PENDAHULUAN
Stroke adalah salah satu penyebab kematian tertinggi, yang berdasarkan laporan tahunan
2006 di RS dr. Saiful Anwar, Malang, angka kematian ini berkisar antara 16,31%
(462/2832) dan menyebabkan 4,41% (1356/30096) pasien dirawat inapkan. Angka-angka
tersebut tidak membedakan antara stroke iskemik dan hemoragik. Di negara lain seperti
Inggris dan Amerika, sebagian besar stroke yang dijumpai pada pasien (88%) adalah jenis
iskemik karena penyumbatan pada pembuluh darah, sedangkan sisanya adalah stroke
hemoragik karena pecahnya pembuluh darah. Walaupun jumlah kejadian relatif lebih
kecil, tapi stroke hemoragik lebih sering mengakibatkan mortalitas. Pada hemoragik
stroke intracerebral (ICH), salah satu subtipe stroke, kematian dapat mencapai >40% dan
yang berhasil selamat pun banyak mengalami kecacatan.1
Resiko terjadinya stroke meningkat seiring dengan usia dan lebih tinggi pada pria
dibandingkan dengan wanita pada usia berapapun. Faktor resiko mayor meliputi
hipertensi arterial, penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, perilaku merokok, hiper
lipoproteinemia, peningkatan fibrinogen plasma, dan obesitas. Hal lain yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya stroke adalah penyalahgunaan obat, pola hidup yang
tidak baik, dan status sosial dan ekonomi yang rendah.2
Tidak bisa dihindarkan fakta bahwa kebanyakan pasien stroke datang dan dilihat pertama
kali oleh klinisi yang belum memiliki pengalaman yang cukup di semua poin terpenting
dalam penyakit serebrovaskular. Keadaan semakin sulit dikarenakan keputusan kritis
harus segera dibuat mengenai indikasi pemberian antikoagulan, investigasi laboratorium
lebih lanjut, dan saran serta prognosa untuk diberikan kepada keluarga.2
BAB
PENDAHULUAN
Tgl. Pemeriksaan
I.
9 Juni 2014
IDENTITAS PASIEN
Nama
Ny.S
Umur
50 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Alamat
Agama
Islam
Pekerjaan
Status
Menikah
Suku Bangsa
Jawa
Tgl. Masuk RS
Dirawat yang ke
Ke-1
II.
RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesa (Alloanamnesis)
Keluhan utama
Keluhan tambahan
muntah, lemas
Keluhan kesemutan dan kelemahan pada anggota gerak sebelum serangan ini tidak ada.
Keluhan berbicara pelo sebelumnya juga disangkal oleh keluarga pasien. Gangguan
menelan sebelum serangan disangkal. BAB dan BAK biasa sebelum serangan. Riwayat
pingsan atau penurunan kesadaran sebelum serangan ini disangkal oleh suami pasien.
Demam sebelum serangan juga tidak ada. Sebelum pingsan pasien masih dapat
beraktivitas seperti biasa. Setelah pasien pingsan pasien kemudian langsung dibawa
keluarga berobat ke RS kotabumi lalu langsung di rujuk ke RSAM.
Riwayat Penyakit Dahulu
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini (saudara kandung pasien
mengalami stroke).
Riwayat darah tinggi (+) pada ibu dan saudara kandung pasien.
Riwayat kencing manis, penyakit jantung dan hiperkolesterol tidak diketahui
anggota keluarga pasien.
Riwayat Kebiasaan
Keluarga mengatakan pasien mempunyai kebiasaan makan makanan berlemak seperti
santan dan pindang serta pasien jarang melakukan olahraga. Kebiasaan meminum alkohol
dan merokok tidak ada.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
Semi-koma
GCS
E2M3V1 total: 5
3
Vital sign
Tekanan darah
210/130 mmHg
Nadi
86 x/menit
RR
20 x/menit
Suhu
37,5o C
Gizi
obesitas
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
LEHER
-
Inspeksi
Palpasi
PARU-PARU
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
JANTUNG
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni irreguler, murmur (-), gallop (-)
4
ABDOMEN
- Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Extremitas
- Superior
- Inferior
IV.
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Saraf cranialis
N.Olfactorius (N.I)
-
: Sulit dinilai
N.Opticus (N.II)
-
Tajam penglihatan
: Sulit dinilai
Lapang penglihatan
: Sulit dinilai
Tes warna
: Tidak dilakukan
Fundus oculi
: Tidak dilakukan
Ptosis
: (-/-)
Lagoftalmus
: (-/-)
Endophtalmus
: (-/-)
Exopthalmus
: (-/-)
Pupil
-
Ukuran
: (2 mm / 2 mm)
5
Bentuk
: (Bulat / Bulat)
Isokor/anisokor
: (Isokor)
Posisi
: (Sentral / Sentral)
Refleks cahaya
: (+/+) minimal
Medial, lateral
: Sulit dinilai
Superior, inferior
: Sulit dinilai
Obliqus, superior
: Sulit dinilai
Obliqus, inferior
: Sulit dinilai
N.Trigeminus (N.V)
Sensibilitas:
-
ramus oftalmikus
ramus maksilaris
ramus mandibularis
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: Sulit dinilai
Motorik :
-
m. maseter
m. temporalis
m. pterigoideus
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
Reflek
: (+/+)
N.Fascialis (N.VII)
Inspeksi wajah sewaktu
-
Diam
Simetris
Senyum
Sulit dinilai
Meringis
Sulit dinilai
Menutup mata
Simetris
Mengerutkan dahi
Sulit dinilai
Mengangkat alis
Sulit dinilai
Sulit dinilai
6
Sensoris
Pengecapan 2/3 depan lidah
tidak dilakukan
N.Acusticus (N.VIII)
N.cochlearis
-
Ketajaman pendengaran
: sulit dinilai
Tinitus
: sulit dinilai
N.vestibularis
Test vertigo
: Tidak dilakukan
Nistagmus
: (- /-)
Suara bindeng/nasal
: Sulit dinilai
Uvula
: Sulit dinilai
Palatum mole
: Sulit dinilai
Arcus palatoglossus
: Sulit dinilai
Arcus palatofaringeus
: Sulit dinilai
Reflek batuk
: Tidak dilakukan
Refleks muntah
: Tidak dilakukan
Peristaltik usus
: BU (+)
Bradikardi
:-
Takikardi
:-
N.Accesorius (N.XI)
-
M.Sternocleidomastodeus
: sulit dinilai
M.Trapezius
: Tidak dilakukan
N.Hipoglossus (N.XII)
-
Deviasi
: Sulit dinilai
Atrofi
: Sulit dinilai
7
Fasikulasi
: Sulit dinilai
Kaku kuduk
: (-)
Lassique test
: (-/-)
Kernig test
: (-/-)
Brudzinky 1
: (-)
Brudzinky 2
: (-)
Kekuatan otot
Tonus
: (-/-)
Klonus
:-
Atropi
:-
Refleks fisiologis :
Biceps
(+/+)
Pattela
(+/+)
Triceps
(+/+)
Achiles
(+/+)
Chaddock
(+/-)
Oppenheim
(-/-)
Schaefer
Gonda
(+/-)
Refleks patologis :
Babinsky
(+/-)
(-/-)
Sensibilitas
Rasa raba
: Sulit dinilai
Rasa nyeri
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
Miksi
: terpasang kateter
8
Defekasi
: Normal
Salivasi
: Normal
Fungsi luhur
Fungsi bahasa
: sulit dinilai
Fungsi orientasi
: Sulit dinilai
Fungsi memori
: Sulit dinilai
Fungsi Emosi
: Sulit dinilai
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab (tanggal 7/6/2014)
-
Darah lengkap
Hb
: 12 mg/dl
Leukosit
: 12.100/ul
Kimia Darah
GDS
: 142 mg/dl
Kolesterol
: 249 mg/dl
LDL
: 191 mg/dl
Ureum
: 26 mg/dl
Kreatinin
: 1 mg/dl
Natrium
: 136 mmol
Kalium
: 4,1 mmol
Calsium
: 9,6 mg/dl
Clorida
: 101 mmol
Penurunan kesadaran
(+)
Nyeri kepala
(-)
9
Reflek Babinsky
(+/-)
JIKA HASILNYA :
0
