 hari, dengan cara dibasahi dengan air terus menerus, direndam dalam air, dengan
sistem menyiram air dari pipa yang berlubang atau sistem lain yang membuat keadaan
basah.
2. Bekisting kayu dibiarkan tinggal agar beton itu tetap basah selama perawatan untuk
mencegah retak pada sambungan dan pengeringan beton yang terlalu cepat.
Air yang dipergunakan untuk perawatan harus bersih dan sama sekali bebas dari unsur-unsur
kimia yang mungkin menyebabkan perubahan warna pada beton.
3. Sangat dilarang mempergunakan lantai yang masih muda umurnya untuk tempat
penimbunan/lalu lintas bahan-bahan berat.
Pasal 38
PERLINDUNGAN DARI KEADAAN ALAM
1. Cuaca Panas
Bila perlu dipergunakan rangkaian instalasi penahan angin naungan, fog spraying memerciki
air menggenagi air atau menutupi dengan penutup basah yang berwarna muda yang dibuat
pada bagian yang telah selesai dicor, dan tindakan perlindungan yang demikian harus segera
diambil setelah pengecoran dan pekerjaan akhir selesai dikerjakan.
2. Suhu Beton
Suhu beton harus diukur pada titik/lokasi pengecoran, bila thermometer menunjukkan suhu
beton pada 300C, perlu mulai dilakukan persiapan untuk menghentikan kegiatan pembetonan
dan pembetonan harus dihentikan bila suhu beton mencapai 320C atau digunakan campuran
air es. Bila cuaca terlalu panas > 320C maka harus diadakan perlindungan dengan tendatenda plastik pada waktu pengecoran.
3. Musim Hujan
Tidak diperbolehkan mengecor selama turun hujan, dan beton yang baru dicor harus segera
dilindungi dari curahan hujan. Penghentian beton yang baru dicor harus dilindungi terhadap
pengikisan aliran air hujan (terutama pada balok kolom dan dinding).
Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan maka seluruh beton yang kena hujan/aliran air
hujan harus diperiksa, diperbaiki dan dibersihkan dulu terhadap beton-beton yang
tercampur/terkikis air hujan. Pengecoran selanjutnya harus mendapatkan izin Direksi terlebih
dahulu.
Pemborong harus bertanggung jawab atas retaknya beton karena kelalaian ini.
Pasal 39
SIAR PELAKSANAAN
1. Siar pelaksanaan harus ditempatkan sedemikian, sehingga tidak banyak mengurangi
kekuatan konstruksi. Bila siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukan dalam gambar-gambar
rencana maka tempat siar-siar pelaksanaan harus disetujui oleh Direksi.
Penyimpangan tempat siar pelaksanaan dari pada yang ditunjukkan dalam gambar harus
disetujui oleh Direksi.
2. Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira seperempat bentang
di mana terdapat gaya lintang yang terkecil. Bila pada balok di tengah-tengah bentangnya
terdapat pertemuan dengan balok, maka siar pelaksanaan ditempatkan sejauh dua kali lebar
balok dari pertemuan/persilangan.
Pasal 40
BEKISTING
1. Bahan-bahan
Bekisting yang sama bila akan digunakan lagi, harus menghasilkan permukaan yang serupa
dan dengan persetujuan Direksi.
2. System & Pembuatan
Sistem bekisting harus diajukan dan disetujui terlebih dahulu pada Direksi yang menyangkut :
Type/dimensi-dimensi bekisting, jarak-jarak tiang penyangga dan cyclus pembuatan bekisting
yang menyangkut jumlah lapis bekisting baru.
Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan
atau kelongsoran dari penyangga.
Sambungan-sambungan pada bekisting harus diusahakan lurus dan rata dalam arah
horizontal dan vertikal bila digunakan untuk permukaan yang tidak diplester lagi (expose
concrete), jika dikehendaki oleh Dokumen.
3. Tiang Penyangga dan Anti Lendutan
Tiang-tiang penyangga yang vertikal untuk semua bekisting harus dari bahan besi atau kayu
dibuat sebaik mungkin untuk memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
kerusakan atau overstress atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang
dibebani, struktur dari tiang-tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi demikian
sehingga konstruksi ini benar-benar kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan
beban-beban yang berada diatasnya selama pelaksanaan. Kecuali detail-detail yang
berlainan, padagambar-gambar, bekisting- bekisting untuk semua balok dan pelat lantai
dilaksanakan dengan mengikuti anti lendut keatas sebagai berikut :
Semua balok atau dan pelat lantainya 0,2 % lebar bentang pada tengah-tengah bentang.
Semua balok cantilever dan pelat lantainya 0,4% dari bentang, dihitung dari ujung bebas.
4. Baut-baut dan tierod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur
sedemikian sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka semua besi tulangan harus
berada 4 cm dari permukaan beton.
Kawat pengikat tidak diizinkan pada beton "expose" yang akan berhubungan langsung
dengan keadaan alam dimana dapat menimbulkan perubahan warna yang tidak merata.
Semua bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan paku tanpa
merusak beton.
5. Semua bekisting dibersihkan sebelum dipergunakan kembali. Pekerjaan harus sedemikian
rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan adanya beton yang keropos dan lain-lain
kerusakan pada beton.
