Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak dari kematian
penduduk di dunia, salah satunya disebabkan oleh kelainan katup jantung.
Penyakit katup jantung antara lain adalah stenosis (membuka tidak
sempurna) dan insufisiensi (menutup tidak sempurna), ini dapat terjadi baik
pada katup arteroventrikular maupun katup semilunar. Sejak Januari 1997
hingga Desember 2010, IJN telah melakukan repair katup mitral pada 627
pasien dengan penyakit jantung reumatik (46,7% dari 1344 pasien yang
dioperasi karena berbagai sebab). 8 tahun setelah operasi, hanya 2 pasien
(4,8 %) yang memerlukan operasi ulang. 96,8% pasien tidak memerlukan
operasi ulang setelah 5 tahun. 85,6 % pasien tidak mengalami kegagalan
fungsi katup setelah 5 tahun. Efektivitas pelaksanaan operasi repair katup
mitral akibat penyakit jantung rheumatik secara keseluruhan meningkat
secara bermakna dari tahun ke tahun, mencapai 70% dalam 5 tahun terakhir.
Hal ini merupakan suatu perkembangan yang baik karena sebagian besar
pasien yang memerlukan operasi adalah pasien-pasien usia reproduktif.
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai penyakit yang hampir
selalu disebabkan oleh jantung rheumatik, tetapi sekarang telah lebih
banyak ditemukan penyakit katup jenis baru. Penyakit katup jantung yang
paling sering dijumpai adalah penyakit katup degeneratif yang berkaitan
dengan meningkatnya masa hidup rata-rata pada orang yang hidup di negara
industri dibandingkan dengan yang hidup di negara berkembang. (Price,
2005).
Insiden tertinggi penyakit katup adalah pada katup mitralis di ikuti katup
aorta. Kecenderungan menyerang katup-katup jantung kiri di kaitkan
dengan tekanan hemodinamik yang relatif lebih besar pada katup-katup ini.
Dikatakan bahwa tekanan hemodinamik akan meningkatkan derajat
perubahan bentuk yang dialami oleh katup tersebut. Insiden penyakit
trikuspidalis lebih rendah, penyakit katup pulmonalis jarang terjadi.
Penyakit pada katup trikuspidalis atau pulmonalis biasanya disertai lesi
pada katup lainnya, sedangkan pada katup aorta atau mitralis sering di
1

dapatkan sebagai lesi tersendiri. Bila salah satu katup jantung tidak terbuka
atau tertetup dengan baik maka akan mempengaruhi aliran darah. Bila katup
tidak dapat membuka secara sempurna (biasanya karena stenosis), akibatnya
aliran darah melalui katup tersebut akan berkurang. Bila katup tidak dapat
menutup secara sempurna darah akan mengalami kebocoran sebagai proses
yang disebut regurgitasi atau insufisiensi.
Penyakit penyebab insufisiensi atau regurgitasi aorta dan stenosis mitral
selama dekade terakhir ini adalah demam reumatik dan sifilis. Kelainan
daun-daun katup dan pangkal aorta juga bisa menyebabkan insufisiensi
aorta. Pada insufisiensi aorta kronis terlihat fibrosis dan retraksi daun-daun
katup atau tanpa kalsifikasi yang umumnya merupakan skuele demam
rematik. Kelainan-kelainan seperti kelainan jaringan mesodermal yang
mempengaruhi inti jaringan penyambung dari daun-daun katup juga dapat
menimbulkan insufisiensi. Contohnya katup aorta bikuspid kongenital,
endokarditis akut, dan sindroma marfan. Pada katup aorta bikuspid
kongenital, daun katup bisa prolaps ke arah ruang ventrike kiri biasa.
Insufisiensi aorta kronis mengakibatkan peningkatan secara gradual
volume diastolik ventrikel kiri. Akibat beban volume ini jantung melakukan
penyesuaian dengan mengadakan pelebaran dinding ventrikel kiri. Curah
sekuncup ventrikel kiri juga meningkat.
Peningkatan volume diastolik akhir dapat dihubungkan dengan
peningkatan minimal dari tekanan pada keadaan dini. Kelenturan diastolik
kiri meningkat, dan kompensasi yang berupa hipertrofi ventrikel kiri bisa
menormalkan tekanan dinding sistolik. Pada insufisiensi aorta kronis tahap
lanjut, faktor miokard primer atau lesi sekunder seperti penyakit koroner
dapat menekan kontraktilitas miokard ventrikel kiri dan menimbulkan
peningkatan volume diastolik akhir serta penurunan fraksi ejeksi.
Selanjutnya, dapat menimbulkan peningkatan tekanan atrium kiri dan
hipertensi vena pulmonal. Perubahan-perubahan hemodinamik insufisiensi
aorta akut dibedakan dari keadaan kronis jika kerusakan akut timbul pada
penderita tanpa riwayat insufisiensi sebelumnya. Ventrikel kiri tidak punya
cukup waktu untuk beradaptasi dengan insufisiensi aorta. Dengan demikian
peningkatan secara tiba-tiba dari tekanan diastolik akhir ventrikel kiri bisa
timbul dengan sedikit dilatasi ventrikel.
2

