Anda di halaman 1dari 33

Case

Report

VULNUS LACERATUM

1.Reni Susanti
2. Rima putri
3. Ridwan nawawi
4. Sari muranas sumbawah
5. Shella may rizka

STATUS PASIEN
1. IDENTITAS
Nama : An.A
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : laki
laki
Alamat : pramuka gng.
delima
Agama : Islam

2.
ANAMNESI
S
- Keluhan utama : luka robek
pada daerah paha bawah dan
lutut kanan akibat tertabrak
mobil + 15 SMRS.

- Riwayat Penyakit
Sekarang
Pasien post KLL datang ke IGD dengan
keadaan luka robek dibagian paha kanan
bawah dan lutut kanan sepanjang + 16
cm, dibagian luka didapatkan banyak
pasir. Luka cukup dalam namun tidak
mengenai tulang,
Melalui autoanamnesa dan
alloamanamnesa :
bahwa pasien ditabarak mobil dari
belakang ketika pasien sedang duduk
dibawah pohon. Kemudian tiba mobil
mundur kebelakang dan menabrak os,
kemudian mobil maju kedepan. Tanpa
menyadari bahwa ada os didalam kolong
mobil, os terseret mobil kurang lebih 5
meter, dan ditemukan oleh keluarga
sudah terdapat di kolong mobil
pasien ditemukan sadar dengan posisi
tergeletak dibawah kolong mobil. Dan
lutut robek, berceceran darah, dan

- Riwayat penyakit dahulu :


Asma : disangkal
Hipertensi : disangkal
Diabetes Melitus : disangkal
Alergi : disangkal
- Riwayat penyakit keluarga :
Asma : disangkal
Hipertensi : disangkal
Diabetes Melitus : disangkal
Alergi : disangkal

Riwayat kelahiran : normal


pervaginam dibantu bidan
Riwayat imunisasi : lengkap
Riwayat pengobatan : belum
dilakukan penanganan

3. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum : tampak
sakit sedang
- Kesadaran : CM, E4V5M6
- Tanda vital :
Nadi : 144x/menit, reguler
Pernafasan : 36x/menit
Suhu : 37,5 derajat celcius

Status lokalis
1/3 distal femur dextra et 1/3 prox.tibia dextra)
- Look : luka robek di 1/3 femur distal dextra dan 1/3 prox.
Tibia dextra, bengkak (+), deformitas tidak ada,
- Feel : Nyeri Tekan (+), krepitasi (-)
- Move : Gerak aktif/pasif terbatas, nyeri gerak (+), pada
ekstremitas inferior sinistra gerak aktif (145 derajat ) pasif

(190 derajat) dan ekstremitas inferior dextra gerak


aktif (hanya mampu menggerakkan jari-jari kaki) dan
gerak pasif (130 derajat)
Tidak ditemukan adanya fraktur pd 1/3 distal os femur et
1/3 prox. os tibia dextra et sinistra

Diagnosa klinis : vulnus laceratum 1/3


distal femur dextra et 1/3 proximal
tibia dextra

penatalaksanaan
Primary survey:
Airway clear (tidak ada hambatan)

Breathing = gerak dada simetris, RR


= 46x/mnt, jejas dada (-).
Selain itu, dilakukan juga auskultasi
dan perkusi untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya
pneumothorak, hemotorak, dan
tension pneumothorak.
Breathing (clear-tidak ada gangguan)

Circulation and control bleeding (jahit


luka robek)
oksigenasi (k/p)
Disability= GCS : E4M6V5=15, Reflek
pupil +/+,
Pupil isokor 2mm/2mm.
Circulation clear tidak ada masalah

Secondary survey:
Pemeriksaan fisik menyeluruh
untuk menyingkirkan adanya hal
yang mengancam jiwa.

Status generalis :
Kepala
Inspeksi : normochepal, tidak tampak adanya benjolan, hematom atau luka robek di
kepala
Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-), px rangs. Meningeal (-)
Mata
Inspeksi : pupil isokor OD=OS (2mm/2mm)
Telinga
Inspeksi : normal, sekret -/-, serumen -/-, darah -/Palpasi : nyeri tekan ke 2 telinga (-/-)
Hidung
Inspeksi : septum deviasi (-) , sekret (-), mukosa tidak hiperemis
Palpasi : nyeri tekan (-)
Mulut
Inspeksi : sianosis (-), snoring(-)
Leher
Inspeksi : trakea deviasi (-)
Palpasi : pembesaran KGB (-)

Abdomen :
Inspeksi : bentuk perut normal
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : soepel, hepar, lien tidak
teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani

Ekstremitas superior
Inspeksi : simetris ki=ka, tidak ada luka
Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Move : gerak aktif/pasif (+) baik ki/ka
Kekuatan otot eks.sup.dex et sins ( 5/5 )
Reflkes fisiologis : biseps et triseps (dbn)
Ekstremitas inferior
Inspeksi : tampak luka robek di sebagian paha bawah dan sebagian tungkai atas
sebelah kanan,
Tampak luka lecet di lateral dorsal pedis, edema (-)
Palpasi : nyeri tekan (+) tungkai bawah
Move : gerak aktif /pasif (+) ki/ka
pada ekstremitas inferior sinistra gerak aktif (145 derajat) pasif (190 derajat) dan
ekstremitas inferior dextra gerak aktif (hanya mampu menggerakkan jari-jari
kaki) dan gerak pasif (130 derajat)
Kekuatan otot inf sins (5) dextra (1)

