Anda di halaman 1dari 7

PROSES SEDIMENTASI

Dalam ilmu petrologi, kita kenal penganut teori magma yang menganggap bahwa semua
batuan beku itu terbentuk dari magma karena membekunya lelehan silikat yang pijar-pijar
ini. Magma yang cair-pijar tadi semula berada dalam bumi dan oleh kekuatan gas yang
larut di dalamnya naik ke atas mencari tempat-tempat yang lemah (juga tekanan rendah)
dalam kerak bumi, seperti daerah patahan atau rekahan. Magma akan keluar mencapai
permukaan bumi melalui pipa gunung api dan disebut lava, akan tetapi ada pula magma
yang membeku jauh di dalam bumi dan dikenal dengan anama batuan beku dalam.
Batuan (rock) dalam pengertian petrologi tidak selalu merupakan massa yang padat, tetapi
pasir yang lepas, batubara yang ringan ataupun lempung yang gembur dalam ilmu geologi
dimasukkan ke dalam istilah batuan. Jadi segala sesuatu yang menjadi bahan pembentuk
kerak bumi adalah batuan.
Salah satu cabang dari ilmu geologi yang membahas dan meneliti batuan adalah Petrologi
(ilmu batuan), mengartikan batuan adalah terdiri dari satu atau lebih macam mineral yang
membentuk satuan kecil dari kerak bumi dan mempunyai komposisi kimia dan mineral
yang tetap, sehingga dengan jelas dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

Batuan Beku
Selanjutnya orang berpendapat bahwa magma asal itu mempunyai susunan basal dan
kemudian karena proses diferensiasi dan asimilasi didapat susunan magma yang berbedabeda dan membeku menjadi batuan yang berbeda susunannya. Jikalau magma tadi tiba di
bagian yang lebih tinggi dalam kerak bumi maka magma itu akan mendingin dan mulailah
terjadi kristalisasi atau penghabluran menjadi mineral.
Mineral yan g pertama terbentuk ialah mineral yang berat jenisnya besar, yaitu mineral
yang berwarna tua. Oleh karena berat jenisnya yang besar dibandingkan dengan massa di
sekelilingnya maka mineral itu tenggelam kembali dalam magma yang masih cair. Karena
kristalisasi ini maka susunan magma akan berubah, mineral yang tenggelam tadi akan larut
kembali, akan tetapi jenis itu akan tetap tinggal di bagian bawah dari magma. Di bagian
atas terkumpul mineral yang ringan, kaya akan SiO2 sehingga dengan demikian terjadilah
pemisahan atau diferensiasi yaitu magma asam (kaya SiO2) di atas dan magma basa
dibawah. Yang dimaksud dengan proses asimilasi adalah penelanan batuan di sekelilingnya
oleh magma yang sedang menuju ke atas. Proses asimilasi ini adalah suatu teori untuk
menerangkan terjadinya magma dengan susnan kimia yang berbeda-beda.

Batuan beku atau Igneous Rock berasal dari bahasa latin, Inis = api. Batuan beku adalah
batuan yang terjadi dari pembekuan material yang kental yang berasal dari bumi (magma).
Magma yang panas bergerak dari dalam bumi ke permukaan bumi makin lama makin
dingin dan akhirnya membek, sehingga dikenal dengan batuan beku dalam (intrusi) atau
batuan Plutonis (Pluto = Dewa dunia bawah). Ada juga yang membeku setelah mencapai
permukaan bumi yang dikenal dengan nama batuan beku luar atau ekstrusi atau batuan
Vulkanis (Vulkanus = dewa api).

