Anda di halaman 1dari 7

1.

Anemia
No
1

Perbandingan
Pengertian

Klasifikasi

Anamnesis

Panduan Pelayanan Medis Nasional


Penurunan jumlah eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
yang adekuat ke jaringan perifer.
Klasifikasi anemia menurut morphologi
1. Anemia hipokromik mikrositik
bila MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg
2. Anemia normokromik normositik
bila MCV 80-90 fl dan MCH 27-34 pg
3. Anemia makrositer
bila MCV > 95 fl
-Rasa lemah dan lesu
-Cepat lelah
-Tinnitus
-Mata berkunang-kunang
-Kaki terasa dingin
-Sesak nafas
-Dyspepsia

Pemeriksaan fisik

Secara umum:
Pasien tampak pucat (konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan, dan jaringan di bawah kuku)
Secara khusus:
Anemia defisiensi Fe : disfagia, atrofi papilla lidah, stomatitis angularis, dan kuku sendok
(koilonychias)
Anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologis pada defisiensi vitamin B12

Pemeriksaan penunjang

Anemia hemolitik : ikterus, splenomegaly dan hepatomegali


Anemia aplastik : perdarahan dan tanda-tanda infeksi
Pemeriksaan Laboratorium
Anemia yang berdampak klinik -> Hb < 10 g/dL atau hematocrit < 30%
Terdiri dari :
1) Pemeriksaan penyaring (screening test)
Jenis pemeriksaan :
a. Pengukuran kadar Hb
b. Indeks eritrosit
c. Hapusan darah tepi
Tujuan : dipastikan adanya anemia serta jenis morfologik anemia
2) Pemeriksaan sumsum tulang
Tujuan : memberikan informasi mengenai keadaan sistem hematopoesis
Indikasi :
Anemia aplastik
Anemia megaloblastik
Kelainan hematologik
3) Pemeriksaan khusus
Indikasi :
a. Indikasi hematologic
Anemia defisiensi Fe :
serum ion, TIBC (total iron
binding capacity), saturasi transferrin, protoporfirin eritrosit,
ferritin serum, reseptor transferrin, dan pengecatan Fe pada
sumsum tulang (Perls stain)
Anemia megaloblastik :
folat serum, vitamin B12 serum,
tes supresi deoksiuridin, dan tes Schiling
Anemia hemolitik : bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesis Hb, dan lain-lain.
Anemia aplastik : biopsi sumsum tulang

Terapi

b. Indikasi non-hematologik
Pemeriksaan faal ginjal
Pemeriksaan faal hepar
Pemeriksaan faal tiroid
Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan terapi pasien anemia :
1) Pengobatan diberikan berdasarkan diagnosis definitif sebelumnya.
2) Pemberian hematinic hanya dengan indikasi yang dianjurkan
3) Pengobatan anemia dapat berupa :
a) Terapi untuk keadaan darurat (ex : perdarahan akut akibat anemia aplastic atau disertai
gangguan hemodinamik)
b) Terapi supportive
Berdasarkan jenis penyakit dasarnya
Konseling dan Edukasi Prinsip konseling pada anemia adalah memberikan pengertian
kepada pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan dalam berobat serta meningkatkan kualitas hidup
pasien.
c) Terapi khas sesuai dengan jenis anemia
d) Terapi kausal -> tujuang : mengobati penyakit dasar penyebab anemia
4) Bila diagnosis definitive tidak dapat ditegakkan -> terpaksa memberikan terapi percobaan
(terapi ex juvantivus) -> pemantauan ketat dan evaluasi
5) Transfusi (hb <= 7)
indikasi : anemia pasca perdarahan akut dengan tanda-tanda gangguan hemodinamik. Jenis
transfuse yang diberikan : packed red cell

2. Anemia Defisiensi Besi


Definisi
Anamnesis

Pemeriksaan Fisik
Diagnosis

Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat menurunnya jumlah besi total dalam tubuh sehingga
cadangan besi menjadi kosong dan penyediaan besi untuk berbagai jaringan termasuk eritropoesis berkurang.
1. Gejala umum anemia (sindroma anemia): lemah, mata berkunang-kunang, telinga mendenging, yang
muncul secara perlahan-lahan.
2. Gejala khas akibat defisiensi besi: atrofi papil lidah, stomatitis angularis, disfagia dan kuku sendok
(koilonychia). Kumpulan gejala: anemia hipokromik mikrositer, disfagia, atrofi papil lidah disebut
sebagai Plummer-Vincent syndrome atau Pottersan Kelly syndrome.
3. Gejala penyakit dasar yang menyebabkan anemia defisiensi besi: gejala penyakit cacing tambang,
gejala kanker kolon dan lain-lain.
Konjungtiva pucat, papil lidah atrofi, stomatitis angularis, kuku sendok (koilonychia)
Kriteria diagnosis anemia defisiensi besi yang merupakan modifikasi dari Kerlin et al adalah:
Anemia hipokromik mikrositer pada hapusan darah tepi, atau MCV <80 fl dan MCHC <31 % dengan salah
satu dari a, b, c, d:
a. Dua dari tiga parameter di bawah
1. Besi serum <50 g/dl
2. TIBC >350 g/dl
3. Saturasi transferin <15 %
atau
b. Serum feritin <20 g/dl
atau
c. Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (pearls stain) menunjukkan butir-butir hemosiderin
negatif
atau
d. Dengan pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg/hari (atau preparat besi lain yang setara) selama 4 minggu
disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih dari 2 g/dl
Sindroma anemia (anemia defisiensi besi)
1. Thalassemia major
2. Anemia akibat penyakit menahun
3. Anemia sideroblastik

