BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai manusia kita mengalami berbagai macam perkembangan, namun
bukan hanya manusia saja yang mengalami perkembangan, dunia yang kita
tempati ini juga mengalami perkembangan.
Dari tahun ke tahun kita dapat merasakan perkembangan pesat di kota-kota
besar, salah satunya kita juga melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada
jalan-jalan raya. Di negara kita sendiri Indonesia, setiap tahunnya kita dapat
melihat banyaknya bangunan baru bermunculan. Banyak lahan saat ini yang
digunakan untuk tempat berdirinya bangunan-bangunan tinggi dan permukiman
penduduk. Juga banyak bangunan berdiri di daerah aliran sungai dan resapan air,
yang menyalahgunakan penggunaan lahan yang tersedia di daerah tersebut.
Depok salah satu penopang Ibu Kota yang terkena dampak pembangunan
yang cukup pesat, salah satunya di daerah Margonda Raya. Rencana dibuatnya
Jalan Tol Cinere Jagorawi, kemungkinan akan meningkatkan perkembangan di
daerah Cinere, Jalan Limo Raya, Sawangan, dan Rangkapan Jaya. Pada daerah
tersebut banyak terdapat perumahan besar dan real estate, yang nantinya
diprediksi akan semakin meningkat dengan adanya pembangunan Jalan Tol
Cinere-Jagorawi, yang juga akan meningkatnya masalah lingkungan di Depok
seperti terjadi penyalahgunaan lahan di daerah tersebut. Bukan hanya
penyalahgunaan lahannya saja, masalah lingkungan di Kota Depok juga memiliki
masalah polusi udara yang kotor dan bahkan parah karena kepadatan kota Depok
dengan kendaraannya inilah yang membuat Kota Depok memiliki udara yang
kotor dan polusi udara yang dibuat ini berasal dari kontribusi kendaraan yang
tidak diseimbangi dengan perluasan lahan terbuka hijau di Depok. Pencemaran
sungai di Kota Depok yang semakin lama semakin parah saja keadaan sungai di
Kota Depok juga menjadi salah satu masalah lingkungan di Kota Depok. Dari 13
sungai di Depok, 5 di antaranya tercemar limbah.
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa Kota Depok adalah salah satu
penyangga Ibu Kota, serta diarahkan untuk menjadi kota permukiman. Di wilayah
Depok sendiri pembangunan sektor propertinya tidak terencana dengan matang,
oleh karena itu banyak daerah resapan yang digunakan untuk permukiman
1
(Kompas, 2013). Karena beban pembangunan berada di pusat kota yaitu Jalan
Margonda Raya, kini daerah di sekitarnya terkena dampak pembangunan dan
kemacetan. Hanya 40% permukiman yang sudah tertata dengan baik sedangkan
60% belum tertata dengan baik. Kawasan permukiman terbesar terdapat di
Sawangan.
Pusat Studi Properti Indonesia juga mencatat bahwa perkembangan properti
untuk kelas menengah atas jalur Sawangan dan Cinere meningkat pesat jauh
melebihi perkiraan sebelumnya dalam 15 tahun terakhir. Jalan Sawangan dan
Jalan Raya Muchtar adalah jalan penghubung pusat Kota Depok yaitu daerah
Margonda dan Ciputat yang menghubungkan Bogor dan Tanggerang, oleh karena
itu sering terjadi kemacetan di daerah Sawangan. Kemacetan semakin parah
karena pertumbuhan perumahan di daerah tersebut, termasuk perumahanperumahan kecil yang didirikan beberapa tahun terakhir, banyaknya perumahan
kecil di daerah tersebut karena adanya target pasar yang relatif luas.
Sekitar tahun 1998 dulunya daerah Sawangan adalah daerah hijau dan sejuk
(Kompasiana, 2013). Namun kini keadaan berubah, seperti yang dikatakan
sebelumnya bahwa Sawangan kini menjadi kawasan permukiman terbesar.
Berdasarkan hal-hal yang telah dijabarkan sebelumnya, maka akan dilakukan
penelitian tentang Kesesuaian Penggunaan Lahan untuk Permukiman di
Kecamatan Sawangan, Kota Depok agar dapat mengetahui lahan yang sesuai
untuk pemukiman di daerah Sawangan, Kota Depok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Dimanakah lahan yang sesuai untuk digunakan sebagai permukiman di
Kecamatan Sawangan, Kota Depok?
C. Tujuan
BAB II
(0 500 I/dt.).
Terletak pada kemiringan lereng 3% - 15%.
Terletak pada daerah tidak tergenang.
Terletak pada ketinggian 0 20 m diatas permukaan laut rata-rata.
Lokasi berada pada 0 500 m dari sarana dan prasarana jalan.
Kedalaman efektif tanah 31 90 cm.
Berada pada segala jenis tanah.
Potensi kembang kerut rendah.
3. Lahan
Lahan adalah ruang muka bumi yang mempunyai ukuran luas dengan satuan
hektar (ha),
dan
bertambah
kecuali melalui
besar
reklamasi.
b. Perbedaan antara
terbangun
lahan
dan
lahan
tidak
tidak
Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian
lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).
(http://prillygeography.blogspot.com/2012/04/pengaruh-kesesuaian-lahan-
untuk.html)
5. Tanah
Penggunaan tanah harus diperhatikan ketika ingin membangun suatu
bangunan, tanah yang belum didirikan bangunan atau tanah kosong merupakan
sebidang tanah yang tidak dibebani sesuatu hak diatasnya oleh anggota
masyarakat atau badan hukum, dengan catatan tanah tersebut adalah tanah negara
(Sandy, 1977). Menurut penggunaan tanah kota Direktorat Tata Guna Tanah
(TGT), Direktur Jendral Agaria Departemen Dalam Negri tahun 1982, tanah
kosong
diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu:
6. Relief
Relief
merupakan bentuk
kekasaran
permukaan
baik
berupa
tonjolan,
bumi,
dataran,
terjadi
adanya
tenaga-tenaga
pembentuk
pengaruh
muka
karena
endogen maupun tenaga eksogen. Relief bisa berada di daratan maupun di lautan.
(http://www.kamusq.com/2012/12/relief-daratan-adalah-pengertian-dan.html)
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Desain
Metode
Penelitian
penelitian
digunakan
dalam
adalah
penelitian
yang
ini
Pengunaan
Lahan
Aliran Sungai
Lereng
Overlay
Jenis Tanah
10
BAB IV
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Peta
Administrasi
Peta 1.1 Peta Administrasi
10
11
Peta Lereng
Peta 1.2 Peta Lereng
11
12
3.
Sungai
Peta 1.3 Peta
Jarak
Dari Sungai
12
13
Jarak kurang dari 100 m dan 100 - 200 m dominan berada di daerah Kelurahan
Kedaung, Bojongsari Baru, Bojongsari Lama, dan Sawangan baru. Untuk jarak
lebih dari 200 m dominan berada di daerah Kelurahan Bedahan, Pengasinan,
Duren Seribu, Duren Mekar, Sawangan Lama, Serua, Pondok petir, Serua , Curug,
dan Pasir Putih.
Klasifikasi Peta Jarak dari Sungai:
Tabel 1.2 Klasifikasi Peta Jarak dari Sungai
Jarak dari tepi sungai
Keterangan
< 30
Tidak Sesuai
30 60
Kurang Sesuai
>60
Sesuai
Sumber: Perda Kota Depok No. 18 tahun 2003 tentang garis sempadan
4. Peta
Penggunaan
Tanah
Penggunaan
Tanah
Tanah pada daerah
Sawangan
untuk
permukiman
untuk daerah
terutama
13
14
di
barat tepatnya di
perairan
hanya
Sawangan
bagian
Kelurahan
Sawangan Lama.
5. Jenis Tanah
Kecamatan Sawangan memiliki jenis tanah yang sama di setiap daerah yang
didominasi oleh tanah latosol cokelat kemerahan. Tanah latosol berwarna cokelat
kemerahan memiliki profil tanah yang dalam, mudah menyerap air, memiliki pH
6 7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang mudah bersenyawa dengan
unsur besi dan aluminium, dan kadar humusnya mudah menurun. Jenis tanah ini
14
15
B. Pembahasan
Peta 1.6 Peta
Kesesuaian
Lahan Permukiman
Berdasarkan
Kecamatan
hasil
penelitian,
Sawangan
memiliki
lokasi yang sesuai untuk menjadi lahan permukiman lokasi tersebut yang tersebar
di:
Di Kelurahan Serua tersebar 2 lokasi, kedua lokasi di Kelurahan Serua
tersebut termasuk sesuai berdasarkan Peta Lereng yaitu 2 8 %. Dari hasil
pengklasifikasian dari Peta Jarak sungai kedua lokasi termasuk sesuai karena
jaraknya lebih dari 60 m dari tepi sungai.
Tanah kosong yang tersebar di Kelurahan Bojongsari Baru terdapat 1 1okasi,
yang memiliki kemiringan lereng yang sesuai antara 2 8 % , sedangkan untuk
kesesuaian jarak dari sungai termasuk sesuai karena lebih dari 60 m.
Pada daerah Kelurahan Bojongsari Lama terdapat 1 lokasi, kemiringan lereng
yang dimiliki lokasi tersebut antara 2 8 %. Namun berdasarkan jarak dari sungai
lokasi tersebut sesuai karena berada pada jarak lebih dari 60 m dari tepi sungai.
Untuk di daerah Sawangan Lama ada 2 lokasi, 2 lokasi tersebut memiliki
kemiringan dan jarak dari sungai yang sesuai, yaitu 2 8 % kemiringan untuk
kemiringan lerengnya dan jarak dari sungai lebih dari 60 m dari tepi sungai.
Satu lokasi
terakhir berada
di
Kelurahan
Pasir Putih,
dapat
sesuai
dinyatakan
karena
kemiringan
15
16
BAB V
KESIMPULAN
DAN
SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
dan
overlay
klasifikasi,
bahwa
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Avianto Wibowo. 1995. Pola Permukiman di Kotamadya Sukabumi.
Jurusan Geografi FMIPA UI. Depok.
Aris, M Saleh. 2007. Kesesuaian Tanah Untuk Permukiman dikawasan Sempadan
Ci Liwung. Jurusan Geografi FMIPA UI Depok.
17
18
diakses
18
diakses
pada
19
http://www.damandiri.or.id/file/ronilaipbbab4.pdf
LAMPIRAN
Peta 2.1 Peta Administrasi
19
diakses
pada
20
20
21
Penggunaan Tanah
21
22
22