Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN SOLIDA


PEMBUATAN TABLET DENGAN MENGGUNAKAN METODE
GRANULASI BASAH
kelompok 1
Kamis, 13.00-16.00
Tanggal Praktikum 20 Maret 2014
Disusun Oleh :
Sri Yannika

260110110001

Pembahasan dan Brosur

Gladyola Ayu M

260110110002

Pembahasan

Shally Liyalkhairah

260110110003

Teori Dasar

Asep Ekas Somantri

260110110005

Editor

Riska Nurul Haque

260110110006

Data Pengamatan,
Perhitungan dan Kemasan

Linawati Nurannisa P

260110110007

Teori Dasar

Kendy Livi Danawati

260110110008

Prosedur

Yuli Nurbaeti

260110110009

Pembahasan dan Brosur

Yeni Nuraeni

260110110010

Pembahasan

Dike Novalia A

260110110011

Data Pengamatan,
Perhitungan dan Kemasan

LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN SOLIDA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014

PEMBUATAN TABLET DENGAN MENGGUNAKAN


METODE GRANULASI BASAH
I.
II.

Tujuan
1. Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah
2. Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet
Prinsip
1. Metode granulasi basah
Metode granulasi basah yaitu proses pencampuran partikel zat aktif
dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan
cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab

III.

yang dapat digranulasi


2. Evaluasi tablet berdasarkan standar quality control (QC)
a. Kemampuan alir dan sudut istirahat
b. Kompresibilitas
c. Kadar air (loss on drying)
d. Waktu hancur
e. Kekerasan
f. Friabilitas
Teori Dasar
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan
mekanisme pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi
bentuk sediaan granul terbagi, kapsul, maupun tablet. Berbagai proses
granulasi telah dikembangkan, dari metode konvensional seperti slugging
dan granulasi dengan bahan pengikat musilago amili hingga pembentukan
granul dengan peralatan terkini seperti spray dry dan freeze dry. Granulasi
peleburan atau hot melt granulation merupakan metode pembentukan
dispersi padat berbentuk granulat dengan bahan pengikat yang melebur di
atas suhu kamar. Keunggulan dari granulasi peleburan ini adalah tidak
membutuhkan bahan pelarut, tidak memerlukan proses pengeringan, dan
prosesnya berlangsung cepat serta bersih (Parikh, 1997).
Granulasi basah yaitu proses pencampuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang
dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak

langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari
metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan
pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian masa basah tersebut digranulasi (Lachman,1994).
Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena
secara fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif
dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas, praktis, mudah digunakan,
homogen, dan reprodusibel. Massa tablet harus mengalir dengan lancar
agar dapat menjamin homogenitas dan reprodusibilitas sediaan dan harus
dapat terkompresi dengan baik agar diperoleh tablet yang kuat, kompak,
dan stabil selama penyimpanan dan distribusi. Metode granulasi banyak
dipilih dengan tujuan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas massa
tablet (Neil,et al., 2001).
EVALUASI GRANUL
1. Uji Laju Alir
Menggunakan Powder Flow Tester untuk mengetahui daya alir granul.
Penggunaannya dengan cara granul dimasukkan ke dalam corong uji
waktu alir kemudian penutup corong dibuka sehingga granul keluar
dan ditampung pada bidang datar, waktu alir granul dicatat dan sudut
diamnya dihitung dengan mengukur diameter dan tinggi tumpukan
granul yang keluar dari mulut corong. Waktu alir adalah waktu yang
diperlukan untuk mengalir dari sejumlah granul melalui lubang corong
yang diukur adalah sejumlah zat yang mengalir dalam suatu waktu
tertentu. Untuk 100 g granul waktu alirnya tidak boleh lebih dari 10
detik. Waktu alir berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet,
Waktu alir dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih dari 30
derajat.
Sudut Istirahat
Sudut istirahat
< 25
25-30
30-40
>40

Sifat aliran
Sangat baik
Baik
Cukup
Sangat sukar
(Liebermann, 1986).

2. Uji Kompresibilitas
Menggunakan Tap Density Tester, tujuannya adalah untuk mengetahui
sifat

kerapatan

kompresibilitas.

granul
Penentuan

yang

sangat

berhubungan

kompresibilitas

dengan

digunakan

untuk

menghasilkan tablet yang baik. Penggunaanya dengan menimbang 100


g granul lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya,
kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat
uji, catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo) dan volume setelah
dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).
Perhitungan : I =Vo V x 100%
Keterangan :
I = indeks kompresibilitas (%);
Vo = volume granul sebelum dimampatkan (mL);
V = volume granul setelah dimampatkan (mL).
Syarat : Tidak lebih dari 20% (Aulton, 1988).
Kompresibilitas dapat dilihat juga dari harga indeks Carr yang sangat
bergantung pada kerapatan nyata maupun kerapatan mampat dari
granul yaitu dengan cara kerapatan mampat dikurangi kerapatan nyata,
lalu dibagi dengan kerapatan mampat. Kompresibilitas granul
dinyatakan dalam persen.

Kompresibilitas
5-12
12-18
18-23
23-33
33-38
>38

Sifat Aliran
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Sangat Buruk
(Aulton, 1988).

3. Uji Kadar Air


Uji kadar air digunakan untuk mengetahui kandungan air di dalam
granul

dalam

presentase.

Granul

basah

ditimbang

kemudian

dikeringkan dalam lemari pengering hinnga diperoleh bobot yang


tetap. Kadar air tersebut dihitung menggunakan rumus:

% LOD

Bobot granulbasahBobot granul kering


=
Bobot granulbasah

x 100%

(Lachman, 1989).
Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena
secara fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif
dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas, praktis, mudah digunakan,
homogen, dan reprodusibel. Massa tablet harus mengalir dengan lancar
agar dapat menjamin homogenitas dan reprodusibilitas sediaan dan harus
dapat terkompresi dengan baik agar diperoleh tablet yang kuat, kompak,
dan stabil selama penyimpanan dan distribusi. Metode granulasi banyak
dipilih dengan tujuan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas massa
tablet (Neil,et al., 2001).
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

persyaratan.
Harus mengandung zat aktif yang homogeny dan stabil.
Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik.
Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.
Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan.
Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
Bebas dari kerusakan fisik.
Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan.
Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogeny dalam waktu

tertentu.
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku (Suci, 2011).
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak digunakan
dalam industri farmasi dibandingkan dengan bentuk sediaan yang lain,
seperti; kapsul, granul, dan pil. Menurut Lachman, 1994, hal ini
dikarenakan tablet memiliki beberapa keuntungan antara lain:
a. Volume

sediaan

cukup

kecil

dan

wujudnya

padat

memudahkan pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.


b. Mengandung zat aktif yang tepat.
c. Sediaan tablet adalah kering sehingga zat aktif lebih stabil.

sehingga

d. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah yang besar dengan volume
yang kecil.
e. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut air.
f. Pelepasan zat aktif dapat diatur.
g. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat akti, menutup rasa dan bau
yang tidak enak.
h. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana dan cepat sehingga biaya
produksinya lebih rendah.
i. Pemakaian oleh penderita lebih mudah ( Lachman, 1994 ).
EVALUASI TABLET
1. Uji Keseragaman Ukuran
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali atau
tidak boleh kurang dari 1 1/3 tebal tablet ( Ditjen POM, 1979).
2. Uji Keseragaman Bobot
Digunakan untuk tablet tidak bersalut yang harus memenuhi syarat
keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut : Dengan cara
ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga
yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga
yang ditetapkan pada kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat
digunakan 10 tablet, tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang
lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom A dan
tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom B ( Ditjen POM, 1979).
3. Uji Kekerasan
Daya tahan suatu tablet untuk penggunaan mekanik terlihat pada saat
dikempa kekerasan suatu tablet tersebut dan kekuatnnya pada saat
dikempa. Kekerasan suatu tablet dilukiskan sebagai ukuran partikel
untuk pecahnya tablet. Kekerasan juga dapat digunakan untuk
karakteristik tablet sebab lebih mudah dan untuk mengukur lebih
konvensional. Kekerasan tablet diukur dengan alat Strong Cobb, dan
alat tes kekerasan yaitu Pfizer dan Stokes. Kekerasan dilukiskan dalam

kilogram tekanan yang diberikan, meskipun alat-alat yang digunakan


berbeda nilai kekerasannya untuk setiap tablet, tetapi rata-rata
kekerasannya konstan bila diukur dengan Strong Cobb atau Stokes.
Praktek dalam farmasi mungkin dilakukan dengan tes tablet dengan
cara mematahkan tablet diantara jari jempol dan jari telunjuk, jika
tablet tidak patah artinya sangat keras dan mungkin susah dihancurkan.
Tablet oral normalnya mempunyai kekerasan dari 4-6 pounds,
meskipun pada nyatanya ada yang mengatakan kurang dari 10 pounds
(Sprowl, 1970).
4. Uji Kerapuhan
Alat penguji kerapuhan laboratorium dikenal sebagai Friabilator
Roche yang memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan
pengaruh goresan dan goncangan dengan memekai kotak plastik yang
berputar dengan kecepatam 26 rpm, menjatuhkan sejumlah tablet
sejauh 6 inci pada setiap putaran. Biasanya tablet yang telah dtimbang
diulang, kehilangan berat 0,5 1 % masih dapat dibenarkan (Jenkins,
1957).
5. Uji Waktu Hancur
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi kecuali pada etiket dinyatakan
bahwa tablet digunkan untuk tablet hisap atau kunyah atau dirancang
untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu
tertentu atau pelepasan obat dalam 2 periode pelepasan tersebut.
IV.

(Genarro, 1998).
Alat dan Bahan
IV.1. Alat
a. Disintegrator
b. Friabilitas
c. Granulator
d. Hardness tester
e. Jangka sorong
f. Mesin cetak tablet single-punch
g. Moisture Balance
h. Pengayak
i. Powder Flower Tester
j. Tap Density
k. Timbangan Digital

IV.2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
IV.3.

Bahan
Amprotab
Amprotab untuk pasta 15 % (100 g)
Laktosa
Na Starch Glycolat
Mg Stearat
Parasetamol
Talkum
Vitamin C
Gambar Alat

(a)

(d)

(b)

(e)

(c)

(f)

(g)

(i)

(h)

(j)

(k)

V. Prosedur
1. Penimbangan bahan untuk fase dalam
Bahan bahan untuk fase dalam ditimbang. Paracetamol sebanyak 250
gram, Amprotab sebanyak 10 gram, Laktosa 10 gram dan Amprotab Pro
Paste sebanyak 15 gram .
2. Pembuatan Pasta Kanji
Beaker glass kosong ditimbang. Dicatat beratnya. 100 ml aquadest
dimasukkan ke dalam beaker glass . Lalu, dipanaskan di atas penangas. 15
gram Amprotab dimasukkan ke dalam beaker glass. Diaduk diatas
penangas hingga membentuk muchilago yang bening. Ditimbang beaker
glass yang berisi pasta kanji. Dicatat beratnya.
3. Pembuatan granul basah
Bahan-bahan fase dalam (Parasetamol, laktosa dan amprotab) diayak
terlebih dahulu, kemudian dicampurkan dan diaduk hingga homogen. Lalu
ditambahkan sedikit demi sedikit pasta kanji yang telah dibuat sebelumnya
dan diaduk hingga rata sampai menjadi massa yang bisa dikepal dan ketika
kepalan tersebut diijatuhkan tidak hancur. Ditimbang sisa pasta kanji yang
tidak digunakan. Kemudian massa yang sudah dapat dikepal tersebut

kemudian dibuat granul dengan granulator. Granul yang terbentuk


ditampung diatas baki (loyang) yang telah disiapkan sebelumnya.
Permukaannya diratakan agar panas yang diterima merata. Granul tersebut
kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 50C selama 18 - 24 jam.
Setelah 18 24 jam, dirimbang dan dicatat berat garnul setelah di oven.
4. Evaluasi Granul Tanpa Fase Luar
Uji LOD
Granul yang telah kering diletakkan pada wadah alat uji LOD sebanyak 10
gram, granul diratakan pada tempat LOD, alat ditutup dan diatur pada suhu
70 selama 10 menit. Kemudian ditekan tombol start hingga muncul tanda
rest over. Massa akhir dicatat. Lalu dihitung % LOD nya.

5. Penimbangan bahan untuk fase luar


Bahan bahan untuk fase luar ditimbang Na starch glycolat sebanyak
11,01 gram, Mg stearat sebanyak 2,75 gram, dan Vit C sebanyak 15 gram
dan talkum sebanyak 5,505 gram
6. Penambahan fase luar ke granul
Granul yang telah dikeringkan, diayak kembali menggunakan pengayak
agar ukuran granul tidak terlalu besar, untuk proses pencetakan tablet.
Bahan-bahan fase luar yang telah ditimbang ditambahkan ke dalam granul
yang telah kering, kemudian diaduk hingga homogen.
7. Evaluasi Granul Setelah Pencampuran dengan Fase Luar
a. Uji Daya Alir Granul ( Powder Flow Tester )
Granul ditimbang sebanyak 20 gram. Disiapkan alat untuk menentukan
kecepatan alir serbuk dan sudut istirahat, pastikan bagian bawah alat
(berupa corong) telah tertutup rapat. Di bawah alat diberi alas berupa
kertas untuk membuat plot diameter yang berbentuk. Kemudian granul
yang akan diuji dimasukkan ke dalam wadah berbentuk corong dan dibuka
penutupnya. Stopwatch dinyalakan bersamaan dengan dibukanya penutup
corong. Setelah granul telah mengalir semua, diukur tinggi dan diameter
tumpukan granul yang dihasilkan. Hasil waktu dicatat. Dihitung laju alir
dan sudut istirahatnya

b. Uji Kompresibilitas Granul ( Tapped Density )


Granul ditimbang sebanyak 20 gram, kemudian dimasukkan pada gelas
ukur penampung massa cetak. Dan dicatat volume awalnya. Kemudian
tombol on pada alat ditekan, sehingga menghasilkan beberapa ketukan,
dan alat dinyalakan selama 4 menit. Lalu dicatat kembali volume akhirnya
dan hitung % kompresibilitas.
8.

Pencetakan tablet
Pada alat pencetak tablet, beberapa gram granul dimasukkan kedalamnya,
lalu hoper atau eeding shoe dipasang untuk memastikan masa granul.
Ketentuan tablet yang diinginkan adalah bobot antara 600,4 mg 663,6
mg. Jalankan mesin untuk pencetakan tablet secara manual untuk
mengukur berat dan kekerasan tablet. Bila belum sesuai dengan yang
diinginkan, atur berat tablet. Dan diatur kekerasan tablet. Setelah berat dan
kekerasan tablet telah sesuai dan stabil maka mesin dijalankan untuk
mencetak tablet dari seluruh bahan yang telah dibuat.

9. Evaluasi Tablet
a. Uji keseragaman bobot
Tablet sebanyak 20 buah, ditimbang satu per satu diatas alat timbangan.
Kemudian hasil dicatat dan dihitung rata-ratanya. Analisis keseragaman
bobot tablet dengan membandingkan bobot tablet dalam rentang
penyimpangan bobot rata-rata tablet.
b. Uji keseragaman ukuran
Tablet sebanyak 20 buah diukur satu per satu menggunakan jangka sorong
untuk mengetahui ukuran tebal dan diameter tablet, setelah itu dihitung
rata-ratanya. Kemudian hasilnya dicatat.
c. Uji friabilitas
Sejumlah tablet ditimbang hingga beratnya 6 6,5 gram, drum putar
dilepaskan dari mesinnya dengan cara melonggarkan sekrup. Tablet yang
akan diuji dimasukkan ke dalam drum putar, pasang kembali drum putar
ke mesinnya dan kencangkan sekrup. Alat dinyalakan selama 4 menit.
Setelah itu lepaskan drum putar dari mesin dengan melonggarkan sekrup,
tablet diambil dan drum putar dibersihkan menggunakan kuas. Setelah
selesai, massa tablet yang tersisa ditimbang.

d. Uji waktu hancur


Alat dinyalakan dengan menekan tombol MAIN SWITCH. Suhu diatur
hingga 37 C dengan menekan tombol HEATER. Kemudian 6 tablet yang
akan diuji dimasukkan ke dalam keranjang (sumur-sumur) pada alat dan
cakram dimasukkan di atas masing-masing tablet dengan posisi yang
sama. Lalu keranjang dimasukkan ke dalam beaker glass ukuran 1 Liter
yang berisi aquades 800 ml. Penutup lubang alat uji waktu hancur dibuka
dan masukkan beaker glass ke dalam alat dan gantungkan keranjang pada
gantungan logam, kemudian nyalakan alat dengan menekan tombol
START sambil menghitung waktu. Pengujian dihentikan saat semua tablet
telah hancur sempurna. Matikan alat dengan menekan tombol START,
HEATER, MAINSWITCH. Hasil waktu dicatat.
e. Uji Kekerasan tablet
Disiapkan 20 tablet untuk pengujian kekerasan tablet. Tombol diputar ke
posisi EINS dan lampu penunjuk kekerasan menyala. Jarum penunjuk
kekerasan diperiksa ada di titik nol atau tidak. Bila belum tekan tombol .
Tablet diletakkan vertikal dan tepat di tengah tengah jarum penekan.
Berdirikan tablet, dinaikkan dengan memutar sekrup di bawahnya sampai
tablet menekan jarum penekan dan lampu stop menyala. Lalu tombol
ditekan, jarum penunjuk skala bergerak dan berhenti saat tablet pecah dan
menunjukkan angka unit kekerasan dengan skala newton. Lampu stop
padam. Dan tombol ditekan untuk mengembalikan jarum penunjuk ke
angka nol. Hasil dicatat dan dihitung rata-ratanya.
VI.

Data Pengamatan
1. Pembuatan Pasta 15 %
Amprotab
Aquadest
Beaker glass kosong
Beaker glass + Pasta
Beaker glass + Sisa Pasta

= 15 gram
= 100 mL
= 157,828 gram
= 257,4 gram
= 199,54 gram

2. Pasta yang digunakan untuk fase dalam


Pasta sebelum dicampur Pasta Sisa = 257, 4 gram 199,54 gram
= 57,86 gram

3. Berat granul basah


Wadah
= 109 gram
Wadah + granul = 360 gram
Granul
= 251 gram
4. Perhitungan Teoritis
a. Fase Dalam
Paracetamol = 250 gram
Amprotab
= 10 gram
Laktosa
= 270 gram
Total
= 270 gram
Pasta 15%
= 15% x 57,86 = 8,679 gram
b. Fase Dalam Teoritis (FDT)
Fase Dalam = 270 gram
Pasta 15%
= 8,679 gram
Vit. C
= 15 gram
Total
= 293,679 gram
c. Fase Luar Teoritis (FLT)
4
x 293,679 gram=12,63 gram
Na. Starch Glycolat = 93
Talkum

2
x 293,679 gram=6,31 gram
93

Mg Stearat

1
x 293,679 gram=3,16 gram
93

Total
d. Berat Teoritis
Fase Dalam Teoritis
Fase Luar Teoritis
Total

= 22,1 gram

e. Persentase Vit. C

= 293,679 gram
= 22,1 gram
= 315,779 gram
15 gram
x 100 =4,75
315,779 gram

5. Perhitungan Nyata
a. Fase Dalam Nyata (FDN)
Berat granul = 251 gram
Sisa granul
= Berat granul LOD
= 251 gram 10 gram
= 241 gram
b. % FDN tanpa Vit. C = 93% - 4,75% = 88,25%
c. Fase Luar Nyata (FLN)

Na. Starch Glycolat =

4
x 241 gram=10,92 gram
88,25

Talkum

2
x 241 gram=5,46 gram
88,25

Mg Stearat

1
x 241 gram=2,73 gram
88,25

Vit. C

4,75
x 241 gram=12,97 gram
88,25

Total
d. Berat Nyata
Fase Dalam Nyata
Fase Luar Nyata
Total

= 32,08 gram

= 241 gram
= 32,08 gram
= 273,08 gram
Berat Nyata
x 500
e. Jumlah Tablet Nyata = Berat Teoritis
=

f. Berat Tablet

273,08 gram
x 500
315,779 gram

= 432, 4 tablet
~ 432 tablet
Berat Nyata
Jumlah Tablet Nyata

273,08 gram
432 tablet

= 0,632

g
tab

mg
= 632 tab
g. Rentang Tablet (5%)
600,4 mg 663,6 mg
6. Evaluasi Granul
a. Uji Loss On Drying
Bobot awal
= 10,509 gram
Bobot akhir = 10,437 gram
Bobot awalBobot akhir
Loss on Drying
=
Bobot awal
=

10,509 gram
10,437 gram

x 100 %

x 100 % = 0,69 %

b. Uji Laju Alir


Massa granul
Diameter
Jari-jari (r)
Tinggi Puncak
Waktu
Laju alir

= 20,0431 gram
= 8,375 cm
= 4,1875 cm
= 2 cm
= 1,42 detik
gram
20,0431 gram
= waktu =
1,42 detik

Sudut istirahat (tan) =


=

= 14,115

g
s

tinggi
r
2 cm
4,1875 cm

= 0,477

= anti tan 0,477

= 25,53
c. Uji Kompresibilitas
Massa granul = 20,0431 gram
Vol. awal
= 40 mL
Vol. akhir
= 34,5 mL
massa
Kerapatan nyata
= Vol awal
=

20,0431 gram
40 mL

= 0,501
Kerapatan mampat =
=

massa
Vol mampat
20,0431 gram
34,5

= 0,581
Kompresibilitas

100%
=

g
mL

g
mL

kerapatanmampatkerapatannyata
kerapatanmampat

0,5810,501
0,581

x 100%

= 14,77 %
7. Evaluasi Tablet
a. Uji Keseragaman Bobot
Tablet
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Rata-rata

Massa (mg)
632
641
668
654
654
600
613
615
659
665
632
654
609
613
594
650
663
610
612
605
632,15

b. Uji Keseragaman Ukuran


Tablet
1
2
3
4

Diameter
(mm)
11,99
11,78
12,08
12,11

Tebal
(mm)
6,42
6,12
6,13
6,28

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Rata-rata

12,07
12,08
12,10
12,11
12,07
12,10
12,10
12,07
12,09
12,07
12,09
12,08
12,11
12,10
12,08
12,07
12,0675

