Anda di halaman 1dari 13

Nutrition in the Elderly

Masalah Vitamin pada Lansia


Terdapat kepentingan khusus vitamin pada kehidupan lanjut, dan beberapa
lapangan penting untuk riset vitamin.
Karena cahaya matahari di Australia vitamin D tak banyak menimbulkan
masalah, tapi lansia di institusi perlu pemeriksaan exposure cahaya matahari
seperti juga intake vitamin D. Status vitamin E (dalam bentuk tocopherols) secara
umum sudah dianggap mencukupi, tapi literatur baru memunculkan tocotrienols
sebagai inhibitor dari HMG-CoA reductase yang mungkin masih berhubungan
dengan lansia. Sekali lagi, dengan vitamin K, pengenalan sejumlah vitamin K
dependent protein, termasuk setidaknya dua dalam tulang, meningkatkan
kepentingan pemeriksaan status vitamin K mandiri pada lansia, daripada tak
langsung dan eksklusif lewat coagulation factors (29). Tempat kami mungkin
menemukan masalah vitamin pada lansia adalah dimana terdapat dua atau lebih
risk situations (Table 6).
Harus diingat bahwa adequate energy intake diperlukan untuk memenuhi
recommended vitamin intake. Sehingga suatu penurunan food energy intake dalam
waktu lama adalah suatu dalil yang ragu-ragu; paling sedikit ia menimbulkan
perlunya peningkatan nutrient density.
Table 6. Elderly at risk of vitamin deficiency
1. Physically inactive
2. Precarious food supply
3. Alcohol excess
4. Decreased interest in food:

Diminished taste and smell

Loneliness

Depression

5. Disease which interacts with nutrients or decreases appetite

Immunodeficiency
Pengaruh terhadap immune response oleh protein energy malnutrition dan
defisiensi beberapa individual nutrients pertama diketahui pada anak-anak (30).
Pada lansia fenomena yang sama juga ada: suatu penurunan progresif dalam
immunological competence serta lean body mass. Banyak studi mendukung bukti
bahwa individu di atas usia 65 tahun mempunyai defisiensi yang jelas atau
subklinis (31). Saat terdapat banyak faktor aetiology perusakan fungsi imun pada
lansia (Table 7) (32) termasuk proses penuaan, telah ditunjukan bahwa
malnutrition secara sebagian berperan terhadap immunologic senescence,
terutama cell-mediated immunity (33).
Table 7. Possible causes of impaired immunity in the elderly.
Causes
Immunosenescence
Nutritional factor

Underlying condition
Normal ageing
Protein deficiency
Zinc deficiency
Selenium deficiency

Intercurrent illness

Vit. A deficiency
Virus infection
Congestive cardiac failure
Poor peripheral circulation
Chronic renal failure
Diabetes mellitus
Immobility

Iatrogenic

Dehydration
Corticosteroid
Cytotoxic
Nonsteroid anti-inflammatory drugs
Antibiotics (doxycycline, fusidic acid,
erythromycin, cefoxitin)

Jika defisiensi nutrisi berhubungan dengan kerusakan fungsi imun pada


lansia, koreksi defisiensi harus meningkatkan sebagian fungsinya. Ketentuan
protein-energy supplement dan koreksi defisiensi besi, seng, selenium, vitamin C,
E dan B complex berhubungan dengan peningkatan immune responses
(34,35,36,37). Selanjutnya, dukungan gizi pada lansia risiko tinggi juga
meningkatkan antibody response, dan mungkin proteksi, selama pemberian
imunisasi influenza, pneumococcal dan tetanus (38).