Batuan Sedimen
Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di daratan
ataupun lautan), dan telah mengalami proses angkutan dari satu kawasan ke kawasan yang
lain. Air dan angin merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras
akan menjadi batuan sedimen. Kajian berkenaan dengan sedimen dan batu sedimen ini
disebut dengan sedimentologi. Di antara sedimen yang ada ialah lumpur, pasir, kelikir dan
sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batu sedimen apabila mengalami proses pengerasan.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil akumulasi material-material yang
telah mengalami perombakan terlebih dahulu atau hasil pengendapan akibat proses kimia
dan biologi dan kemudian mengalami proses pembatuan (lithifikasi). Batuan sedimen
diendapkan lapisan demi lapisan dipermukaan litosfer, dalam temperatur dan tekanan yang
relatif rendah. Sebaliknya, kebanyakan batuan beku dan metamorf terjadi di bawah
permukaan bumi, dalam temperatur dan tekanan tinggi.
Lapisan demi lapisan batuan sedimen terendapkan secara kontinu sepanjang waktu geologi
dan berasal dari batuan yang telah ada lebih dulu, seperti batuan beku, batuan metamorf,
atau batuan sedimen yang lain. Oleh proses pelapukan, gaya-gaya air dan pengikisan oleh
angin, batuan-batuan tersebut dihancurkan, diangkut dan kemudian diendapkan ditempattempat yang rendah letaknya, misalnya di laut, di samudra-samudra dan di danau-danau,
rawa-rawa. Mula-mula sedimen-sedimen ini adalah batuan yang lunak, tetapi karena makin
bertambah tebalnya lapisan-lapisan sedimen itu, temperatur dan tekanannya makin
bertambah, dan oleh proses diagenesis maka sedimen-sedimen yang lunak akan menjadi
keras, sehingga sifat-sifat fisika kimia dari batuan itu berada dari ketika batuan itu mulai
diendapkan.

Material atau komponen penyususun batuan sedimen :


1. Material detritus ( Allogenik ), sebagai hasil rombakan yang terbentuk dari luar daerah
sedimentasi, terdiri dari :
Fragmen mineral atau kristal, seperti mineral silikat, yaitu kwarsa, feldspar, mineral
lempung, dll.
Fragmen batuan yang berukuran kasar hingga halus.
2. Material Autogenik, terbentuk di daerah sedimentasi atau cekungan sebagai hasil proses
kimiawi atau biokimia, seperti kalsit, gypsum, halit, glaukonit, oksida besi, dll.

Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme batuan-batuan
sebelumnya karena perubahan temperatur dan tekanan. Metamorfisme terjadi pada keadaan
padat (padat ke padat) meliputi proses kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineralmineral baru serta terjadi dalam lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan
batuan asalnya terbentuk. Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan tertentu
yang jika dikenakan tekanan dan temperatur yang melebihi batas tersebut maka akan terjadi
penyesuaian dalam batuan dengan membentuk mineral-mineral baru yang stabil.
Disamping karena pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme juga dipengaruhi oleh
fluida, dimana fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara butiran mineral atau pori-pori
batuan yang pada umumnya mengandung ion terlarut akan mempercepat proses
metamorfisme.
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut :

Komposisi mineral batuan asal

Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme

Pengaruh gaya tektonik

Pengaruh fluida

Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan menjadi


dua, yaitu :
Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh tekanan
diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.
Non-foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran mineralmineral dalam batuan tersebut.
Pembagian Batuan Metamorf
Berdasarkan proses pembentukannya, batuan metamorf dibedakan atas :
v Metamorfosa regional, terjadi akibat adanya peningkatan tekanan dan temperatur, namun
dalam hal ini unsur tekanan lebih dominan dalam proses pembentukannya. Sebagai dampak
dari dominasi tekanan dalam proses diagenesanya, maka struktur yang dijumpai pada
batuan metamorf tipe metamorfosa regional adalah skistose dan filitik. Tipe metamorfosa
ini terjadi dalam daerah yang sangat luas sehingga memungkinkan terjadinya konsentrasi
atau dominasi tekanan dalam proses pembentukan batuan metamorf itu sendiri.
v Metamorfosa beban, terjadi akibat dominasi tekanan dalam proses pembentukannya,
namun dalam tipe didapati tektur batuan asal yang tidak mengalami perubahan dan hal
inilah yang membedakan tipe ini dengan tipe metamorfosa regional. Disamping itu, pada
tipe ini juga didapati perubahan komposisi mineral batuan asal secara dominan, sehingga
dapat diasumsikan bahwa tekanan dan luas daerah yang berlangsung dalam proses
pembentukan batuan pada tipe ini sangatlah jauh beda jika dibanding dengan proses
pembentukan batuan metamorf tipe regional.
v Metamorfosa termal/kontak, terjadi akibat adanya peningkatan temperatur dan umumnya
terjadi di daerah sekitar intrusi batuan plutonik. Sebagai dampak dari dominasi temperatur
dalam proses pembentukan batuan pada tipe ini, maka struktur yang dijumpai adalah
berupa struktur non foliasi dengan tekstur granoblastik dan hornfelsik.
v Metamorfosa kataklastik, terjadi di daerah/zona sesar sehingga sering juga disebut
metamorfosa dislokasi atau kinematik. Struktur yang dijumpai dalam tipe metamorfosa ini
adalah milonitikdan filonitik.

