Anda di halaman 1dari 29

BAKTERI DAN VIRUS

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria)


adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran
inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam domain
prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta
memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi.[2]
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen
penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok
lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan,
pengobatan, dan industri.[3] Struktur sel bakteri relatif
sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan
organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.[4]
Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel
prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.[5]

Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat:


di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan
organisme lain maupun sebagai agen parasit (
patogen), bahkan dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada
umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 m, tetapi ada
bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700
m, yaitu Thiomargarita.[10] Mereka umumnya
memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan
jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat
berbeda (peptidoglikan).[11] Beberapa jenis bakteri
bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya
ini disebabkan oleh flagel.[12]
3

Struktur sel

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/17/bakteri-ciri-ciristruktur-perkembangbiakan-bentuk-dan-manfaatnya/

Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti)


pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif
sederhana.[16] Sehubungan dengan ketiadaan membran inti,
meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah
sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu struktur bakteri
yang penting adalah dinding sel.[17] Bakteri dapat diklasifikasikan
dalam dua kelompok besar berdasarkan struktur dinding selnya,
yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. [16] Bakteri
gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan
peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam
teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan
peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai struktur
lipopolisakarida yang tebal.[16][5] Metode yang digunakan untuk
membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan
oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]
6

Morfologi bakteri
Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai
beberapa variasi sebagai berikut:[19][20]
Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
Diplococcus, jka berganda dua-dua
Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
Staphylococcus, jika bergerombol
Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai

Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan
mempunyai variasi sebagai berikut:[19][20]
Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai

Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi
sebagai berikut:[19][20]
Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel.[20]

Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium,


dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel
tunggal yang dapat hidup mandiri bahkan saat terpisah dari koloninya. [20]

Alat gerak
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel.[21]
Bakteri yang tidak memiliki alat gerak biasanya hanya mengikuti
pergerakan media pertumbuhannya atau lingkungan tempat
bakteri tersebut berada.[21] Sama seperti struktur kapsul, flagel
juga dapat menjadi agen penyebab penyakit pada beberapa
spesies bakteri.[21] Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang
dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:[22][21]
Atrik, tidak mempunyai flagel.[22][21]
Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.[22]
[21]

Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]


Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22]
[21]

10

Habitat
Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang
berarti melimpah dan banyak ditemukan di hampir
semua tempat.[2] Habitatnya sangat beragam;
lingkungan perairan, tanah, udara, permukaan daun,
dan bahkan dapat ditemukan di dalam organisme
hidup.[2] Diperkirakan total jumlah sel mikroorganisme
yang mendiami muka bumi ini adalah 5x10 30.[2]
Bakteri dapat ditemukan di dalam tubuh manusia,
terutama di dalam saluran pencernaan yang jumlah
selnya 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah total sel
tubuh manusia. [23] Oleh karena itu, kolonisasi bakteri
sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh manusia. [24]
11

Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi daerah


saluran pencernaan manusia, terutama pada usus besar,
diantaranya adalah bakteri asam laktat dan kelompok enterobacter
.[5]
Contoh
bakteri
yang
biasa
ditemukan
adalah
Lactobacillus acidophilus .[5][25] Di samping itu, terdapat pula
kelompok
bakteri
lain,
yaitu
probiotik,
yang
bersifat
menguntungkan karena dapat menunjang kesehatan dan bahkan
mampu mencegah terbentuknya kanker usus besar.[26] Selain di
dalam saluran pencernaan, bakteri juga dapat ditemukan di
permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di dalam mulut
dan kaki manusia terdapat kelompok bakteri yang dikenal dengan
nama
metilotrof,
yaitu
kelompok
bakteri
yang
mampu
menggunakan senyawa karbon tunggal untuk menyokong
pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga mulut, bakteri ini
menggunakan senyawa dimetil sulfida yang berperan dalam
menyebabkan bau pada mulut manusia. [30][31]
12

13

Beberapa kelompok mikroorganisme ini mampu hidup di lingkungan


yang tidak memungkinkan organisme lain untuk hidup. [32] Kondisi
lingkungan yang ekstrim ini menuntut adanya toleransi, mekanisme
metabolisme, dan daya tahan sel yang unik.[2][33][34] Sebagai contoh,
Thermus aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup pada
sumber air panas dengan kisaran suhu 60-80 oC.[2] Tidak hanya di
lingkungan bersuhu tinggi, bakteri juga dapat ditemukan pada
lingkungan dengan suhu yang sangat dingin. [35] Pseudomonas
extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.
[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga dapat hidup
pada berbagai lingkungan lain yang hampir tidak memungkinkan
adanya kehidupan (lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan
Halococcus sp. adalah contoh dari bakteri yang dapat hidup pada
kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36][37] Tedapat pula
beberapa jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi
(kelompok osmofil), kadar air rendah (kelompok xerofil), derajat
keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.[2]
14