Jika insufisiensi akut tumpang tindih dengan insufisiensi kronik, akibat


hemodinamik dan klinisnya tergantung dari jumlah perubahan hemodinamik
akut dan kronis (Hadi Purnomo, 2004). Ditinjau dari segi klinis insufisiensi
aorta menimbulkan berbagai gangguan seperti sasak napas (dipsnea),
menurunnya kemampuan fungsi jantung, menurunnya kemampuan toleransi
aktivitas sehingga mengakibatkan pasien tirah baring lama dan akan
mengakibatkan komplikasi paru (pneumonia).
Insufisiensi aorta mengenai sekitar 5 : 10.000 populasi. Insiden lebih
tinggi pada pria terutama pada yang berumur 30-60 tahun. Insufisiensi aorta
biasanya disertai dengan kelainan jantung lain, seperti VSD tipe membran
(konoventrikuler atau tipe konal septal (infundibuloventrikuler), kelainan
katup aorta subvalvular, displasia daun katup tanpa fusi komisura, dan
hilangnya 2 atau 3 daun katup aorta. Resiko terjadinya kematian prematur,
komplikasi, dan kebutuhan akan pengobatan karena penyakit jantung
kongenital sedikitnya 50% dari populasi penderita.
Sekitar 2/3 pasien regurgitasi aorta, penyebabnya adalah demam
reumatik yang menimbulkan penebalan, deformasi, dan pemendekan daun
katup aorta. Hal ini mengakibatkan pembukaan pada sistole dan penutupan
saat diastole menjadi tidak sempurna. Namun, kejadian demam rematik
jarang menjadi regurgitasi aorta yang tersendiri. Demam rematik akut
berhubungan dengan derajat variasi valvulitis dan miokarditis.
Penelitian di New Zaeland memperlihatkan bahwa disfungsi kontraksi
ventrikel kiri selama dan setelah demam reumatik akut tergantung pada
tingkat dan tipe regurgitasi aorta dan mungkin dipengaruhi oleh intervensi
bedah. Mortalitas dan morbiditas insufisiensi aorta berhubungan dengan
berbagai parameter seperti durasi insufisiensi aorta, keparahan kompetensi
katup, mekanisme kompensasi, komplikasi pasca bedah penggantian katup
pada simtomatik yang berat. Pada insufsiensi aorta kronik dengan fungsi
diastolik ventrikel kiri yang stabil dan mekanisme kompensasi yang sudah
lama terjadi akan menimbulkan efek samping berupa lesi baru yang akut.
Hal ini berdampak besar pada fungsi katup dan aliran darah yang pada
akhirnya bisa memfasilitasi terjadinya dekompensasi. Oleh karena itu, setiap
pasien dengan kompensasi insufisiensi aorta kronik yang berat harus
3

