TINJAUAN PUSTAKA
polien. Kompleks polien-ergosterol yang terjadi dapat membentuk suatu pori dan
melalui pori tersebut konstituen essensial sel jamur seperti ion K, fosfat anorganik,
asam karboksilat, asam amino dan ester fosfat bocor keluar hingga menyebabkan
kematian sel jamur. Penghambatan biosintesis ergosterol dalam sel jamur, mekanisme
ini merupakan mekanisme yang disebabkan oleh senyawa turunan imidazol karena
mampu menimbulkan ketidakteraturan membran sitoplasma jamur dengan cara
mengubah permeabilitas membran dan mengubah fungsi membran dalam proses
pengangkutan
senyawa
senyawa
essensial
yang
dapat
menyebabkan
Secara umum kemampuan bakteri dalam menekan penyakit yang disebabkan oleh
patogen tular tanah dilakukan dengan empat cara yaitu menghambat patogen dengan
cara berkompetisi dalam memanfaatkan besi/hipotesis siderofor, menghambat patogen
dengan bahan yang dapat didifusikan, induksi resistensi dan mengkolonisasi akar dan
menstimulir pertumbuhan tanaman (Djatnika et al. 2003).
Pengujian aktivitas bahan antimikroba secara in vitro dapat dilakukan melalui dua
cara. Cara pertama yaitu metode dilusi, cara ini digunakan untuk menentukan kadar
hambat minimum dan kadar bunuh minimum dari bahan antimikroba. Prinsip dari
metode dilusi menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi medium cair dan
sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Selanjutnya masing-masing tabung diisi
dengan bahan antimikroba yang telah diencerkan secara serial, kemudian seri tabung
diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan
konsentrasi terendah bahan antimikroba pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil
biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan jamur merupakan
konsentrasi hambat minimum). Biakan dari semua tabung yang jernih ditumbuhkan
pada medium agar padat, diinkubasi selama 24 jam, dan diamati ada tidaknya koloni
jamur yang tumbuh. Konsentrasi terendah obat pada biakan pada medium padat yang
ditunjukan dengan tidak adanya pertumbuhan jamur adalah merupakan konsentrasi
bunuh minimum bahan antimikroba terhadap jamur uji (Tortora et al. 2001).
Cara kedua yaitu metode difusi cakram (Uji Kirby-Bauer). Prinsip dari metode
difusi cakram adalah menempatkan kertas cakram yang sudah mengandung bahan
antimikoba tertentu pada medium lempeng padat yang telah dicampur dengan jamur
yang akan diuji. Medium ini kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam,
selanjutnya diamati adanya zona jernih di sekitar kertas cakram. Daerah jernih yang
tampak di sekeliling kertas cakram menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba.
Jamur yang sensitif terhadap bahan antimikroba akan ditandai dengan adanya daerah
hambatan disekitar cakram, sedangkan jamur yang resisten terlihat tetap tumbuh pada
tepi kertas cakram (Tortora et al. 2001).
Di Indonesia penyakit layu sudah lama dikenal, tetapi pada umumnya orang menduga
bahwa penyakit ini disebabkan oleh bakteri. Di negara-negara lain sudah lama dikenal
bahwa sebagian dari penyakit layu pada tanaman Solanaceae disebabkan oleh
Fusarium (Semangun 1996).
Spora Fusarium yang berupa konidia dihasilkan dalam bentuk yang sederhana
atau sebagai spora enteroblastik, atau klamidospora merupakan kondisi spesies dalam
fase istirahat (Booth 1971). Koloni Fusarium biasanya berwarna merah muda sampai
biru violet dengan bagian tengah koloni berwarna lebih gelap dibandingkan dengan
bagian pinggir. Saat konidium terbentuk, tekstur koloni menjadi seperti wol atau
kapas (Fran & Cook 1998). Di alam, jamur ini membentuk konidium. Konidiofor
bercabang-cabang dan makro konidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, sering kali
berpasangan (Semangun 2004). Suhu optimum untuk pertumbuhan F. oxysporum
berkisar antara 24oC sampai 27oC (Abawi & Lorbeer 1972).
pengertian agen hayati perlu dilengkapi dengan kriteria menurut FAO yaitu organisme
yang dapat berkembang biak sendiri seperti parasitoid, predator, parasit, arthropoda
pemakan tumbuhan, dan patogen (Supriadi 2006).
solani
dan
Fusarium
oxysporum
dengan
menghasilkan
zona
Menurut Suryanto et al. (2010), isolat bakteri kitinolitik yang diisolasi dari
tanah memiliki kemampuan dalam menghambat jamur Fusarium oxysporum penyebab
layu Fusarium pada kecambah cabai merah. Isolat tersebut adalah BK08, BK09,
KR05, LK08, dan BK07 yang memiliki potensi sebagai agen biokontrol. Isolat bakteri
kitinolitik asal tanah memiliki kemampuan dalam menghambat jamur patogen seperti
Ganoderma boninense, Penicillium citrinum, dan Fusarium oxysporum (Suryanto et
al. 2011).