Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang dihadapi oleh
masyarakat kita saat ini. Sebenarnya tidak hanya pada saat ini,kesehatan sudah menjadi
hal yang sangat penting sejak dahulu. Orang zaman dahulu telah melakukan berbagai
upaya untuk menjaga kesehatan, terutama dalam hidup bermasyarakat.
Kesehatan manusia sangat penting karena hal itu merupakan salah satu bentuk
pertahanan

diri

mereka

dari

suatu

penyakit.

Sebelum

terbentuk

kesehatan

masyarakat,pertama haruslah ditumbuhkan kesehatan dari masing-masing individu. Ada 2


faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu faktorinternal dan eksternal. Faktor internal
yaitu faktor yang berasal dari tubuh masing-masing individu misalnya,daya tahan tubuh
dan imun,kesehatan jasmani,dll. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari
luar tubuh,misal kondisi lingkungan.
Selain itu, terdapat juga Pembangunan kesehatan. Pembangunan Keshatan
merupakan

bagian

dari

pembangunan

yang

bertujuan

meningkatkan

kesadaran,kemauan,dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan
tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa indonesia baik masyarakat,swasta
maupun pemerintah yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku sehat
dan dalam lingkungan yang sehat,memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata di seluruh wilayah indonesia.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai hasil tugas kelompok mata kuliah ilmu
kesehatan masyarakat jurusan kesehatan program studi Gizi Klinik semester 1 tentang
Perkembangan Kesehatan Masyarakat.

1.3 Pembatasan Masalah


Dalam makalah ini terdapat batasan-batasan masalah antara lain perkembangan
dan sejarah ilmu kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia.

1.4 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Kesehatan Masyarakat?
2. Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat.
Perkembangan Kesehatan Masyarakat tidak terlepas dari sejarah Kesehatan
Masyarakat (Public Health), yaitu tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani
Asclepius atau Aesculapius dan Higea. Aesculapius adalah seorang dokter pertama, yang
tampan dan pandai telah melakukan pengobatan bahkan bedah dengan prosedur yang
baik. Sedangkan Higea adalah asistennya yang melakukan pencegahan penyakit dan
mengajarkan kepada masyarakat untuk hidup bersih, melaksanakan hidup seimbang,
kebersihan diri menghindari dari makanan dan minuman yang kotor dan beracun, makan
makanan yang bergizi dan cukup istirahat. (Notoadmodjo, 2007)
Kedua orang ini akhirnya menjadi suami istri. Menggabungkan dua aliran
kesehatan yang berbeda tapi tidak saling bertentangan, saling berhubungan satu sama
lain. Aliran Aesculapius cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah sakit yaitu
melalui Pengobatan atau Kuratif. Sedangkan aliran Higea cenderung melakukan
pencegahan penyakit (preventif) serta upaya-upaya peningkatan (promosi) kesehatan.
Mitologi tersebut menjadi inspirasi bagi embrio Ilmu Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat.
Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higea lebih menganjurkan melakukan
upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih
baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan
pengobatan/pembedahan.
Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah antara
kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan
pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat

dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :


1. Pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual,
kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara
petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran
cenderung jauh. Pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok
ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Misalnya dokter yang
menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada
pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka. Bahwa
masalah kesehatan adalah adanya penyakit. Pendekatan kuratif cenderung melihat
dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien
hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis
dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.
2. Pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan)
masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang
menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas
kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti
antara dokter-pasien. Kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan
proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas
kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di
tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan
mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.
Pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan
pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena
terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek
biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak
individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.

2.2 Periode Perkembangan Ilmu Kesehatan.


1. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan (Pre Scientific Period).
4

Abad Pertama sampai Abad Ketujuh. Peradaban masyarakat kuno berpusat di


Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma (The Pre-Cristion Period). Pada saat itu pemerintah
kota telah melakukan upaya-upaya pemberantasan penyakit. Sebagai bukti ditemukan
dokumen-dokumen tentang

peraturan-peraturan tertulis

yang mengatur tentang

pembuangan air limbah (drainase), pengaturan air minum, pembuangan sampah, dsb.
(Hanlon, 1964). Dari hasil penemuan arkeologi pada saat itu telah dibangun WC Umum
(Public Latrine) dan sumber air minum sendiri namun untuk alasan estetika, bukan
untuk alasan kesehatan.
Pada kerajaan Romawi Kuno, peraturan-peraturan yang dibuat bedasarkan alasan
kesehatan. Dalam hal itu pegawai-pegawai kerajaan ditugaskan untuk melakukan
supervisi ke lapangan ke tempat-tempat air minum (Public Bar), warung makan, tempattempat prostitusi, dsb. (Notoadmodjo, 2005).
Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan
kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut bukan karena
kesehatan. Dibangunnya latrin umum pada saat itu bukan karena tinja atau kotoran
manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak enak dan
pandangan yang tidak menyedapkan.
Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan alasan bahwa
minum air kali yang sudah kotor itu terasa tidak enak, bukan karena minum air kali dapat
menyebabkan penyakit (Greene, 1984).
Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan
suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan rumah,
melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya, dan binatang-binatang piaraan
yang menimbulkan bau, dan sebagainya.
Kemudian pada permulaan abad pertama kesehatan masyarakat makin dirasakan
kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular mulai menyerang sebagian
besar penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan di beberapa tempat telah menjadi
endemi. Rinciannya sebagai berikut :
a. Abad Pertama sampai Abad Ketujuh
5

Pada masa ini berbagai penyakit menyerang penduduk. Di berbagai tempat terjadi
endemik atau wabah penyakit. Bahkan begitu banyaknya penyakit menular. Oleh karena
itu kesehatan masyarakat makin dirasakan pentingnya (Halon, 1964). Pada Abad ke 7
India menjadi pusat endemik kolera. Selain kolera penyakit lepra menyebar dari Mesir ke
Asia Kecil dan Eropa melalui emigran. Upaya-upaya yang dilakukan adalah perbaikan
lingkungan yaitu higiene dan sanitasi, pengusahaan air minum yang bersih, pembuangan
sampah, ventilasi rumah telah menjadi bagian kehidupan masyarakat waktu itu
(Notoadmodjo, 2005).
b. Abad ke-13 sampai abad ke-17
Pada masa ini kejadian endemik pes yang paling dahsyat terjadi di China dan India,
diperkirkan 13 juta orang meninggal. Selama wabah tersebut jumlah kematian mencapai
60 juta orang. Pertistiwa tersebut dikenal dengan The Black Death. Pada abad tersebut
kolera juga menjadi masalah di beberapa tempat. Tahun 1759 tercatat penyakit-penyakit
lain yang mewabah diantaranya Dipteri, Tifus, dan Disentri.
2. Periode Ilmu Pengetahuan (Scientific Period).
Disamping itu pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan berbagai macam
penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis Pasteur telah berhasil
menemukan vaksin untuk mencegah penyakit cacar, Joseph Lister menemukan asam
carbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan
ether sebagai anestesi pada waktu operasi.
Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan
pada tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat Inggris terserang
epidemi (wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan yang
miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi untuk penyelidikan dan
penanganan masalah wabah kolera ini.
Edwin Chadwich seorang pakar sosial (social scientist) sebagai ketua komisi ini
akhirnya melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut : Masyarakat hidup di suatu
kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan
6

