Anda di halaman 1dari 27

UU No 4 Tahun 2009

Pasal 1 ayat 26 :
Reklamasi
ialah
kegiatan
yang
dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan
untuk
menata,
memulihkan,
dan
inemperbaiki
kualitas lingkungan dan ekosistem
agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya.

PP No 78 tahun 2010
PRINSIP

REKLAMASI

DAN

PASCATAMBANG
Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK
Eksplorasi wajib melaksanakan reklamasi.
Reklamasi dan pascatambang tersebut
dilakukan terhadap lahan terganggu pada
kegiatan pertambangan dengan system
dan metode sebagai berikut:
a. penambangan terbuka dan
b. penambangan bawah tanah

Pelaksanaan reklamasi oleh pemegang


IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP
Operasi Produksi dan IUPK Operasi
Produksi wajib memenuhi prinsip:
a. perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup pertambangan; dan
b. keselamatan dan kesehatan kerja.
Selain itu pemegang IUP Operasi dan
IUPK Operasi wajib memenuhi prinsip:
konservasi mineral dan batubara.

Dalam hal mineral ikutan dari sisa


penambangan,
pengolahan,
dan
pemurnian mengandung radioaktif,
wajib
melakukan
analisis
keselamatan radiasi untuk tenorm
dan
melaksanakan
intervensi
terhadap paparan radiasi yang
berasal dari tenorm sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundangundangan.

TATA LAKSANA REKLAMASI DAN


PASCATAMBANG
Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK
Eksplorasi yang telah menyelesaikan
kegiatan studi kelayakan harus
mengajukan
permohonan
persetujuan rencana reklamasi dan
rencana
pascatambang
kepada
Menteri, gubernur, bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya

Rencana reklamasi dan rencana


pascatambang harus sesuai dengan:
a.prinsip perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup pertambangan, prinsip
keselamatan dan kesehatan kerja, dan
prinsip konservasi mineral dan batubara;
b.sistem dan metode penambangan
berdasarkan studi kelayakan;
c. kondisi spesifik wilayah izin usaha
pertambangan; dan
d.ketentuan peraturan perundangundangan.

Dalam hal umur tambang kurang dari 5


(lima) tahun, rencana reklamasi disusun
sesuai dengan umur tambang.
Rencana reklamasi paling sedikit memuat:
tata guna lahan sebelum dan sesudah
ditambang;
rencana pembukaan lahan;
program reklamasi terhadap lahan terganggu
yang meliputi lahan bekas tambang dan
lahan di luar bekas tambang yang bersifat
sementara dan/atau permanen;
kriteria keberhasilan meliputi standard
keberhasilan penataan lahan, revegetasi,
pekerjaan sipil, dan penyelesaian akhit; dan
rencana biaya reklamasi terdiri atas biaya
langsung dan biaya tidak langsung.

Lahan bekas tambang meliputi:


a.tempat penimbunan tanah penutup;
b.tempat penimbunan sementara dan
tempat penimbunan bahan tambang;
c.jalan;
d.pabrik/instalasi pengolahan dan
pemurnian;
e.bangunan/instalasi sarana penunjang;
f. kantor dan perumahan;
g.pelabuhan khusus; dan/atau
h.lahan penimbunan dan/atau
pengendapan tailing

PERSETUJUAN RENCANA REKLAMASI


DAN RENCANA PASCATAMBANG
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota
sesuai
dengan
kewenangannya
memberikan
persetujuan atas rencana reklamasi
yang telah memenuhi ketentuan
dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari kalender sejak IUP
Operasi Produksi atau IUPK Operasi
Produksi diterbitkan.

Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK


Operasi Produksi wajib melakukan
perubahan rencana reklamasi yang telah
disetujui apabila terjadi perubahan atas:
sistem dan metode penambangan yang
telah disetujui;
kapasitas produksi;
umur tambang;
tata guna lahan; dan/atau
dokumen lingkungan hidup yang telah
disetujui oleh instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.

Perubahan pascatambang diajukan


paling lambat 2 tahun sebelum akhir
kegiatan
penambangan
kepada
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota
sesuai
dengan
kewenangannya.memberikan
persetujuan atas perubahan rencana
pascatambang yang telah memenuhi
ketentuan dalam jangka waktu paling
lama 90 (sembilan puluh) hari
kalender sejak menerima pengajuan
perubahan rencana pascatambang.

PELAKSANAAN DAN PELAPORAN


Pelaksanaan reklamasi pada lahan
terganggu
dilakukan
sampai
memenuhi
kriteria
keberhasilan
akibat kegiatan eksplorasi dilakukan
pada lahan yang tidak digunakan
pada tahap operasi produksi. Lahan
terganggu akibat kegiatan eksplorasi
tersebut
meliputi
lubang
pengeboran, sumur uji, parit uji,
dan/atau sarana penunjang.

JAMINAN REKLAMASI DAN


PASCATAMBANG
Pemegang IUP dan IUPK wajib
menyediakan:
a.jaminan reklamasi; dan
b.jaminan pascatambang.
Jaminan reklamasi terdiri atas:
a.jaminan reklamasi tahap eksplorasi;
dan
b.jaminan reklamasi tahap operasi
produksi.

Apabila berdasarkan hasil evaluasi


terhadap
laporan
pelaksanaan
reklamasi menunjukkan pelaksanaan
reklamasi tidak memenuhi kriteria
keberhasilan,Menteri,gubernur,atau
bupati/
walikota
sesuai
dengan
kewenangannya dapat menetapkan
pihak ketiga untuk melaksanakan
kegiatan
reklamasi sebagian atau
seluruhnya
dengan menggunakan
jaminan reklamasi.

