Secara etimologi autopsi berasal dari kata auto : sendiri, Opsi: lihat (buku merah & kuning)
Autopsi dimaksud sebagai pemeriksaan luar dan dalam pada mayat untuk kepentingan
pendidikan, hukum dan ilmu kesehatan (buku merah kuning)
Sejarah Autopsi
Autopsi sudah dilakukan sejak beberapa abad yang lalu. Untuk perkembangan pendidikan
dibidang ilmu kedokteran, Raja Frederik II ( Jerman) pada abad ke 13 telah memerintahkan
dilakukan autopsi setiap 5 tahun dimuka umum.
Autopsi untuk kepentingan hukum (medicolegal autopsy) dimulai di Bologna (Itali) oleh
Bartholomeo Devarignana tahun 1302.
Sejak abad ke 13 dan 14 autopsi telah merupakan bagian dari pendidikan mahasiswa fakultas
kedokteran. Pada mulanya dipergunakan mayat dari autopsi medikolegal, yaitu korban
pembunuhan dan bunuh diri serta korban hukuman mati.
Pada abad 17 di Eropa sedang berkembang pendapat pendapat terutama dari kalangan
hukum tentang pentingnya dilakukan autopsi untuk mengetahui dan memastikan secara pasti
penyebab dan cara kematian.
Dalam perkembangan waktu ternyata selain dipakai untuk pendidikan dan hukum, autopsi
berkembang pula untuk kepentingan ilmu kedokteran sendiri yang disebut dengan autopsi
klinik. (bku kuning n merah)
Jenis Autopsi
1. Autopsi Anatomi
Autopsi dilakukan oleh mahasiswa fakultas kedokteran dibawah bimbingan langsung
ahli ilmu urai anatomi di laboratorium anatomi yang tujuannya adalah untuk
mempelajari susunan jaringan dan organ tubuh dalam keadaan normal.
2. Autopsi Klinik
Untuk menentukan sebab kematian pasti dari pasien yang dirawat di Rumah Sakit
Autopsi klinik dilakukan pada penderita yang meninggal setelah dirawat di RS
bertujuan untuk :
1. Menentukan proses patologis yang terdapat dalam tubuh korban
Tujuan Autopsi
Sebelum melakukan autopsi, pemeriksa harus menyadari tujuan dilakukannya
pelayanan untuk kepentingan hukum ini yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Sonde tumpul
Pemotong tulang ( bone forceps )
Gergaji ( tulang / kepala )
Gergaji listrik
Martil dan pahat
Timbangan mayat dan timbangan organ
Jarum jahit dan benang
Gelas ukur
Meteran pengukur panjang
Sarung tangan karet
Botol mulut lebar dengan penutupnya
Gelas objek dan piling petri
Baskom dan ember
Dasar Hukum
Dalam KUHAP yang mulai berlaku pada penutup tahun 1981, terdapat ketentuan yang
menjelaskan keterlibatan dokter dalam melakukan autopsi.
KUHAP pasal 133
Ayat 1 : Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
Ayat 2 : Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara
tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Ayat 3 : Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi
label yang memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau
bagian lain badan mayat.
KUHAP pasal 134
1. Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban
2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas jelasnya tentang
maksud dan tujuan perlu dilakukan pembedahan tersebut.
3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak
yang perlu diberitahu tidak ditemukan penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang undang ini.
KUHAP pasal 179
1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan
2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik baiknya dan yang sebenarnya
menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
KUHP pasal 222
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalangi atau menggagalkan pemeriksaan
mayat untuk pengadilan, dihukum dengan hukuman penjara selama lamanya 9 bulan
atau dengan sebanyak banyaknya tiga ratus ribu rupiah.
Pemeriksaan Mayat
Ada 2 bagian besar pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan luar dan pemeriksaan
bagian dalam.
Pemeriksaan Luar
Yang dimaksud dengan pemeriksaan luar, tidak saja pemeriksaan luar tubuh korban tetapi
juga pakaian korban, benda benda yang dipakai korban bahkan barang atau benda
sekitar korban.
1. Label Mayat
Memeriksa label mayat ( dari pihak kepolisian ) yang biasanya diikatkan pada
jempol kaki mayat. Gunting pada tali pengikat, simpan bersama berkas
pemeriksaan. Catat warna, bahan, dan isi label selengkap mungkin. Sedangkan
label rumah sakit, untuk identifikasi di kamar jenazah harus tetap ada pada tubuh
mayat.
2. Tutup dan Pembungkus mayat
Mencatat jenis / bahan warna, corak serta kondisi ( ada tidaknya bercak atau
pengotoran ) dari penutup mayat. Catat tali pengikatnya bila ada, catat mengenai
jenis, bahan, cara, pengikatan serta letak pengikatannya.
3. Pakaian
Mencatat pakaian mayat dengan teliti mulai dari yang dikenakan di atas sampai
bawah, dari yang terluar sampai yang terdalam. Pencatatan meliputi bahan, warna
dasar, warna dan corak tekstil, bentuk/model pakaian, ukuran , merk penjahit, cap
ukuran dll. Catat juga letak dan ukuran pakaian bila ada tidaknya bercak /
pengotoran atau robekan. Saku diperiksa dan dicatat isinya.
4. Perhiasan
Mencatat perhiasan mayat,meliputi jenis, bahan, warna, merek, bentuk serta
ukiran nama / inisial pada benda perhiasan tersebut.
5. Mencatat benda disamping mayat
6. Mencatat perubahan tanatologi / tanda tanda kematian :
i.
Lebam mayat
Catat letak, distribusi, dan warna lebam mayat, perhatikan apakah lebam mayat
hilang dengan penekanan.
Kaku mayat
Catat distribusi kaku mayat, serta derajat kekakuannya pada rahang, leher, sendi
lengan atas, siku, pinggang, pangkal paha, dan lutut apakah mudah atau sukar
iii.
iv.
saat tersebut.
Rumus empiris lama kematian dipakai didaerah tropis : (37- suhu rektal) + 3
Pembusukan
Tanda tanda pembusukan pertama, terlihat kulit perut sebelah kanan bawah
berwarna kehijau-hijauan. Kadang kadang dengan kulit ari mudah terkelupas.
Terdapat gambaran pembuluh darah superficial dan melebar dan berwarna biru
hitam ataupun tubuh yang mengalami pembengkakan akibat pembusukkan
v.
lanjut
Mumufikasi
Didapati pada mayat yang berada pada daerah panas atau temperatur tinggi serta
kelembaban udara yang rendah misalnya di gurun pasir. Dalam kedaan ini
cairan tubuh mayat akan menguap sehingga tinggal kulit pembalut tulang.
vi. Adiposere
Adalah keadaan mayat yang terpapar di daerah lembab atau basah. Disini
terlihat adanya perubahan bahan lemak menjadi bahan yang menyerupai
malam ( lilin ). Proses ini terjadi karena hidrogenisasi asam lemak tak jenuh
menjadi asam lemak jenuh dengan kalsium membentuk sabun yang tidak dapat
larut dalam air.
7. Identifikasi umum
Mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin, bangsa / ras, perkiraan umur,
warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat badan, disirkumsisi / tidak, striae
albicans pada dinding perut
8. Identifikasi khusus
Mencatat segala sesuatu yag dapat dipakai untuk penentuan identitas khusus,
meliputi rajah/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelainan kulit, anomali dan cacat
pada tubuh.
9. Pemeriksaan Lokal
Kepala : Perhatikan bentuk dan adanya luka atau tanda patah tulang
Rambut : Memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari rambut.
gigi palsu, ditambal, dibungkus logam, kelainan letak, kelainan gusi dll.
Leher
Bagian leher diperiksa jika ada memar, bekas pencekikan atau pelebaran
pembuluh darah. Kelenjar tiroid dan getah bening juga diperiksa secara
menyeluruh
Dada
- Bentuk dada, luka atau tanda patah tulang.
- Pada wanita : bentuk mammae, papilae mammae dan aerola mammae
Perut
Bentuk, tanda kekerasan, tebal lemak dan lain lain.
