: I Komang Sukarma
Fakultas
: Ilmu Budaya
Gugus/No Absen : 20/
tersebut. Tidak salah, orang-orang menyebut Pulau Bali memiliki budaya yang sampai saat
ini masih dipertahankan karena memang di Bali ada hal-hal yang tidak bisa dilihat di
tempat lain seperti pembakaran mayat atau Ngaben, tradisi ngelawang oleh anak-anak Bali,
sampai parade ogoh-ogoh saat penyambutan Hari Nyepi. Tradisi-tradisi tersebut merupakan
salah satu dari sekian banyak kegiatan yang didasari oleh ritual Hindu yang kemudian
menjadi daya tarik wisata atau hal yang bersifat profan. Akhir-akhir ini, rakyat Bali telah
terluka dengan adanya sikap Menteri Pariwisata yang menolak Kawasan Pura Besakih
dicabut dari KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Tentu, menjadi sebuah tanda
tanya besar dan hal yang perlu digarisbawahi oleh pemerintah pusat bagaimana kita sebagai
orang Bali menyikapi hal tersebut ditengah gemeruncing kasus yang hampir sama seperti
Tolak Reklamasi yang sampai kini tiada berkesudahan. Bisa dibayangkan, rakyat seolaholah diikat oleh rantai tangan-tangan pemodal yang selalu melambung-lambungkan mega
proyeknya dengan iming-iming menyejahterakan rakyat Bali yang hanya berbekal kata
budaya ekonomi namun pada akhirnya menyakiti hati rakyat dengan tebaran angka yang
dianggapnya mampu meng-goal-kan misi tersebut.
Pura Besakih dikenal dengan sebagai pura terbesar di Bali, pura sentral dari segala
pura yang ada di Bali atau orang asing menyebutnya dengan Mother of Temple tentu
julukan-julukan tersebut tidak beralasan karena memang Pura Besakih merupakan tempat
suci yang amat disakralkan. Atas kasus yang terjadi sekarang ini, Bali kehilangan harga
diri. Bali seperti tergila-gila dengan uang hingga lupa dengan jati dirinya. Saat seperti ini
pula, kita juga adil menyikapi hal tersebut. Tidak sepenuhnya dapat menyalahkan orang
Bali, terlalu polos hingga para pemodal dengan mudah menaklukan hati mereka.
Lantas apa yang harus kita lakukan sebagai orang Bali?
Pulau Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang menjadikan pariwisata
sebagai ikon utamanya. Tak salah, Pulau Bali menyebet sandang The Best Exotic
Destination dari majalah Luxury Travel Magazine London, Inggris, 2014 lalu dan
berselang beberapa waktu kembali menyebet penghargaan sebagai Pulau Terbaik di Asia
2014 versi majalah pariwisata internasional, Travel+Leisure. Hal ini, Bali telah
membuktikan eksistensinya sebagai pulau surganya para pelancong di seluruh dunia.
Namun, apalah arti semua itu jika ternyata penduduk Bali asli merana di negerinya
sendiri. Oleh karena itu, kita sebagai orang yang telah menginjaki tanah Bali dengan segala
keadaan tidak bisa ddiamkan begitu saja. Salah satu pendongkrak perubahan tersebut
adalah generasi muda Bali, pemuda-pemudi Bali. Ya, siapa lagi kalau bukan orang Bali itu
sendiri?
Tidak akan mungkin ada orang di luar Pulau Bali atau warga asinga yang akan
menyelamatkan Pulau Seribu Pura ini. Betapun hebatnya mereka, kayanya mereka,
berbondong-bondong membawa teknologi canggih ke Bali, menggelontorkan dana sebesarI Komang Sukarma | Sastra Inggris - Universitas Udayana
besarnya untuk membantu rakyat Bali, dan melejitkan mereka sebagai pahlawan. Jika saya
diberitahu seperti itu, ingin rasanya duduk manis sambil tertawa terbahak-bahak. Tahukah
mereka Tri Hita Karana? Tahukah mereka Gotong-royong? Tahukah mereka nguponin atau
ngayah?
Tidak akan pernah tahu dan mengerti karena yang benar-benar mengerti dan memahami
semua itu adalah orang Bali sendiri. Sekarang saatnya yang muda yang beraksi. Pemudapemudi adalah aktor dan aktris pembangunan pulau Bali. Disebut sebagai agent of
change seharusnya pemuda-pemudi Bali kini sudah saatnya menyibak hati dan pikiran
untuk mulai berpikir dan berbuat bagaimana caranya agar peduli dengan Bali. Tidak sedikit
pemuda-pemudi Bali sekarang ini baru sadar akan masalah disekitarnya yang berkaitan
dengan Bali jika media masa atau sosial baru menerbitkannya. Kepekaan yang masih
minim dan seringnya tidak ingin move on dari zona nyamananya membuat mereka lengah
dan acuh tak acuh dengan pulaunya sendiri. Seorang tokoh inspirasional, Brian Tracy,
pernah berkata, Move out of your comfort zone. You can only grow if you are willing to
feel awkward and uncomfortable when you try something new.
-Memanfaatkan teknologi dengat tepat guna. Zaman sekarang ini yang serba
modern dan serba instan, teknologi canggih pun tak dapat dipisahkan dari kehidupan kita.
Tak jarang mereka lebih memilih menggunakannya untuk gaya-gayaan ketimbang untuk
hal-hal yang dapat memberikan kontribusi pariwisata. Contoh saja, booming-nya tren selfie
saat ini telah menerjang siapa saja tanpa batas dan waktu terutama bagi para Anak Baru
Gede (ABG). Kesempatan seperti inilah yang seharusnya digunakan oleh mereka jikalau
sedang bepergian ke tempat atau objek wisata apalagi ke tempat wisata yang belum banyak
diketahui orang. Adanya media sosial seperti facebook, twitter, instagram dan yang lainnya,
telah menjadi tempat yang paling praktis dalam menyebarkan informasi dengan cepat,
setidaknya pemanfaatan tersebut digunakan untuk mempromosikan tempat wisata yang
dikunjungi. Secara langsung, mereka pun telah ikut berkontribusi kecil dengan tetap dalam
suasana menyenangkan.
- Mengaktifkan Bale Banjar Desa sebagai wadah kreativitas dan organisasi.
Kontribusi selanjutnya yang bisa pemuda-pemudi Bali lakukan adalah mengaktifkan bale
banjar mereka sebagai pusat pembelajaran berseni dan berbudaya. Di tempat inilah
pemuda-pemudi bebas mengekspresikan dirinya melalui kegiatan-kegiatan berkesenian.
Seperti belajar metetabuhan atau menari Bali bersama-sama. Selain itu, saat perayaan
agama atau acara keluarga, sekaa1 Teruna-Teruni akan belajar berorganisasi dan memimpin
suatu acara. Mereka akan belajar bagaimana cara bermusyawarah mufakat yang menjadi
dasar memimpin desa kedepannya
1 Sekaa merupakan kelompok atau komunitas para remaja di Bali dan biasanya
terbentuk di desa masing-masing
pemerintah daerah, lembaga masyarakat, duta wisata atau DKP, tetapi setiap individu yang
menginjakkan kakinya di tanah Bali ini karena kesemuanya adalah tugas dan tanggung
jawab kita bersama sampai kapanpun, dan siapaun bisa karena Everyone is tourism
ambassador!