Anda di halaman 1dari 2

Multikulturalisme dan Pengembangan Masyarakat

(Multiculturalism and Community Development)

Nurul Fadhilah Rezeki


fadhilahrezeki@gmail.com

Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Padjadjaran

Pekerjaan sosial (social work) atau tidak jarang dikenal sebagai ilmu
kesejahteraan sosial (social welfare) merupakan salah satu bidang kajian
yang muncul sebagai evolusi paling mutakhir dari bentuk kedermawanan.
Zaman dahulu bentuk dermawan yang dikenal hanyalah memberikan
bantuan material kepada yang membutuhkan, namun seiring berjalannya
waktu memberikan bantuan saja dianggap kurang tepat. Pemberian
bantuan dianggap membuat seseorang terbiasa untuk selalu menjadi
penerima

dan

akan

menimbulkan

ketergantungan

kepada

sang

dermawan. Akhirnya, muncul pandangan bahwa akan menjadi lebih baik


jika bantuan yang diberikan berupa pemberdayaan dengan maksud
penerima

bantuan

diharapkan

dapat

akan

menjadi

memenuhi

orang

yang

kebutuhannya

lebih

berdaya

dikemudian

dan
hari.

Pemberdayaan dapat dilakukan dalan berbagai level, baik individu,


keluarga, kelompok, maupun masyarakat.
Masyarakat merupakan suatu hal yang kompleks, mengingat
masyarakat merupakan kumpulan individu dan setiap individu memiliki
nilai yang dipegangnya masing-masing, disamping nilai dan norma yang
ada

di

dalam

masyarakat.

Multikulturalisme

dalam

pemberdayaan

masyarakat muncul sudut pandang lain dalam melakukan pemberdayaan


masyarakat. Multikulturalisme memandang setiap nilai yang dimiliki oleh
individu adalah penting. Dalam proses pemberian pelayanan, pekerja
sosial secara tidak langsung dituntut untuk beradaptasi dengan nilai dan
budaya dari klien/konteks terkait. Menurut C. Kluckhohn (Koentjaraningrat,
2009:150)

kebudayaan

yang

dimiliki

klien

akan

terkait

dengan

pandangannya terhadap hakikat hidup, hakikat karya, presepsi manusia


itu tentang waktu, pandangan manusia terhadap alam, dan hakikat
hubungan manusia dengan sesama. Jika seorang pekerja sosial tidak
memiliki kesadaran serta pengetahuan mengenai keberagaman budaya,
maka dalam proses pelayanan akan terjadi kesulitan. Misalnya dalam cara
pekerja sosial berkomunikasi dengan klien.
Bagi

pekerja

sosial

memahami,

mengetahui,

peka

terhadap

multikulturalisme sudah menjadi hal yang wajib agar dapam pelaksanaan


pelayanan lebih baik. Penyesuaian dengan nilai/ budaya yang ada lebih
dikenal dengan sebutan indigenizing. Indigenizing merupakan proses
penyesuaian pelayanan dengan budaya local. Hal ini muncul dan menjadi
hal yang penting mengingat social work lebih berkembang pesat dibarat
dan teori-teori yang digunakan sebagai acuan dasar pun berasal dari
barat. Sebagai pekeja sosial kita tidak dapat men-generalisasikan bentuk
pelayanan yang ada karena kebutuhan dari setiap penerima pelayanan
adalah berbeda.

Daftar rujukan :
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai