Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa (YME) yang paling sempurna dari
makhluk lainnya. Dengan segala kelebihan yang dimiliki manusia dibanding makhluk lainnya
membuat manusia memiliki kedudukan atau derajat yang lebih tinggi. Manusia juga disertai akal,
pikiran, perasaan sehingga manusia dapat memenuhi segala keinginannya.
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang
dimiliki. Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda atau tidak
ada yang sama antara yang satu dengan lainnya baik secara fisik maupun psikis. Secara individu
juga, manusia ingin memenuhi kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin
dan mampu mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran
bahwa setiap individu akan berusaha untuk menemukan jati dirinya masing-masing, tidak ada
manusia

yang

ingin

menjadi

orang

lain

sehingga

dia

akan

selalu

sadar

akan

keindividualitasannya.
Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa dalam
mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah dengan sendirinya, tetapi
membutuhkan bantuan dan bimbingan manusia lain. Dalam penerapan manusia sebagai makhluk
sosial, manusia membutuhkan interaksi sosial dengan orang lain. Karena dalam kenyataannya,
tidak ada manusia yang mampu bertahan hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain. Hal ini
menunjukan bahwa manusia hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang
satu dengan lainnya.
Dari penjelasan diatas, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial memiliki
fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Dalam menjalankan
peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut harus di laksanakan secara seimbang, maka
setiap individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing baik sebagai individu maupun
sebagai makhluk sosial tersebut.

B. Rumusan Masalah
1 | Page

Rumusan masalah yang mendasari pembuatan makalah ini, antara lain :


1) Bagaimana manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial ?
2) Apa perbedaan antara interaksi sosial dan sosialisasi ?
3) Apakah yang dimaksud dengan masyarakat dan komunitas ?
4) Bagiamana peranan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial ?
5) Apakah yang dimaksud dengan dinamika interaksi sosial ?
6) Manakah yang penting antara kepentingan individu dan kepentingan sosial ?
7) Bagaimana keadaan masyarakat di Indonesia mengenai manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
1) Memberikan informasi kepada pembaca tentang manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial.
2) Memberikan informasi kepada pembaca tentang perbedaan antara interaksi sosial dan
sosialisasi.
3) Memberikan informasi kepada pembaca mengenai masyarakat dan komunitas.
4) Memberikan informasi kepada pembaca tentang peranan manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial.
5) Memberitahukan kepada pembaca mengenai dinamika interaksi sosial.
6) Memberikan informasi kepada pembaca mengenai pentingnya antara kepentingan individu
atau kepentingan sosial.
7) Memberikan informasi kepada pembaca tentnag keaadan masyarakat di Indonesia mengenai
manusia sebagai makhluk individu dan sosial.

2 | Page

BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia Sebagai Makhluk Individu
I n d i v i d u b e r a s a l d a r i k a t a in dan devided. D a l a m B a h a s a I n g g r i s in a r t i
tidak devided a r t i n y a t e r b a g i . J a d i i n d i v i d u a r t i n y a t i d a k t e r b a g i , a t a u s a t u
kesatuan.
D a l a m b a h a s a l a t i n i n d i v i d u berasal dari kata individium

berarti yang tak

t e r b a g i . Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis, unsur raga dan jiwa.
Seorang individu adalah perpaduan antara f a k t o r
dibawa

individu

sejak

lahir)

dan

faktor

genotip

(faktor

lingkungan

yang

(fenotip)

y a n g b e r p e r a n d a l a m p e m b e n t u k a n karakteristik yang khas dari seseorang.


Istilah lingkungan merujuk pada l i n g k u n g a n f i s i k s e p e r t i k o n d i s i a l a m s e k i t a r n y a
d a n lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan
interaksi sosial.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap
orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan
faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut

Nursid

Suma at madja

(2000),

kepribadian

adalah

k e s e l u r u h a n perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psikofiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian
s i t u a s i lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi
m e n t a l psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan.
B. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut
makhluk

kodratnya

bermasyarakat.

makhluk s o s i a l ,

manusia

manusia

Dalam
selalu

adalah

hubungannya
hidup

makhluk
dengan

bersama

sosial

manusia
dengan

atau
sebagai

manusia

l a i n n y a . Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena pada diri manusia ada
dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang l a i n .
3 | Page

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan,
yaitu:
a) Manusia tunduk pada aturan, norma social.
b) Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
d) Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
C. Interaksi Sosial dan Sosialisasi
1) Interaksi Sosial
K a t a i n t e r a k s i b e r a s a l d a r i k a t a inter dan action. I n t e r a k s i s o s i a l
a d a l a h hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan
masyarakat. Interaksi adalah proses dimana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh
m e m p e n g a r u h i d a l a p i k i r a n d a n t i n d a k a n . Interaksi sosial terjadi dengan didasari
oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a) Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru .
b) Sugesti adalah suatu poroses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau
pedoman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dikritik terlebih dahulu. Yang
dimaksud sugesti disini adalah pengaruh pysic b a i k yang datang dari dirinya sendiri
maupun dari orang lain. A r t i s u g e s t i d a n i m i t a s i d a l a m h u b u n g a n n y a ,
dengan interaksi sosial adalah hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang
yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan
pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
c) I d e n t i f i k a s i d a l a m p s i k o l o g i b e r a r t i d o r o n g a n u n t u k m e n j a d i i d e n t i
( s a m a ) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
d) Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk

interaksi

( cooperation), persaingan ( competition ) ,

sosial
dan

dapat

berupa

kerja

sama

p e r t e n t a n g a n ( conflict). Menurut

Gilin and Gilin ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya
interaksi sosial, yaitu : a) Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu
akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. b) Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang
meliputi contravention dan pertentangan pertikain. Adapun interaksi yang pokok proses-proses
adalah :
4 | Page

a) Bentuk Interaksi Asosiatif


Kerja sama (cooperation). K e r j a s a m a t i m b u l k a r e n a o r i e n t a s i o r a n g
p e r o r a n g a n t e r h a d a p kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan
pelaksanaan kerjasama ada tiga bentuk kerja sama, yaitu : Bargainng ( pelaksanaan perjanjian
mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih). Cooperation (proses
penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu
organisasi untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan)

Coalition

(kombinasi

antara

dua

organisasi

atau

lebih

yang

mempynyaitujuan yang sama).


Bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya :

Coertion,

yaitu

suatu

bentuk

akomodasi

yang

prosesnya

dilaksanakan

karenaadanya paksaan.

Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing


mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan
yang ada.

Arbiration, s u a t u c a r a u n t u k m e n c a p a i compromise. Meditation, hampir


menyerupai arbitration.

Conciliation s u a t u u s a h a u n t u k m e m p e r t e m u k a n k e i n g i n a n p i h a k
y a n g berselisih.

Stelemate m e r u p a k a n
p i h a k

s u a t u

a k o mo d a s i

di ma n a

p i ha k -

y a n g berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu

dalam melakukan pertentangan.

Adjudication yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.

b) Bentuk Interaksi Disosiatif

Persaingan (competition) adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau
kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan.

Kontraversi (contaversion) b e n t u k i n t e r a k s i y a n g b e r b e d a a n t a r a p e r s a i n g a n
d a n pertentangan yang ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri s e s e o r a n g .

Pertentangan (conflict ) adalah

suatu

bentuk interaksi

antar

individu

atau

kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang
pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk
khusus, antara lain: pertentangan pribadi, pertentangan rasional, pertentangan
kelas sosial, dan pertentangan politik.
5 | Page

2) Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses dimana seorang a n a k b e l a j a r
menjadi seorang anggota ya n g berpartisipasi dala m ma s ya rakat . Salah
s a t u t e o r i p e r a n a n d i k a i t k a n s o s i a l i s a s i i a l a h t e o r i G e o r g e H e r b e r t Mead.
Dalam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead
menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan
anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap ; play stage, game stage,
dan tahap generalized other. M e n u r u t

Mead

pada

tahap

perta ma ,

play stage

(m u l a i belajar mengambil peranan). Pada tahap game stage (sudah mengetahui peranan
yang

harus

dijalani).

Pada

tahap

ketiga

sosialisasi

(telah

mampu

mengambil peran generalized others).


M e n u r u t C o o l e y k o n s e p d i r i ( self-concept) seseorang berkembang melalui
interaksinya dengan orang lain . Te r b e n t u k m e l a l u i t i g a t a h a p . Pihak-pihak yang
melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacob s mengidentifikasikan agen
sosialisasi utama : keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
Bentuk dan Pola Sosialisasi
Bentuk-bentuk sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang
hidup m a n u s i a . Pola-pola sosialisasi, yaitu pola represi yang m e n e k a n k a n
penggunaan
merupakan

hukuman
pola

yang

terhadap
didalamnya

kesalahan
anak

dan

diberi

pada

pola partisipatori

i m b a l a n manakala

berperilaku baik dan anak menjadi pusat sosialisasi.