diperhitungkan tingginya resiko dekompensasi dengan komplikasi jantung


yang mengancam jiwa.
Data-data riwayat penyakit yang ada sebagian besar berasl dari populasi
dewasa yang menderita insufisiensi aorta selama beberapa tahun.
Berdasarkan data ini, harapan hidup 5 tahun pasien angina dengan
insufisiensi aorta berat yhang tidak dikreksi adalah 50%. Setiap terjadi gagal
jantung, 50% pasien yang tidak dikoreksi akan meninggal dalam 2 tahun.
Sebaliknya pasien yang dapat terapi pembedahan memiliki mortalitas 1-5%.
Diperkirakan bahwa 75% pasien dengan insufisiensi aorta murni adalah
laki-laki, sedangkan yang disertai kelainan katup mitral, insidennya lebih
tinggi pada wanita. Insufisiensi aorta yang bersamaan dengan penyakit
jantung congenital lainnyah, insidennya tidak berhubungan dengan usia.
Dan dari data yang diperoleh kelompok bahwa angka kejadian selama 3
bulan terakhir (bulan Mei sampai Agustus 2015) di ruang OK RSPAD
Gatot Subroto yaitu kasus CAD 2 VD ada 1 pasien, kasus CAD 3 VD ada 6
pasien, kasus CAD ada 3 pasien, kasus Mitral Stenosis Severe ada 2 pasien,
kasus Tumor Mediatinum ada 1 pasien, kasus Aorta Severed injectiv
endocarditis ada 1 pasien, dan kasus AR Mode Severed ada 1 pasien.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian diatas kelompok merasa tertarik
untuk mengangkat kasus dan memberikan asuhan keperawatan pada Tn. A
dengan masalah AR Moderate Severe yang dioperasi di Ruang OK 8
RSPAD Gatot Soebroto karena kelompok berpendapat bahwa

kelainan

penyakit jantung merupakan salah satu penyakit yang penting dan harus
segera ditangani karena jika tidak segera ditangani maka akan menimbulkan
beberapa komplikasi yang akan berdampak pada pasien.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah kelompok mampu
memberikan asuhan keperawatan dengan masalah AR Moderate
Severe pada Tn. A di Ruang OK 8 RSPAD Gatot Soebroto.
2. Tujuan Khusus

a) Kelompok mampu melakukan pengkajian, merumuskan masalah,


dan menegakkan diagnosa dengan masalah AR Moderate Severe
pada Tn. A di Ruang OK 8 RSPAD Gatot Soebroto.
b) Kelompok mampu mendiskripsikan perencanaan keperawatan
untuk mengatasi masalah AR Moderate Severe pada Tn. A di
Ruang OK 8 RSPAD Gatot Soebroto.
c) Kelompok mampu mendiskripsikan implementasi pada klien
dengan masalah AR Moderate Severe pada Tn. A di Ruang OK 8
RSPAD Gatot Soebroto.
d) Kelompok mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah AR Moderate Severe pada Tn. A di Ruang OK 8
RSPAD Gatot Soebroto.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
a) Asuhan keperawatan ini dapat dipakai sebagai bahan masukan
yang diperlukan perawat dalam pelaksanaan praktik pelayanan
asuhan keperawatan dengan kasus AR Moderate Severe.
b) Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
acuan

dalam

menentukan

kebijaksanaan

operasional

dan

pemberian pelayanan asuhan keperawatan RSPAD Gatot Soebroto


agar mutu pelayanan keperawatan dapat terus ditingkatkan.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang
pemberian asuhan keperawatan medikal bedah khususnya tentang
kasus AR Moderate Severe.
3. Bagi Mahasiswa
Sebagai masukan dan informasi kepada mahasiswa praktik untuk
meningkatkan pengetahuan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan medikal bedah, terutama pada klien dengan kasus AR
Moderate Severe.
4. Bagi Pembaca

Dapat menjadi salah satu acuan dalam memberikan sumber informasi


tentang kasus AR Moderate Severe serta cara penanganan dan
penatalaksanaannya.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan studi literatur
yaitu pengetahuan dari buku-buku, internet berupa jurnal-jurnal penelitian.
Selain itu, penulis juga menggunakan informasi-informasi yang didapat
dari hasil observasi, rekam medik, dan wawancara dengan perawat yang
bertugas.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini terdiri dari 5 bab. Bab I
terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang tinjauan teori
yang terdiri dari konsep dasar dan asuhan keperawatan AR Moderate
Severe. Bab III merupakan tinjauan kasus yang terdiri dari analisa data
sampai evaluasi klien. Bab IV berisi tentang pembahasan dari tinjauan
kasus. Dan BAB V berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.

Anda mungkin juga menyukai