Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Thanatologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perubahanperubahan pada tubuh seseorang yang telah meninggal. Perubahan perubahan
yang terjadi setelah kematian dibedakan menjadi dua yaitu perubahan yang terjadi
secara cepat (early) dan perubahan yang terjadi secara lambat (late). 1
Ilmu thanatologi merupakan ilmu yang paling dasar dan paling penting dalam
ilmu kedokteran kehakiman terutama dalam hal pemeriksaan jenazah (visum et
repertum). Kepentingan mempelajari thanatologi adalah untuk menentukan
apakah seseorang benar-benar sudah meningal atau belum, menetapkan waktu
kematian, sebab kematian, cara kematian, dan mengangkat atau mengambil organ
untuk kepentingan donor atau transplantasi dan untuk membedakan perubahanperubahan yang terjadi post mortal dengan kelainan-kelainan yang terjadi pada
waktu korban masih hidup, serta untuk mengetahui saat waktu kematian. 1
1.2. Tujuan
1. Menentukan apakah seseorang benar-benar telah meninggal atau belum
2. Menentukan berapa lama seseorang telah meninggal
3. Membedakan perubahan-perubahan post mortal dengan kelainan-kelainan
yang terjadi pada waktu korban masih hidup
4. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan post mortal
1.2. Manfaat
Manfaat dari tinjauan kepustakaan ini adalah :
1. Untuk dapat menentukan apakah korban masih hidup atau sudah
2.
3.

meninggal
Untuk dapat memperkirakan lama kematian korban
Untuk dapat menentukan wajar atau tidak wajar kematian korban sehingga
ilmu thanatologi ini dapat diterapkan untuk pemecahan kasus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Thanatologi berasal dari kata thanatos (yang beerhubungan dengan kematian)
dan logos (ilmu). Thanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaittu definisi atau batasan
mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan tersebut.1
Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi
sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya
perkembangan teknlogi ada alat menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi
seecara buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi kematian
batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak.1
Ada tiga manfaat thanatologi ini, antara lain untuk dapat menetapkan hidup
atau matinya korban, memperkirakan lama kematian korban, dan menentukan
wajar atau tidak wajarnya kematian korban.1
Menetapkan apakah korban masih hidup atau telah mati dapat kita ketahui
dari masih adanya tanda kehidupan dan tanda-tanda kematian. Tanda kehidupan
dapat kita nilai dari masih aktifnya siklus oksigen yang berlangsung dalam tubuh
korban. Sebaliknya tidak aktifnya siklus oksigen menjadi tanda kematian.1
2.2. Jenis Kematian
Agar suatu kehidupan seseorang dapat berlangsung, terdapat tiga sistem yang
mempengaruhinya. Ketiga sistem utama tersebut antara lain sistem persarafan,
sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Ketiga sistem itu sangat
mempengaruhi satu sama lainnya, ketika terjadi gangguan pada satu sistem, maka
sistem-sistem yang lainnya juga akan ikut berpengaruh.1
Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi
sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya
perkembangan teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan
respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi
kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak.1

Dalam thanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis
(mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang
otak).1
2.2.1. Mati Somatis
Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena
sesuatu sebab terjadi gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat
menetap.1 Pada kejadian mati somatis ini secara klinis tidak ditemukan adanya
refleks, elektro ensefalografi (EEG) mendatar, nadi tidak teraba, denyut
jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara napas tidak
terdengar saat auskultasi.1
2.2.2. Mati Suri
Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan
kematian somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem
bersifat sementara. Kasus seperti ini sering ditemukan pada kasus keracunan
obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.1
2.2.3. Mati Seluler
Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan
tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup
masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya
kematian seluler pada tiap organ tidak bersamaan. 1
2.2.4. Mati Serebral
Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak
yang irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem
lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan
bantuan alat. 1
2.2.5. Mati Otak
Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi
kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang
otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka
dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup
lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan. 1

2.3. Perubahan Post Mortem


Beberapa tanda kematian tidak pasti :
1. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit.
2. Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
3. Kulit pucat.
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah
kematian.
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang
masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air mata. 1
2.3.1. Perubahan fase awal
1. Terhentinya 3 sistem vital dalam tubuh, yaitu sistem kardiovaskuler, sistem
respirasi, sistem sarap pusat.1
a. Ada 6 cara mendeteksi tidak berfungsinya sistem kardiovaskuler :
1. Denyut nadi berhenti pada palpasi.
2. Detak jantung berhenti selama 5-10 menit pada auskultasi.
3. Elektro Kardiografi (EKG) mendatar/flat.
4. Tes magnus : tidak adanya tanda sianotik pada ujung jari tangan
setelah jari tangan korban kita ikat.
5. Tes Icard : daerah sekitar tempat penyuntikan larutan Icard subkutan
tidak berwarna kuning kehijauan.
6. Tidak keluarnya darah dengan pulsasi pada insisi arteri radialis.
b. Ada 5 cara mendeteksi tidak berfungsinya sistem respirasi :
1. Tidak ada gerak napas pada inspeksi dan palpasi.
2. Tidak ada bising napas pada auskultasi.
3. Tidak ada gerakan permukaan air dalam gelas yang kita taruh diatas
perut korban pada tes Winslow.
4. Tidak ada uap air pada cermin yang kita letakkan didepan lubang
hidung atau mulut korban.
5. Tidak ada gerakan bulu burung yang kita letakkan didepan lubang
hidung atau mulut korban.
c. Ada 5 cara mendeteksi tidak berfungsinya sistem saraf :
1.

Areflex

2.

Relaksasi

3.

Pergerakan tidak ada

4.

Tonus tidak ada

5.

Elektoensefalografi (EEG) mendatar/flat

2. Kulit wajah:
Kulit wajah tampak memucat, ini dikarnakan sirkulasi darah berhenti, akan
terjadi pengendapan darah terutama pembuluh darah besar.
3. Relaksasi primer :
Relaksasi primer terjadi akibat menghilangnya tonus otot, ini akan tampak
jelas terlihat pada otot yang menyokong organ melawan gravitasi, seperti
pada rahang bawah yang tampak melorot.
4. Perubahan pada mata :
Perubahan pada mata setelah kematian dapat dipakai sebagai penentuan saat
mati. Perubahan ini meliputi :
a. Hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang menyebabkan kornea
menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negative, hilangnya reflek
cahaya pada kornea ini disebabkan karena kegagalan kelenjar lakrimal
untuk membasahi bola mata.
b. Kekeruhan pada kornea akan timbul beberapa jam setelah kematian,
kekeruhan pada lapisan dalam kornea ini tidak dapat dihilangkan atau
diubah kembali walaupun digunakan air untuk membasahinya. Bila
kelopak mata dalam keadaan terbuka , kekeruhan pada kornea secara
keseluruhan akan tampak jelas dalam waktu 10-20 jam setelah kematian.
c. Penurunan tekanan intra okuler, tekanan intra okuler yang turun ini
mudah menyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil kehilangan
bentuk sirkuler setelah mati dan ukurannya pun menjadi tidak sama ,
pupil dapat berkontraksi dengan diameter 2 mm atau berdilatasi sampai 9
mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil mempunyai sifat tidak
tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan sampai
3 mm. Nicati (1894) telah melakukan pengukuran terhadap tekanan bola
mata posmortem dimana tekanan normal pada bola mata pada waktu
hidup adalah 14g - 25g akan tetapi begitu sirkulasi terhenti maka
penurunan tekanan bola mata menjadi sangat rendah (tidak sampai

mencapai 12g) dan dalam waktu 30 menit akan berkurang menjadi 3g


yang kemudian menjadi nol setelah 2 jam kematian. Penurunan tekanan
bola mata ini pernah dicoba untuk menentukan perkiraan saat kematian.
d. Perubahan warna retina, perubahan yang terjadi pada retina dicoba
dihubungkan dengan perkiraan saat kematian. Dengan berhentinya aliran
darah maka pembuluh darah retina akan mengalami perubahan yang
disebut segmentasi atau trucking dan ini terjadi dalam 15 menit pertama
setelah kematian. Pada pemeriksaan dalam 2 jam pertama setelah
kematian, dapat dilihat retina tampak pucat dan daerah sekitar fundus
tampak kuning, demikian pula daerah sekitar makula. Sekitar 6 jam batas
fundus menjadi tidak jelas, dan tampak gambaran segmentasi pada
pembuluh darah, dengan latar belakang yang berwarna kelabu
kekuningan. Gambaran ini mencapai seluruh perifer retina sekitar 7-10
jam. Setelah 12 jam diskus hanya dapat dilihat sebagai titik yang
terlokalisasi dengan sisa-sisa pembuluh darah yang bersegmentasi hingga
pada akhirnya diskus dan pembuluh darah retina menghilang yang ada
hanya makula yang berwarna coklat gelap. Beberapa pengamat
menggambarkan perubahan dini posmortem yang terjadi pada retina
mempunyai arti yang kecil untuk dihubungkan dengan perkiraan saat
mati. Sedangkan Tomlin ( 1967) beranggapan bahwa segmentasi pada
retina lebih berindikasi pada kematian serebral daripada penghentian
sirkulasi. Wroblewski dan Ellis (1970) mempelajari perubahan mata pada
300 mayat dimana tidak hanya perubahan yang terjadi pada retina tetapi
juga perubahan yang terjadi pada kornea juga dicatat. Mereka telah
memeriksa 204 fundus dari subjek dan 115 diantaranya terdapat
segmentasi atau trucking pada satu atau kedua mata setelah satu jam
2.3.2.

posmortem dan negatif pada 89 lainnya.2


Perubahan fase lanjut
1. Penurunan suhu badan (Algor Mortis)
Setelah sesorang meninggal, maka produksi panas akan berhenti,
sedang pengeluaran panas berlangsung terus, dengan akibat suhu jenazah
akan turun. Cara pengukuran penurunan suhu jenazah adalah dengan
thermo couple. 2

Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari


badan ke benda yang lebih dingin, malalui cara radiasi, konduksi,
evaporasi dan konveksi. Berdasarkan penelitian, kurva penurunan suhu
mayat akan berbentuk kurva sigmoid, dimana pada jam-jam pertama
penurunan suhu akan berlangsung dengan lambat, demikian pula bila suhu
tubuh mayat telah mendekati suhu lingkungan. Tubuh terdiri dari lapisan
yang tidak homogen, maka lapisan yang berada di bawah kulit akan
menyalurkan panasnya ke arah kulit, sedangkan lapisan tersebut juga
menerima panas dari lapisan yang berada di bawahnya. Keadaan tersebut
yaitu dimana terjadi pelepasan atau penyaluran panas secara bertingkat
dengan sendirinya membutuhkan waktu, hal ini menerangkan mengapa
pada jam-jam pertama setelah terjadinya kematian somatik penurunan
suhu berlangsung lambat. 2
Bila telah tercapai suatu keadaan yang dikenal sebagai temperature
gradient, yaitu suatu keadaan dimana telah terdapat perbedaan suhu yang
bertahap di antara lapisan-lapisan yang menyusun tubuh, maka penyaluran
panas dari bagian tubuh ke permukaan dapat berjalan dengan lancar,
penurunan suhu tubuh mayat akan tampak jelas. Proses metabolisme sel
yang masih berlangsung beberapa saat setelah kematian somatik dimana
juga terbentuk energi, merupakan faktor yang menyebabkan mengapa
penurunan suhu mayat pada jam-jam pertama berlangsung dengan lambat.2
Oleh karena suhu mayat akan terus menurun, maka akan dicapai suatu
keadaan dimana perbedaan antara suhu mayat dengan suhu lingkungan
tidak terlalu besar, hal ini yang menerangkan mengapa penurunan suhu
mayat pada saat mendekati suhu lingkungan berlangsung lambat. 2
Kecepatan turunnya suhu dipengaruhi oleh : 2
1. Suhu udara : makin besar perbedaan suhu udara dengan suhu tubuh
jenazah, maka penurunan suhu jenazah makin cepat.
2. Pakaian : makin tebal pakaian makin lambat penurunan suhu jenazah.
3. Aliran udara dan kelembaban : aliran darah mempercepat penurunan
suhu jenazah.

4. Keadaan tubuh korban : apabila tubuh korban gemuk, yang berarti


mengandung banyak jaringan lemak, maka penurunan jenazah lambat.
5. Aktifitas : apabila sesaat sebelum korban meninggal korban melakukan
aktifitas yang hebat, maka suhu tubuh waktu meninggal lebih tinggi.
6. Sebab kematian : bila korban meninggal karena keradangan (sepsis),
suhu tubuh waktu meninggal malah meningkat.
Apabila korban meninggal di dalam air, maka penurunan suhu jenazah
tergantung pada. 2
a. Suhu air
b. Aliran air
c. Keadaan air
Pengukuran suhu mayat dilakukan dengan memasukkan thermometer
kedalam rectum atau dapat pula dalam alat dalam seperti otak atau hati
yang tertentunya baru dapat dilakukan bila dilakukan bedah mayat. Bila
yang dipergunakan thermometer air raksa konversional, maka pembacaan
hasil dilakukan setelah sekurang-kurangnya 3 menit, thermometer
dimasukkan dalam rektum sedalam 10 cm. bila thermometer elektronis,
pembacaan hasil pengukuran dapat dilakukan segera.3
Perbedaan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu mayat
perrektal. (Rectal temperature/ RT). Saat kematian (dalam jam) dapat
dihitung rumus Post Mortem Interval (PMI) oleh Glaister Dan Rentoul :
Formula untuk suhu dalam oCelcius
PMI =37 oC-RT oC+3
Formula untuk suhu dalam ofahrenheit
PMI = 98,6o F-RToF
1,5
Suhu tubuh normal adalah sebesar 98,6 oF, sedangkan rata-rata penurunan
suhu per jam dimana suhu lingkungan 70 o F (21o C) adalah 1,5. Rata-rata
penurunan suhu pada jam-jam pertama adalah 2 o F, 1o F setelah tercapainya
keseimbangan antara suhu tubuh dengan lingkungan (Idries, 1997).
2. Lebam Mayat (Livor mortis)

Lebam mayat memiliki nama lain, diantaranya post mortem hypostasis,


lividitii, staining, atau sugilasi. Apabila seseorang meninggal, peredaran
darahnya berhenti dan timbul stagnasi sebagai akibat gravitasi maka darah
mencari tempat yang terendah.1 Lebam mayat terjadi saat kegagalan sirkulasi,
ketika arteri rusak dan aliran balik vena gagal mempertahankan darah mengalir
melalui saluran pembuluh darah kapiler, maka darah dengan butir sel darahnya
saling tumpuk memenuhi saluran tersebut dan sukar dialirkan di tempat lain
seperti pada fenomena kopi tubruk. Gaya gravitasi meyebabkan darah yang
terhenti tersebut mengalir ke area terendah. Sel darah merah (eritrosit) adalah
yang paling terkena efeknya, dimana akan bersedimentasi melalui jaringan
longgar, tetapi plasma akan berpindah ke jaringan longgar yang menyebabkan
terbentuknya edema setempat, dimana timbul blister pada kulit. Dari luar akan
terlihat bintik-bintik berwarna merah kebiruan , atau adanya eritrosit pada
daerah terendah terlihat dengan timbulnya perubahan warna kemerahan pada
kulit yang disebut Lebam Mayat. Lebam mayat mulai tampak 20-30 menit
pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan
menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih bisa hilang
(memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah.
Tidak hilangnya lebam mayat dikarenakan telah terjadi perembesan darah
akibat rusaknya pembuluh darah ke dalam jaringan di sekitar pembuluh darah
itu, walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair sehingga sejumlah
masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang
baru.4
Bentuk dari lebam mayat tergantung posisi tubuh pasca mati. Sering posisi
mayat terlentang dengan bahu, pantat, dan punggung menekan permukaan
tanah. Hal ini menyebabkan tekanan pada aliran darah di area-area tersebut,
sehingga lebam tidak timbul pada daerah tersebut dan kulit tetap berwarna
sama. Bila tubuh dalam posisi vertikal setelah mati, dalam kasus
penggantungan, lebam mayam terbanyak terletak di kaki, tungkai kaki, ujung
jari tangan, dan lengan bawah.2
Bagian pucat terjadi juga pada daerah penunjang atau daerah tertekan
lainnya sehingga meniadakan adanya lebam mayat dan membentuk pola.

Sebagai contoh, daerah pucat yang tidak rata akibat penekanan daerah tubuh
mayat oleh tepi sprei, tekanan oleh ikat pinggang yang ketat,bahkan kaos kaki.
Pada korban yang terkena arus listrik, yang mengambil tempat di air (biasanya
bak mandi) lebam mayat terbatas dalam bentuk horisontal menurut batas air. 2
Lebam mayat sering berwarna merah padam, tetapi bervariasi, tergantung
oksigenasi sewaktu korban meninggal. Bila terjadi bendungan atau hipoksia,
mayat memiliki warna lebam yang lebih gelap karena adanya hemoglobin
tereduksi dalam pembuluh darah kulit. Lebam mayat merupakan indikator
kurang akurat dalam menentukan mekanisme kematian, dimana tidak ada
hubungan antara tingkat kegelapan lebam mayat dengan kematian yang
disebabkan oleh asfiksia. Kematian dengan sebab wajar oleh karena gangguan
koroner atau penyakit lain memiliki lebam yang lebih gelap. Terkadang area
lebam mayat berwarna terang dan dilanjutkan dengan area lebam mayat yang
lebih gelap. Hal ini akan berubah seiring dengan memanjangnya interval
posterior mortem. Sering kali warna lebam mayat merah terang atau merah
muda. Kematian yang disebabkan oleh hipotermi atau terpapar udara dingin
selama beberapa waktu seperti tenggelam, dimana warna lebam mayat dapat
menentukan penyebab kematian tetapi relatif tidak spesifik oleh karena mayat
yang terpapar udara dingin setelah mati (terutama bila mayat yang berada
dalam lemari es mayat) dapat terjadi perubahan lebam dari merah padam
menjadi merah muda. 2
Mekanismenya belum pasti, tetapi sangatlah jelas merupakan hasil dari
perubahan hemoglobin tereduksi menjadi oksihemoglobin. Hal ini dapat
dimengerti pada kasus hipotermi, dimana metabolisme reduksi dari jaringan
gagal mengambil oksigen dari sirkulasi darah. 2
Korban meninggal maka peredaran darah berhenti (stagnasi) dan sesuai
dengan arah gravitasi maka darah akan mencari tempat yang terendah hingga
terlihat bintik-bintik merah kebiruan. Timbul : 30 menit setelah kematian
somatis dan intensitas maksimal (menjadi lengkap) setelah 8-12 jam post
mortal. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih dapat berpindah-pindah, jika
posisi mayat diubah, misalnya dari terlentang menjadi tengkurap. Namun
setelahnya, lebam mayat sudah tidak dapat hilang (fenomena kopi tubruk).2

10

Tidak hilangnya lebam mayat pada saat itu, dikarenakan telah terjadinya
perembesan darah kedalam jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh darah
akibat tertimbunnya sel sel darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses
hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah.
Dengan demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 8 12
jam tidak akan menghilang. Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari
dapat memberi indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara sempurna.
Atas dasar keadaan tersebut, maka dari sifat-sifat serta distribusi lebam mayat
dapat diperkirakan apakah pada tubuh korban telah terjadi manipulasi merubah
posisi korban.2
Diketahui bahwa warna lebam mayat yang merah padam berubah menjadi
merah muda pad batas horisontal anggota tubuh bagian atas, warna lebam pada
anggota tubuh bagian bawah tetap gelap, sehingga perubahan secara kuantitatif
lebam dapat ditentukan, dimana hemoglobin lebih mudah mengalami
reoksigenasi karena eritrosit kurang mengendap pada bagian lebam. 2
Perubahan lainnya pada warna lebam lebih berguna. Yang paling sering
adalah merah terang (Cherry pink), oleh karena karboksihemoglobin (CO-Hb)
terletak pada seluruh jaringan, warna ini khas dan sering merupakan indikasi
pertama adanya keracunan karbonmonoksida (CO). Keracunan sianida (CN)
memiliki ciri khas tertentu, yaitu warna lebam mayat merah kebiruan yang
disebabkan terjadinya bendungan dan sianosis (kurang O2, karena pelepasan O2
ke jaringan dihambat). Bila ahli forensik tidak teliti terhadap penyebab dari
riwayat dan bau sianida (CN-bau amandel), sangatlah susah menggunakan
lebam mayat sebagai satu-satunya indikasi penyebab kematian. Lebam mayat
yang berwarna merah kecoklatan pada methemoglobinemia dan dapat memiliki
warna yang bervariasi pada keracunan anilin dan klor. Kematian yang
disebabkan oleh sepsis akibat Clostridium perfringens sebagai agen infeksi,
bercak berwarna pucat keabuan dapat terkadang terlihat pada kulit, walaupun
hal ini tidak timbul pada lebam. 2
Warna lebam mayat:
- Normal

: Merah kebiruan

11

- Keracunan CO

: Cherry red

- Keracunan CN

: Bright red

- Keracunan nitrobenzena

: Chocolate brown

- Asfiksia

: Dark red

Pemeriksaan laboratorium sederhana yaitu tes resistensi alkali dapat juga


dilakukan, yaitu dengan menetesi contoh darah yang telah diencerkan dengan
NaOH/KOH 10%. Pada CO : warna tetap beberapa saat oleh karena resistensi,
sedangkan pada CN : warna segera menjadi coklat oleh karena terbentuk hematin
alkali. Pada anemia berat, lebam mayat yang terjadi sedikit, warna lebih muda dan
terjadinya biasanya lebih lambat. Pada polisitemia sebaliknya lebih cepat terjadi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan lebam mayat
adalah : viskositas darah, termasuk berbagai penyakit yang mempengaruhinya,
kadar Hb, dan perdarahan (hipovolemia). 2
Mengingat pada lebam mayat darah terdapat di dalam pembuluh darah,
maka keadaan ini digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat
trauma (ekstravasasi). Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian
disiram dengan air, maka warna merah darah akan hilang atau pudar pada lebam
mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang. Lamanya darah dalam
keadaan tetap mencair, bila koagulasi darah terganggu, sehingga lebam mayat
lebih cepat muncul. Bila darah cepat mengalami koagulasi, lebam mayat lebih
lambat terbentuk. 2

Gambar 2.1. Lebam Mayat


3.Kaku Mayat (Rigor Mortis)
Setelah kematian, otot-otot tubuh akan melalui tiga fase. Pertama,
terjadi inisial flaksid atau flaksid primer segera setelah kematian somatik, yaitu
relaksasi tubuh dan mata tapi masih berespon terhadap rangsangan kimia dan

12

listrik. Tahapan kedua, yaitu onset rigiditas otot yang disebut kaku mayat.
Tidak ada lagi respon terhadap rangsang kimia dan listrik. Terakhir, fase flaksid
sekunder, ketika kaku mayat hilang dan terjadi pembusukan, terbentuk kaku
mayat karena kombinasi aktin dan myosin otot akibat kurangnya ekstensibilitas
otot.5
Pada otot orang hidup terdapat cadangan glikogen. Glikogen oleh
enzim diubah menjadi asam laktat dengan berupa energi dalam ikatan senyawa
fosfat. Energi ini kemudian berikatan dengan

ADP menjadi ATP. ATP

digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin (asam amino


pembentuk serabut otot) sehingga terjadi relaksasi otot. Bila cadangan glikogen
dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan myosin
menggumpal dan otot menjadi kaku. 5
Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat
mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh
(otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama menyebutkan bahwa
kaku mayat ini menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam, lewat 36 jam
pasca mati klinis, tubuh mayat mulai lemas kembali sesuai urutan terbentuknya
kekakuan . ini disebut dengan relaksasi sekunder. Kaku mayat umumnya tidak
disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat otot
berada pada posisi teregang (relaksasi), maka saat kaku mayat terbentuk akan
terjadi pemendekan otot. 5
Faktor yang mempercepat terjadinya rigor mortis, yaitu : 2
1.

Suhu sekitar
Bila suhu sekitarnya tinggi, rigor mortis akan cepat timbul dan cepat hilang,
sebaliknya bila suhu sekitarnya rendah, rigor mortis lebih lama serta lebih
lama hilang. Pada suhu di bawah 100C tidak akan terbentuk rigor mortis.

2.

Keadaan otot saat meninggal


Apabila korban meninggal dalam keadaan konvulsi atau lelah, rigor mortis
akan cepat timbul. Dan apabila korban meninggal secara mendadak atau
dalam keadaan relaks, timbulnya rigor mortis lebih lambat.

3.

Umur dan gizi

13

Pada anak-anak timbulnya rigor mortis relative cepat daripada orang


dewasa. Dan apabila keadaan gizi korban jelek, timbulnya rigor mortis juga
lebih cepat.

Gambar 2.2. Kaku Mayat


Kekakuan yang menyerupai kaku mayat :
1. Cadaveric spasm (instantaneous rigor)
a.

Akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat


pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat
sebelum meninggal

b.

Kaku mayat timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh
relaksasi primer, mayat langsung mengalami kekakuan secara terusmenerus sampai terjadi relaksasi sekunder

c.

Terlihat pada kasus : bunuh diri dengan pistol atau senjata tajam, mati
tenggelam, mati mendaki gunung, pembunuhan dimana korban
menggenggam robekan pakaian pembunuh.

Gambar 2.3. Cadaveric Spasm


Tabel 1. Perbedaan Cadaveric spasm dengan kaku mayat
Pembeda
Waktu timbul

Rigor Mortis
Dua jam setelah

Cadaveric Spasm
Sesaat sebelum meninggal

meninggal.

(intravital) dan menetap.

14

Rigor mortis lengkap


setelah 12 jam.
Faktor predisposisi

Etiologi

Pola terjadinya kaku otot

Kelelahan, emosi hebat,

Habisnya cadangan

ketegangan, dll.
Habisnya cadangan

glikogen secara

glikogen pada otot

general.
Sentripetal, dari otot-

setempat.

otot kecil kemudian


otot besar.

Kaku otot pada satu


kelompok otot tertentu.
Untuk menunjukkan sikap

Kepentingan medikolegal

Untuk penentuan saat


kematian.

Pembeda
Suhu mayat
Kematian sel.
Relaksasi primer
Timbulnya

Rigor Mortis
Dingin.
Ada.
Ada
Lambat

Lamanya

Cepat hilang

Koordinasi otot
Lokasi otot
Rangsangan sel.
Dapat dilawan
Kaku otot.

dengan sedikit

Kurang
Menyeluruh
Tidak ada respon otot.

terakhir masa hidupnya.


Biasanya pada kasus
pembunuhan, bunuh diri,
dan kecelakaan.
Cadaveric Spasm
Hangat.
Tidak ada.
Tidak ada
Cepat
Lambat hilang
(dipertahankan)
Baik
Setempat (yang aktif)
Ada respon otot.

Perlu tenaga kuat untuk melawannya.

tenaga.

15

Skema Terjadinya Rigor Mortis

2. Heat stiffening :
a.

Kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas.

b.

Serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan fleksi


leher, siku, paha dan lutut, membentuk sikap petinju (pugilistic attitude)
pada kasus mati terbakar.

3. Cold stiffening
Terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan
jaringan lemak subkutan dan otot.

4. Pembusukan / Decomposition
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan pada tubuh mayat yang
terjadi sebagai akibat proses autolisis dan aktivitas mikroorganisme. Di Maio
mengatakan autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi
dalam keadaan steril melalui proses kimia yang disebabkan oleh enzim-enzim
intraseluler, sehingga organ-organ yang kaya dengan enzim-enzim akan
mengalami proses autolisis lebih cepat daripada organ-organ yang tidak
16

memiliki enzim, dengan demikian pancreas akan mengalami autolisis lebih


cepat dari pada jantung. 6

Gambar 2.4. Pembusukan


Proses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme oleh karena itu
pada mayat yang steril misalnya mayat bayi dalam kandungan proses autolisis
ini tetap terjadi. 6
Atmaja, Dahlan dan Marshall mengatakan proses auotolisis terjadi sebagai
akibat dari pengaruh enzim yang dilepaskan pasca mati. Mula-mula yang
terkena ialah nukleoprotein yang terdapat pada kromatin dan sesudah itu
sitoplasmanya, kemudian dinding sel akan mengalami kehancuran sebagai
akibatnya jaringan akan menjadi lunak dan mencair. 6
Pada mayat yang dibekukan pelepasan enzim akan terhambat oleh
pengaruh suhu yang rendah maka proses autolisis ini akan dihambat demikian
juga pada suhu tinggi enzim-enzim yang terdapat pada sel akan mengalami
kerusakan sehingga proses ini akan terhambat pula. 6
Coe and Currant mengatakan pembusukan adalah proses penghancuran
jaringan pada tubuh yang disebabkan terutama oleh bakteri anaerob yang
berasal dari traktus gastrointestinal. Dimana basil Coliformis dan Clostridium
Welchii merupakan penyebab utamanya, sedangkan bakteri yang lain seperti
Streptococcus, Staphylococcus, B.Proteus,jamur dan enzim-enzim seluler
juga memberikan kontribusinya sebagai organisme penghancur jaringan pada
fase akhir dari pembusukan. 6
Setelah seseorang meninggal, maka semua sistem pertahanan tubuh
akan hilang,bakteri yang secara normal dihambat oleh jaringan tubuh akan
segera masuk ke jaringan tubuh melalui pembuluh darah, dimana darah
merupakan media yang terbaik bagi bakteri untuk berkembang biak. Bakteri