D. Masyarakat dan Komunitas
Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakukan h u b u n g a n ,
s e d i k i t b a n y a k b e r s i f a t k e k a l , b e r l a n d a s k a n p e r h a t i a n d a n t u j u a n . Unsur-unsur
masyarakat yaitu : kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama, sudah memiliki sistem dan
struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan , sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama,
adanya kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki kebudayaan.
a) M a s y a r a k a t s e t e m p a t ( community)
Masyarakat setempat menunjukan pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal
disatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama

6 | Page

yang

menjadi

dasarnya

adalah

interaksi

yang

lebih

besar

diantara

anggota-

a n g g o t a n y a , d i b a n d i n g k a n i n t e r a k s i d e n g a n p e n d u d u k d i l u a r b a t a s wilayahnya.
b) Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota
Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian y a n g
berbeda, khususn ya terhadap perhatian keperluan hidup. Di desa, ya ng
diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lain
diabaikan. Lain dengan pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok,
mereka melihat selain kebutuhan pokok, pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.
c) M a s y a r a k a t M u l t i k u l t u r a l
Perlu

diketahui,

ada

tiga

istilah

yang

digunakan

secara

bergantian

untuk mengambarkan masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda,
yaitu pluralitas, keragaman, dan multicultural. Konsep pluralitas m e n e k a n k a n p a d a a d a n y a
h a l - h a l y a n g l e b i h d a r i s a t u (banyak). Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya
yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan.
Sementara itu, konsep multikultralisme sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari
multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa
memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun a g a m a . J a d i , a p a b i l a
pluralitas

hanya

menggambarkan

k e m a j e m u k a n , multikulturalisme

meberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama diruang
public.
d) Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara dan
Kehidupan Global
Problematika yang muncul dari keragaman yaitu munculnya berbagai kasus disintegrasi
bangsa dan bubarnya sebuah negara, dapat disimpulkan adanya lima faktor utama yang
secara gradual bisa menjadi penyebab utama proses itu, yait u : kegagalan kepemimpinan,
krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, dan intervensi asing.
Realitas keragaman buda ya bangsa ini tentu membawa konsekuensi
mu nculn ya persoalan gesekan antar buda ya, ya ng me mp engaruhi dina mika
kehidupan bangsa sebagai kelompok sosial, oleh sebab itu kita harus bersikap terbuka
melihat semua perbedaan dalam keragaman yang ada, menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan,

7 | Page

dan menjadikan keragaman sebagai kekayaan bangsa, alat pengikat persatuan seluruh
masyarakat dalam kebudayaan yang beraneka ragam.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan,
yaitu:
1) Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2) Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4) Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Ada beberapa pemahaman tentang hakikat manusia.
1) HOMO RELIGIUS : Pandangan tentang sosok manusia dan hakikat manusia sebagai makhluk
yang beragam. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa di muka bumi ini sebagai makhluk
yang

paling

sempurna

dibandingkan

dengan

makhluk

lain

ciptaan-Nya.

Melalui kesempurnaannya itulah manusia bisa berfikir, bertindak, berusaha dan bisa manentukan
mana yang baik dan benar. Disisi lain manusia meyakini bahwa ia memiliki keterbatasan dan
kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan sang pencipta alam semesta. Oleh
sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia, pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius yang
mempercayai adanya sang maha pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan dimuka bumi
ini.
2) HOMO SAPIENS : Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan dapat
berfikir atau sebagai animal rationale. Hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang
paling tinggi dan paling mulia. Hal ini disebabkan oleh manusia karena memiliki akal, pikiran,
rasio, daya nalar, cipta dan karsa, sehingga manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai
manusia seutuhnya. Manusia sebagai suatu organisme kehidupan dapat tumbuh dan berkembang,
namun yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah manusia memiliki daya pikir
sehingga ia bisa berbicara, berfikir, berbuat, belajar, dan memiliki cita-cita sebagai dambaan
dalam menjalankan kehidupannya yang lebih baik.
3) HOMO FABER : Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang berpiranti (perkakas).
Manusia dengan akal dan ketrampilan tangannya dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu
(sebagai produsen) dan pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain (sebagai konsumen)
untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya. Melalui kemampuan dan daya pikir yang
dimilikinya, serta ditunjang oleh daya cipta dan karsa, manusia dapat berkiprah lebih luas dalam
tatanan organisasi kemasyarakatan menuju kehidupan yang lebih baik.