: Lihat hasil CT Scan
< - 1 : Infark / Ischemik
> 1 : Hemorrhagic
Stroke Haemoragic
PENATALAKSANAAN UGD
1. Umum
Oksigenasi : O2 2L/menit
Manitol 250 cc
Ceftriaxon 1 g/ 12 jam
3. Rehabilitasi
Fisiotherapy
XI. Prognosa :
Quo ad Vitam
: Dubia ad malam
Quo ad Fungtionam
: Dubia ad malam
Quo ad Sanationam
: Dubia ad malam
IVFD Rl XV gtt/menit
Manitol 250-150-100 hari I dan II
Kalnex 500mg amp/8jam
Ranitidin 1amp/12 jam
Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Paracetamol 500mg tab 3x 1
Citicolin 500mg amp/8 jam
IVFD Rl XV gtt/menit
Manitol 250-150-100 hari I dan II
Kalnex 500mg amp/8jam
Ranitidin 1amp/12 jam
Ciprofloxacine 200 mg/12 jam
Paracetamol 500mg tab 3x 1
Captopril 25 mg 2x2 tab
Amlodipin 10 mg 1x1
Simvastatin 10 mg 0-0-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
13
Definisi
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh kehilangan fungsi otak
fokal akut ( kadang global) yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan
kematian ( dini) , yang disebabkan baik oleh perdarahan spontan kedalam atau meliputi
jaringan otak ( perdarahan Intraserbral Spontan atau Perdarahan Subarachnoid- stroke
hemoragik) atau suplai darah yang tidak adekuatnya ke suatu bagian otak sebagai akibat
aliran darah yang rendah, trombosis, dan emboli yang berhubungan dengan suatu
penyakit pembuluh darah, jantung atau darah(stroke iskemik atau infark serebri).
Klasifikasi
14
Bentuk stroke beragam ada yang ringan , sedang, berat. Pada stroke ringan ada
yang pulih sempurna gejalanya dalam waktu kurang dari 24 jam yang disebut TIA
( Transient Ischemik Attack) yang berarti seranagan iskemik singkat. Adapula stroke
ringan yang sembuh sempurna dalam waktu lebih dari 24 jam dan kurang dari 3 minggu
yang disebut dengan RIND ( Reversible Isckemik Neurologi Defisit)
Berdasarkan patofisiologinya stroke terdiri dari :
1.
stroke
iskemik
(
stroke
non
hemoragik)
-
Emboli
Proses terjadinya tiba- tiba. Sumber emboli biasanya berasal dari arteri
karotis atau vertebralis, akan tetapi juga dapat berasal dari jantung dan
system vaskular sistemik. Emboli yang kecil dan dapat menerobos kapiler,
maka lei yang telah dihasilkan oleh gangguan tersebut ialah iskemik
serebri regional yang reversible.tetapi apabila emboli yang menyumbat
pembuluh darah besar secara total, maka iskemik pada daerah tersebut
akan menjadi infark.
15
Trombus
Merupakan penyebab stroke yang paling sering. Trombosis ditemukan
pada 40 % dari semua kasus stroke. Biasanya ada kaitannya dengan
kerusakan total dinding pembuluh darh akibat aterosklerosis.
2. stroke hemoragik
-
Perdarahan subaracnoid
Perdarahan terutama pada sirkulasi Wilisi dan berasal dari aneurisma
kongenital yang pecah. Biasanya terjadi pada usia lebih muda. Perdarahan
sering berulang dan menimbulkan vasospasme hebat.
16
Patofisiologi
1. Iskemik
Tingkat krisis aliran darah otak 12- 23 ml/ 100 gr/menit, K meningkat , ATP
dan kreatinin fosfat berkurang ( reversible ). Pengurangan aliran darah kurang
dari 10- 12 ml/100gr/menit menyebabkan infark. Bila aliran darah 6-8 ml/ 100
gr/ menit terjadi pengurangan ATP yang nyata, peningkatan Ca intraseluler,
dan asidosisseluler terjadi nekrosis, asam lemak bebas merusak membran
pospolipid dinding sel. Pada kondisi iskemik parsialotak masih mampu
bertahan hidup 6 jam atau lebih.
2. hemoragik
Darah yang keluar dari pembuluh darah langsung masuk ke dalam jaringan
otak membentuk suatu hematom atau menyebar kedalam ventrikel atau
ruangan subaraknoid. Hematom ini meyebabkan gangguan fisik jaringan dan
menekan sekeliling jaringan otak. Darah dalam ruangan subaraknoid ( yang
biasanya disebabkan oleh aneurisma) bisa menyebabkan iskemik serebri
melalui mekanisme konstriksi arteriosus willisi dan cabang utamanya
vasospasme.
Gambaran klinis umum
Otak merupakan organ tubuh yang ikut berpartisipasi pada semua kegiatan tubuh.
Kegiatannya berupa bergerak, merasa, berfikir berbicara menuis, berhitung dan
mendengar. Bila bagian bagian dari otak ini terganggu maka fungsinya tidak akan
maksimal. Keluhan umum pada stroke antara lain :
17
Adanya kekakuan , rasa berat, atau rasa kebas pada salah satu sisi tubuh
atau pada muka dan tangan.
Buta atau penglihatannya kabur pada satu sisi atau kedua mata
Tidak mampu memahami bicara orang lain, tidak mampu menulis dan
membaca, tidak mampu memahami tulisan.
Pendengaran berkurang
Hemiparesis
Paraparesis/ tetraparesis
Disfagia
Ataksia
Disfasia
Disleksia
Disgrafia
Diskalkulia
Disartria
3. Gejala sensoris
-
vertigo
Penatalaksanaan
Tujuan terapi pada fase akut adalah mencegah agar stroke tidak berlanjut atau berulang,
mencegah upaya agar cacat dapat dibatasi, mencegah terjadinya komplikasi,mencari
penyakit lain yang dapat mempengaruhi perjalanan stroke, membantu pemulihan
penderita, mencegah terjadinya kematian.
1. Umum
-
Posisi kepala dan badan atas 30 derajat ,posisi lateral dekubitus kiri bila
disertai muntah boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik
stabil.
Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan
oksigen 1-2 l /menit sampai ada hasil gas darah.
Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan
baik, bila terdapat gangguan menelan atau penderita dengan kesadaraan
menurun, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.
2.
Penatalaksanaan komplikasi
-
3. Penatalaksanaan spesifik
-
4. Rehabilitasi
- menjaga atau menigkatkan kemampuan jasmani, rohani, sosial.
- fisioterapi, tes ocupasi, latihan berjalan.
Umum
a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
- Pemantauan secara terus menerus terhadap status neutologis, nadi, tekanan
darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien
dengan defisit neurologis yang nyata.
-
Pembetian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen < 95%.
Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada pasien yang
tidak sadar.Berikan bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami penurunan
kesadaran atau disfungsi bulbar dengan gangguan jalan napas.
20
Intubasi ETT (Endo Tracheal Tube) atau LMA (Laryngeal Mask Airway)
diperlukan pada pasien dengan hipoksia (p02 <60 mmHg atau pCO2 >50
mmHg), atau syok, atau pada pasien yang berisiko untuk terjadi aspirasi.
Pipa endotrakeal diusahakan terpasang tidak lebih dari 2 minggu. Jika pipa
terpasang lebih dari 2 rninggu, maka dianjurkan dilakukan trakeostomi.
b. Stabilisasi Hemodinamik
-
c. Bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, maka obatobatvasopressor dapat diberikan secara titrasi seperti dopamin dosis sedang/
tinggi,norepinefrin atau epinefrin dengan target tekanan darah sistolik berkisar
140 mmHg.
d. Pemantauan jantung (cardiac monitoring) harus dilakukan selama 24 jam pertama
setelahserangan stroke iskernik (Bila terdapat adanya penyakit jantung kongestif,
segera atasi (konsultasi Kardiologi).
e. Hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya. Hipovolemia harus
dikoreksidengan larutan satin normal dan aritmia jantung yang mengakibatkan
penurunan curah jantung sekuncup harus dikoreksi.
f. Pemeriksaan Awal Fisik Umum
21
Tekanan darah
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan neurologi umum awal:i.Derajat kesadaran, ii. Pemeriksaan pupil
dan okulomotor, ii i . Keparahan hemiparesis
22
dekompresif
pada
pada
hidrosefalus
keadaan
akut
iskemik
akibat
stroke
sereberal
yang
Cairan. Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan menjaga
euvolemi.Tekanan vena sentral dipertahankan antara 5-12 mmHg. b. Pada umumnya,
kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral maupun enteral).c. Balans cairan
diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambahdengan pengeluaran
cairan yang tidak dirasakan (produksi urin sehari ditambah 500ml untuk kehilangan
cairan yang tidak tampak dan ditambah lagi 300 ml per derajat Celcius pada
penderita panas)
Elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan magnesium) harus selalu diperiksa dan
diganti bila terjadi kekurangan sampai tercapai nilai normal. Asidosis dan alkalosis
harus dikoreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah. Cairan yang hipotonik atau
mengandung glukosa hendaklah dihindari kecuali pada keadaan hipoglikemia.
23
Nutrisia. Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam, nutrisi
oralhanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik. Bila terdapat
gangguan menelan atau kesadaran menurun makanan, nutrisidiberikan melalui pipa
nasogastrik.c. Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan
komposisi:
-
dansensitivitas kuman atau minimal terapi empiris sesuai dengan pola kuman.
Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas dan atau memakai
kasur antidekubitus.d. Pencegahan thrombosis vena dalam dan emboli paru.e. Pada
pasien tertentu yang beresiko menderita thrombosis vena dalam, heparinsubkutan
5000 IU dua kali sehari atau LMWH atau heparinoid perlu diberikan.
Resiko perdarahan sistemik dan perdarahanintraserebral perlu diperhatikan.
Pada pasien imobilisasi yang tidak bisa menerima antikoagulan, penggunaan
stocking eksternal atau aspirin direkomendasikan untuk mencegah thrombosis vena
dalam.
Penatalaksanaan Medis Lain. Pemantauan kadar glukosa darah sangat diperlukan.
Hiperglikemia (kadar glukosadarah >180 mg/dl) pada stroke akut harus diobati
dengan titrasi insulin. Target yang harus dicapai adalahnormoglikemia. Hipoglikemia
berat (<50 mg/dl) harus diobati dengan dekstrosa 40%intravena atau infuse glukosa
10-20%.
24
Jika
gelisah
lakukan
terapi
psikologi,
kalau
perlu
berikan
minor
dan
indikasi.
Rehabilitasi.
Edukasi. Discharge planning (rencana pengelolaan pasien di luar rumah sakit).
25
(rtPA),tekanan darah diturunkan hingga TDS <185 mmHg dan TDD <110
mmHg(AHA/ASA, Class I, Level of evidence B
b. Selanjutnya, tekanan darah harus dipantau hingga TDS <180 mmHg dan TDD <105
mmHg selama 24 jam setelah pemberian rtPA. Obat antihipertensi yang digunakan
adalah labetalol, nitropaste,nitroprusid, nikardipin, atau diltiazem intravena
c. Pada pasien stroke perdarahan intraserebral akut, apabila TDS >200 mmHg atau
Mean Arterial Preassure (MAP) >150mmHg, tekanan darah diturunkan dengan
menggunakan obat antihipertensi intravena secara kontiniu dengan pemantauan
tekanan darah setiap 5 menit.
d. Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg disertai dengan gejala dan tanda
peningkatan tekanan intracranial, dilakukan pemantauan tekanan intracranial.
Tekanan darah diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi intravena secara
kontinu atau intermiten dengan pemantauan tekanan perfusi serebral 60 mmHg.
e. Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa disertai gejala dan
tanda peningkatan tekanan intracranial, tekanan darah diturunkan secara hatihatidengan
menggunakan
obat
antihipertensi
intravena
kontinu
atau
sebaiknya
tidak
digunakan
karena
bersama
pemantauan
tekanan
perfusi
serebral
untuk
26
Blocker
(nimodipin)
telah
diakui
dalam
berbagai
Ras/ etnik, biasanya stroke diderita oleh orang yang berasal dari daerah
yang mempunyai kebiasaan menggunakan santan dan senang makanan
asin dan senang makan jeroan.
B. Dapat dimodifikasi
-
Hipertensi
Merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya stroke. Baik sistole
yang tinggi maupun tekanan diastole yang tinggi. Mereka yang belum
mendapatkan stroke, maupun yang sudah mengalami stroke harus
mengendalikan hipertensinya dengan baik.
Dalam menanggulangi hipertensi harus diupayakan juga tindakan non
farmakologis. Kita menyadari bahwa hipertensi umumnya penyakit
seumur hidup. Makin tinggihipertensi kita, makin besar kemungkinan
membutuhkan obat anti hipertensi seumur hidup. Sebagaimana lazimnya
dengan terapi obat,kita harus mewaspadai efek samping yang terjadi.
Rekomendasi ;
- Diabetes melitus
28
Pengatur utama kadar gula dalam darah adalah insulin, hormon dibentuk
dan disekresikan oleh sel beta di pankreas. Hiperglikemia dapat terjadi
karena ketidakseimbangan metabolisme kharbohidrat, lemak, dan protein.
Kadar glukosa dalam plasma darah yang melebihi 200 mg % adalah
dignosis untuk diabetes melitus. Diduga bahwa mempercepat terjadinya
aterosklerosis. Pada penderita diabetes biasanya dijumpai aterosklerosis
yang lebih berat, lebih tersebar, dan mulai lebih dini.
Pada penderita yang diabetesnya di dapat mulai usia tengah baya -maka
biasanya merupakan non insulin dependen.pada jenis ini didapat defisiensi
insulin yang relatif.
Tujuan pengobatan diadetes melitus ;
Rekomendasi ;
Kelainan jantung
29
rekomendasi
Aspirin
faktor resiko
-
Aterosklerosis
Kata ini dapat digunakan bagi sekelompok kelainan yang mengakibatkan
menebalnya serta mengurangnya kelenturan ( elastisitas) dinding
pembuluh darah. Ada tiga jenis ateroslerosis, yaitu ; aterosklerosis
( ditandai dengan pembentukan plaque intima ), sklerosis ( ditandai oleh
pengapuran pada tunika media pembuluh darah ) dan arteriosklerosis
( ditandai oleh proliferasi fibromuskular atau penebalan endotel dinding
arteri berukuran kecil dan arteriol ).
Beberapa fakta tentang aterosklerosis
30
Dislipidemia
Karakteristik
Evaluasi awal ( tdk ada PJK )
CT<200mg% & HDL > 35mg %
rekomendasi
Ulagi pemeriksaan CT dan HDL
dalam
tahun
atau
dengan
pemeriksaan fisik.
CT<200mg% & HDL <35mg%
Analisis lipoprotein
tahun
Analisa lipoprotein
CT> 24mg%
Analisa lipoprotein
32
BAB III
ANALISIS KASUS
kepala, kejang, kesemutan dan kelemahan pada anggota gerak sebelum serangan muncul.
Keluhan berbicara pelo sebelumnya juga disangkal oleh keluarga pasien. Gangguan
menelan sebelum serangan disangkal. BAB dan BAK biasa sebelum serangan. Riwayat
pingsan atau penurunan kesadaran sebelum serangan ini disangkal oleh suami pasien.
Demam sebelum serangan juga tidak ada. Sebelum pingsan pasien masih dapat
beraktivitas seperti biasa. Riwayat darah tinggi tidak terkontrol sejak 2 tahun yang lalu
dengan riwayat saudara kandung terkena darah tinggi dan stroke serta ibu terkena darah
tinggi. Pasien memiliki kebiasaan makan makanan berlemak seperti santan dan patin
serta jarang berolahraga. Merokok dan alkohol (-).
Gejala motorik
- Hemiparesis
-
Paraparesis/ tetraparesis
Disfagia
Ataksia
Disfasia
Disleksia
Disgrafia
Diskalkulia
Disartria
3. Gejala sensoris
- Somatosensoris, gangguan hemisensoris
- Visual, hemianopia, kebutaan bilateral, diplopia
4. Gejala vestibular
- vertigo
5. Gejala kognitif dan tingkah laku
- Kesulitan berpakaian, menyisir rambut, disorientasi tempat, amnesia
34
Kesadaran
: Semi-koma
GCS
: E2M3V1
Vital sign
Tekanan darah
: 210/130 mmHg
Nadi
: 86x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 37,5 C
Status Neurologis
-
Tanda perangsangan selaput otak: Kaku kuduk (-), Kernig test (-), Lasseque test(-),
achilles +/+
Reflek patologis : babinski +/-, chaddok +/-, Hoffman trommer +/-, gonda +/Fungsi bahasa : sulit dinilai
: +12
: kesan stroke hemoragik
Darah lengkap
Hb
: 12 mg/dl
Leukosit
: 12.100/ul
Kimia Darah
GDS
: 142 mg/dl
Kolesterol
: 249 mg/dl
LDL
: 191 mg/dl
Ureum
: 26 mg/dl
Kreatinin
: 1 mg/dl
Natrium
: 136 mmol
Kalium
: 4,1 mmol
Calsium
: 9,6 mg/dl
Clorida
: 101 mmol
CT Scan : -
Hampir 70% kasus stroke hemorogik terjadi pada pasien hipertensi. Stroke hemorogik
meliputi pendarahan di dalam otak (intracerebral hemorrhage) dan pendarahan diantara
bagian dalam dan luar lapisan pada jaringan yang melindungi otak (subarachnoid
hemorrhage). Korelasi hipertensi sebagai kausatif pendarahan ini dikuatkan dengan
pembesaran ventrikel jantung sebelah kiri pada kebanyakan pasien. Hipertensi yang
menahun memberikan resiko terjadinya stroke hemorogik akibat pecahnya pembuluh
darah otak diakibatkan karena adanya proses degenerative pada dinding pembuluh darah.
Beberapa orang tua memiliki kadar protein yang tidak normal disebut amyloid yang
menumpuk pada arteri otak. Penumpukan ini disebut amyloid angiopathy melemahkan
arteri dan bia menyebabkan pendarahan.
Dignosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Dari
anamnesis ditemukan penurunan kesadaran tiba-tiba, muntah menyembur 1 kali berisi
makanan tanpa diawali kelemahan dan kesemutan pada anggota gerak, tanpa gangguan
dalam bicara dan memahami pembicaraan, nyeri kepala (-), dan muntah (-). Dari
36
Umum
a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
- Pemantauan secara terus menerus terhadap status neutologis, nadi, tekanan
darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien
dengan defisit neurologis yang nyata.
-
Pembetian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen < 95%.
Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada pasien yang
tidak sadar.Berikan bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami penurunan
kesadaran atau disfungsi bulbar dengan gangguan jalan napas.
Intubasi ETT (Endo Tracheal Tube) atau LMA (Laryngeal Mask Airway)
diperlukan pada pasien dengan hipoksia (p02 <60 mmHg atau pCO2 >50
mmHg), atau syok, atau pada pasien yang berisiko untuk terjadi aspirasi.
Pipa endotrakeal diusahakan terpasang tidak lebih dari 2 minggu. Jika pipa
terpasang lebih dari 2 rninggu, maka dianjurkan dilakukan trakeostomi.
37
b. Stabilisasi Hemodinamik
-
mg/kgBB i.v.
7. Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2 35 - 40 mmHg). Hiperventilasi
mungkin diperlukan bila akan dilakukan tindakan operatif.
38
pada
keadaan
iskemik
sereberal
yang
Cairan. Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan menjaga
euvolemi.Tekanan vena sentral dipertahankan antara 5-12 mmHg. b. Pada umumnya,
kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral maupun enteral).c. Balans cairan
diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambahdengan pengeluaran
cairan yang tidak dirasakan (produksi urin sehari ditambah 500ml untuk kehilangan
cairan yang tidak tampak dan ditambah lagi 300 ml per derajat Celcius pada
penderita panas)
Elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan magnesium) harus selalu diperiksa dan
diganti bila terjadi kekurangan sampai tercapai nilai normal. Asidosis dan alkalosis
harus dikoreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah. Cairan yang hipotonik atau
mengandung glukosa hendaklah dihindari kecuali pada keadaan hipoglikemia.
Nutrisia. Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam, nutrisi
oralhanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik. Bila terdapat
gangguan menelan atau kesadaran menurun makanan, nutrisidiberikan melalui pipa
39
dansensitivitas kuman atau minimal terapi empiris sesuai dengan pola kuman.
Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas dan atau memakai
dalam.
Penatalaksanaan Medis Lain. Pemantauan kadar glukosa darah sangat diperlukan.
Hiperglikemia (kadar glukosadarah >180 mg/dl) pada stroke akut harus diobati
dengan titrasi insulin. Target yang harus dicapai adalahnormoglikemia. Hipoglikemia
berat (<50 mg/dl) harus diobati dengan dekstrosa 40%intravena atau infuse glukosa
10-20%.
Jika gelisah
lakukan
terapi
psikologi,
kalau
perlu
berikan
minor
dan
dengan indikasi.
Rehabilitasi.
Edukasi. Discharge planning (rencana pengelolaan pasien di luar rumah sakit).
Tekanan
darah
diturunkan
dengan
menggunakan
obat
41
tekanan darah 160/90 mmHg. Pada studi INTERACT 2010, penurunan TDS
hingga 140 mmHg masih diperbolehkan.
6. Pada pasien stroke perdarahan intraserebral
dengan
TDS
150-220
mmHg, penurunan tekanan darah dengan cepat hingga TDS 140 mmHg cukup
aman. Setelah kraniotomi, target MAP adalah 100mmHg.
7. Pemakaian obat antihipertensi parenteral golongan penyekat beta (labetalol
danesmolol), penyekat kanal kalsium (nikardipin dan diltiazem) intravena,
digunakandalam upaya diatas.
8. Calcium Channel Blocker
(nimodipin)
telah
diakui
dalam
berbagai
Pemasangan kateter
Oksigenasi : O2 2L/menit
Manitol 250 cc
42
Furosemide IV
Rehabilitasi : Fisiotherapy
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Prof. DR. Mahar Mardjono & Prof. DR. Priguna Sidharta : Neurologi Klinis
Dasar, Edisi VI, 1994, 270 290.
3.
43
4.
5.
6.
7.
8.
44