17

yang sering menyebabkan destruktif ini sebagian besar berasal dari usus dan
yang paling utama adalah Cl. Welchii. Bakteri ini berkembang biak dengan
cepat sekali menuju ke jaringan ikat dinding perut yang menyebabkan
perubahan warna. Perubahan warna ini terjadi oleh karena reaksi antara H2S
(gas pembusukan yang terjadi dalam usus besar) dengan Hb menjadi SulfMeth-Hb. 6
Tanda pertama pembusukan baru dapat dilihat kira-kira 24 jam - 48 jam
pasca mati berupa warna kehijauan pada dinding abdomen bagian bawah,
lebih sering pada fosa iliaka kanan dimana isinya lebih cair, mengandung
lebih banyak bakteri dan letaknya yang lebih superfisial. Perubahan warna
ini secara bertahap akan meluas ke seluruh dinding abdomen sampai ke dada
dan bau busukpun mulai tercium. 6
Perubahan warna ini juga dapat dilihat pada permukaan organ dalam
seperti hepar, dimana hepar merupakan organ yang langsung kontak dengan
kolon transversum. 6
Bakteri ini kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan berkembang
biak di dalamnya yang menyebabkan hemolisa yang kemudian mewarnai
dinding pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Bakteri ini memproduksi
gas-gas pembusukan yang mengisi pembuluh darah yang menyebabkan
pelebaran pembuluh darah superfisial tanpa merusak dinding pembuluh
darahnya sehingga pembuluh darah beserta cabang-cabangnya tampak lebih
jelas seperti pohon gundul (arborescent pattern atau arborescent mark) yang
sering disebut marbling.
Selain bakteri pembusukan ini banyak terdapat dalam intestinal dan
paru bakteri-bakteri ini cenderung berkumpul dalam sistem vena, maka
gambaran marbling ini jelas terlihat pada bahu, dada bagian atas, abdomen
bagian bawah dan paha. 6
Bila Cl.Welchii mulai tumbuh pada satu organ parenchim, maka
sitoplasma dari organ sel itu akan mengalami desintegrasi dan nukleusnya
akan dirusak sehingga sel menjadi lisis atau rhexis. Kemudian sel-sel menjadi
lepas sehingga jaringan kehilangan strukturnya. Secara mikroskopis bakteri
dapat dilihat menggumpal pada rongga-rongga jaringan dimana bakteri

18

tersebut banyak memproduksi gelembung gas. Ukuran gelembung gas yang


tadinya kecil dapat cepat membesar menyerupai honey combed appearance.
Lesi ini dapat dilihat pertama kali pada hati. 6
Kemudian permukaan lapisan atas epidermis dapat dengan mudah
dilepaskan dengan jaringan yang ada dibawahnya dan ini disebut skin
slippage. Skin slippage ini menyebabkan identifikasi melalui sidik jari sulit
dilakukan. Pembentukan gas yang terjadi antara epidermis dan dermis
mengakibatkan timbulnya bula-bula yang bening, fragil, yang dapat berisi
cairan coklat kemerahan yang berbau busuk. Cairan ini kadang-kadang tidak
mengisi secara penuh di dalam bula. Bula dapat menjadi sedemikian besarnya
menyerupai pendulum yang berukuran 5 - 7.5cm dan bila pecah
meninggalkan daerah yang berminyak, berkilat dan berwarna kemerahan, ini
disebabkan oleh karena pecahnya sel-sel lemak subkutan sehingga cairan
lemak keluar ke lapisan dermis oleh karena tekanan gas pembusukan dari
dalam. Selain itu epitel kulit, kuku, rambut kepala, aksila dan pubis mudah
dicabut dan dilepaskan oleh karena adanya desintegrasi pada akar rambut. 6
Selama terjadi pembentukan gas-gas pembusukan, gelembunggelembung udara mengisi hampir seluruh jaringan subkutan. Gas yang
terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan menyebabkan terabanya
krepitasi udara. Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang
menyeluruh, dan tubuh berada dalam sikap pugilistic attitude. 6
Scrotum dan penis dapat membesar dan membengkak, leher dan muka
dapat menggembung, bibir menonjol seperti frog-like-fashion, Kedua bola
mata keluar, lidah terjulur diantara dua gigi, ini menyebabkan mayat sulit
dikenali kembali oleh keluarganya. Pembengkakan yang terjadi pada seluruh
tubuh mengakibatkan berat badan mayat yang tadinya 57 - 63 kg sebelum
mati menjadi 95 - 114 kg sesudah mati. 6
Tekanan yang meningkat di dalam rongga dada oleh karena gas
pembusukan yang terjadi di dalam cavum abdominal menyebabkan
pengeluaran udara dan cairan pembusukan yang berasal dari trachea dan
bronchus terdorong keluar, bersama-sama dengan cairan darah yang keluar
melalui mulut dan hidung. Cairan pembusukan dapat ditemukan di dalam

19

rongga dada, ini harus dibedakan dengan hematotorak dan biasanya cairan
pembusukan ini tidak lebih dari 200 cc. Pengeluaran urine dan feaces dapat
terjadi oleh karena tekanan intra abdominal yang meningkat. Pada wanita,
uterus dapat menjadi prolaps dan fetus dapat lahir dari uterus yang pregnan. 6
Pada anak-anak adanya gas pembusukan dalam tengkorak dan otak
menyebabkan sutura-sutura kepala menjadi mudah terlepas. Organ-organ
dalam mempunyai kecepatan pembusukan yang berbeda-beda, dalam jaringan
intestinal, medula adrenal dan pancreas akan mengalami autolisis dalam
beberapa jam setelah kematian. Organ-organ dalam lain seperti hati, ginjal
dan limpa merupakan organ yang cepat mengalami pembusukan. Perubahan
warna pada dinding lambung terutama di fundus dapat dilihat dalam 24 jam
pertama setelah kematian. Difusi cairan dari kandung empedu ke jaringan
sekitarnya menyebabkan perubahan warna pada jaringan sekitarnya menjadi
coklat kehijauan. Pada hati dapat dilihat gambaran honey combs appearance,
limpa menjadi sangat lunak dan mudah robek, dan otak menjadi lunak. 6
Organ dalam seperti paru, otot polos, otot lurik dan jantung mempunyai
kecendrungan untuk lambat mengalami pembusukan. Sedangkan uterus non
gravid, dan prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap pembusukan
karena strukturnya yang berbeda dengan jaringan yang lain yaitu jaringan
fibrousa. Organ-organ ini cukup mudah dikenali walaupun organ-organ lain
sudah mengalami pembusukan lanjut. Ini sangat membantu dalam penentuan
identifikasi jenis kelamin. 6
Yang menarik pada pembusukan lanjut dari organ dalam ini adalah
pembentukan granula-granula milliary atau milliary plaques yang
berukuran kecil dengan diameter 1-3 mm yang terdapat pada permukaan
serosa yang terletak pada endotelial dari tubuh seperti pleura, peritoneum,
pericardium dan endocardium. Milliary plaques ini pertama kali ditemukan
oleh Gonzales yang secara mikroskopis berisi kalsium pospat, kalsium
karbonat, sel-sel endotelial, massa seperti sabun dan bakteri, yang secara
medikolegal sering dikacaukan dengan proses peradangan atau keracunan. 6
Pada orang yang obese, lemak-lemak tubuh terutama perirenal,
omentum dan mesenterium dapat mencair menjadi cairan kuning yang

20

transluscent yang mengisi rongga badan diantara organ yang dapat


menyebabkan autopsi lebih sulit dilakukan dan juga tidak menyenangkan.6
Disamping bakteri pembusukan insekta juga memegang peranan
penting dalam proses pembusukan sesudah mati. Beberapa jam setelah
kematian lalat akan hinggap di badan dan meletakkan telur-telurnya pada
lubang-lubang mata, hidung, mulut dan telinga. Biasanya jarang pada daerah
genitoanal. Bila ada luka di tubuh mayat lalat lebih sering meletakkan telurtelurnya pada luka tersebut, sehingga bila ada telur atau larva lalat di daerah
genitoanal ini maka dapat dicurigai adanya kekerasan seksual sebelum
kematian. Telur-telur lalat ini akan berubah menjadi larva dalam waktu 24
jam. Larva ini mengeluarkan enzim proteolitik yang dapat mempercepat
penghancuran jaringan pada tubuh. 6
Insekta tidak hanya penting dalam proses pembusukan tetapi mereka
juga memberi informasi penting yang berhubungan dengan kematian. Insekta
dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian, memberi petunjuk
bahwa tubuh mayat telah dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya,
memberi tanda pada badan bagian mana yang mengalami trauma, dan dapat
dipergunakan dalam pemeriksaan toksikologi bila jaringan untuk specimen
standart juga sudah mengalami pembusukan. 6
Hasil akhir dari proses pembusukan ini adalah destruksi jaringan pada
tubuh mayat. Dimana proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Aktifitas
pembusukan sangat optimal pada temperatur berkisar antara 70-100F (21,137,8C) aktifitas ini dihambat bila suhu berada di bawah 50F(10C) atau
pada suhu diatas 100F (lebih dari 37,8C). 6
Bila mayat diletakkan pada suhu hangat dan lembab maka proses
pembusukan akan berlangsung lebih cepat. Sebaliknya bila mayat diletakkan
pada suhu dingin maka proses pembusukan akan berlangsung lebih lambat. 6
Pada mayat yang gemuk proses pembusukan berlangsung lebih cepat
dari pada mayat yang kurus oleh karena kelebihan lemak akan menghambat
hilangnya panas tubuh dan kelebihan darah merupakan media yang baik
untuk perkembangbiakkan organisme pembusukan. 6

21

Pada bayi yang baru lahir hilangnya panas tubuh yang cepat
menghambat pertumbuhan bakteri disamping pada tubuh bayi yang baru lahir
memang terdapat sedikit bakteri sehingga proses pembusukan berlangsung
lebih lambat. 6
Proses pembusukan juga dapat dipercepat dengan adanya septikemia
yang terjadi sebelum kematian seperti peritonitis fekalis, aborsi septik, dan
infeksi paru. Disini gas pembusukan dapat terjadi walaupun kulit masih terasa
hangat. 6
Media di mana mayat berada juga memegang peranan penting dalam
kecepatan pembusukan mayat. Kecepatan pembusukan ini digambarkan
dalam rumus klasik Casper dengan perbandingan tanah : air : udara = 1 : 2 : 8
artinya mayat yang dikubur di tanah umumnya membusuk 8 x lebih lama dari
pada mayat yang terdapat di udara terbuka. 6
Ini disebabkan karena suhu di dalam tanah yang lebih rendah terutama
bila dikubur di tempat yang dalam, terlindung dari predators seperti binatang
dan insekta, dan rendahnya oksigen menghambat berkembang biaknya
organisme aerobik. 6
Bila mayat dikubur di dalam pasir dengan kelembaban yang kurang
dan iklim yang panas maka jaringan tubuh mayat akan menjadi kering
sebelum terjadi pembusukan. Penyimpangan dari proses pembusukan ini
disebut mumifikasi. 6
Pada mayat yang tenggelam di dalam air pengaruh gravitasi tidaklah
lebih besar dibandingkan dengan daya tahan air akibatnya walaupun mayat
tenggelam diperlukan daya apung untuk mengapungkan tubuh di dalam air,
sehingga mayat berada dalam posisi karakteristik yaitu kepala dan kedua
anggota gerak berada di bawah sedangkan badab cenderung berada di atas
akibatnya lebam mayat lebih banyak terdapat di daerah kepala sehingga
kepala menjadi lebih busuk dibandingkan dengan anggota badan yang lain. 6
Pada mayat yang tenggelam di dalam air proses pembusukan
umumnya berlangsung lebih lambat dari pada yang di udara terbuka.
Pembusukan di dalam air terutama dipengaruhi oleh temperatur air,

22

kandungan bakteri di dalam air. Kadar garam di dalamnya dan binatang air
sebagai predator. 6
Degradasi dari sisa-sisa tulang yang dikubur juga cukup bervariasi.
Penghancuran tulang terjadi oleh karena demineralisasi, perusakan oleh akar
tumbuhan. Derajat keasaman yang terdapat pada tanah juga berpengaruh
terhadap kecepatan penghancuran tulang. Sisa-sisa tulang yang dikubur pada
tanah yang mempunyai derajat keasaman yang tinggi lebih cepat terjadi
penghancuran daripada tulang yang dikubur di tanah yang bersifat basa. 6
Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya pembusukan mayat,
yaitu:6
a. dari luar
1)

Mikroorganisme/sterilitas.
2) Suhu optimal yaitu 21-380C (70-1000F) mempercepat pembusukan.
Berhenti pada suhu 2120F

3)

Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan.