8 | Page

4) HOMO HOMINI SOCIUS : Kendati manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang memiliki
jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun pada saat
yang bersamaan manusia juga sebagai kawan sosial bagi manusia lainnya. Ia senantisa
berinteraksi dengan lingkungannya. Ia berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu
masyarakat tertentu. Walaupun terdapat pendapat yang berlawanan, ada yang menyebut manusia
adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Pemahaman yang terakhir inilah yang
harus dihindarkan agar tidak terjadi malapetaka dimuka bumi ini. Sejarah telah membuktikan
adanya perang saudara ataupun pertikaian antarbangsa, pada akhirnya hanya membuahkan derajat
peradapan manusia semakin tercabik-cabik dan terhempaskan.
5) Manusia sebagai makhluk etis dan estetis : Hakikat manusia pada dasarnya adalah sebagai
makhluk yang memiliki kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapat memahami norma-norma
sosial dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah etika yang diyakininya. Sedangkan
makna estetis yaitu pemahaman tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa
keindahan (sense of beauty) dan rasa estetika (sense of estetics). Sosok manusia yang memiliki
cita, rasa, dan dimensi keindahan atau estetika lainnya. Paham yang mengembangkan pentingnya
aspek sosial kehidupan manusia adalah sosialisme.
E. Peranan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
1) Peranan Manusia sebagai Makhluk Individu
Perbedaan yang ada seperti berbeda keyakinan, lingkungan, ras, suku, dan golongan tidak
meniadakan persamaan akan Harkat dan Martabat manusia. Manusia sebagai individu akan
berusaha :

Menjaga dan mempertahankan Harkat dan Martabatnya.

Mengupayakan terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai manusia.

Merealisasikan segenap potensi diri, baik sisi Jasmani maupun Rohani.

Memenuhi

kebutuhan

dan

kepentingan

diri

demi

kesejahteraan

hidupnya.

Dalam hidup kemasyarakatan, individu juga bisa menghasilkan fungsi-fungsi negative,


misalnya ; unsur pemenuhan kepentingan diri menjadikan orang per orang memiliki sifat
Individualistik dan Egois.
2) Peranan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat social. Kebutuhan akan orang lain dan interaksi
social membentuk kehidupan berkelompok pada manusia. Dan dalam kehidupannya manusia
membutuhkan Norma-Norma Sosial sebagai patokan dalam bertingkah laku. Norma-Norma
tersebut adalah :
9 | Page

Norma Agama atau Religi : Norma yang bersumber dari Tuhan, yang berisi perintah agar
dipatuhi dan menjauhi larangan Nya. Norma Agama ada dalam ajaran-ajaran Agama.

Norma Kesusilaan atau Moral : Norma yang bersumber dari hati nurani manusia untuk
mengajak pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Yang bertujuan agar manusia berbuat baik
secara Moral bukan Amoral (berkelakuan buruk).

Norma Kesopanan atau Adat : Norma yang bersumber dari masyarakat dan berlaku terbatas
pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan.

Norma Hukum : Norma yang dibuat masyarakat secara resmi (Negara) yang
pemberlakuannya dapat dipaksakan, berisi perintah dan larangan. Bersifat tertulis dan
mempunyai sangsi yang tegas dan mengikat.

F. Dinamika Interaksi sosial


Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis.Hubungan sosial
yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara
kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam
interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya
diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.
Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap
sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia.Kemudian makna yang dimiliki
sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna
tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses
penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan
interpretative process.
Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan
komunikasi.Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi
merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang
disampaikan.Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi
dimulainya komunikasi atau interaksi sosial.Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri
Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir
yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk
tubuh, penampilan berbusana, dan wacana.
Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi
waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall membagi ruangan dalam
interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik.
10 | P a g e