6,11
6,26
6,14
6,32
6,17
6,13
6,10
6,15
6,34
6,22
6,27
6,10
6,35
6,29
6,28
6,24
6,221

c. Uji Friabilitas
Massa awal : 5, 9684 gr
Massa akhir : 4,65 gr
Massa akhir
% Friabilitas = ( 1 Massa awal
= (1

4,65
5,9684

) x 100%

) x 100%

= 22,09%

d. Uji Kekerasan
Tablet

Skala Hardness
(N)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

50
30
42
36
52
32
34
51
41
44
38
32
53
48

15
16
17
18
19
20
Rata - rata

47
34
37,5
42
46
37
41,075

e. Uji Waktu Hancur


Tablet ke1
2
3
4
5
6
8. Recovery Granul
Recovery granul =
=

Waktu hancur
>15 menit
8 menit 22 detik
>15 menit
>15 menit
14 menit 20 detik
>15 menit

Berat tablet nyata


Berat tablet teoritis
273,08 gr
315,779 gr

x 100%

x 100%

= 86,48%
9. Recovery Tablet
Recovery Tablet =
=

Jumlah tablet yang tercetak


500 tablet
382tablet
500 tablet

= 76,4%
VII.

Pembahasan

x 100%

x 100%

Dalam resep pembuatan 500 tablet Paracetamol dan vitamin C


mengandung Paracetamol 250 gram, vitamin C 15 gram, Amprotab 10
gram, laktosa 10 gram, amprotab yang digunakan untuk pasta 15%(100 gr)
secukupnya(qs), Natrium starch glycolat 4%, talkum 2% dan magnesium
stearat 1%.
Menurut Farmakope Indoesia edisi 3 paracetamol dalam efek
terapetika merupakan suatu metabolit dari fenasetin dan asetinilida yang
digunakan sebagai suatu analgesik (pereda rasa sakit) dan antipiretik
(penurun demam), dalam formula ini paracetamol merupakan zat aktif,
untuk pemakaian tablet oral paracetamol mengandung 250 mg atau 500mg
tiap tablet maka dari itu, formula yang digunakan untuk paracetamol
adalah 250 gram untuk 500 tablet untuk memperoleh dosis optimum yaitu
500mg per tablet. Pemilihan dosis 500mg per tablet adalah untuk
mencapai efek terapi yang optimum, jika terlalu berlebih paracetamol bisa
menyebabkan kerusakan hati karena bersifat hepatotoksik). Vitamin C
digunakan bersamaan dengan paracetamol karena pemakaian sering dari
paracetamol akan menyebabkan penurunana absorpsi asam folat dan
vitamin C, oleh karena itu vitamin C digunakan dala formula untuk
meenggantikan vitamin C yang hilang selama pemakaian obat ini,
penggunaan vitamin C disini hanya 15 gram karena fungsinya hanya untuk
menutupi efek saping dari paracetamol, namun pemakaian dosis tinggi
vitamin C bersamaan dengan paracetamol akan menyebabkan peningkatan
kadar paracetamol dalam tubuh yang menyebabkan akan terlalu lama
paracetamol untuk dimetabolisme atau diekskresikan.
Amprotab merupakan singkatan dari amilum pro tablet, amprotab
ini berasal dari amilum manihot (singkong). Amprotab merupakan zat
eksipien dalam pembuatan tablet yang berfungsi sebagai bahan pengisi,
pengikat dan desintegrator. Amprotab 10 gram dalam formula ini
digunakan sebagai bahan pengisi karena amilum bersifat sebagai pengisi
ketika ditambahkan dalam keadaan kering sebelum penambahan lubrikan.
Laktosa digunakan sebagai bahan pengisi, juga kelebihannya
adalah pemberi bentuk pada tablet karena berpengaruh terhadap sifat alir

dan kompaktibilitas massa tablet dan sifat fisik tablet meliputi kerapuhan
dan waktu hancur oleh karena itu laktosa dipakai dalam formulasi ini
walaupun sudah dimasukan amprotab sebagai bahan pengisi juga.
Amprotab untuk pasta 15% berfungsi sebagai bahan pengikat
karena Amilum berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur
apabila ditambahkan dalam bentuk pasta, granulnya mampu mengembang
apabila kontak dengan air dan kemampuan untuk mengembang.
Na starch glycolat (eksplotab) pada formulasi ini berfungsi sebagai
desintegrator (zat penghancur) dalam fase luar digunakan sekitar 3-5%
karena Na starch glycolat jarang digunakan sebagai desintegrator fase
dalam. Penggunaanya sebagai desintegrator pada formula ini dibandingkan
desintegrator lainnya karena dalam formulasi ini mengandung vitamin C,
karena eksplotab tidak akan mempercepat oksidasi dari vitamin C
dibanding desintegrator lainnya. Na starch glycolat juga dapat membantu
sifat alir dari tablet. Pada formulasi kelompok ke dua desintegrator yang
dipakai adalah Ac disol yang berfungsi sebagai desintegrator fase luar juga
dapat membantu memperbaiki waktu hancur. Ac disol berfungsi sebagai
desintegran karena larut dalam air dan memiliki afinitas yang

tinggi

terhadap air. Ac disol lebih baik dibanding Na Starch glycolat, karena Ac


disol tergolong dalam super desintegran pengguanaanya 2-5%. Namun
kekurangannya adalah Ac disol sangat mahal harganya, maka sebagai
alternatif Na Starch glycolat lah yang dipakai.
Talcum dalam formulasi ini berfungsi sebagai glidant untuk
menaikkan/meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga
massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam. Amilum
juga bisa digunakan sebagai glidant pada fase luar dengan pemakaian 10
% namun talcum lebih baik dijadikan sebagai glidant, namun talcum dapat
menurunkan disolusi tablet. Namun Pemilihan talkum sebagai glidant
karena dikombinasikan dengan Magnesium Stearat yang dapat bekerja
sebagai glidant yang baik yang dapat membantu memperbaiki sifat alirnya
dan peningkatan disolusi, Konsentrasi talkum sebagai glidan adalah 1-10
%. Sedangkan Magnesium Stearat berfungsi sebagai antiadherent yang

dapat mengurangi gaya adhesif antara material tablet dengan punch atau
die.,

namun

penggunaannya

harus

dikombinasikan

karena

akan

memperoleh fungsi antiadheren yang optimum, apabila dikombinasi tidak


boleh lebih dari 5 % karena sifatnya yang hidrofob, aksi dari zat ini
membuat lapisan antara bahan tablet dan dinding die. Pencampuran zat ini
harus diperhatikan, desintegran dimasukan terlebih dahulu setelah itu
antiadheren, karena dapat menyebabkan bahan disintegrant tersalut bahan
lubrikan mengakibatkan fungsi disintegran tersebut tidak efektif.
Bahan-bahan seperti parasetamol, amprotab dan laktosa diayak
perlahan menggunakan ayakan. Amprotab dan laktosa disini berfungsi
sebagai pengisi untuk menambah bobot sehingga memiliki bobot yang
sesuai untuk pembuatan tablet parasetamol ini. Parasetamol berperan
sebagai zak aktif golongan obat analgesik antipiretik yang berkhasiat
untuk

melegakan sakit

kepala,

sengal-sengal

dan

sakit

ringan,

serta demam. Setelah semua bahan berhasil diayak, didapatkan bahan


dengan ukuran partikel yang halus. Proses pengayakan ini merupakan
bagian dari prosedural standar pembuatan tablet. Gunanya untuk
memudahkan proses pencampuran saat semua bahan dicampurkan
sehingga semua bahan dapat tercampur merata (homogen). Bersamaan
dengan proses pengayakan, dilakukan pembuatan pasta kanji. Beaker glass
kosong ditimbang kemudian amprotab ditimbang. Setelah ditimbang,
amprotab dicampurkan ke dalam 100 ml air panas dan diaduk-aduk hingga
membentuk pasta bening. Proses penimbangan sebelumnya diperoleh
bobot beaker glass kosong adalah 157,828 gram ; bobot beaker gelas dan
pasta adalah 257,4 gram sehingga bobot bersih pasta adalah sebesar
99,572 gram. Pembuatan pasta ini berguna sebagai pengikat (binder).
Binders atau bahan pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada massa
serbuk pada granulasi serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada
pada bahan pengisi. Pada proses granulasi, dengan adanya bahan pengikat
dalam bentuk cair maka bahan pengikat akan membasahi permukaan
partikel, selanjutnya terbentuk jembatan cair (liquid bridges) antar

partikel. Selanjutnya partikel yang berikatan akan semakin banyak


sehingga terjadi pertumbuhan/pembesaran granul.
Setelah diperoleh pasta bening, pasta dicampurkan ke dalam
campuran bahan yang telah diayak sebelumnya (amprotab, parasetamol,
dan laktosa) sehingga terbentuk massa yang bisa dikepal. Berat beaker
gelas + sisa pasta adalah 199,54 gram sehingga berat pasta yang dipakai
adalah sebesar 57,86 gram. Kemudian, campuran yang telah dikepal
tersebut dimasukkan ke dalam alat granulasi basah. Setelah terbentuk
granul, granul tersebut dikeringkan dalm oven

24 jam pada suhu 60-

70oC. granul yang sudah kering ditimbang dan diperoleh berat granul
kering sebesar 251 gram.
Evaluasi granul dapat dilakukan dengan tiga pengujian, yaitu : Uji
kelembaban, Uji daya alir granul dan Uji kompresibilitas granul. Evaluasi
ini dilakukan untuk mengontrol kualitas sediaan (tablet) yang akan dibuat.
Pertama, Uji kelembaban penting dilakukan pada pembuatan tablet dengan
granulasi basah dimana digunakan air atau pelarut lain sebagai activator
pengikatnya. Uji kelembaban ini dilakukan terhadap granul kering tanpa
penambahan zat lain. Hal ini dilakukan untuk menentukan jumlah air yang
terabsorpsi (susut pengeringan). Metode ini dilakukan pada alat LOD yang
sebelumnya telah dikalibrasi agar didapat hasil yang akurat. Menimbang
10 gr granul diatas piringan logam lalu diratakan (Bobot awal : 10,509 gr),
alat LOD ditutup rapat lalu atur suhu 70C dan waktu selama 10 menit.
Bobot akhir yang didapat 10,437 gr, maka :
10,509 ( bobot awal )10,437(bobot akhir)
LOD ( Kadar air )=
100 =0,69
10,437(bobot akhir)
Kadar air (LOD) granul yang didapat terpenuhi dan dikatakan baik karena
hasilnya kurang dari 2 %.
Evaluasi granul yang kedua adalah uji daya alir granul dengan
Powder Flow Tester. Evaluasi ini dilakukan pada granul kering dengan
penambahan zat lain seperti vitamin C, Na.starch glicolat, talcum dan Mg.
Evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat profil aliran granul tanpa
penambahan lubrikan, bila granul memiliki parameter fisika yang baik dan

mudah mengalir maka granul hanya sedikit memakai lubrikan. Sebanyak


20,0431 gr Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Penutup
corong dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar.
Waktu alir granul (1,42 detik) dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan
mengukur diameter (8,375 cm) dan tinggi (2 cm) tumpukan granul yang
keluar dari mulut corong. Waktu alir yang baik adalah jika waktu yang
diperlukan kurang lebih atau sama dengan 10 detik/100 gr granul atau
dengan melihat sudut diamnya yang tidak lebih dari 30.
20,0431(bobot granul)
Laju alir=
=14,115 gr /detik
1,42(waktu alir )

2 (tinggi granul )
tan =
4,187 ( jari jari )

sudut diam
=anti tan 0,477=25,53
Dari hasil yang didapat maka laju alir granul dikatakan baik karena sudut
diamnya 25,53 tidak lebih dari 30.
Selanjutnya, evaluasi granul yang ketiga adalah uji kompresibilitas
granul. Hal ini dilakukan untuk mengetahui daya kompresibilitas granul
yang mudah dikempa atau tidak, jika besaran fisika menunjukkan sifat
sulit dikempa maka dibutuhkan eksipien lain yang dapat membantu
kompresibilitasnya. Pengujian ini dilakukan dengan menimbang 20

granul (20,0431 gr) masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya,
kemudian granul dimampatkan hingga 4 menit dengan alat uji, lalu dicatat
volume uji sebelum dimampatkan (Vo=40 ml) dan volume setelah
dimampatkan (Vt=34,5 ml).
20,0431( bobot granul) 20,0431(bobot granul)

40 ml(Vo)
34,5 ml (Vt )
Kompresibilitas=
100 =13,77
20,0431( bobot granul)
40 ml(Vo)
Kerapatan granul dikatakan baik karena hasilnya (13,77%) terdapat dalam
rentang nilai 12%-16%.

Lalu dilakukan pencetakan granul pada punch and die. Terlebih


dahulu bobot tablet sesuai dengan range bobot tablet yaitu 600,4 mg-663,6
mg. Setelah tablet dicetak kemudian dilakukan evaluasi tablet. Evaluasi
tablet yang dilakukan adalah keseragaman bobot, keseragaman ukuran, uji
kekerasan, uji friabilitas dan uji waktu hancur. Tujuan dari evaluasi ini
untuk mengetahui apakah tablet yang dibuat sudah memenuhi kriteria
tablet yang baik atau tidak.
Pada evaluasi keseragaman bobot, tablet sebanyak 20 buah
ditimbang menggunakan neraca analatik. Neraca analitik yang digunakan
harus neraca yang telah dikalibrasi dan ditara terlebih dahulu agar tidak
terjadi kesalahan dan lebih akurat dalam penimbangannya. Kemudian
masing-masing tablet dihitung bobotnya dan dihitung rata-ratanya. Dari
hasil pengukuran diperoleh rata-rata bobot dari 20 tablet tersebut adalah
632,15 mg. Berdasarkan hasil rata-rata bobot tablet tersebut dapat
disimpulkan bahwa bobot tablet sudah sesuai dengan rentang tablet yang
dibuat yaitu 600,4 mg 663,6 mg.
Selanjutnya evaluasi yang dilakukan adalah keseragaman ukuran
yaitu menghitung diameter dan tebal tablet tersebut. Diameter dan tebal
tablet dihitung dengan menggunakan jangka sorong. Jangka sorong adalah
alat yang digunakan untuk mengukur diameter dan tebal suatu benda dan
memiliki ketelitian seperseratus milimeter. Tablet yang digunakan untuk
evaluasi ini sebanyak 20 tablet dan masing-masing tablet dihitung
diameter dan tebalnya. Kemudian dihitung rata-rata diameter dan tebal
tablet dari 20 tablet tersebut. Dari hasil pengukuran dapat diperoleh ratarata diameter tablet tersebut adalah 12,0675 mm sedangkan tebal tablet
adalah 6,221 mm. Berdasarkan hasil rata-rata diameter dan tebal tablet
tersebut dapat disimpulkan bahwa tablet tersebut memenuhi syarat karena
syarat suatu tablet yang baik memiliki diameter dua kali dari tebal tablet
tersebut.
Selanjutnya evaluasi yang dilakukan adalah uji kekerasan yaitu
menghitung tekanan yang dibutuhkan untuk memecah tablet tersebut dan
mengetahui kekerasan dan kerapuhan tablet tersebut. Tablet yang

digunakan untuk evaluasi ini sebanyak 20 tablet dan tekanan dari masingmasing tablet dicatat serta dihitung rata-ratanya. Rata-rata tekanan dari 20
tablet tersebut adalah 41,075 N. Nilai tekanan rata-rata yang diperoleh
mengartikan bahwa tablet dapat dihancurkan pada tekanan 41,075 N. Dari
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tablet tersebut tidak
memenuhi syarat kekerasan tablet yang baik. Syarat kekerasan tablet yang
baik adalah tablet dapat dihancurkan pada tekanan 70 100 N.
Selanjutnya evaluasi yang dilakukan adalah uji friabilitas yaitu uji
ketahanan suatu tablet terhadap gesekan selama proses pengemasan,
pengiriman dan penyimpanan yang dilihat dari persentase friabilitasnya.
Tablet yang digunakan ditimbang terlebih dahulu sampai bobot tablet 6
6,5 gram karena bobot tablet yang dimiliki berada pada rentang dibawah
650 mg. Bobot awal tablet yang diuji adalah 5,9684 gram dan bobot akhir
(bobot setelah pengujian) adalah 4,65 gram. Kemudian dihitung presentase
friabilitas menggunakan rumus :
berat akhir
1
% Friabilitas =
berat awal

x 100 %

Dari rumus tersebut diperoleh nilai persentase friabilitasnya adalah


22,09%. Presentase friabilitas ini mengartikan bahwa tablet kehilangan
berat sebanyak 22,09%. Berdasarkan hasil persentase friabilitas yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa friabilitas dari tablet tersebut tidak
memenuhi syarat karena syarat friabilitas yang baik adalah tablet
maksimum kehilangan beratnya tidak boleh lebih dari 1 %.
Evaluasi terakhir yang dilakukan adalah uji waktu hancur. Uji
waktu hancur ini bertujuan untuk menentukan batas waktu hancur obat
tersebut. Selain itu, uji waktu hancur ini bertujuan untuk mengetahui
kecepatan tablet diserap oleh tubuh yang berakibat pada kecepatan efek
terapeutiknya. Pada uji waktu hancur ini, langkah yang dilakukan adalah
alat dinyalakan dan suhu diatur hingga 370C. Pengaturan suhu hingga 370C
bertujuan untuk menyesuaikan suhu tubuh normal manusia. Kemudian
tablet sebanyak 6 buah dimasukkan kedalam tabung disintegrator dan
diatasnya dimasukkan cakram dengan posisi yang sama. Fungsi dari

cakram ini untuk menekan tablet ketika proses uji waktu hancur
berlangsung. Kemudian tabung tersebut dimasukkan kedalam beaker glass
yang berisi air sebanyak 800 mL. Beaker glass tersebut dimasukkan
kedalam bak disintegrator dan tabung disintegrator digantungkan pada
gantungan logam. Kemudian alat dinyalakan dan dicatat waktu hancur
setiap tabletnya. Pengujian ini selesai sampai semua tablet hancur
semuanya. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh tablet 1 memiliki waktu
hancur lebih dari 15 menit, tablet 2 memiliki waktu hancur 8 menit 22
detik, tablet 3 dan 4 memiliki waktu hancur lebih dari 15 menit, tablet 5
memiliki waktu hancur 14 menit 20 detik dan tablet 6 memiliki waktu
hancur lebih dari 15 menit. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa tablet tidak memenuhi syarat dalam pengujian waktu hancur karena
syarat waktu hancur tablet yang baik tidak boleh lebih dari 15 menit.
Selain itu dapat disimpulkan juga kecepatan efek terapeutik yang akan
terjadi berjalan lambat karena proses pemisahan zat-zatnya dan absorpsi di
dalam tubuh berlangsung lama.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan tablet tersebut memiliki
kekerasan, friabilitas dan waktu hancur yang buruk. Hal ini terbukti tablet
memiliki kekerasan yang rendah (rapuh) yang dibuktikan dengan tekanan
41,075 N dibawah syarat yang ditentukan yaitu 70 100 N, friabilitas
yang buruk terbukti dari presentasi friabilitas yang kehilangan 22,09 %
dari berat tablet melebihi syarat maksimumnya yaitu tidak lebih dari 1 %
dan waktu hancur yang lama terbukti hanya 2 tablet yang memenuhi syarat
dan lainnya melebihi syarat yaitu waktu hancur lebih dari 15 menit.
Hasil evaluasi tablet memiliki kekerasan yang rendah (rapuh) dan
friabilitas yang tinggi disebabkan kurangnya penambahan zat pengikat
dalam tablet tersebut sehingga zat-zat lain tidak saling terikat satu sama
lainnya. Terbukti ketika penambahan zat pengikat tidak dimasukkan
seluruhnya sesuai dengan resep. Hal inilah yang menyebabkan zat-zat
lainnya tidak saling terikat dan menyebabkan tablet menjadi rapuh. Selain
itu waktu hancur tablet tersebut lama (melebihi syarat yang ditentukan).
Hal ini bisa terjadi kemungkinan kurangnya penambahan zat disintegrator

yang menyebabkan tablet tersebut sulit hancur. Selain itu juga


kemungkinan tidak meratanya zat disintegrator yang dimasukkan pada saat
pencampuran dengan fase dalam. Hal ini terbukti 2 tablet yang diuji
memiliki waktu hancur yang memenuhi syarat (kurang dari 15 menit).

VIII.

Kesimpulan
1. Cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah yaitu dengan
mencampurkan zat aktif dan eksipien ke bagian fase dalam yang
mengandung pengikat hingga membentuk massa lembab yang dapat
digranulasi, hasil granul dikeringkan, granul kemudian diberi
tambahan fase luar, granulasi kembali baru dicetak.
2. Uji quality control yang dilakukan terhadap granul dan tablet hasil
produksi berupa:
a. Kemampuan alir dan sudut istirahat
b. Kompresibilitas
c. Kadar air (loss on drying)
d. Waktu hancur
e. Kekerasan
f. Friabilitas

DAFTAR PUSTAKA
Aulton, M. E., 1988, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. New
York : Churchill Livingstone Inc.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Gennaro, A.R. 1998. Remingtons Pharmaceutical Science. 18th Edition. Easton:
Mack Publishing Company.
Jenkins, G.L. 1957. Scovilles The Art of Compounding. New York USA: The
Blackston Division Mc. Graw Hill Book Company Inc.
Lachman, L., Lieberman.,Knig. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 3.
Jakarta: UI Press.
Liebermann, H.A., and Lachman, L. 1986. The Theory and Practice of industrial
Pharmacy Edisi 3. New York: Marcel Decker Inc.
Neil, M.J.O. Smith, A., Heckelman, P.E., Budavari, S., and Kinneary, J.F. 2001.
The Merck IndexEdisi 13. New Jersey: Merck and Co.
Parikh,D.M.1997. Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology. New
York:Marcel Dekker Inc.
Sprowl. J. B. 1970. Prescription Pharmacy. Second Edition. Philadelphia: J.B
Lippiconott Company Toronto.
Suci Arriesa. 2011. Granulasi Basah Tablet Parasetamol. Tersedia di
http/www.succiarrisalaporanpraktikum.com/2011/01/granulasi-basahtablet-parasetamol.html (diakses tanggal 23 Maret 2014)

Anda mungkin juga menyukai