4) Sifat medium. Udara : air : tanah = 8 : 2 : 1 (di udara pembusukan paling
cepat, di tanah paling lambat). Hukum Casper.
b. dari dalam

1) Umur. Bayi yang belum makan apa-apa paling lambat terjadi pembusukan.
2) Konstitusi tubuh. Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada tubuh
kurus.
3) Keadaan saat mati. Udem, infeksi dan sepsis mempercepat pembusukan.
Dehidrasi memperlambat pembusukan.
4) Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami
pembusukan.
Golongan alat tubuh berdasarkan kecepatan terjadi pembusukan :
a. Cepat : otak, lambung, usus, uterus hamil/post partum
b. Lambat : jantung, paru, ginjal, diafragma
c. Paling lambat : prostate, uterus yang tidak hamil.
Tabel 2. Perbedaan Bulla Intravital Pada Luka Bakar dan Bulla Pembusukan

23

Bulla Intravital

Perbedaan

Bulla Pembusukan

Warna kulit ari


Kadar albumin & klor Bulla
Dasar bulla
Jaringan yang terangkat
Reaksi jaringan karena luka

Kuning
Rendah atau tidak ada
Merah pembusukan
Antara epidermis & dermis
Tidak ada

Pada Luka
Bakar
Kecoklatan
Tinggi
Hiperemis
Intraepidermal
Ada

(intra vital luka) dan resapan


darah

5. Mummifikasi
Mummifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang
cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna
gelap, berkeriput dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat berkembang
pada lingkungan yang kering. Mummifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban
rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14
minggu). Mummifikasi jarang dijumpai pada cuaca yang normal.1

Gambar 2.5. Mummifikasi

6. Adipocera
Adipocera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau
berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati.
Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adipocera adalah kelembaban dan
lemak tubuh yang cukup, sedangkan yang menghambat adalah air yang mengalir
yang membuang elektrolit. Udara yang dingin menghambat pembentukan,

24

sedangkan suhu yang hangat akan mempercepat. Invasi bakteri endogen ke dalam
jaringan pasca mati juga akan mempercepat pembentukkannya.1

Gambar 2.6. Adipocera

2.3.3. Grafik Perubahan Pada Tubuh Post Mortem

Temuan lain saat otopsi yang dapat membantu untuk menentukan saat
terjadinya kematian :
1. Perubahan pada mata
Kekeruhan menyeluruh pada kornea terjadi kira-kira 10-12 jam pasca
mati
2. Perubahan dalam lambung / stomach content
Pengosongan lambung yang terjadi dalam 3-5 jam setelah makan
terakhir, misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan
makan besar membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.
Kecepatan pengosongan lambung ini dipengaruhi oleh penyakit-penyakit
saluran cerna, konsistensi makanan dan kandungan lemaknya. 2
Bila ditemukan lambung tak berisi makanan, rectum penuh dengan feces
dan kandung seni penuh , berarti korban meninggal waktu masih pagi
sebelum bangun. Jadi bila lambung berisi makanan kasar berarti korban

25

meninggal dalam waktu kurang lebih 6 jam setelah makan terakhir. Bila
ditemukan lambung tak berisi makananm duodenum dan ujung atas usus
halus berisi makanan yang telah tercerna, berarti korban meninggal
dalam waktu lebih kurang 6 jam setelah makan terakhir. 2
3. Perubahan Rambut dan jenggot
Panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk
memperkirakan saat kematian, kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4
mm/hari. Dapat mengetahui saat kematian dalam hubungan dengan saat
terakhir korban mencukur jenggotnya. Rambut pada orang hidup
mempunyai kecepatan tumbuh 0,5mm/hari dan setelah meninggal tidak
tumbuh lagi. Pemeriksaan rambut jenggot ini harus dilakukan dalam 24
jam pertama sebab lebih dari 24 jam kulit mengkerut dan rambut dapat
lebih muncul diatas kulit sehingga seolah-olah rambut masih tumbuh.
Rambut lepas setelah 14 hari.2
4. Pertumbuhan kuku
Pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm/hari. Kuku akan
lepas setelah 21 hari. 2
5. Perubahan dalam cairan serebrospinal
Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% menunjukkan kematian
belum lewat 10 jam, Kadar nitrogen non protein kurang 80 mg%
menunjukkan kematian belum 24 jam
6. Metode Entomologik / Larva lalat / insect activity
Ini dipakai untuk memperkirakan saat kematian dengan jalan
menentukan siklus hidupnya.
Siklus : Telur (8-14 jam) (larva (9-12 hari) (kepompong 12 hari) lalat
dewasa)
Syarat : tidak boleh ada kepompong & dicari larva lalat yang paling
besar.
Bila sudah ada kepompong, maka penentuan saat kematian berdasarkan
umur larva tidak dapat dipakai. Karena kepompong itu statis (besarnya
selalu tetap meskipun isinya bertambah). Bila belum ada kepompong,

26

hanya ada larva lalat dapat dipakai untuk menentukan umurnya karena
larva lalat bila tumbuh akan menjadi bertambah besar. 2
Larva Musca domestica mencapai panjang 8 mm pada hari ke-7, berubah
menjadi kepompong pada hari ke-8, menjadi lalat pada hari ke-14. Larva
Sarcophaga cranaria mencapai panjang 20 mm pada hari ke-9, menjadi
kepompong pada hari ke-10 dan menjadi lalat pada hari ke-18.
Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan
predator dan parasit akan memakan serangga Necrophagus. Omnivorus
species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun serangga.
Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari
postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan
larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18
hari. 2
7. Reaksi supravital
Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti
reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Rangsang listrik dapat
menimbulkan kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca mati,
mengakibatkan sekresi kelenjar sampai 60-90 menit pasca mati, trauma
masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca
mati.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Thanatologi merupakan ilmu yang sangat berperan penting dalam
ilmu kedokteran kehakiman terutama dalam hal pemeriksaan jenazah dan
pembuatan visum et repertum. Dengan mengetahui dan memahami ilmu

27

thanatologi, maka penentuan mengenai apakah seseorang benar benar sudah


meninggal atau belum, penetapan waktu kematian, sebab kematian, cara
kematian dapat diperkirakan dengan tepat. Dan dapat pula membantu dalam
kepentingan mengenai mengangkat atau mengambil organ untuk kepentingan
donor atau transplantasi dan untuk membedakan perubahan-perubahan yang
terjadi post mortal dengan kelainan-kelainan yang terjadi pada waktu korban
masih hidup.
3.2. Saran
Thanatologi merupakan hal yang penting bagi kedokteran forensik
karena untuk membantu menentukan cara kematian, sebab kematian, dan
diagnosis kematian. Oleh sebab itu perlu pelajaran lebih dalam lagi tentang
ilmu ini dan saling melengkapi terhadap ilmu-ilmu yang telah ada.

28

Anda mungkin juga menyukai