Non farmakologi
Nutrisi : makan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein

Terapi farmakologi
Informed consent !!!
oksigenasi (k/p)
Terapi cairan elektrolit: pada awal pemberian
diberikan cairan kristaloid (RL 1500 ml/24 jam)
Bersihkan luka dengan NaCl, H2O2, povidon iodine,
kontrol perdarahan, jahit luka, tutup luka dengan
sufratul, kasa, im ATS 500 iu sebagai profilaksis
Antibiotik ceftriaxone(vial) 2,5 mg/12 jam
Analgetik ketorolac /8 jam
Observasi lebih lanjut

Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungtionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam

4. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi :
thorax (AP)
Foto polos 1/3 distal femur et 1/3 prox.
genu dextra (Ap. Lat)
Laboratorium :
Darah rutin
Elektrolit

Hasil px. lab


Hb : 11,2
Leukosit : 12.200
Hitung jenis leukosit
Basofil : 0
Eusinofil : 0
Batang : 1
Segmen : 75
Limfosit : 12
Monosit : 5
Eritrosit : 4,4
Ht : 33 %
Trombosit : 250.000
MCV : 76
MCH :25
MCHC : 33

Hasil px. Radiologis (thorax)

Foto polos 1/3 distal femur et 1/3 prox. genu


dextra (Ap. Lat)

Follow up
Perawatan Hari ke 1 (4 juni 2014) jam : 19.00
T: 38,5 derjat celcius
HR: 104x/menit
RR: 32x/menit
Keluhan : nyeri pada luka post trauma, nafsu
makan menurun, demam
Therapi : ceftriaxone 2,5 mg/12 jam dan
ketorolac 15 mg/ 8 jam

Perawatan Hari ke 2 (5 juni 2011) jam


05.30
T: 38,6 derajat
HR:104
RR:26
keluhan : nyeri luka post trauma, nyeri
saat di gerakkan dan bengkak
Therapi lanjutkan

Perawatan Hari ke 3 (5 juni 2011) jam 15.00


T: 39,4 derajat
HR:150
RR:46
keluhan : nyeri luka post trauma, nyeri saat
di gerakkan / diangkat dan bengkak, demam
Therapi lanjutkan

Perawatan Hari ke 4 (5 juni 2011)


jam 19.00
T: 37,9 derajat
HR:126
RR:36
keluhan : nyeri luka post trauma, nyeri
saat di gerakkan dan bengkak, panas
sudah turun

Perawatan Hari ke 3 (6 juni 2014) jam 05.30


T : 38,2 derajat celcius
HR : 150
RR : 40
keluhan : nyeri luka post trauma sudah
berkurang, nyeri saat di gerakkan dan
bengkak sudah berkurang
Rencana debridement hari ini jam 13.00

1.Pengertian.
Mansjoer (2000) menyatakan Vulnus
Laseratum merupakan luka terbuka yang
terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang
kuat sehingga melampaui elastisitas kulit
atau otot.
Vulnus Laseratum ( luka robek ) adallah luka
yang terjadi akibat kekerasan benda tumpul ,
robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat
di dalam seperti patah tulang.

.Penyebab.
Vulnus Laseratum dapat di sebabkan
oleh beberapa hal di antaranya :
1)Alat yang tumpul.
2)Jatuh ke benda tajam dan
keras.
3)Kecelakaan lalu lintas dan
kereta api.
4)Kecelakaan akibat kuku dan
gigitan.

Pathofisiologi
Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan,
jatuh, kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada
umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses
peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila
jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya
infeksi. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme
yang biasanya tidak berbahaya
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi
kerusakan jaringan.sel-sel yang rusak akan membentuk zat kimia
sehingga akan menurunkan ambang stimulus terhadap
reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal
ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang
berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak.

4.Tipe Penyembuhan luka


Menurut Mansjoer, terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana
pembagian ini dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.
1)Primary Intention Healing (penyembuhan luka
primer)yaitu penyembuhan yang terjadi segera setelah diusahakan
bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
2)Secondary Intention Healing (penyembuhan luka
sekunder)yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe
ini dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan
dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan
lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.
3)Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka
tertier)yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari
setelah tindakan debridement. Setelah diyakini bersih, tepi luka
dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan luka
yang terakhir.

7.Pemeriksaan Penunjang
1)Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama
jenis darah lengkap.tujuanya untuk mengetahui tentang infeksi
yang terjadi.pemeriksaannya melalui laboratorium.
2)Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan
dengan kehilangan sel pada lesi luka dan respon terhadap
proses infeksi.
3)Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau
lengkap.
4)Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
5)Gula darah random memberikan petunjuk terhadap
penyakit deabetus melitus

Anda mungkin juga menyukai