Penyakit kronis
Penyakit cardiovascular
(Lihat booklet No.1 Heart Disease, Heart Failure and Hypertension in the
Elderly)

Osteoporosis
Osteoporosis adalah masalah kesehatan masyarakat mayor di dunia Barat.
Tahun1986 di Australia, tercatat 10000 fracture panggul dan pasien dengan
fracture mencapai 315000 bed days pada tahun tersebut. Diperkirakan bahwa pada
tahun 2011 insiden fracture panggul akan meningkat sampai 18000 per tahun
menghasilkan peningkatan surgical bed days sampai 579000 (39). Kondisi ini
akan meningkatkan beban pelayanan kesehatan. Terdapat berbagai faktor yang
berperan terhadap negative calcium balance pada lansia (Table 8).
Table 8. Factors contributing to negative calcium balance in the elderly
Menopause
Inadequate dietary calcium intake
Calcium malabsorption
Nutrient-nutrient interaction:
Protein intake
Phosphorus content
Caffeine intake

Alcohol intake
Sodium intake
Fibre intake
Immobilisation
Lack of exercise
Confounding metabolic disorders
Medications

Food intake dan bone density. Calcium intake adalah satu-satunya diantara
banyak faktor yang diyakini dalam pencegahan dan tatalaksana osteoporosis.
Misalnya, baik endogenous (Boron study) maupun exogenous estrogen status
(phytoestrogens) dapat dipengaruhi oleh pemilihan makanan (40,41).
Pencegahan. Terdapat sejumlah kemungkinan pendekatan untuk me-maximal-kan
peak bone density dan me-minimal-kan menopause dan age-related bone loss
(Table 9) (42,43).
Table 9. Some possible approaches to prevent osteoporosis
1. Estrogen therapy
2. Increase calcium intake to 1500 mg per day
3. Exercise, particularly weight bearing activity
4. Reducing lifestyle risk factors:

Stop smoking

Reduce alcohol consumption

Pengobatan. Objektifitas pengobatan established osteoporosis adalah mencegah


bone loss lanjut dan menggantikan kehilangan tulang yang telah terjadi. Beberapa
agents telah menunjukan peningkatan densitas tulang.
Tabel 10. Treatment osteoporosis.
1. Suplemen calsium

2. Sex hormon replacement ;


- Estrogen terapi
- Testoteron terapi
3. anabolic steroid
4. Fluoride treatment
5. Vitamin D suplement [ Calcitriol ]
6. Calcitonin dan biphosphonat

OBESITAS
Data tentang angka kesakitan dan kematian pada orang
tua dengan obesitas sangat terbatas,sedangkan BB kurang pada
orang tua lebih umum terjadi dari pada kegemukan. Terlebih
obesitas pada orang tua kurang
Obesitas disebabkan asupan energi lebih besar dari .sedikit
penurunan BMR dengan bertambahnya usia, sama seperti
menurunnya energi yang digunakan untuk beraktivitas.Disisi lain
asupan energi total juga menurun. Jadi harus ada penyesuai
asupan dan keluaran energi pada orang tua, sebaiknya
pengurangan keduanya sesedikit mungkin.
Management. Harus diingat pada penanganan obesitas pada usila
(usia lanjut); penurunan BB dapat berarti hilangnya lean mass
karena rendahnya aktivitas pada orang tua. Oleh karena itu
program latihan mempunyai peran penting dalam penanganan
obesitas pada usila. Program jalan kaki adalah program yang
paling mudah dijalankan. Diet pada usila tidak boleh kurang dari
1200 kkal/hr untuk mencegah terjadinya defisiensi nutrien. Pada
kasus tertentu perlu suplementasi vitamin dan mineral, cukup
minum bagi penderita hipodipsia. Perubahan peri laku juga
memainkan peran kunci pada penanganan obesitas pada usila.
Secara umum obat-obatan harus dihindari, hanya sedikit alasan
untuk menggunakan obat-obatan dalam terapi obesitas pada
usila.