Pengaruh lingkungan terhadap bakteri


Kondisi lingkungan yang mendukung
dapat memacu pertumbuhan dan
reproduksi
bakteri.[38]
Faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan reproduksi bakteri
adalah suhu, kelembapan, dan cahaya.
[38] Secara umum, terdapat beberapa
alat yang dapat digunakan untuk
melakukan pengamatan sel bakteri
terhadap berbagai parameter tersebut,
seperti mikroskop optikal, mikroskop
elektron, dan atomic force microscope
(AFM).[38]
15

Suhu
Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi
semua makhluk hidup.[2] Khususnya bagi bakteri, suhu lingkungan yang
berada lebih tinggi dari suhu yang dapat ditoleransi akan menyebabkan
denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati.
[2] Demikian pula bila suhu lingkungannya berada di bawah batas toleransi,
membran sitoplasma tidak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi
akan terhambat dan proses kehidupan sel akan terhenti. [2] Berdasarkan
kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:
Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0 30C,
dengan suhu optimum 15C.
Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15 55C,
dengan suhu optimum 25 40C.
Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara
40 75C, dengan suhu optimum 50 - 65C
Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114C,
dengan suhu optimum 88C.[2]

16

Kelembaban relatif
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban relatif
(relative humidity, RH) yang cukup tinggi, kira-kira 85%. [2]
Kelembaban relatif dapat didefinisikan sebagai kandungan
air yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar air dari
protoplasma
menyebabkan
kegiatan
metabolisme
terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan
pengeringan.[2] Sebagai contoh, bakteri Escherichia coli
akan mengalami penurunan daya tahan dan elastisitas
dinding selnya saat RH lingkungan kurang dari 84%. [38]
Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban
udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri
gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran
selnya yang mengandung lipid bilayer.[39]

17

Cahaya
Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan
bakteri.[40]
Secara
umum,
bakteri
dan
mikroorganisme lainnya dapat hidup dengan baik pada
paparan cahaya normal.[40] Akan tetapi, paparan cahaya
dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi dapat berakibat
fatal bagi pertumbuhan bakteri.[40] Teknik penggunaan sinar
UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu
lingkungan dari bakteri dan mikroorganisme lainnya dikenal
dengan teknik iradiasi yang mulai berkembang sejak awal
abad ke-20.[40][5]. Metode ini telah diaplikasikan secara luas
untuk berbagai keperluan, terutama pada sterilisasi makanan
untuk meningkatkan masa simpan dan daya tahan. [5] Beberapa
contoh bakteri patogen yang mampu dihambat ataupun
dihilangkan antara lain Escherichia coli 0157:H7 and
Salmonella.[5]
18

Radiasi
Radiasi pada kekuatan tertentu dapat menyebabkan kelainan dan bahkan
dapat bersifat letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri.[41] Sebagai
contoh pada manusia, radiasi dapat menyebabkan penyakit hati akut,
katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.[41] Akan tetapi, terdapat
kelompok bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan radiasi
yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih besar dari daya tahan
manusia tehadap radiasi, yaitu kelompok Deinococcaceae. [42] Sebagai
perbandingan, manusia pada umumnya tidak dapat bertahan pada
paparan radiasi lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan
bakteri yang termasuk dalam kelompok ini dapat bertahan hingga 5.000
Gy.[42][43]
Pada umumnya, paparan energi radiasi dapat menyebabkan mutasi gen
dan putusnya rantai DNA.[44] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi,
bakteri dapat mengalami kematian. [44] Deinococcus radiodurans memiliki
kemampuan untuk bertahan terhadap mekanisme perusakan materi
genetik tersebut melalui sistem adaptasi dan adanya proses perbaikan
rantai DNA yang sangat efisien.[44]
19

Peranan
Bidang lingkungan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bakteri pengurai,
Bakteri nitrifikasi, Bakteri denitrifikasi, dan Bakteri nitrogen
Keanekaragaman
bakteri
dan
jalur
metabolismenya
menyebabkan bakteri memiliki peranan yang besar bagi
lingkungan.[5] Sebagai contoh, bakteri saprofit menguraikan
tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau
kotoran organisme.[5] Bakteri tersebut menguraikan protein,
karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas
amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. [5]
Contoh bakteri saprofit antara lain Proteus dan Clostridium.[5]
Tidak hanya berperan sebagai pengurai senyawa organik,
beberapa kelompok bakteri saprofit juga merupakan patogen
oportunis.[5]
20

Kelompok bakteri lainnya berperan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.
[2] Bakteri nitrifikasi adalah kelompok bakteri yang mampu menyusun senyawa
nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlangsung secara aerob di
dalam tanah.[45] Kelompok bakteri ini bersifat kemolitotrof. [45] Nitrifikasi terdiri atas
dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2-)) dan nitratasi
(oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)).[45] Dalam bidang pertanian, nitrifikasi
sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh
tanaman yaitu nitrat.[45] Setelah reaksi nitrifikasi selesai, akan terjadi proses
dinitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri denitrifikasi.[45] Denitrifikasi sendiri
merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi nitrogen bebas (N2) yang
lebih mudah diserap dan dimetabolisme oleh berbagai makhluk hidup. [2] Contoh
bakteri yang mampu melakukan metabolisme ini adalah Pseudomonas stutzeri,
Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans.[46] Di samping itu, reaksi ini
juga menghasilkan nitrogen dalam bentuk lain, seperti dinitrogen oksida (N 2O).[2]
Senyawa tersebut tidak hanya dapat berperan penting bagi hidup berbagai
organisme, tetapi juga dapat berperan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya
ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan selanjutnya
bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam
bentuk hujan asam (HNO2).[2]
21