6. Tiap-tiap bagian bekisting, dari bagian- bagian yang strukturl harus diperiksa oleh Direksi
segera sebelum beton dicor pada bagian tersebut.
7. Pelapisan (Coating)
Sebelum pemasangan besi beton bertulang, bekisting yang dipergunakan untuk beton yang
tidak perlu diplester lagi (exspose concrete) harus dilapisi dengan minyak yang tidak
meninggalkan bekas pada beton.
8.
Khusus untuk bekisting-bekisting kolom digunakan Multiplex 10 mm pada tepi bawah kolom
pada 2 sisi harus dibuatkan pembukaan untuk mengeluarkan kotoran-kotoran yang terdapat
pada dasar kolom.
Pembukaan ini boleh ditutup setelah dasar kolom diperiksa kebersihannya dan disetujui oleh
Direksi. Hal yang sama harus dikerjakan pada balok-balok yang tinggi atau dinding-dinding
beton. Bekisting untuk beton biasa (yang perlu diplester permukaannya) harus dibasahi
dengan seksama sebagai pengganti minyak sebelum beton di cor.
9.
Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau pembebanan yang
melebihi beban rencana dengan adanya pembongkaran bekisting pada beton. Pertanggungan
jawab atas keselamatan pada pembongkaran tiap bagian bekisting atau penyangga berada di
pihak
Pemborong
Waktu Minimum
Pembongkaran
Bekisting (Hari)
3
21
21
Pemborong bertanggung jawab atas pekerjaan pembuatan beton kedap air tersebut. Apabila
dikemudian hari ternyata kedapatan bocor atau terjadi rembesan, maka Pemborong harus
mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya dari Pemborong sendiri. Prosedur
pengawasan harus mendapat persetujuan Direksi sedemikian rupa sehingga tidak merusak
bagian yang sudah ada.
Untuk Dak beton Setelah seluruh dak beton telah dilapisi dengan water profing lalu di
lapisi/diplaster dengan menggunakan campuran kedap air 1 : 2 dengan kemiringan kearah
flour drain dengan ketebalan 5 cm. Bentuk/pola dan ukuran sesuai dengan gambar dan
mendapatkan
petunjuk-petunjuk
serta
persetujuan
Direksi.
D. PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pasal 42
UMUM
1. Standard dan Peraturan
Semua bahan, peralatan dan penyelenggaraan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh
Pemborong harus sepenuhnya mengikuti RKS ini dan, kecuali bilamana disebutkan lain,
harus mentaati semua standar dan peraturan yang dikeluarkan oleh Dewan Normalisasi
Indonesia, Standar Nasional Indonesia dan Peraturan serta Standard lain yang dikeluarkan
oleh Badan Nasional atau setempat yang berwenang, seperti :
a. Pedoman mendirikan Bangunan Gedung (SKB-1.2.53.1987 UDC:69.002)
b. Pedoman Instalasi Listrik (SNI 0225-1987-D).
c. SNI 03-3990-1995, Tentang Tata Cara Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan
d. SNI 0255-1997, Tentang Peraturan Umum Instalasi Listrik.
e. SNI 15-2049-1994, Tentang Semen Portland
f. SNI 03-1727-1989, Tentang pengerjaan Baja untuk gedung
g. SNI 03-1736-1989, Tentang struktur bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan rumah dan gedung.
h. SNI 03-2410-1989, Tentang tata cara pengecatan dinding tembok dengan cat emulsi.
i. SNI 03-3527-1994, Tentang mutu kayu bangunan
j. SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi bahan bangunan bagian A (Bahan bangunan bukan
logam).
k. SK SNI S-05-1989, Spesifikasi bahan bangunan bagian B (Bahan bangunan dari
besi/baja).
l. SK SNI S-06-1989-F, Spesifikasi bahan bangunan bagian C (Bahan bangunan dari logam
bukan besi).
m. SK SNI 03-1994-03, Spesifikasi tentang pemasangan dinding bata dan plesteran.
n. SNI 03-2408-1991/SK SNI T-09-1990-F, Spesifikasi tentang tata cara pengecatan logam.
2. Setiap bahan peralatan dan/atau penyelenggaraan pekerjaan yang belum disyaratkan di
dalam standar atau peraturan di atas, harus dilaksanakan sesuai dengan standar yang
berlaku di negara asalnya.
3. Kecuali bilamana disebutkan lain, setiap merk yang disebutkan dalam Dokumen ini harus
dianggap sebagai suatu usaha untuk menetapkan suatu dasar mutu, model dan/atau type dari
bahan atau peralatan yang akan di suplai dan dipasang oleh Pemborong.
3. Pemborong diperkenankan, sejauh mutunya sama untuk mengajukan merk lain kepada
Direksi yang akan mempertimbangkan dan memberikan persetujuannya.
Pasal 43
TITIK REFERENSI
Peil lantai dari bangunan lain yang berdekatan atau jalan sebagaimana yang tertera pada
gambar, harus dipakai sebagai referensi dalam menentukan semua peil ketinggian dari
pekerjaan
yang
akan
dilaksanakan
oleh
Pemborong
.
Pasal 44
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Keterangan Umum
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan persiapan dan pematangan tanah lokasi bangunan
dan jalan masuk yang dibutuhkan, sebelum pekerjaan yang sesungguhnya dapat dimulai.
Seluruh pekerjaan persiapan harus dilaksanakan sesuai persyaratan yang tercantum
dibawah ini.