pembuangan kotoran manusia. Air limbah yang mengalir terbuka tidak teratur, makanan
yang dijual di pasar banyak dirubung lalat dan kecoa. Disamping itu ditemukan sebagian
besar masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14 jam per hari, dengan gaji yang dibawah
kebutuhan hidup. Sehingga sebagian masyarakat tidak mampu membeli makanan yang
bergizi.
Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan sahih.
Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya parlemen mengeluarkan
Undang-Undang yang isinya mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk,
termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik dan sebagainya.
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19
mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk
kesehatan. Kalau pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan khususnya penyakit
hanya dilihat sebagai fenomena biologis dan pendekatan yang dilakukan hanya secara
biologis yang sempit, maka mulai abad ke-19 masalah kesehatan adalah masalah yang
kompleks. Oleh sebab itu pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan secara
komprehensif.
Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakter-bakteri penyebab
penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan
penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan
pencegahan penyakit melalui imunisasi.
Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik,
kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran,
sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan tenaga
kesehatan. Tahun 1883 Sekolah Tinggi Kedokteran didirikan oleh John Hopkins di
Baltimore AS, dengan salah satu departemennya adalah Departemen Kesehatan
Masyarakat. Tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar di Eropa, Kanada, dsb. Dari
segi pelayanan masyarakat, pada tahun 1855 untuk pertama kalinya pemerintah AS
membentuk Departemen Kesehatan yang merupakan peningkatan dari Departemen
7

Kesehatan Kota yang sudah terbentuk sebelumnya.

Tahun 1972 dibentuk Asosiasi

Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health Association). (Notoamodjo,


2005).
Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan
sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan
masyarakat yang sampai sekarang masih relevan sebagai berikut :

Perbaikan sanitasi lingkungan


Pemberantasan penyakit-penyakit menular
Pendidikan untuk kebersihan perorangan
Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini

dan pengobatan
Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
Kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.

Dari batasan tersebut tersirat bahwa kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara
teori (ilmu) dan praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang
hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Ketiga tujuan tersebut tentu
saling berkaitan dan mempunyai pengertian yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan
pokok tersebut, Winslow mengusulkan cara atau pendekatan yang dianggap paling efektif
adalah melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat.
Pengorganisasian masyarakat dalam bentuk penghimpunan dan pengembangan
potensi dan sumber daya masyarakat memerlukan pengertian, kesadaran, dan
penghayatan oleh masyarakat terhadap masalah kesehatan mereka sendiri, serta upayaupaya pemecahannya. Jadi pendekatan utama yang diajukan oleh Winslow dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan kesehatan masyarakat sebenarnya adalah salah satu strategi atau
pendekatan pendidikan kesehatan.
Selanjutnya Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan kesehatan
masyarakat itu mencakup sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit, pendidikan
kesehatan, manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan, dan pengembangan
rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat.

Dari 5 bidang kegiatan kesehatan masyarakat tersebut, 2 kegiatan diantaranya yakni


kegiatan pendidikan higiene dan rekayasa sosial adalah menyangkut kegiatan pendidikan
kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi, pemberantasan penyakit dan pelayanan
kesehatan sesungguhnya tidak sekedar penyediaan sarana fisik, fasilitas kesehatan dan
pengobatan saja tetapi perlu upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada
masyarakat tentang manfaat serta pentingnya upaya-upaya atau fasilitas fisik tersebut
dalam rangka pemeliharaan, peningkatan dan pemulihan kesehatan mereka. Apabila tidak
disertai dengan upaya-upaya ini maka sarana atau fasilitas pelayanan tersebut kurang
berhasil serta optimal.
Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi,
teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu
sosial dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.

2.3 Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia.


Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak
pemerintahan Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai dengan
adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera. Berawal dari wabah kolera tersebut maka
pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Tahun 1807 Pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan
dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan
angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Upaya ini tidak berlangsung lama,
karena langkahnya tenaga pelatih kebidanan, baru pada tahun 1930 dimulai lagi dengan
didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Baru pada
tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut
dilaksananakan lagi.
Pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch, dan dokter
Bleeker. Kemudian sekolah ini terkena dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van
Indische Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Tahun 1913 didirikan
sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indishe Arsten
9