Selain aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai waktu. Pada dimensi waktu ini
terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang
terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan
penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan
masyarakat.
Interaksi Sosial adalah suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh individu dengan
individu, antara indivu dengan kelompok, antara kelompok dengan individu, antara kelompok dengan
dengan kelompok dalam kehidupan social.
Dalam kamus Bahasa Indonesia Interaksi didefinisikan sebagai hal saling melalkukan akasi,
berhubungan atau saling mempengaruhi. Dengan demikian interaksi adalah hubungan timbal balik
(sosial) berupa aksi salaing mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu dan
kelompok dan antara kelompok dengan dengan kelompok.
Gillin mengartikan bahwa interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial dimana yang
menyangkut hubungan antara individu, individu dan kelompok atau antar kelompok. Menurut
Charles P. loomis sebuah hubungan bisa disebut interaksi jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Jumlah pelakunya dua orang atau lebih.

Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang.

Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan dating.

Adanya tujuan yang hendak dicapai

G. Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat


Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada pertanyaan mana
yang harus saya utamakan, kepentingan saya selaku individu atau kepentingan masyarakat tempat
saya hidup bersama? Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan
dua pandangan yang berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu
kelompok masyarakat.
1) Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu
yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas
dari manusia yang lain.
Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan indidulah yang harus diutamakan.
Yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan

11 | P a g e

dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut juga
ideologi individualisme liberal.
Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme) pada abad ke
18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke,
Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah
sebagai berikut :
a) Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya berada pada
pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi social.
b) Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan.
c) Pemberian kebebasan penuh pada individu.
d) Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing.
Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika
kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa diatur
melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak
diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan
hidup bersama.
2) Pandangan Sosialisme
Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan
Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan.
Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak individu
sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya dalam suatu komunitas
atau kelompok.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas,
dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi. Sosialisme
muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih oleh
system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut,
sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam kerangka kepentingan
masyarakat yang lebih luas. Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara
untuk meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat produksi
oleh perorangan. Paham marxisme/komunisme dipelopori oleh Karl Marx (1818-1883).
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang hakikat
manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan
pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia adalah pribadi yang
12 | P a g e

memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan
Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial
semata.Menurut paham ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai.Pribadi dikorbankan
untuk kepentingan negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing.Individualisme liberal dapat
menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan
kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam
lapangan ekonomi dan sosial. Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak menghargai manusia
sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan.Dalam negara komunis mungkin terjadi
kemakmuran, tetapi kepuasan rohani manusia belum tetu terjamin.
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang hakikat
manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan
pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia adalah pribadi yang
memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan
Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial
semata.Menurut paham ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai.Pribadi dikorbankan
untuk kepentingan negara.
H. Kehidupan di Indonesia
Dalam negara Indonesia yang berfalsafahkan Pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki
sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Manusia bukanlah makhluk individu dan sosial, tetapi
manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Frans Magnis Suseno, (2001)
menyatakan bahwa manusia adalah individu yang secara hakiki bersifat sosial dan sebagai individu
manusia bermasyarakat.
Bung Karno menerangkan tentang seimbangnya dua sifat tersebut dengan ungkapan
Internasianalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar dalam buminya nasionalisme.
Nasionalisme tidak hidup subur kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme (Risalah
Sidang BPUPKI-PPKI, 1998). Paduan harmoni antara individu dan sosial dalam diri bangsa
Indonesia diungkap dalam sila kedua dan ketiga Pancasila. Bangsa Indonesia memiliki prinsip
menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Namun demi
kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan hak-hak dasar setiap warga negara.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan,
yaitu:
a) Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
13 | P a g e

b) Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.


c) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
d) Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial memiliki unsur jasmani dan rohani unsur raga dan
jiwa. Manusia dikatakan makhluk individu apabila unsur unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
Sedangkan manusia dikatakan sebagai makhluk sosial apabila di dalam hidupnya tidak bisa
melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Jadi, seorang manusia tidak bisa hidup tanpa ada
hubungan sosial antar masyarakat. Karena rasa tergantung suatu individu kepada lingkungan
sekitarnya maka terciptalah hubungan sosial antar masyarakat.
B. Saran
Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya banyak sekali
kekurangan dalam pembutan makalah ini. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan
kami.
Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat untuk kami khususnya
dan pembaca pada umumnya.

14 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1991. Ilmu Sosial Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Effendi, R dan Setiadi. 2010. Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Teknologi. Bandung: UPI
Mansyuri, Arif dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 2. Jakarta: Amanah Pustaka
Sudulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta
http://manusiabudaya.blogspot.com/2012/03/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan.html

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai