PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pengukuran, terdapat beberapa alat dasar ukur, diantaranya adalah jangka
sorong dan micrometer sekrup. Jangka sorong memiliki
ketidakpastian hasil pengukuran dengan setengah dari skala nonius terkecil, yaitu x
0,001 cm = 0,005 cm. Sedangkan micrometer sekrup memiliki ketelitian atau
ketidakpastian setengah dari skala terkecil, yaitu x 0,01 mm = 0,005 mm atau 0,0005
cm.
Pengukuran terbagi menjadi dua, yaitu pengukuran tunggal dan pengukuran
berulang. Pengukuran tunggal dilakukan bila besaran yang diukur tidak berubah-ubah
sehingga hasil pengukuran tunggal dianggap cukup akurat, misalnya panjang pensil.
Adapun pengukuran berulang dilakukan jika hasil pengukuran diharapkan memiliki
keakuratan yang tinggi, misalnya diameter sebuah kelereng yang sering berbeda jika
diukur di bagian yang berbeda.
Dalam pengukuran berulang, nilai ketidakpastian didapatkan dari simpangan baku
nilai rata-rata pengukuran. Besarnya simpangan baku secara statistic dituliskan sebagai
berikut:
p= 1
n
( n p2 ) ( p )2
n-1
| l . t |2 . | p |2 + | p . t |2 . | l |2 + | p . l |2 . | t |2
V2
V +
b. Pada Lingkaran
2
1
V=
. . D . t
m
=
V2
V + V +
V . D
1
. . D
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2. Jangka Sorong
3. Mikrometer sekrup
4. Alat tulis
3.2 Prosedur Praktikum
1. Sediakan sebuah jangka sorong, mikrometer sekrup dan berbagai benda yang akan
diukur.
2. Untuk mengukur panjang, lebar, dan diameter, gunakan jangka sorong.
Cara menggunakan jangka sorong:
Masukkan benda di antara kedua rahang jangka sorong. Catat skala pada rahang
tetap yang merupakan skala utama dan catat pula skala pada rahang sorong yang
merupakan skala nonius atau vernier.
3. Untuk mengukur ketebalan (tinggi) benda, gunakan mikrometer sekrup.
Cara menggunakan micrometer sekrup:
Letakkan benda diantaea rahang geser, kemudian putar selubung luar sehingga
benda terjepit di antara kedua rahang geser. Catat skala utama dan catat pula skala
nonius pada selubung luar dengan skala nonius terkecil 0,01 mm.
4. Lakukan pengukuran sebanyak sepuluh kali.
BAB IV
HASIL
Benda 1
Panjang (cm)
11,975
12,06
11,96
12,045
12,00
12,04
12,055
12,11
12,06
12,05
120,355
14485,326
12,0355
Lebar (cm)
12,11
12,05
12,085
12,12
12,09
12,04
12,055
12,10
12,05
12,03
120,73
14575,7329
12,073
Tinggi (cm)
0,053
0,052
0,054
0,051
0,0515
0,057
0,052
0,053
0,051
0,0525
0,527
0,277729
0.0527
Panjang (cm)
11,80
11,87
11,82
11,80
11,84
11,82
11,79
11,80
11,82
11,82
118,12
13952,3344
11,812
Lebar (cm)
5,9
5,93
5,94
5,855
5,81
5,94
5,97
5,90
5,91
5,94
59,095
3492,219025
5,9095
Tinggi (cm)
0,145
0,1442
0,092
0,143
0,1165
0,143
0,144
0,140
0,1415
0,140
1,3502
1,82304004
0,13502
Benda 1
Diameter (cm)
11,97
11,98
11,97
11,96
11,98
11,98
11,96
11,96
11,95
11,96
119,67
14320,9
11,967
BAB V
PEMBAHASAN
( n p2 ) ( p )2
n-1
= 1
10
( 10 (1448,550675)) (120,05)2
9
= 1
10
(14485,50675) (14485,326)
9
= 1
10
0,18075
9
= 0,1 (0,142)
= 0,0142 cm ( dibulatkan)
Tinggi (cm)
0,102
0,097
0,106
0,095
0,098
0,099
0,101
0,100
0,100
0,102
1
1
0,1
l= 1
n
( n l 2 ) ( l )2
n-1
= 1
10
(10(1457,58235)) (120,73)2
9
= 1
10
(1475,8235) (14575,7329)
9
= 1
10
0,0906
9
= 0,1 (0,1003)
= 0,01 cm (dibulatkan)
t= 1
n
( n t 2 ) ( t )2
n-1
= 1
10
= 1
n
= 1
10
( 10 (0,0278018)) (0,527)2
9
(0,278018) ( 0,277729 )
9
0,000289
9
= 0,1 (0,00567)
= 0,000567 cm (dibulatkan)
V=p.l.t
= (12,0355)(12,073)(0,0527)
= 7,656 cm3 (dibulatkan)
= 7,656 x 10-6 m3
V=
| l . t |2 . | p |2 + | p . t |2 . | l |2 + | p . l |2 . | t |2
m
=
V2
V +
1
.
2
.
64,6
=
2
m
(7,656)2
26,136 x 10
7,656
64,6
=
58,614
1
.
1
.
683,09 x 10 +
88,94
| 752,8882 x 10-4 |
( n p2 ) ( p )2
n-1
= 1
10
( 10 (1395,2354)) (118,12)2
9
= 1
10
(13952,354) (13952,3344 )
9
= 1
10
0,0196
9
= 0,1 (0,0467)
= 0,00467 cm
2
.
2
. 0,05
0,05
l= 1
n
( n l 2 ) ( l )2
n-1
= 1
10
(10(349,241825 )) (59,095)2
9
= 1
10
(3492,41825) (3492,219025)
9
= 1
10
0,19925
9
= 0,1 (0,14878)
= 0,014878 cm
t= 1
n
( n t 2 ) ( t )2
n-1
= 1
10
= 1
10
= 1
10
( 10 (0,1847)) (1,3502)2
9
(1,847) ( 1,823 )
9
0,024
9
= 0,1 (0,05164)
= 0,005164 cm
V=p.l.t
= (11,812)(5,9095)(0,13502)
= 9,4312 cm3
V=
| l . t |2 . | p |2 + | p . t |2 . | l |2 + | p . l |2 . | t |2
= |(0,798)|2.|0,00467|2+|(1,595)|2.|0,014878|2+|(69,8)|2. |0,005164|2
= |0,6368| . |2,116 x 10-5|+|2,544| . |2,21 x 10-4|+|4872,04| . |2,67 x 10-5|
= 1,35 x 10-5 + 56,2 x 10-4 + 13008,347 x 10-5
= 13065,897 x 10-5
= 1306,5897 x 10-4
= 36,1467 x 10-2 cm3
=m/v
= 54,3 / 9,4312
= 5,76 g / cm3
= 5,76 x 103 kg/m3
2
m
=
V2
V +
1
.
2
.
2
m
2
54,3
=
(9,4312)2
36,1467 x 10
9,4312
54,3
=
88,94
1306,6 x 10
88,94
| 797,1492 x 10-4 |
( n D 2 ) ( D )2
n
n-1
= 1
10
= 1
10
= 1
10
(10(1432,0919)) (119,67)2
9
(14320,919) (14320,9089)
9
0,0101
9
2
. 0,05
2
0,05
= 0,1 (0,0335)
= 0,00335 cm
( n t 2 ) ( t )2
n-1
t= 1
n
( 10 (0,100084)) (1)2
9
= 1
10
= 1
10
(1,00084) ( 1)
9
= 1
10
0,0084
9
= 0,1 (0,0096)
= 0,00096 cm
1
V =
.D.t
4
1
=
=
4
1
(3,14)(11,967) (1)
(44,698)
4
= 11,242 cm3
= 11,242 x 10-6 m3
2
1
V=
. . D . t
(3,14) ( 11,967) ( 1)
2
18,788
. . D
0,00335
1
(3,14)(11,967)
. 0,00335
1
=
9,39
0,00096
0,00096
=m/v
= 88,7 / 11,242
= 7,89 g/cm3
= 7,89 x 103 kg/m3
2
m
=
V2
V + V +
V . D
2
88,7
=
(11,242)2
6,351 x 10
126,82
11,242
11,242 . 11,967
88,7
=
40,335 x 10
126,82
134,533
didapatkan =27,44 x 10-2 g/cm3. Maka dapat dituliskan bahwa = (8,438 0,2744) g/cm 3.
Hal ini berarti selang ketidakpastiannya dimulai dari 8,1636 g/cm3 sampai 8,7124 g/cm3.
Benda 2: Persegi Panjang
Dari hasil perhitungan standar deviasi, kita dapat memperoleh data :
p=(11,812 0,00467) cm
Karena setengah dari skala nonius terkecil jangka sorong adalah 0,005 cm yang
merupakan tiga desimal, maka lebar persegi panjang pun dibulatkan menjadi 11,812. Hal
ini berarti selang ketidakpastiannya dimulai dari 11,80733 cm sampai 11,81667 cm atau
dengan kata lain hal ini dapat pula dituliskan dengan 11,80733 cm p0 11,81667 cm
dengan p0 adalah tinggi persegi yang sebenarnya.
l=(5,909 0,014878) cm
Karena setengah dari skala nonius terkecil jangka sorong adalah 0,005 cm yang
merupakan tiga desimal, maka lebar persegi panjang pun dibulatkan menjadi 5,909. Hal
ini berarti selang ketidakpastiannya dimulai dari 5,894622 cm sampai 5,91417 cm atau
dengan kata lain hal ini dapat pula dituliskan dengan 5,894622 cm l 0 5,91417 cm dengan
l0 adalah tinggi persegi yang sebenarnya.
t=(0,1350 0,005164) cm
Karena setengah dari skala nonius terkecil mikrometer sekrup adalah 0,0005 cm yang
merupakan empat desimal, maka tinggi persegi panjang pun dibulatkan menjadi 0,1350.
Hal ini berarti selang ketidakpastiannya dimulai dari 0,129856 cm sampai 0,140184 cm
atau dengan kata lain hal ini dapat pula dituliskan dengan 0,129856 cm t 0 0,140184 cm
dengan t0 adalah tinggi persegi yang sebenarnya.
Dari p=(11,812 0,00467) cm, l=(5,909 0,014878) cm, dan t=(0,1350 0,005164)
cm, didapatkan V. Maka kita juga dapat menentukan V V. Menurut perhitungan, telah
didapatkan V sebesar 36,1467 x 10-2 cm3. Maka dapat dituliskan bahwa V=(9,4312 0,36)
cm3. Hal ini berarti selang ketidakpastiannya dimulai dari 9,0712 cm3 sampai 9,7912 cm3 .
Sama halnya dengan rapat massa () yang dapat ditentukan dari m dan V. Dengan
standar deviasi pada V, kita dapat pula menentukan
didapatkan = 28,234 x 10-2 g/cm3. Maka dapat dituliskan bahwa = (5,76 0,28234) g/cm 3.
Hal ini berarti selang ketidakpastiannya dimulai dari 5,47766 g/cm3 sampai 6,04234
g/cm3.
Benda 3: Lingkaran
Dari hasil perhitungan standar deviasi, kita dapat memperoleh data :
D=(11,967 0,00335) cm
Karena setengah dari skala nonius terkecil jangka sorong adalah 0,005 cm yang
merupakan tiga desimal, maka lebar persegi panjang pun dibulatkan menjadi 11,967. Hal
ini berarti selang ketidakpastiannya dimulai dari 11,95665 cm sampai 11,96335 cm atau
dengan kata lain hal ini dapat pula dituliskan dengan 11,95665 cm D 0 11,96335 cm
dengan D0 adalah tinggi persegi yang sebenarnya.
t=(0,1000 0,0056) cm
Karena setengah dari skala nonius terkecil mikrometer sekrup adalah 0,0005 cm yang
merupakan empat desimal, maka tinggi persegi panjang pun dituliskan menjadi 0,1000.
Hal ini berarti selang ketidakpastiannya dimulai dari cm sampai cm atau dengan kata lain
hal ini dapat pula dituliskan dengan 0,0944 cm t 0 0,1056 cm dengan t0 adalah tinggi
persegi yang sebenarnya.
Dari D=(11,967 0,00335) cm dan t=(0,1000 0,0056) cm, didapatkan V. Maka kita
juga dapat menentukan V V. Menurut perhitungan, telah didapatkan V sebesar 6,351 x
10-2 cm3. Maka dapat dituliskan bahwa V=(11,242 0,0635) cm3. Hal ini berarti selang
ketidakpastiannya dimulai dari 11,1785 cm3 sampai 11,3055 cm3 .
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Untuk mengukur suatu benda, mustahil seseorang dapat melakukannya dengan
tepat dan akurat. Dalam setiap pengukuran pasti akan dihinggapi ketidakpastian atau
kesalahan yang disebabkan oleh beberapa faktor.
Namun, untuk melakukan proses pengukuran yang mendekati dengan hasil lebih
baik atau mendekati hasil yang sebenarnya, dapat dilakukan metode pengukuran berulang
dengan mencari pula simpangan baku nilai rata-rata pengukuran.
Dengan hal tersebut, diharapkan hasil pengukuran suatu benda dapat mendekati
nilai akurat dan memiliki nilai ketidakpastian yang lebih kecil.
6.2 Saran
Dalam rangka meningkatkan prestasi dan kreativitas mahasiswa, akan lebih baik
apabila dalam pelaksanaan praktikum ini dilengkapi pula oleh sarana dan fasilitas
laboratorium yang memadai.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Andoyo, Robi dan Zaida, Drs. M. Si. 2005-2006. Petunjuk Praktikum Fsica Dasar.
Bandung: Universitas Padjadjaran.
Kamajaya, Ketut. 2004. Fsica untuk SMA. Bandung: Grafindo Media Pratama.