D M / GANGGUAN TOLERANSI GLUKOSA


Dengan penuaan, toleransi glukosa menurun, sejumlah
proses penuaan fisiologis dihubungkan dengan gangguan toleransi
glukosa. Perubahan yang tampak adalah pada komposisi tubuh
dengan peningkatan jaringan lemak terutama dengan obesitas
sentral dan penurunan aktivitas fisik. Jelasnya faktor nutrisi
memainkan suatu peran dalam perkembangan penumpukan
jaringan lemak, yang mana berhubungan dengan intoleransi
glukosa dan penyakit D.M. Komponen utama dalam perkembangan
intoleransi glukosa adalah insulin resisten. Yang juga ikut
berperan dalam perkembangan intoleransi glukosa adalah
gangguan pada fase 2 pelepasan insulin, tapi kepentingan
fisiologisnya belum dipahami secara lengkap. Lebih jauh, mungkin
juga ada perubahanperubahan dalam prosessing insulin, dengan
akibat peninggian sekresi insulin bentuk bioinaktif, yang dikenal
sebagai proinsulin.
Baru-baru ini peranan mikro nutrien seperti Zn, Mn, Cr
dalam patofisiologi DM pada usila menarik lebih banyak perhatian.
DM menambah resiko defisiensi mikronutrien seperti defisiensi Zn
oleh peningkatan glikosuria, yang berarti peningkatan hilangnya
Zn melalui urin. Kondisi ini akan menurunkan sistem imun dan
proses penyembuhan luka pada kaki yang biasa terjadi pada
penderita DM usila.
Penanganan Masalah. Mempertahankan BB ideal sangat perlu
dalam penanganan penderita DM usila. Penurunan BB harus
dipertimbangkan dengan hati-hati pada usila dengan DM tipe II
dan usila dengan BB lebih, karena beberapa usila berisiko
menderita malnutrisi, meskipun tujuan penangan diet jelas jaitu
penurunan glukosa plasma, trigliseride dan VLDL. Hal yang
kontroversial adalah mana diet yang lebih menguntungkan; diet
tinggi KH rendah lemak atau diet tinggi lemak [dengan
perbandingan khusus MUFA dan PUFA]. Terlebih pada usila
terjadi penurunan indera kecap dan indera pembauan yang akan
menyulitkan merubah pola makan, pada akhirnya akan
mempengaruhi diet compliance.
Untuk meningkatkan sensitifitas insulin, diet harus diikuti
oleh latihan terutama latihan yang bersifat aerobik seperti jalan

kaki atau berenang [latihan dalam air] direkomendasikan untuk


usila dengan DM atau Gangguan toleransi glukosa.

REVERSIBILITAS GANGGUAN STATUS NUTRISI DENGAN


INTERVENSI
Intervensi nutrisi adalah suatu metoda yang esensial untuk
mengembalikan status nutrisi yang terganggu.
Intervensi primer dapat meningkatkan kesejahteraan usila
dan mengantisipasi masalah kesehatan dimasa yang akan datang.
Berikut adalah kemungkinan yang diharapkan:
angka morbiditas menurun
usia harapan hidup jangka panjang meningkat.
Suatu pendekatan pada nutritional care untuk usila pada
setting intervensi primer adalah perlunya identifikasi faktor resiko
baik untuk tingkat individu maupun pada tingkat masyarakat.
Intervensi Sekunder: dengan deteksi dini dan pengobatan
penyakit-penyakit terkait masalah nutrisi. Deteksi dini usila yang
menderita penyakit-penyakit yang berulang. Penyakit berulangulang (sering kambuh) dan polifarmasi dapat menyebabkan
perkembangan kondisi-kondisi defisiensi tingkat border line.
Contoh: diuresis berlebihan dengan furosemide pada usila dengan
payah jantung menyebabkan zinkuria. Keadaan ini menyebabkan
defisiensi Zinc dengan akibat gangguan penyembuhan luka.
Intervensi Tersier: dapat membatasi ketidakmampuan lebih
jauh akibat penyakit terkait nutrisi. Pelatihan dan terapi nutrisi
yang agresif adalah titik pangkal intervensi ini. Usila yang lemah
dengan PEM menetap harus dirawat dirumah sakit atau tempat
perawatan yang memiliki kualifikasi yang sesuai. Kemampuan
usila yang lemah/tidak mampu makan dapat ditingkatkan dengan
menggunakan peralatan makan khusus yang dikembangkan
untuk penderita stroke atau penderita yang diamputasi. Yang juga
sangat membantu adalah jika dapat mengetahui cara-cara

mempertahankan lean body mass melalui supervisi oleh seorang


ahli fisioterapis atau physical therapist.

DUKUNGAN NUTRISI PADA USILA


Dukungan nutrisi oral pada usila memegang peranan
penting pada orang-orang dengan fungsi gastro-intestinal dan
aktivitas fisik yang baik. Perubahan penampilan makanan dapat
meningkatkan minat usila. Perubahan rasa dan bau dari makanan
menguntungkan usila dengan hipoosimia dan hipogeusia.
Makanan yang disedot/diisap dan diet cair dengan makanan yang
digiling/blender perlu dipertimbangkan. Penambahan formula
entral pada diet cair seorang usila dapat meninggikan asupan
energi total secara bermakna dan merubah imbang nitrogen
negatif menjadi positif. Meningkatkan kualitas nutrien program
makanan yang diantar kerumah menjadi suatu cara yang
menguntungkan untuk menurunkan resiko kekurangan nutrisi
pada usila.
DUKUNGAN NUTRISI ENTRAL
Indikasi dan kontra-indikasi. Secara umum, jika fungsi saluran
cerna baik, nutrisi enteral lebih disukai daripada nutrisi
parenteral. Kontra indikasi spesifik nutrisi enteral:
- perdarahan gastrointestinal tidak terkontrol
- obstruksi atau fistula distal dari tempat feeding
- peritonitis
- ileus
- muntah-muntah hebat
- insufisiensi fungsi usus halus untuk absorpsi nutrient.
- Diare berat
- Resiko aspirasi adalah kontra-indikasi relatif
Sebelum
memberi
dukungan
nutrisi
enteral
harus
mempertimbangakan banyak faktor dalam memilih jenis formula
enteralnya. Dukungan nutrisi enteral harus diformulasi dan

didesain sesuai kebutuhan khusus pasien usila. Kebutuhan ini


termasuk:
- kebutuhan fisiologis
- kenyamanan fisik
- keamanan
- kesejahteraan psikologis

Tabel 11. Faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam


pemilihan formula nutrisi.
1. kebutuhan nutrisi pasien:
- perhatikan rasio protein dan non-protein kalori dari formula
- perhatikan kebutuhan vitamin dan asam lemak esensial dan
mineral.
2. Keterbatasan metabolik pasien
- formula untuk penyakit-penyakit khusus untuk pasien
dengan disfungsi metabolik seperti penyakit hepar, ginjal
dan gagal jantung
3. kapasitas fungsional saluran cerna
- pertimbangkan formula khusus untuk pasien dengan
insufisiensi berat kelenjar eskokrin pankreas.
- Obstruksi bilier
- Short bowel syndrome
- Abnormalitas mukosa berat
DUKUNGAN NUTRISI PARENTRAL
Secara umum pasien usila dengan kontra-indikasi nutrisi enteral
atau tidak dapat ditangani secara aman dan efektif untuk nutrisi
enteral adalah calon untuk nutrisi parenteral. Dalam beberapa
kasus alimentasi parenteral dapat dikombinasi dengan terapi
parenteral. Pemberian bisa melalui vena perifer atau vena sentral.
Untuk pemberian emulsi lipid dengan densitas energi tinggi lebih
baik menggunakan vena perifer
FUNGSI IMUN
Tes-tes imunologik bersifat tidak spesifik terhadap defisiensi
nutrient individual, meskipun biasanya tes-tes tersebut mencerminkan hal

tersebut; beberapa faktor lain, seperti emosi dan stres fisik (tindakan
bedah, anastesi, luka baker luas, neoplasma, dan infeksi virus)
berpengaruh terhadap fungsi imun. Interpretasi yang baik membutuhkan
informasi tentang asupan nutrisi, yang datangnya bersamaan dengan
penyakit, terpapar oleh agen penyebab infeksi, lamanya menderita
kekurangan, dan factor-faktor genetik. Petunjuk-petunjuk yang dapat
dipakai untuk menilai fungsi imun: total lymphocyte count, T-cell subsets,
dan delayed type hypersensitivity (DTH).
HEMATOLOGI
Ada bukti yang baik yang berasal dari berbagai penelitian, bahwa
prevalensi anemia gizi, secara signifikan meningkat seiring dengan
berjalannya umur. Ada 3 anemia gizi patologis, yaitu anemia defisiensi Fe,
anemia defisiensi folat dan anemia defisiensi vitamin B 12. Anemia gizi yang
ke-4 bagi manula adalah akibat proteinenergy malnutrition (PEM). Dalam
menginterpretasikan penyebab anemia pada manula, banyak faktor yang
harus diperhatikan, baik asupan maupun kehilangannya, sebagaimana
halnya dengan yang terjadi pada penyakit kronis. Gambaran anemia pada
penyakit kronis, sama/ identik dengan gambaran anemia pada PEM. Testes tersebut sering digunakan untuk menilai status asam folat dan vitamin
B12 dan konsentrasi vitamin B 12. Serum folat menggambarkan status folat
akut, tetapi tidak memberikan informasi lebih lanjut terhadap banyaknya
cadangan folat. Konsentrasi serum folat berfluktuasi cepat terhadap
perubahan-perubahan dalam asupan folat dan terhadap perubahan
temporer dalam metabolisme folat.
Hipersegmentasi neutrofil pada darah tepi, adalah suatu gambaran
karakteristik awal defisiensi folat dan vitamin B 12,dan fenomena ini bahkan
dapat berlanjut pada perkembangan terjadinya makrositosis.
MAKANAN APA YANG DIKONSUMSI MANULA?
Salah satu dari beberapa penelitian yang menggunakan sample
representatif terhadap perilaku makan manula dalam Victorian Nutrition
Survey 1987, yang dilakukan sebagai kerjasama antara Food and
Nutrition Project dan CSIRO Division of Human Nutrition.
Beberapa temuan yang menarik pada penelitian ini, diantaranya:
berkurangnya konsumsi daging (terutama daging sapi dan sapi muda),
meningkatnya konsumsi ikan (terutama pada laki-laki), berkurangnya
konsumsi dairy product tertentu (susu fullcream), konsumsi yang stabil
terhadap kentang dan peningkatan konsumsi sayur-sayuran tertentu
(sayuran berdaun hijau) terutama pada wanita. Data-data tersebut adalah
data cross-sectional dan apabila manula makan berlebih atau bahkan
kurang dari seharusnya, maka akan menjadi efek kohort, atau artinya
mereka tetap mempertahankan pola makan yang mereka anut pada waktu

muda. Hal ini penting untuk mengantisipasi apa yang dikonsumsi manula
kelak dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Sebagai contoh, makanan
siap santap dan pangan berbahan dasar daging siap santap, secara luas
dikonsumsi oleh dewasa muda saat ini dibandingkan dengan generasi
sebelumnya. Sebagai alternatif, generasi tua akan berespon terhadap
kemunduran tingkat aktifitas fisik dengan mengurangi konsumsi makan
sehingga asupan energi akan seimbang dengan keluaran energinya.
Makanan apa yang dikurangi konsumsinya berpengaruh penting terhadap
status kesehatannya. Contohnya, apabila mereka mengurangi makananmakanan yang padat gizinya seperti daging kurus atau telur, maka mereka
akan mengalami kerugian secara nutrisi. Dalam menginterpretasikan datadata tersebut, kita harus mempertimbangkan baik asupan absolute
komoditas tertentu (yang berisi zat gizi) dan asupan relatifnya terhadap
asupan energi. Dalam beberapa hal yang berhubungan secara fisiologis,
asupan absolut sangat penting (contoh: dalam rangka untuk mencapai
intake vitamin C yang adekuat), dalam hal lain, asupan relatif juga penting
(contoh: kontribusi asupan lemak jenuh untuk mendapat asupan energi
yang menyeluruh). Sehingga ada kepentingan penelitian prospektif
individual, antara asupan makanan dan hubungannya dengan pola
kesehatan di masa mendatang bagi masyarakat Australia.
PENGARUH SOSIAL DAN BUDAYA PERILAKU MAKAN
Faktor Budaya
Kebiasaan makan didasarkan pada kebiasaan budaya,yaitu latar belakan
dan orientasi individu,sebagaimana halnya dengan karakterisitik individu
dan persepsinya, akan menentukan pola makannya di kemudian hari.