Batuan Piroklastik
Piroklastik berasal dari bahasa Yunani, pyro yang berarti api (fire) dan clastic yang berarti
hancuran (broken). Piroklastik (pyroclastics) adalah batuan yang tertransport dari akibat
letusan gunung berapi dan memiliki komposisi material-material vulkanik. Menurut
William (1982) batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang bertekstur klastik yang
dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api, dengan
material asal yang berbeda, dimana material penyusun tersebut terendapkan dan
terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi (rewarking) oleh air atau es. Pada
kenyataannya, batuan hasil letusan gunung api dapat berupa suatu hasil lelehan yang
merupakan lava yang telah dibahas dan diklasifikasikan ke dalam batuan beku, serta dapat
pula berupa produk ledakan atau eksplosif yang bersifat fragmental dari semua bentuk cair,
gas atau padat yang dikeluarkan dengan jalan erupsi.
Dengan kata lain, batuan piroklastik berasal dan berhubungan dengan gunung api. Dari cara
transport-nya batuan piroklastik pada dasarnya dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Pyroclastic fall adalah batuan piroklastik yang material penyusunnya tertransport
melalui udara (terbang). Sehingga dapat diasumsikan bahwa material penyusun
batuan piroklastik jenis ini adalah material yang ringan semisal material debu
vulkanik.
2. Pyroclastic surge adalah batuan piroklastik yang material penyusunnya tertransport
melalui permukaan tanah tetapi terjadi proses spin (menggelinding atau berputar)
sehingga akibat proses spinini, material penyusunnya cenderung membulat
(rounded).
3. Pyroclastic flow adalah batuan piroklastik yang material penyusunnya tertransport
melalui permukaan tanah dengan cara mengalir (flow). Biasanya antar fragmen
dalam batuan jenis ini membentuk ikatan terbuka, hampir tidak terjadi kontak antar
fragmen.
Material-material penyusun batuan piroklastik tersebut hadir dalam bentuk fragmenfragmen (piroklas) dari letusan gunung api secara langsung. Fragmen piroklastik
berdasarkan ukuran butirnya oleh Fisher (1961) dan Schmid (1981) dibedakan atas tiga,
yaitu :
Bom dan Blok, fragmen piroklastik berukuran > 64 mm.
Lapilli, fragmen piroklastik berukuran 2 64 mm, dapat berupa juvenil, cognate, maupun
accidentil.
Ash, fragmen piroklastik berukuran 2 1/256 mm.
Dalam pendiskripsian batuan piroklastik, komposisi batuannya berdasarkan proporsi
ukuran butir penyusun batuan dibedakan atas :

Butiran, merupakan fragmen yang berukuran relatif lebih kasar dapat berupa
juvenil, cognate maupun accidentil.

Matrik (massa dasar), merupakan fragmen yang berukuran lebih halus dapat berupa
juvenil, cognate maupun accidentil.

TUGAS IPS
HASIL PROSES SEDIMENTASI

NAMA

: SAHRUL YOGYANTO

KELAS

: VII H

SMP NEGERI 1 REMBANG


TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Anda mungkin juga menyukai