2. Pengukuran dan Pematokan
Pemborong harus mengerjakan pematokan dan pengukuran untuk menentukan batas-batas
pekerjaan, serta garis-garis kemiringan tanah, sesuai dengan gambar Rencana.
Hasil pengukuran ini harus dituangkan ke dalam gambar kerja yang memuat tentang
pembagian lokasi/areal kerja untuk disetujui oleh Direksi, sehingga jadwal pelaksanaan
pekerjaan berikutnya dapat dilaksanakan.
Bilamana setelah diperiksa oleh Direksi ternyata terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki, maka
Kontraktor wajib untuk melaksanakan pengukuran ulang. Dalam pengukuran ini harus ada
patok referensi tetap yang tidak boleh diganggu dan harus selalu dijaga.
Sebelum pekerjaan tersebut dapat dimulai, Pemborong harus memberitahukannya kepada
Direksi, selambat-lambatnya 48 jam sebelumnya secara tertulis.
Pekerjaan Pematokan yang telah selesai diukur oleh Pemborong, harus segera dimintakan
persetujuannya kepada Direksi.
Pemborong harus menyediakan alat-alat ukur beserta perlengkapannya, juru ukur, dan
pekerja-pekerja
yang diperlukan oleh
Direksi untuk melaksanakan pengawasan hasil
pematokan atau lainnya yang serupa.
Semua tanda dan patok yang dipasang harus tetap dipelihara dan dijaga dengan baik,
Apabila ada patok yang rusak atau hilang, harus segera diganti dengan yang baru, dan
pemasangannya harus diketahui dan disetujui oleh Direksi.
Pada keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar rencana, maka Pemborong wajib
untuk mengajukan gambar penampang dari daerah yang menyimpang tersebut kepada
Direksi untuk dijadikan gambar pelaksanaan pengganti gambar lama.
3. Pembersihan
Pekerjaan Pembersihan dilakukan sebelum pekerjaan
pembersihan harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
dimulai,
sampah
dari
hasil
4. Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan pembangunan harus dilakukan sedemikian rupa hingga tidak terjadi kecelakaan
dan pekerja-pekerja harus dilengkapi dengan helm-helm pengaman dan safety belt.
5. Sebelum pekerjaan dilaksanakan Pemborong harus meneliti terlebih dahulu adanya pipapipa, kabel-kabel atau instalasinya.
Pasal 45
PENENTUAN PEIL
1. Penentuan peil Lantai diambil 40 cm dari permukaan tanah.
2. Kemiringan lantai dari as kandang dibuat 3%, sedangkan untuk kemiringan lantai selasar
diambil 3% dari tiang bangunan.
3. Kontraktor harus mengulangi kembali pengukuran guna pengecekan perubahan-perubahan
permukaan tanah selama masa perencanaan ke masa pelaksanaan, biaya yang ditimbulkan
oleh itu ditanggung oleh Kontraktor.
4. Kesalahan penempatan pekerjaan ini dengan tidak sesuainya situasi tanah dengan hasil
pengukuran Kontraktor,
maka Kontraktor, Pengawas dan Perencana mengecek kembali
sehingga diambil suatu kesepakatan yang terbaik dan dibuatkan dalam Berita Acara Rapat
Lapangan.
Pasal 46
PEKERJAAN GALIAN
1.
Galian tanah harus sesuai menurut ukuran dan bentuk masing-masing kebutuhan pada
bangunan yang tercantum dalam gambar rencana dan gambar detail.
Pasal 48
PEKERJAAN URUGAN TANAH
1. Keterangan Umum
Pekerjaan Pengurugan Tanah yang harus dilaksanakan oleh Pemborong, seperti
Pengurugan Tanah dibawah Lantai untuk Peninggian Lantai Bangunan.
2. Kontrol dan Batasan
Pengurugan Tanah harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam
SNI 03-2835-2002.
3. Persyaratan Bahan
Tanah urug yang akan dipakai harus bersih dan cukup keras, sesuai dengan persyaratan
yang tercantum di dalam SNI 03-2835-2002.
4. Pelaksanaan Pekerjaan
Pengurugan Tanah harus dilaksanakan dengan cara menebarkan, meratakan dan
memadatkannya secara mekanis dengan Handstamper sampai diperoleh ketebalan yang
sesuai dengan gambar.
Pekerjaan Pengurugan Tanah baru dapat dilaksanakan setelah pembersihan Humus Tanah
dan dipadatkan sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan.
Direksi berhak untuk membongkar pekerjaan diatasnya, bilamana urugan Tanah tersebut
belum disetujui.
Pasal 49
PEKERJAAN URUGAN PASIR
1. Keterangan Umum
Pekerjaan Pengurugan Pasir yang harus dilaksanakan oleh Pemborong, seperti Pengurugan
Pasir dibawah Lantai, bawah tapak pondasi dan Sloof untuk seluruh bangunan dan
sebagainya.
2. Kontrol dan Batasan
Pengurugan Pasir harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam
SK SNI S-04-1989-F
3. Persyaratan Bahan
Pasir urug yang akan dipakai harus bersih dan cukup keras, sesuai dengan persyaratan
yang tercantum di dalam SK SNI S-04-1989-F, Pasir laut dapat digunakan, asal dicuci secara
memadai.