Aktivitas
Faktor
Sosialsosial

Aktivitas fisik

Sehat

Asupan makanan

Kesehatan di
masa tua

Penyakit-penyakit yang berhubungan


dengan nutrisi :
PEM
Kelainan-kelainan akibat mikronutrien
Obesitas
DM/ IGT
Penyakit-penyakit cardiovaskuler
Osteoporosis
Imunodefisiensi

Interaksi antara faktor-faktor sosial, psikologis, dan fisiologis dengan


asupan makanan dan kemungkinan-kemungkinan akibatnya
Hubungan antara faktor-faktor sosial, psikologi dan fisiologi dengan
intake makanan dalam suatu sample representatif pada 2195 orang
berusia > 65 tahun di Adelaide, telah diteliti oleh Horwarth.
Beberapa penemuan yang menarik:
a. Pria usia lanjut yang hidup sendiri, tampaknya mempunyai kebiasaan
makan yang lebih buruk, dibandingkan dengan yang masih hidup dengan
pasangannya.
b. Hidup sendiri, berpengaruh sangat besar terhadap kebiasaan makan
dan asupan nutrisi yang dapat dihitung, pada seorang laki-laki. Di sisi
yang lain, wanita-wanita yang hidup sendiri, asupan nutrisi yang dapat
dihitungnya, seimbang atau lebih besar daripada pada wanita-wanita yang
hidup dengan pasangannya.
c. Gaya hidup, merupakan penanda terbaik akan asupan nutrisi; gaya
hidup bervariasi akan dihubungkan dengan diet yang bervariasi pula.
Kelompok Wilhelmsen di Swedia bagian barat, memperlihatkan
penurunan angka mortalitas yang sebanding dengan peningkatan
aktivitas. Interaksi antara faktor-faktor sosial, psikologi, dan fisiologi dalam
asupan makanan dan kemungkinan-kemungkinan yang didapat,
dipaparkan secara ringkas dalam figure 23,25,26
MASALAH KESEHATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN NUTRISI DI
MASA LANJUT USIA
PROTEIN ENERGI MALNUTRISI/ PEM
Resiko terjadinya PEM akan meningkat pada manula. Beberapa faktor
terlibat dalam perkembangan terjadinya penyakit ini (table 5). Manula
yang dirawat di RS, mengalami peningkatan resiko yang lebih menonjol.
Kondisi ini disebabkan, karena manula yang dirawat di RS, biasanya

makan lebih sedikit, dibandingkan dengan ketika mereka sehat, dan


disamping itu kebutuhan akan protein dan energi sangat meningkat, juga
nutrisi esensial lain. Jelaslah, bahwa deteksi dini terhadap PEM ini, akan
mencegah terjadinya komplikasi seperti yang terjadi pada PEM berat.
Tabel 5. Faktor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap protein-energi
malnutrisi pada manula
Faktor sosiologi
Status sosioekonomi
Perumahan
Tempat tinggal
Status perkawinan/ jumlah anak
Musim
Faktor psikologi

Faktor etnik/ budaya


Fungsi kognitif
Fungsi control dan perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan
Hipokondriasis dan merasa intolerans
Pemilihan makanan

Faktor fisiologi

Kesehatan
Penampilan motorik dan mobilitas
Rasa/ sense
Kondisi gigi geligi
Penyakit kronis
Obat-obatan

Anda mungkin juga menyukai