Di bidang pertanian dikenal adanya suatu kelompok bakteri yang mampu


bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup bebas di tanah untuk
membantu penyuburan tanah.[5] Kelompok bakteri ini dikenal dengan
istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri
nitrogen adalah kelompok bakteri yang mampu mengikat nitrogen
(terutaman N2) bebas di udara dan mereduksinya menjadi senyawa
amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[47][48]
Kelompok bakteri ini biasanya bersimbiosis dengan tanaman kacangkacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme
berupa nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen bebas di udara
yang pada umumnya tidak dapat digunakan secara langsung oleh
kebanyakan organisme.[48][2] Secara umum, kelompok bakteri ini dikenal
dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium,
Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium.[2]
Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polongpolongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk
nodul atau bintil-bintil akar.[2]

22

Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang


berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar.

23

No.

Nama produk atau


makanan

1.

Yoghurt

2.

Mentega

3.

Terasi

4.

Asinan buah-buahan

5.

Sosis

6.

Kefir

Bahan baku

Bakteri yang
berperan

Lactobacillus
susu
bulgaricus
dan
Streptococcus
susu
Streptococcus
thermophilus
lactis
ikan
Lactobacillus
sp.
buah-buahan Lactobacillus
sp.
daging
Pediococcus c
erevisiae
Lactobacillus
bulgaricus
susu
dan
Streptococcus
lactis

24

Beberapa spesies bakteri pengurai dan patogen dapat


tumbuh di dalam makanan.[49] Kelompok bakteri ini mampu
memetabolisme berbagai komponen di dalam makanan
dan kemudian menghasilkan metabolit sampingan yang
bersifat racun.[49] Clostridium botulinum, menghasilkan
racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan
kalengan dan kini senyawa tersebut dipakai sebagai bahan
dasar botox.[49] Beberapa contoh bakteri perusak makanan:
Burkholderia gladioli (sin. Pseudomonas cocovenenans),
menghasilkan asam bongkrek, terdapat pada tempe
bongkrek[50]
Leuconostoc mesenteroides,
penyebab
pelendiran
makanan, penurunan pH, dan pembentukkan gas.[51]
25

Bidang kesehatan
Tidak hanya di bidang lingkungan dan pangan,
bakteri juga dapat memberikan manfaat dibidang
kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai
daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme
lain dan senyawa ini banyak digunakan dalam
menyembuhkan suatu penyakit.[5] Beberapa
bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:
Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik
streptomycin[2]
Streptomyces aureofaciens, menghasilkan
antibiotik tetracycline[2]
Streptomyces venezuelae, menghasilkan
antibiotik chloramphenicol[2]
Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin[5] 26

Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik,


banyak jenis bakteri yang justru bersifat patogen.[52] Pada
manusia, beberapa jenis bakteri yang sering kali menjadi
agen penyebab penyakit adalah Salmonella enterica
subspesies I serovar Typhi yang menyebabkan penyakit
tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan
penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan
penyakit tetanus.[53][54] Bakteri patogen juga dapat
menyerang hewan ternak, seperti Brucella abortus yang
menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis
yang menyebabkan antraks.[55] Untuk infeksi pada tanaman
yang umum dikenal adalah Xanthomonas oryzae yang
menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang
menyebabkan busuk pada buah-buahan.[56]
27

Dekomposisi
Proses degradasi jasad makhluk hidup dilakukan oleh banyak organisme, salah
satunya adalah bakteri. Beberapa jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof,
mampu mendegradasi senyawa organik dan menggunakannya untuk
menunjang pertumbuhannya.[57] Proses dekomposisi ini dibantu oleh beberapa
jenis enzim untuk memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan
lemak, untuk dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana. Sebagai contoh,
enzim protease digunakan untuk memecah protein menjadi senyawa lebih
sederhana, seperti asam amino.[57] Proses dekomposisi ini juga berperan dalam
pengembalian unsur-unsur, terutama karbon dan nitrogen, ke alam untuk
masuk ke dalam siklus lagi.[58]
Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam
tubuh manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot. [58] Proses ini dipercepat saat
tubuh telah dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini adalah
hidrolisis protein oleh protease membentuk asam amino.[58] Selanjutnya, asam
amino akan diubah menjadi asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan
karbon dioksida sehingga pH lingkungan akan turun menjadi 4-5. [58] Reaksi ini
dilakukan oleh bakteri acetogen. Pada tahap akhir, semua senyawa tersebut
diubah menjadi gas metana oleh metanogen.[58]

28

Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel


dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan
konjugasi.[17] Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang
beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan
fagositosis.[16] Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi
faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan
pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.[16] Bakteri
juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya
memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.[16]
Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora
yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan
ekstrim.[18] Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh
bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan
tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan
bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng. [18]
29

Anda mungkin juga menyukai