4. Pelaksanaan Pekerjaan
Pengurugan Pasir harus dilaksanakan dengan cara menebarkan, meratakan dan
memadatkannya secara mekanis sampai diperoleh ketebalan yang sesuai dengan gambar.
Pekerjaan Pengurugan Pasir baru dapat dilaksanakan setelah penggalian dan pemadatan
tanah disetujui oleh Direksi. Urugan pasir tidak boleh ditutup oleh Konstruksi atau pekerjaan
lain sebelum disetujui oleh Direksi.
Direksi berhak untuk membongkar pekerjaan diatasnya, bilamana urugan pasir tersebut
belum disetujui olehnya.
Pasal 50
PEKERJAAN PASANGAN
1. Keterangan Umum
Pasal ini menguraikan seluruh pekerjaan pasangan batu bata yang harus dilaksanakan oleh
Pemborong, baik yang dimaksudkan sebagai Pekerjaan Sub-struktur, Pekerjaan Superstruktur, maupun struktur lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan gambar.
2. Kontrol dan Batasan
Pasangan Batu bata harus dilaksanakan dengan mengikuti Persyaratan yang tercantum di
dalam SK SNI 03-1994-03 dan semua perintah yang disampaikan oleh Direksi.
3. Persyaratan Bahan
3.1. Bata Merah
Bata Merah yang akan digunakan harus merupakan bata dari tanah liat yang telah
dibakar secara cukup, yang memiliki ukuran dan bentuk yang seragam, dengan sudutsudut yang runcing dan mempunyai permukaan yang rata, serta tidak retak dan
memenuhi Persyaratan yang tercantum di dalam SK SNI S-04-1989-F.
Sebelum bata merah dapat dikirim ke tempat Pekerjaan, Pemborong harus mengajukan
contohnya kepada Direksi untuk disetujui, lengkap dengan keterangan tentang sumber
asalnya, nama pabriknya, dan laporan hasil pengujiannya, secara tertulis.
Pada pengajuan tersebut Pemborong harus menjamin bahwa hanya satu sumber yang
akan ditunjuknya sebagai asal bata merah yang akan digunakan untuk seluruh
pekerjaan. Kualitas yang disyaratkan adalah seperti eks. lokal, ukuran besar atau
setaraf.
3.2. Semen Portland
Semen Portland yang dipakai adalah semen portland biasa kwalitas satu seperti yang
diproduksi oleh Semen Padang , yang memenuhi syarat-syarat yang tercantum di dalam
SNI 15-2049-1992. Untuk seluruh pekerjaan hanya diperkenankan satu merk semen
saja, dan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam kemasan-kemasan aslinya.
Semua semen harus disimpan di gudang yang mempunyai sistim ventilasi alami dan
ditempatkan di atas landasan yang dinaikkan sekurang-kurangya 30 cm di atas lantai,
untuk menjaga semen dari air dan kelembaban yang dapat mempengaruhi mutu semen
yang bersangkutan. Sak-sak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya
melebihi 2 m atau maksimum 10 zak.
Semen yang telah overzak harus dikeluarkan dari tempat pekerjaan.
Penyimpanan
harus diatur sedemikian rupa, sehingga semen yang disimpan paling
lama dapat dipakai paling dulu. Pemakaian semen harus menurut urutan
pengirimannya. Semen yang telah disimpan lebih lama dari 60 hari kalender, tidak boleh
dipakai.
3.3. Pasir Pasang
Pasir Pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi persyaratan yang
tercantum di dalam SK SNI S-04-1989-F.
Air yang akan dipakai harus bersih, tidak berlumpur, berminyak atau bahan-bahan
kimia (asam alkali ), mengandung organisme yang dapat memberikan effek merusak
adukan atau beton.
Bilamana air yang akan digunakan ternyata meragukan, Direksi berhak untuk
memerintahkan Pemborong untuk mengirimkannya ke laboratorium yang disetujui untuk
diperiksa dan semua biaya yang timbul karenanya harus ditanggung oleh Pemborong
Air yang mengandung garam (air laut) tidak diperkenankan untuk dipakai.
3.4. Penyelenggaraan Pekerjaan
Pasangan batu bata harus dilaksanakan oleh tukang batu yang berpengalaman.
Semua batu bata yang akan dipasang harus dibasahi sebelumnya. Bata yang patah
tidak boleh dipasang pada bidang lurus.
Semua nat antar bata yang terjadi harus memiliki ketebalan yang seragam dan tidak
boleh lebih dari 1 cm.
Pekerjaan yang telah selesai dipasang harus terus
dibasahi selama 10 hari sejak
selesainya pemasangan.
Semua pasangan batu bata harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan semenpasir dengan komposisi seperti yang dicantumkan dibawah ini :
3.5
3.6
Adukan Biasa
Adukan biasa yang terdiri atas 1 bagian semen : 3 bagian pasir
semua pasangan batubata.
3.7
.
Pasal 51
PEKERJAAN PLASTERAN
1. Keterangan Umum
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan plesteran yang harus dilaksanakan oleh Pemborong
berdasarkan kontrak.
2. Kontrol dan Batasan
Pekerjaan plesteran harus dilaksanakan oleh Pemborong dengan mengikuti syarat yang
tercantum di dalam SK SNI 03-1994-03 dan semua Petunjuk yang disampaikan oleh Direksi
selama berlangsungnya pekerjaan.
3. Persyaratan Bahan
3.1. Semen Portland
Semen Portland yang akan dipakai harus memenuhi syarat yang tercantum di dalam
SNI 15-2049-1992.
3.2. Pasir Pasang
Pasir pasang yang akan dipakai harus memenuhi syarat yang tercantum di dalam SK
SNI S-04-1989-F.
3.3. Air.
Air yang dipakai untuk pekerjaan plesteran ini harus air bersih dan tidak mengandung
zat kimia dan krosi.
3.4. Persyaratan campuran plesteran
Proporsi adukan dan campuran harus mengikuti persyaratan dibawah ini :
Portland Cement
Pasir
1 Plesteran kedap air.
1
2
2 Plesteran sudut.
1
3
3 Plesteran beton.
1
3
4 Plesteran biasa.
1
4
3.5. Penyelenggaraan Pekerjaan
Pekerjaan plesteran harus dapat dilaksanakan, setelah semua nat pasangan bata
dikorek dan dibersihkan dengan sikat kawat.
Seluruh permukaan pasangan batu bata harus dibasahi dengan air, sebelum adukan
plesteran dapat diterapkan dan ditebarkan.
Pekerjaan plesteran harus dimulai dari sudut sebelah kiri atas dan harus diteruskan ke
sebelah kanan bawah.
Selama pemasangan harus dijaga agar tidak terjadi gelombang gelombang, dan
hasilnya harus rata dan uniform, Sudut-sudut dan tepi plesteran harus lot.
Permukaan plesteran yang telah selesai harus diusahakan tetap basah selama 7 hari
terhitung sejak tanggal selesainya plesteran.
Adukan untuk pekerjaan plesteran ini harus sama dengan yang dipakai pada pekerjaan
pasangan batu bata.
Plesteran hanya dapat dimulai setelah pasangan bata / beton benar-benar kering,
Sebelum pekerjaan plesteran dapat dimulai, Pemborong harus membuat/memasang
"Kepala Plesteran". Pemasangan "Kepala plesteran " harus dirancang begitu rupa,
dengan menggunakan benang-benang pembantu dan alat lot sehingga nantinya akan
diperoleh hasil plesteran yang benar-benar rata dan tegak lurus.
Jarak "Kepala Plesteran" tidak boleh lebih dari 1 m. "Kepala Plesteran" harus dibiarkan
mengering sebelum garis plesteran pembantu dapat dibuat.
"Garis Plesteran Pembantu" harus dibuat tegak lurus dan ditarik dengan menggunakan
kayu telah diketam rata, sedemikian rupa sehingga diperoleh garis plesteran yang rata
dan tegak lurus ( lot ).
Plesteran sesungguhnya baru dapat dimulai setelah "Garis Plesteran Pembantu" cukup
kering.
Pasal 52
PEKERJAAN KUSEN, DAUN
PINTU DAN JENDELA
1. Kusen Pintu dan Jendela Alumunium
1.1 Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan kusen alumunium, penyetelan kusen alumunium sesuai dengan gambar
rencana pemasangan, kaca pada kusen alumunium, serta pemasangan kusen alumunium
pada dinding-dinding atau tempat yang sesuai dengan gambar rencana dan meliputi
pembuatan shop drawing.
1.2 Bahan-bahan
Alumunium
Extruder
Kadar Campuran
Anodizing
Jenis extrusi Profil
Profil
Sistim Profil
Pekerjaan Fabrikasi
Bahan yang dipakai sebelum diproses fabrikasi harus diseleksi dahulu sesuai dengan
bentuk, toleransi, ukuran, ketebalan yang dipersyaratkan, kesikuan, kelengkungan dan
pewarnaan yang dipersyaratkan, kemudian dikerjakan secara maksimal dengan mesin
potong, mesin punch, edrill, sehingga hasil yang telah dirangkai mempunyai toleransi
ukuran.
2. 1.6.
a.
Pemasangan
Pekerjaan pembuatan / penyetelan dan pemasangan kusen aluminium beserta kaca
harus dilaksanakan oleh sub Kontraktor aluminium ahli yang mendapat persetujuan dari
Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas
a.
Ketika dibawa ke lapangan, samoa aluminium harus dilindungi dengan "eacquer Film"
atau bahan.lain yang disetujui oleh Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas
b.
Ketika plesteran dilaksanakan, tepi-tepi kusen harus dilindungi dengan plastic tape
atau zinc chromate frimer (pemis-transparant). Bagian-bagian lain dapat tetap
dilindungi dengan "Lacquer Film" sampai pekerjaan selesai.
Penggunaan pcmis pada permukaan yang caulking atau sealant tidak dibenarkan
diberikan
Pemasangan kusen harus dilengkapi dengan weather seal" (backing strip), didalam
dan diluar sebagai lapisan pengisi, sebelum sealant dipasang.
d.
e.
f.
Untuk mendapatkan ukuran-ukuran yang tepat, sub Kontraktor aluminium harus datang
kelapangan dan. melakukan pengukuran-pengukuran.
g.
2.3.2.
2.3.3.
2.3.4.
2.3.5.
2.3.6.
gambar yang ada dan kondisi dilapangan (ukuran dan lubang-lubang), termasuk
mempelajari bentuk, pola, layout penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan
detail-detail sesuai gambar.
Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan pintu ditempat pekerjaan harus
ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena
cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.
Harus diperhatikan sema sambungan siku untuk rangka alumunium dan penguat lain
yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan memperhatikan/menjaga
kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada cacat bekas
penyetelan.
Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
Daun pintu, jika diperkukan harus menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan
Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas tanpa meninggalkan bekas cacat pada
permukaan yang tampak. Untuk daun pintu panel kaca setelah dipasang harus rata
dan tidak bergelombang dan tidak melintir.
Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan yang terkoordinasi antara bagianbagian yang terkait dengan pekerjaan kusen tersebut, seperti : pekerjaan dinding,
plafond dan variasinya, lantai dan plint, dan lain sebagainya untuk memperoleh hasil
yang baik. Untuk itu kontraktor harus mampu mengkoordinasikan dengan baik
semua pekerjaan yang terkait tersebut. Kesalahan, cacat, kurang memenuhi
persyaratan pekerjaan yang timbul sebagia akibat tidak adanya atau kurangnya
koordinasi, harus diperbaiki/diganti dan seluruh biayanya ditanggun oleh kontraktor.
Pasal 53
PEKERJAAN KACA
1. Umum
1.1 Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan kaca yang lengkap dan sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam Dokumen Kontrak.
b. Pekerjaan lain yang terkait :
Pekerjaan komponen pintu/ jendela.
Pekerjaan sanitair untuk kaca cermin.
Pekerjaan lain yang mengikuti spesifikasi ini
1.2
1.3
Persyaratan Bahan
a. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya memiliki
ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses tarik
tembus cahaya, gilas, dan pengembangan (Float Glass)
b. Toleransi lebar dan panjang; ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi
seperti yang ditentukan oleh pabrik.
c. Kesikuan; kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi
potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan adalah
1,5 mm per meter.
d. Cacat-cacat,
Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai ketentuan dari
pabrik
Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang yang terisi gas yang
terdapat pada kaca)
Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat mengganggu
pandangan
Kaca harus bebas dari keretakan (garis pecah pada kaca baik sebagian atau
seluruh tebal kaca)
Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (benjolan pada sisi panjang dan lebar ke arah
luar/masuk)
Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave). Benang adalah cacat
garis timbul yang tembus pandangan, gelombang adalah permukaan kaca yang
berubah dan mengganggu pandangan
Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud), dan goresan (scratch)
2. Submittals
2.1 Shop Drawing
a. Gambar kerja yang lengkap dan jelas menunjukkan :
Detail dalam skala besar untuk setiap jenis profile sistem sambungan, sistem
pemasangan setiap jenis kaca dan komponen lain yang diperlukan untuk terlaksananya
pekerjaan yang sempurna. Perubahan dimungkinkan hanya karena hasil review dan
evaluasi atas test mock-up yang harus diadakan, perubahan harus disetujui Pengawas
lapangan.
b. Sistem pemasangan.
Gambar kerja dan pelaksanaan yang menunjukkan :
Sistem konstruksi penyangga kaca dan penempatannya terhadap kusen ataupun
panel pintu.
Jenis kaca dan tebal kaca.
2.2
Data Produk
Spesifikasi teknis dan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat.
2.3
Contoh Bahan
3 (tiga) buah untuk setiap jenis dan tipe yang dipersyaratkan ukuran 30 x 30 cm2.
2.4
Petunjuk Pemeliharaan
Memuat petunjuk terinci mengenai :
a. Pemeriksaan berkala
b. Perawatan seluruh bagian dinding kaca.
2.5
2.6
Penanganan Bahan
a. Pengiriman.
Hasil fabrikasi dan komponennya dikirim ke site dalam keadaan sudah diberi
pengenal/identifikasi sesuai dengan identifikasi gambar Shop Drawing/Erection Drawing.
Bahan dikirim tanpa cacat dan harus diperiksa, disetujui, dan diterima oleh Direksi
Lapangan / Konsultan Pengawas Lapangan.
b. Penyimpanan.
Tidak diperkenankan disimpan dalam site.
c. Perlindungan.
Bahan dilindungi selama pengiriman pemasangan dari pengaruh cuaca. Bahan/hasil
pekerjaan yang rusak/cacat tidak dapat diterima.
2.7
Penjadwalan
Koordinasi pekerjaan dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait dengan pekerjaan
dinding kaca untuk pekerjaan yang sempurna, dan tidak menghambat jadwal pekerjaan lain.
Beri tanda pada bidang/ tempat kerja dari setiap pekerjaan yang terkait (bila perlu)
a. Pekerjaan Mock-up
b. Pekerjaan Komponen dinding kaca
3. Bahan
3.1 Spesifikasi Bahan.
a. Bahan kaca & cermin harus sesuai SII 0189/78 dan PBVI 1982
b. Bahan harus bebas cacat dan noda, bebas sulfida, maupun bercak lainnya
c. Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat
persetujuan dari Pengawas
d. Sisi kaca yang tampak maupun tidak tampak akibat pemotongan harus
digerinda/dihaluskan hingga tidak tajam dan berbahaya.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
Bahan
Jenis
Type finishing permukaan
Ketebalan
Bahan pengisi siar
Warna
f. Ukuran
g. Posisi
3.2
:
:
:
:
:
:
:
Kaca
On Line
5 mm
disesuaikan
Diasistensikan ke
Pemberi tugas
gambar Shop Drawing
Pintu,Jendela (Bovenlicth).
Fabrikasi
a. Kaca.
Dimensi dalam gambar rencana harus diperiksa dan disesuaikan pada Shop Drawing
berdasarkan hasil pengukuran di lapangan.
b. Cutting/Pemotongan.
Sesuai dengan peraturan pabrik pembuat dan tidak dilakukan di lapangan.
4. Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian, dan syarat
pekerjaan dalam buku ini
b. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian
c. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Pengawas
d. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi tanda
untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur namun menggunakan
potongan kertas yang direkatkan dengan menggunakan lem aci
e. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat pemotong kaca
khusus
f. Pemotongan kaca harus disesuaikan dengan rangka/kusen, minimal
10 mm masuk ke
Bab xii Spesifikasi Teknis dan Gambar
g.
h.
1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan daun pintu /
daun jendela seperti kunci, engsel dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
1.2. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh pemasangan pada
daun pintu kaca, daun pintu kayu, daun pintu aluminium dan dan daun jendela aluminium
seperti yang ditunjukkan / disyaratkan dalam detail gambar.
2. Persyaratan Bahan
2.1. Semua hardware yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
buku Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau penggantian hardware akibat dari
pemilihan merek, Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut kepada Direksi Lapangan /
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
2.2. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal dari pelat aluminium berrukuran
3x6cm dengan tebal 1mm. Tanda pengenal ini dihubungkan degan cincin nikel kesetiap
anak kunci.
2.3. Harus disediakan lemari penyimpanan anak kunci dengan Backed Enamel Finish yang
delengkapi dengan kait-kaitan untuk anak kunci lengkap dengan nomor pengenalnya.
Lemari berukuran lebar x tinggi adalan 40x50cm, dengan tebal 15cm berdaun pintu tunggal
memekai engsel piano dan handle aluminium.
yang harus
Pasal 54
PEKERJAAN ATAP
1. Keterangan Umum
Pasal ini menguraikan pemasangan Atap Genteng metal
Kontraktor sebagaimana yang tertera pada gambar.
4. Penyelenggaraan Pekerjaan
Semua Kolom, Ring balok, dan Dinding Bata yang akan dicat dengan cat emulsi seperti
yang tertera pada gambar harus dibersihkan dari kotoran, debu dan minyak terlebih dahulu.
Sebelum di cat dengan cat emulsi, semua permukaan tiang harus diplamur, sampai
permukaannya menjadi rata, kemudian diamplas. Pengecatan dengan cat emulsi harus
dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam 3 lapisan, sampai diperoleh warna cat yang rata.
Selama proses pencampuran dan pengecatan, pemborong harus mengikuti instruksi dari
pabrik atau seizin pemberi tugas dan Direksi.
Pasal 56
PEKERJAAN CAT MINYAK
1. Keterangan Umum
Pasal ini mencakup uraian tentang semua pekerjaan pengecatan bidang besi bagian yang
nampak harus dilaksanakan oleh Kontraktor berdasarkan Kontrak dan seperti yang tertera
di dalam gambar.
2. Kontrol dan Batasan
Semua pekerjaan pengecatan harus dilaksanakan oleh Pemborong sesuai dengan
persyaratan yang tercantum di dalam SNI 03-2408-1991/SK SNI T-09-1990-F, Spesifikasi
Pengecatan yang dikeluarkan oleh Pabrik, dan semua perintah/petunjuk yang disampaikan
oleh Direksi selama berlangsungnya pekerjaan.
3. Persyaratan Bahan
3.1. Plamur
Plamur harus merupakan plamur acrylic emulsion yang berkwalitas satu.
3.2. Cat minyak
Cat seluruh permukaan bidang besi dan Listplank GRC yang dipakai adalah cat minyak
berkwalitas 1 (baik).
4. Penyelenggaraan Pekerjaan
Semua permukaan Besi dan Listplank GRC yang akan dicat dengan cat minyak seperti
yang tertera pada gambar harus dibersihkan dari kotoran, debu dan minyak terlebih dahulu.
Sebelum di cat dengan cat minyak, semua permukaan bidang yang akan dicat harus diplamur
sampai permukaannya menjadi rata, kemudian diamplas. Pengecatan dengan cat minyak
harus dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam 3 lapisan, sampai diperoleh warna cat yang
rata.
Selama proses pencampuran dan pengecatan, pemborong harus mengikuti instruksi dari
pabrik atau seizin pemberi tugas dan Direksi.
Pasal 57
PEKERJAAN SANITASI
1.
Pekerjaan Pembuatan 1 Unit Sumur Bor Casing Dia. 4 Lengkap dengan 1 unit pompa air
(Jet Pump) lengkap dengan pipa hisap dengan operan ke bak penampungan, bak
penampungan dipasang 4 unit bak Fiber glass Kapasitas masing masing 1 m3.
2.
Pekerjaan Sumur Ini dilaksankan oleh Kontraktor sampai dapat air yang bersih dan siap
untuk digunakan.
3.
Untuk pendistribusian air dari bak penampungan ke kandang dibuat pipa PVC turunan dari
bak ke distribusi dia, 2, dan untuk mengalirkan air bersih ke saluran keliling bangunan dibuat
pipa PVC 1 , sedangkan untuk saluran ke kran dibuat pipa PVC dia. . Dan pemakaian
kran .
4. Saluran air kotor dari parit air kencing ke parit keliling bangunan dibuat pipa PVC diameter 3.
Sedangkan untuk pembuangan bekas air minum ternak dibuat PVC Dia. 2.
5. Saluran air kencing dari parit air kencing ke bak penampungan dibuat pipa PVC diameter 3.
Dilengkapi dengan Dop.
6.
Pada KM/WC dipasang dinding keramik setinggi 1 m ukuran 20 x 25 cm dan untuk lantai
dipasang
keramik
ukuran
20
x
20
cm.7.
Pada Tempat Minum dilengkapi dengan stop kran untuk menjaga kestabilan
permukaan air minum.
8.
Dibuat bak penampungan air hujan dari pasangan batu bata konstruksi beton sebayak 4
buah, masing masing kapasitas 6 m3. Pada menara air dipasang closed jongkok dan
septictank.
E. PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELECTRIKAL
Pasal 58
UMUM
1. Pemborong wajib mengikuti/memenuhi semua persyaratan teknis yang ditulis dalam buku
ini, juga wajib mengikuti/memenuhi persyaratan umum yang dikeluarkan oleh Direksi dan
Pemberi Tugas.
2. Dalam penawaran, Pemborong
dipasang.
wajib
melampirkan
daftar
7.
Pemborong wajib menyerahkan contoh peralatan/bahan yang akan dipasang kepada Direksi
jika diminta. Jika contoh yang diberikan ditolak oleh Direksi, Pemborong wajib mengganti.
Pasal 59
LINGKUP PEKERJAAN
Yang dicakup dalam lingkup pekerjaan Instalasi Listrik meliputi :
1. Pengadaan Dan Pemasangan Instalasi Listrik Bangunan.
2. Pengadaan dan Pemasangan Lampu-lampu.
Pasal 60
PERSYARATAN TEKNIS
1. Instalasi listrik dipasang untuk jaringan lampu.
2. Kabel yang digunakan untuk stop kontak, saklar adalah NYM 3 x 2.5 mm2 standart PLN.
3. Stop kontak, saklar dan perlengkapan lainnya menggunakan standart PLN.
4. Lampu yang digunakan adalah jenis SL dan TL.
Pasal 61
PEMASANGAN
1.
Pemasangan Lampu Mercuri untuk penerangan diluar kandang digantung pada rangka atap
dan dilengkapi dengan kap lampu.
2. Pemasagan lampu SL dipasang dengan kap lampu dan tempat perletakannya dibuatkan
kedudukannya pada rangka baja. letaknya disesuaikan dengan gambar rencana.
3. Saklar dan stop kontak dipasang pada tiang dengan ketinggian dari permukaan lantai 140 cm.
Letak dan penempatannya disesuaikan dengan gambar rencana.
4. Pada bangunan ini dipasang NCB, pengamanan pemutusan arus pendek untuk pemutus
hubungan apabila terjadi konsleting pada jaringan dalam gedung.
5. Kabel harus diatur rapih sedemikian rupa, khususnya pada belokan di trench, dan yang
keluar/masuk panel. Radius belokan kabel tidak boleh lebih kecil dari yang diijinkan.
6. Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan
ukuran yang sesuai dengan ukuran kabel.
sepatu
2.3.
2.4.
1. Masa pemeliharaan untuk seluruh instalasi sistem kelistrikan yang di pasok dan dipasang
adalah selama 3 (tiga) bulan, terhitung sejak penyerahan pekerjaan untuk yang
pertama
kalinya. Dalam masa pemeliharaan ini, segala kerusakan peralatan yang mungkin timbul
menjadi tanggung jawab penuh dari Pemborong yang bersangkutan.
2. Jaminan (garansi) untuk seluruh instalasi sistem kelistrikan yang dipasang adalah 12 (dua
belas) bulan, terhitung sejak penyerahan pekerjaan untuk yang kedua kalinya. Selama
masa jaminan, segala kerusakan yang mungkin timbul Pemborong wajib memperbaiki,
dimana biaya tenaga kerja dan transport menjadi tanggung jawab Pemborong, dan suku
cadang yang diperlukan akan dibayar oleh Pemberi Tugas.
Pasal 66
PEKERJAAN PEMBERSIHAN
Setelah pekerjaan selesai, supaya Pemborong membuang sisa-sisa bahan bangunan dari
lokasi bangunan.
PASAL 67
PEKERJAAN PENUTUP.
1.
Meskipun dalam bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan tidak dinyatakan
kata-kata yang harus disediakan oleh pemborong tetapi disebutkan dalam penjelasan
pekerjaan pembangunan ini, pekerjaan tersebut diatas tetap dianggap ada dan dimuat dalam
bestek ini.
2. Pekerjaan yang nyata - nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan ini, tetapi tidak
diuraikan
atau dimuat dalam bestek ini, tetapi diselenggarakan
dan
diselesaikan oleh
Kontraktor, harus dianggap seakan-akan pekerjaan itu di uraikan dan dimuat dalam bestek
ini,untuk menuju penyerahan selesai yang lengkap dan sempurna, sesuai
menurut
pertimbangan Direksi.
Pekanbaru,
2015
Dibuat oleh :
PT. CALVINDAM JAYA EC
MULIADI, ST
Team Leader