Dalam hal terdapat kelebihan jaminan dari


biaya yang diperlukan untuk penyelesaian
reklamasi, kelebihan biaya dapat dicairkan
oleh pemegang IUP atau IUPK setelah
mendapat
persetujuan
dari
Menteri,gubernur,ataubupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Pemegang
IUP
atau
IUPK
dapat
mengajukan permohonan pencairan atau
pelepasan jaminan reklamasi kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai
dengan
kewenangannya
berdasarkan tingkatkeberhasilan reklamasi.

PERMEN ESDM NO.7 TAHUN


2014
Lahan bekas kegiatan antara lain:
a.lahan bekas Eksplorasi; dan
b.lahan bekas fasilitas penunjang Eksplorasi.
Lahan bekas kegiatan Eksplorasi antara
lain meliputi lubang pengeboran, sumur
uji, dan parit uji.
Lahan bekas fasilitas penunjang Eksplorasi
antara lain akses jalan Eksplorasi, base
camp, helipad, dan/atau workshop yang
tidak digunakan lagi.

Lahan di luar bekas tambang dengan


sistem tambang terbuka antara lain:
a.tempat penimbunan batuan samping
dan/atau tanah/batuan penutup;
b.tempat penimbunan tanah zona
pengakaran;
c.tempat penimbunan komoditas tambang;
d.jalan tambang danjataujalan angkut;
e.instalasi dan fasilitas pengolahan
danjataupemurnian;
f. fasilitas penunjang;
g.kantor dan perumahan;
h.pelabuhan khusus/ dermaga; dan/ atau
i. lahan penimbunan dan/ atau
pengendapan tailing.

Dalam
hal
area
yang
sudah
direklamasi akan dibuka kembali untuk
kegiatan penambangan, pemegang
IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi
Produksi wajib menyampaikan rencana
kegiatan
Pertambangan
wajib
memperhitungkan nilai keekonomian
Reklamasi yang telah dilaksanakan.
untuk mendapat persetujuan dari
Direktur Jenderal atas nama Menteri,
gubernur, atau bupati walikota sesuai
dengan kewenangannya.

Pemegang IUP Operasi Produksi dan


IUPK Operasi Produksi wajib
melaksanakan Pascatambang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 dan Pasal 26 paling lambat 30
(tiga puluh) hari kalender setelah
kegiatan Penambangan, pengolahan,
dan/ atau pemurnian berakhir sesua1
dengan rencana Pascatambang yang
telah disetujui.

PERMEN HUT P.16 TAHUN


2014
Permohonan izin pinjam pakai kawasan
hutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) diajukan kepada menteri
oleh:
a.menteri atau pejabat setingkat menteri;
b.gubernur;
c.bupati/walikota;
d.pimpinan badan usaha; atau
e.ketua yayasan.

Permohonan izin pinjam pakai


kawasan hutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1),
harus dilengkapi persyaratan:
a.administrasi; dan
b.teknis.
Dokumen persyaratan administrasi
dan teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa dokumen asli
atau salinan dokumen yang
dilegalisasi oleh instansi penerbit
atau notaris.

Rekomendasi gubernur atau


bupati/walikota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c
memuat persetujuan atas
penggunaan kawasan hutan yang
dimohon, berdasarkan pertimbangan
teknis Kepala Dinas Provinsi atau
Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi Kehutanan dan Kepala
Balai Pemantapan Kawasan Hutan
setempat.

Pertimbangan teknis sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), memuat:
letak, luas dan batas areal yang dimohon sesuai
fungsi kawasan hutan yang dilukiskan dalam peta
antara lain memuat informasi:
1. fungsi kawasan hutan;
2. tutupan vegetasi;
3. perizinan pemanfataan, penggunaan dan/atau
pengelolaan;
4. kuota izin pinjam pakai di dalam areal izin
pemanfaatan hutan;
5. areal izin pemanfaatan yang telah ditetapkan
sebagai kawasan lindung;
6. areal Sistem Silvikultur Intensif;
7. kawasan hutan produksi yang diperuntukkan
sebagai daerah penyangga; dan
8. kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
setempat

Rekomendasi sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) tetap berlaku selama
proses pengurusan izin pinjam pakai
kawasan hutan.
Dalam hal permohonan dilakukan
oleh Instansi Pemerintah, pernyataan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d cukup dalam bentuk Surat
Pernyataan yang ditandatangani
Pemohon atau Pejabat yang ditunjuk
oleh Pemohon.

PASAL 29 AYAT 1 TENTANG IZIN PINJAM


KAWASAN HUTAN UNTUK KEGIATAN
SURVEI ATAU EKSPLORASI
Menteri dalam jangka waktu paling
lama 15 (lima belas) hari kerja setelah
menerima permohonan izin pinjam
pakai untuk survei atau eksplorasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1), memerintahkan Direktur
Jenderal untuk melakukan penilaian
persyaratan administrasi dan teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
dan Pasal 17.

Dalam hal hasil penilaian


persyaratan administrasi dan teknis
tidak memenuhi ketentuan, Direktur
yang membidangi penggunaan
kawasan hutan atas nama Direktur
Jenderal dalam jangka waktu paling
lama 15-45 hari kerja, menerbitkan
surat pemberitahuan dan
mengembalikan berkas permohonan.

Menteri dalam jangka waktu paling


lama 15 (lima belas) hari kerja sejak
menerima konsep Keputusan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(7), menerbitkan Keputusan Izin
Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk
kegiatan survei atau eksplorasi.

Anda mungkin juga menyukai