School), pada tahun 1927 Stovia berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak
berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan kesehatan masyarakat di
Indonesia adalah berdirinya Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun
1888. Kemudian pada tahun 1938 Pusat Laboratorium ini berubah menjadi Lembaga
Eykman, dan selanjutnya disusul didirikan laboratorium lain di Medan, Semarang,
Makassar, Surabaya, dan Yogyakarta.
Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933 , 1934, dan 1935
terjadi epidemi di beberapa tempat, terutama di Pulau Jawa. Kemudian mulai tahun 1935
dilakukan program pemberantasan pes ini, dengan melakukan penyemprotan DDT
terhadap rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi massal. Pada tahun 1925 Hydrich
seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah
tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu itu. Dari
hasil pengamatan dan analisinya tersebut ia menyimpulkan bahwa penyebab tingginya
angka kematian dan kesakitan ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Ia
berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan karena perilaku
penduduk. Oleh sebab itu,untuk memulai upaya kesehatan masyarakat Hydrich
mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda(pendidikan)
penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal
kesehatan nmasyarakat di Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan
kesehatan masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung
Plan) pada tahun 1951 oleh Dr. Y. Leimena dan dr. Patah,yang selanjutnya dikenal
dengan Patah-Leimena. Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelaksanaan
kesehatan masyarakat aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan.
Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan masyarakat sebagai
dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956 oleh dr. Y. Sulianti
didrikan Proyek Bekasi(tepatnya Lemah Abang) sebagian proyek percontohan atau
model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia.
10

Pada bulan November 1967 dilakukan seminar yang membahas dsn merumuskan
program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat
indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep Puskesmas yang dibawakan oleh dr.Achmad
Dipidilogo,yang mengacu kepada Konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan
seminar ini adalah disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C.
Akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatn nasional,dicetuskan bahwa
puskesmas adalah sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan
oleh

pemerintah(Departemen

Kesehatn)

menjadi

Pusat

Pelayanan

Kesehatan

Masyarakat(Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan


yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu,menyeluruh dan mudah
dijangkau,dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kota madya atau
kabupaten. Kegiatan pokok puskesmas mencakup:
Kesehatan ibu dan anak
Keluarga berencana
Gizi
Kesehatan lingkungan
Pencegahan penyakit menular
Penyuluhan kesehatan masyarakat
Pengobatan
Perawatan kesehatan masyarakat
Usaha kesehatan gizi
Usaha kesehatan sekolah
Usaha kesehatan jiwa
Laboratorium
Pencatatan dan pelaporan
Tahun 1969,sitem puskesmas hanya disepakati 2 saja,yakni tipe A yang dikelola oleh
dokter dan tipe B yang dikelola oleh seorang para medis saja. Dengan adanya
perkembanagan tenaga medis,maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
puskesmas tipe A atau tipe B,hanya ada 1 puskesmas yang dikepalai oleh seorang dokter.
Pada tahun1979 juga dikembangkan satu piranti menajerial guna penilaian puskesmas,
yakni stratifikasi puskesmas sehingga dibedakan adanya :
a. Strata satu : puskesmas dengan prestasi sangat baik
b. Strata dua : puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
c. Strata tiga : puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata
11

Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi, dengan
berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana atau posyandu
program ini mencakup :
a. Kesehatan ibu dan anak
b. Keluarga berencana
c. Gizi
d. Penanggulangan penyakit diare
e. Imunisasi

BAB III
PENUTUP
12

3.1 Kesimpulan
Perkembangan Kesehatan Masyarakat tidak terlepas dari sejarah Kesehatan
Masyarakat (Public Health), yaitu tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani
Asclepius atau Aesculapius dan Higea.
Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dari abad ke abad semakin
maju dan berkembang dan melakukan berbagai upaya demi membangun berkembangnya
kesehatan masyarakat di Indonesia.

3.2 Saran
Kepada pihak yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat (dalam hal
ini Departemen Kesehatan) agar fasilitas kesehatan harus merata baik itu di desa maupun
di kota.

13

Anda mungkin juga menyukai