Ekstremitas atas dan bawah
Tanda kekerasan patah tulang, ujung jari membiru atau tidak
Alat Kelamin
Pada wanita adakah tanda tanda kekerasan atau luka, komisura posterior
masih utuh / tidak, selaput darah utuh atau robek, robekan baru / lama, kalau
ada dugaan persetubuhan sebelumnya maka diambil sekret vagina untuk
pemeriksaan sperma.
Pada laki laki lihat apa sudah disunat atau tidak. Ukuran penis kecil atau bear
Dubur
- Tanda tanda kekerasan seperti pada sodomi dijumpai erosi dan anus
berbentuk lonjong.
- Apakah ada keluar benda lain dari lubang dubur.
10. Perlu diperhatikan kemungkinan terdapatnya tandda perbendungan, ikterus,
sianosis, edema, bekas pengobatan, bercak lumpur atau pengotoran lain pada
tubuh.
11. Pemeriksaan ada tidaknya patah tulang, serta jenis / sifatnya.
Dalam melaporkan gambaran tentang luka sebaiknya mengandung unsur :
- Lokalisasi : regio anatomis dan koordinat terhadap garis / titik anatomis
-
terdekat.
Jenis Luka : Luka lecet, memar atau luka terbuka, luka senjata tajam dll
Bentuk luka : Pada luka terbuka sebutkan pula panjang luka setelah luka
dirapatkan.
Arah luka : Melintang , membujur atau miring.
Pinggir Luka : Rata, teratur atau tidak teratur
Sudut Luka : runcing ,membulat atau bentuk lain
Dasar Luka : Jaringan bawah kulit, otot, tulang atau rongga badan
Sekitar luka : Apakah memar, kotor oleh lumpur, minyak dll
Ukuran Luka : Diukur panjang luka setelah luka tersebut dirapatkan terlebih
Pemeriksaan Dalam
Teknik Autopsi
1
Teknik Virchow
Teknik ini mungkin merupakan teknik autopsi yang tertua. Setelah dilakukan pembukaan
rongga tubuh, organ-organ dikeluarkan satu persatu dan langsung diperiksa. Dengan
demikian kelainan-kelainan yang terdapat pada masing-masing organ dapat segera dilihat,
namun hubungan anatomik antar beberapa organ yang tergolong dalam satu sistem menjadi
hilang.
2
Teknik Rokitansky
Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat dan diperiksa dengan melakukan beberapa irisian
in situ, baru kemudian seluruh organ-organ tersebut dikeluarkan dalam kumpulan-kumpulan
organ (en-bloc). Teknik ini jarang dipakai.
3 Teknik Letulle
Setelah rongga dibuka, organ leher, dada, diafragma, dan perut dikeluarkan sekaligus (en
mase). Kepala diletakkan di atas meja dengan permukaan posterior menghadap meja ke
atas. Pleksus coeliacus dan kelenjar para aorta diperiksa. Aorta dibuka sampai arkus aorta
dan Aa. Renales kanan dan kiri dibuka serta diperiksa.
Aorta diputus di atas muara A. renalis. Rektum dipisahkan dari sigmoid. Organ
urogenital dipisahkan dari organ lain. Bagian proksimal jejunum diikat pada dua tempat
dan kemudian diputsu antara dua ikatan tersebut dan usus dapat dilepaskan. Esophagus
dilepaskan dari trakea, tetapi hubungannya dengan lambung dipertahankan. Vena cava
inferior serta aorta diputus di atas diafragma dan demikian organ leher dan dada dapat
dilepas dari organ perut.
Kerugian teknik ini adalah sukar dilakukan tanpa pembantu, serta agak sukar dalam
penanganan karena panjangnya kumpulan organ-organ yang dikeluarkan sekaligus.
4
Teknik Ghon
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan bersama hati dan
limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai 3 kumpulan organ (bloc).
Deskripsi organ
Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan hati-hati dan
dicatat :
1
Bentuk
Kohesi: Merupakan kekuatan daya regang anatar jaringan pada organ itu. Caranya
dengan memperkirakan kekuatan daya regang organ tubuh pada saat ditarik.
Jaringan yang mudah teregang (robek) menunjukkan kohesi yang rendah
sedangkan jaringan yang susah menunjukkan kohesi yang kuat.
Struktur organ juga bisa berubah dengan adanya penyakit. Pemeriksaan khusus
juga bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan
penyebab kematian.
Pemeriksaan Tambahan
1. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Pada beberapa kasus diperlukan pemeriksaan lebih teliti melalui pemeriksaan jaringan secara
mikroskopik. Jaringan yang diperlukan diambil dari beberapa tempat yang dicurigai dengan
ukuran 2x2 cm dan tebal 0.5 sampai 1 cm dan diawetkan dengan formalin 10% dalam botol
bermulut lebar. Organ yang diambil adalah paru-paru, hati, limpa, pancreas, otot jantung,
arteri coronaria, ginjal, otak dan lain organ yang menunjukkan ada kelainan. Dalam
pengambilan jaringan selalu diusahakan jaringan normal juga ikut dalam sayatan. Ini perlu
sehingga memudahkan ahli patologi anatomi mengenal jaringan dan membedakannya dengan
bagian yang mengalami kelainan. Bahan dapat dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi
setempat.
2. Pemeriksaan Racun
Yang diambil adalah bahan yang dicurigai seperti muntahan, isi lambung beserta jaringan
lambung dimasukkan ke dalam botol. Darah diambil dari jantung atau vena kira-kira 20-50ml
dan dimasukkan ke dalam botol begitu juga hati dan empedu. Pada dugaan keracunan logam
berat seperti Arsen, maka perlu dikirim rambut, kuku dan tulang.
3. Pemeriksaan Bakteriologi
Bila ada dugaan ke arah adanya sepsis, maka darah diambil dari jantung dan limpa untuk
pembiakan kuman. Darah diambil dengan spuit 10ml melalui dinding kantong jantung yang
telah dibakar dengan spatel panas terlebih dahulu, lalul dipindahkan ke dalam tabung reagen
yang steril. Jaringan limpa diambil dengan pinset dan gunting steril dengan cara pembakaran
yang sama seperti di atas, lalu dimasukkan dalam tabung steril.
4. Pemeriksaan balistik
Pemeriksaan mayat yang diduga mati akibat penembakan seharusnya dimulai dengan
melakukan pemeriksaan rontgenologi pada seluruh tubuh untuk mendeteksi adanya logam
(peluru). Tetapi karena sarana ini tidak terdapat, bahkan di pusat pemeriksaan kedokteran
forensic sekalipun, maka usaha untuk mendapatkan adanya peluru terpaksa dilakukan dengan
menelusuri seluruh jaringan tubuh. Sering dengan melakukan perabaan usaha ini dapat
berhasil.
Peluru harus diambil dengan sangat hati-hati dengan jari, tidak boleh menggunakan benda
keras seperti tang atau klem. Penggunaan benda keras dapat menyebabkan terjadinya goresan
pada anak peluru yang akan menyebabkan keraguan pada ahli balistik yang akan memeriksa
peluru di laboratorium kriminologi. Bila peluru tertanam dalam tulang, jangan dipaksa
mengambil anak peluru secara paksa. Dalam keadaan demikian, tulang yang ada pelurunya
dipotong untuk dikirim ke laboratorium. Petugas di Laboratorium Kriminologi Forensik akan
mengambil tulang dengan hati-hati.
Ank peluru sesudah diambil, dikembalikan kepada petugas kepolisian untuk dikirim ke
laboratorium kriminologi dengan cara:
1. Timbang berat anak peluru, bentuk, ukuran, jenis metal
2. Anak peluru dibungkus dengan kapas atau kain kasa sebagai pelindung
3. Dimasukkan ke dalam kotak (Peluru kecil cukup dalam kotak korek api)
4. Kotak dibungkus rapi dengan kertas
5. Diikat dengan benang
6. Disegel dengan lak (bila ada) dan diujung benang ditaruh kertas yang berisi keterangan
tentang benda yang dikirim, nama korban, tanggal pembungkusan dan penyegelan.
7. Buat berita acara pembungkusan dan penyegelan