Pemeriksaan
Penunjang

Terapi

Edukasi

Prognosis
Kepustakaan

1. Pengukuran kadar hemoglobin dan indeks eritrosit: didapatkan anemia hipokromik mikrositer dengan
MCV menurun dan RDW meningkat
2. Kadar besi serum menurun <50g/dl dan TIBC meningkat >350g/dl
3. Saturasi transferin menurun < 15%
4. Kadar feritin serum <20g/dl
5. Pada laboratorium yang maju dapat diperiksa reseptor transferin: kadar reseptor transferin meningkat
6. Pengecatan besi sumsum tulang negatif
7. Pemeriksaan untuk mencari penyebab (sangat penting untuk memeriksa cacing tambang pada feses
dengan teknik kuantitatif atau Kato-Katz
1. Pengobatan pengganti untuk kekurangan besi: obat pilihan ialah preparat besi per oral: ferous sulfat.
Preparat lain: ferous fumarat, ferous glukonat.
2. Pengobatan untuk penyakit dasar seperti pada infeksi cacing tambang yaitu dengan mebendazole 1 x
400 mg
3. Transfusi darah
1. Pendidikan kesehatan
2. Pemberantasan infeksi cacing tambang
3. Suplementasi besi
4. Fortifikasi besi
Dubia ad bonam
1. Hoffbrand AV, Pettit JE dan Moss P.A.H Anemia Hipokrom dan Penimbunan besi dalam Kapita Selekta
Hematologi. Edisi 4. Alih bahasa; dr. Dewi Asih Maharani. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. 2005,
hal: 25-34
2. Bakta, I Made; Ketut Suega dan Tjokorda Gde Darmayuda. Anemia Defisiensi Besi dalam Buku Ajar
Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Editor Sudoyo Aw dkk. Jakarta, 2006, hal: 644-50

3. Anemia akibat penyakit kronik


Definisi

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik
Diagnosis

Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang

Terapi
Prognosis
Kepustakaan

Anemia akibat penyakit kronik atau anemia of chronic disorder (ACD)/Anemia of inflammation ialah anemia
yang dijumpai pada penyakit kronik tertentu yang ditandai oleh gangguan metabolism besi yang khas yaitu
adanya hipoforemia disertai cadangan besi sumsum tulang normal atau meningkat
1. Gejala umum anemia (sindroma anemia): lemah, mata berkunang-kunang, telinga mendenging, yang
muncul secara perlahan-lahan.
2. Gejala penyakit dasar sering lebih menyolok.
Bervariasi sesuai dengan penyakit dasar
Anemia ringan sampai sedang, normokromik atau hipokromik mikrositer, besi serum rendah, TIBC rendah,
hemosiderin sumsum tulang normal, pada penyakit kronik yang sudah disebutkan di atas, dan menyingkirkan
adanya penyakit gagal ginjal kronik, penyakit hati kronik dan hipotiroid
Sindroma anemia (susp Anemia akibat penyakit kronik)
1. Anemia defisiensi besi
2. Thalasemia
3. Anemia sideroblastik
1. Hemoglobin sekitar 8-10 g/dl
2. Anemia bersifat normokromik normositer atau hipokromik.
3. Besi serum dan TIBC menurun, saturasi transferin sedikit menurun
4. Ferritin serum normal atau meningkat
5. Hemosiderin sumsum tulang: normal atau meningkat dengan butir butir kelas
1. Paling penting ialah mengatasi penyakit dasar
2. Transfusi jarang diperlukan
3. Pemberian preparat besi tidak ada gunanya kecuali bersamaan dengan anemia defisiensi besi
Dubia ad bonam
1. Weiss Guenterand and Lawrence T. Goodnough, MD. Anemia of Chronic Disease dalam The New
England Journal of Medicine. 2005; 352: 1011-23.
2. Hoffbrand AV, Pettit JE dan Moss P.A.H Anemia Hipokrom dan Penimbunan besi dalam Kapita Selekta
Hematologi. Edisi 4. Alih bahasa; dr. Dewi Asih Maharani. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. 2005,
hal: 25-34

Anemia merupakan suatu gejala dari dasar diagnosis tertentu sehingga SPO yang telah dicantumkan perlu disesuaikan dengan
dasar diagnosis anemia yang dihadapi. SPO yang tercantum memberikan landasan dalam pemberian transfusi darah dan preparat besi
harus sesuai dengan indikasi, jika tidak hanya akan meningkatkan biaya perawatan pasien tanpa memperbaiki mortalitas dan
morbiditas penyakitnya. SPO yang tercantum disusun dengan melihat kearifan lokal RSUD dr. Soeselo sebagai RS tipe B yang telah
memiliki laboratorium patologi klinik yang memadai. Pemeriksaan darah rutin dan darah lengkap umum dilakukan di RSUD dr.
Soeselo, sedangkan BMP dan Biopsi Sumsum Tulang dapat dilakukan di RSUD dr. Soeselo jika ada indikasi. Diharapkan dengan
adanya SPO ini dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas dari anemia sekaligus menekan beban perawatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai