Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

NURLINDA S.Kep.Ns
P2MK 14.01.04.215

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KESEHATAN


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.... 3
B. Maksud dan Tujuan. 4
C. Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah.. 5
D. Metode... 5
E. Teori.... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Kesehatan.......

B. Landasan Hukum Kesehatan.

C. Tenaga Kesehatan, Etika profesi, Etika Tenaga kesehatan dan sumpah..

D. Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.

25

BAB III PENUTUP


Kesimpulan...

33

Daftar Pustaka..

34

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu
tanpa ada halangan sedikitpun. Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan referensi
bagi para mahasiswa yang membutuhkan ilmu tambahan tentang Hukum Kesehatan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada orang tua yang telah memberikan dukungan bagi kami. Serta tak lupa
teman teman yang ikut bekerja sama menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing dan para
mahasiswa-mahasiswi serta para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Karena kesalahan
adalah milik semua orang dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga makalah ini
dapat berguna dan membantu proses pembelajaran terima kasih.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Makassar, 22 Desember 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era reformasi saat ini, hukum memegang peran penting dalam berbagai segi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi setiap orang, yang merupakan bagian integral dari kesejahteraan, diperlukan dukungan
hukum bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang kesehatan. Perubahan konsep
pemikiran penyelenggaraan pembangunan kesehatan tidak dapat dielakkan. Pada awalnya
pembangunan kesehatan bertumpu pada upaya pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan, bergeser pada penyelenggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh dengan
penekanan

pada

Paradigma

ini

upaya
dikenal

pencegahan
dalam

penyakit

kalangan

dan

kesehatan

peningkatan
sebagai

kesehatan.

paradigma

sehat.

Sebagai konsekuensi logis dari diterimanya paradigma sehat maka segala kegiatan apapun
harus berorientasi pada wawasan kesehatan, tetap dilakukannya pemeliharaan dan
peningkatan kualitas individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungan dan secara terus
menerus memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau

serta

mendorong

kemandirian

masyarakat

untuk

hidup

sehat.

Secara ringkas untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang maka
harus secara terus menerus dilakukan perhatian yang sungguh-sungguh bagi penyelenggaraan
pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan, adanya jaminan atas pemeliharaan
kesehatan, ditingkatkannya profesionalisme dan dilakukannya desentralisasi bidang
kesehatan. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah barang tentu memerlukan perangkat hukum
kesehatan yang memadai. Perangkat hukum kesehatan yang memadai dimaksudkan agar
adanya kepastian hukum dan perlindungan yang menyeluruh baik bagi penyelenggara upaya
kesehatan maupun masyarakat penerima pelayanan kesehatan. Pertanyaan yang muncul
adalah siapa saja tenaga kesehatan itu dan keterkaitannya dengan sumpah atau kode etik
tenaga kesehatan dokter dan bidan, Dan apakah yang dimaksud dengan hukum kesehatan, apa
yang menjadi landasan hukum kesehatan, materi muatan peraturan perundang-undangan
bidang kesehatan, dan hukum kesehatan di masa mendatang. Diharapkan jawaban atas
pertanyaan tersebut dapat memberikan sumbangan pemikiran, baik secara teoritikal maupun
praktikal terhadap keberadaan hukum kesehatan. Untuk itu dilakukan kajian normatif, kajian
yang mengacu pada hukum sebagai norma dengan pembatasan pada masalah kesehatan secara

umum melalui tradisi keilmuan hukum. Dalam hubungan ini hukum kesehatan yang dikaji
dibagi dalam 3 (tiga) kelompok sesuai dengan tiga lapisan ilmu hukum yaitu dogmatik
hukum, teori hukum, dan filsafat hukum. Selanjutnya untuk memecahkan isu hukum,
pertanyaan hukum yang timbul maka digunakan pendekatan konseptual, statuta, historis,
dogmatik, dan komparatif. Namun adanya keterbatasan waktu maka kajian ini dibatasi hanya
melihat peraturan perundang-undangan bidang kesehatan.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian hukum kesehatan, landasan hukum kesehatan, dan siapa saja
tenaga kesehatan dan etika profesi serta kode etik kesehatan,
2. Untuk mengetahui peraturan-peraturan pemerintah dan Undang-undang tentang tenaga
kesehatan,
3. Memberikan informasi mengenai perkembangan up-to-date dalam regulasi hukum
kesehatan, khususnya regulasi pelayanan kesehatan.
4. Memberikan pemahaman secara sistematis mengenai

hukum

kesehatan

dan

implementasinya dalam organisasi pelayanan kesehatan.


5. Hukum Kesehatan sebagai alat dalam upaya penegakan hukum: studi kasus
6. Memberikan pemahaman mengenai tindakan-tindakan dalam lingkup hukum kesehatan
yang dapat menimbulkan aspek perbuatan hukum (pidana dan perdata)
7. Dengan terselesainya makalah ini di harapkan agar menjadi bahan refrensi dan pendidikan
bagi mahasiswa-mahasiswi dalam pemecahan kasus dalamhukum kesehatan.
C. Ruang Lingkup Dan Rumusan Makalah
1.
2.
3.
4.

Ruang Likup Hukum Kesehatan


Kedudukan Hukum Kesehatan dalam ilmu hukum,
Tujuan dan Asas dalam hukum kesehatan
Aspek-Aspek Hukum dalam Hukum Kesehatan,

C. Rumusan Makalah
Rumusan makalah meliputi :
1. Pengertian hukum kesehatan,
2. Landasan hukum kesehatan,
3. Siapa saja tenaga kesehatan itu? Dan Keterkaitan tenaga kesehatan, Etika profesi serta
kode etik tenaga kesehatan, dan sumpah tenaga kesehatan,
4. Peraturan pemerintah No.32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
D. Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah ; kami penulis secara
langsung maupun tidak langsung mencari sumber informasi baik dari media cetak, internet
dan buku-buku studi pustaka yang berhubungan dengan pembahasan makalah yang kami

susun, serta pemaparan materi, Tanya-jawab dan diskusi kepada berbagai pihak yang
bersangkutan, agar makalah yang kami susun ini agar lebih kompetitif baik dari segi hukum
kesehatannya, peraturan-perturan undang-undang yang berlaku, serta teori-teori pendukung
untuk makalah yang kami susun.
E. Teori.
Teori-teori yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah : teori yang kami
ambil dari metode penulisan di atas, dan pemaparan materi, dikusi serta petunjuk yang di
berikan dosen pembimbing dan refrensi yang kami ambil dari studi pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian hukum kesehatan
Pengertian Hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan. hal tersebut menyangkut hak dan kewajiban
menerima pelayanan kesehatan (baik perorangan dan lapisan masyarakat) maupun dari
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasinya, sarana, standar
pelayanan medik dan lain-lain. Sebagai subjek hukum, pelaku di sektor kesehatan seperti
dokter, dokter gigi, direktur RS, kepala dinas kesehatan, kepala bidang, kepala Puskesmas
selalu melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum yang dilakukan apabila bertentangan
dengan regulasi yang berlaku maka akan menimbulkan adanya sanksi hukum. Setiap subject
hokum di bidang kesehatan harus memahami mengenai hukum kesehatan. Kurangnya
pemahaman terhadap hukum kesehatan mengakibatkan sering terjebak dalam perbuatan
hukum yang dilakukannya.

B. Landasan hukum kesehatan


Hermien Hadiati Koeswadji menyatakan pada asasnya hukum kesehatan bertumpu pada
hak atas pemeliharaan kesehatan sebagai hak dasar social (the right to health care) yang
ditopang oleh 2 (dua) hak dasar individual yang terdiri dari hak atas informasi (the right to
information) dan hak untuk menentukan nasib sendiri (the right of self determination). Sejalan
dengan hal tersebut Roscam Abing mentautkan hukum kesehatan dengan hak untuk sehat
dengan menyatakan bahwa hak atas pemeliharaan kesehatan mencakup berbagai aspek yang
merefleksikan pemberian perlindungan dan pemberian fasilitas dalam pelaksanaannya. Untuk
merealisasikan hak atas pemeliharaan bisa juga mengandung pelaksanaan hak untuk hidup,
hak atas privasi, dan hak untuk memperoleh informasi. Demikian juga Leenen secara khusus,
menguraikan secara rinci tentang segala hak dasar manusia yang merupakan dasar bagi
hukum kesehatan.
C. Tenaga Kesehatan, Etika Profesi, Kode Etik Kesehatan dan sumpah
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, baik
berupa pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan S3-; pendidikan non gelar; sampai dengan pelatihan
khusus kejuruan khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria, dsb., dan keahlian. Hal inilah yang
membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya mereka yang mempunyai
pendidikan atau keahlian khusus-lah yang boleh melakukan pekerjaan tertentu yang
berhubungan

dengan

jiwa

Jenis tenaga kesehatan terdiri dari :


a. Perawat,
b. Perawat Gigi,
c. Bidan,
d. Fisioterapis,
e. Refraksionis Optisien,
f. Radiographer,
g. Apoteker,
h. Asisten Apoteker,
i. Analis Farmasi,
j. Dokter Umum,

dan

fisik

manusia,

serta

lingkungannya.

k. Dokter Gigi,
l. Dokter Spesialis,
m. Dokter Gigi Spesialis,
n. Akupunkturis,
o. Terapis Wicara dan,
p. Okupasi Terapis.
1. Etika Kesehatan
a. Etika dan etiket
1) Pengertian ETIKA : Berasal dari bahasa Inggris ethics adalah istilah yang muncul dari
aristoteles, asal kata ethos yaitu adat, budi pekerti. Etika pada umumnya adalah setiap
manusia mempunyai hak kewajiban untuk menentukan sendiri tindakan-tindakannya dan
mempertanggung jawabkanya dihadapan tuhan.
2)

Pengertian ETIKET etiket yaitu cara melakukan perbuatan sesuai dengan Etika yang
berlaku

3) perbedaan etika dan etiket

Etika menetapkan norma perbuatan apakah perbuatan itu dapat dilakukan atau tidak,cth
masuk tanpa izin tdk boleh. Sedangkan Etiket menetapkan cara melakukan perbuatan
sesuai dengan yang diinginkan, masuk kerumah org mengetuk pintu atau/dan salam.

Etika berlaku tidak bergantung pd ada tidaknya org,cth larangan mencuri walau tdk ada
org. sedangkan etiket berlaku jika ada org.cth org makan pakai baju tdk ada org tdk apa2.

Etika bersifat absolut tdk dpt ditawar cth mencuri&membunuh , sedangkan Etiket bersifat
relatif cth koteka wajar dipapua, diaceh wajib menutup aurat.

Etika memandang manusia dari segi dalam (batiniah) cth: org-org bersifat baik tidak
munafik.sedangkan etiket memandang manusia dari segi luar(lahiriah).cth: bersifat sopan
dan santun tp munafik.

b. Etika,Moral Dan Agama


1) Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat istiadat,
2) Moral

(latin)

objek

etika

(yunani)

yang

berarti

adat

kebiasaan,

Perbedaan Etika adalah ilmu pengetahuan dan moral adalah objek


3) Agama. : hub antara manusia dan suatu kekuasaan luar yang lain dan lebih daripada yg
dialami manusia, apa yang diisyaratkan Allah dengan perantara Nabi berupa perintah dan
larangan.

HUBUNGAN ETIKA, MORAL DAN AGAMA


Moral diartikan sama dengan dengan etika yang berupa nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan hidup manusia untuk mengatur perilakunya. Agama mengandung nilai
moral yang menjadi ukuran moralitas/etika perilaku manusia. Makin tebal keyakinan agama
dan kesempurnaan taqwa seseorg makin baik moralnya yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku baik dan benar.
FAKTOR PENENTU MORALITAS
Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu
1). Etika individual ; Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
diri sendiri.
a) 2). Etika social mengenai kewajiban sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota
Perbuatan manusia dilihat dari motivasi,tujuan akhir dan lingkungan perbuatan
b) Motivasi :hal yang diinginkan oleh pelaku perbuatan dgn maksud untuk mencapai sasaran
yang hendak dituju.cth: kasus Aborsi motivasix mencegah malu dan aib keluarga
c) Tujuan akhir adalah diwujudkan perbuatan yang dikehendaki secara bebas. Cth aborsi
tujuanx mengugurkan kandungan.
d) Lingkungan perbuatan adalah segala sesuatu yang secara aksidential atau mewarnai
perbuatan. Cth aborsi oleh PSK
c. Jenis - Jenis etika
Etika umum & etika khusus :

Etika umum membicarakan mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak


secara etis, teori-teori Etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi
manusia dalam bertindak, serta tolok ukur menilai baik atau buruk.

Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus masyarakat. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik
secara perseorangan dan langsung atau bersama-sama dalam bentuk kelembagaan, sikap
kritis terhadap dunia dan ideologi, dan tanggung jawab manusia terhadap lainnya.

PENGERTIAN NILAI ETIKA

Nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang
diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Penilaian Etika itu di dasarkan pada beberapa factor yaitu :
1). Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau jahat, susila
atau tidak susila.
2). Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah mendarah
daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila
telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti
Drs.Burhanuddin Salam menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga)
tingkat :
1) Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana
dalam hati, niat.
2) Tingkat Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
3) Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
NILAI DALAM FILSAFAT
1) Nilai Logika : akal. Nilainya benar atau salah ex: perbuatan mencuri
2) Nilai Estetika : penglihatan. Nilainya indah atau Jelek ex:Lukisan Gadis Telanjang
3) Nilai Etika : tingkah laku. Nilainya baik atau buruk ex: goyang Dewi Persik Contoh :
KODE ETIK PNS

2. HAM DALAM KESEHATAN


a. Hak Asasi Manusia Di Indonesia : HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat
pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat
diganggu gugat siapa pun.
Dasar Hukum H.A.M
UU No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
UU No 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
Ciri-ciri

khusus

Universal,

HAM

tidak

dapat

hakiki,
berlaku

dicabut,

artinya

umum
HAM

tanpa
tidak

HAM

sudah

memandang
dapat

ada

sejak

lahir

status,suku

bangsa,

gender

diserahkan

pada

pihak

tidak dapat dibagi, semua orang mendapatkan semua hak, baik politik,ekonomi, sosbud.

lain

Hak yang paling dasar meliputi ;


1. Hak Hidup;
2. Hak Kemerdekaan /kebebasan;
3. Hak memiliki sesuatu.
Pengelompokan hak-hak dasar manusia meliputi :
1. hak sipil dan politik; hak hidup; hak persamaan dan kebebasan., kebebasan berpikir dan
menyatakan pendapat, kebebasan berkumpul, Hak beragama
2 . Hak ekonomi, sosial dan budaya:

hak ekonomi, hak pelayanan kesehatan,

hak

memperoleh pendidikan
b. Hak dan Kewajiban, Hak (UU no 36 thn 2009 psl 4-8)
Setiap orang berhak atas:
1. kesehatan.
2. akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
3. pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
4. menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
5. lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.
6. informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
7. informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah
maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
Kewajiban (UU no 36 thn 2009 psl 9-13) ;
a) mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
b) menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik,
biologi, maupun sosial.
c) berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan
yang setinggi-tingginya.
d) menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung
jawabnya.
e) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
c.Hak dan Kewajiban dalam Profesi
Pasal 27
a. Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

b. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan dan


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
3 Aliran Dan Prinsip Etika kesehatan
a. ALIRAN-ALIRAN DALAM ETIKA
Aliran Deontologis: penilaian benar tidaknya suatu perbuatan atau baik tidaknya sesorg,tdk
perlu dilihat hasil akhirnya tetapi yang dinilai adalah perbuatan itu sendiri.
Immanuel kant seseorang berbuat baik karena rasional dan tidak dogmatis
Cth: org tdk mencuri bukan karna takut neraka tapi mencuri ad perbuatan buruk
Lanjutan
Aliran Teleologis (konsenkualis): Baik buruknya seseorg dinilai dari tujuan hendak dicapai
Pembagiannya:
Aliran Ethical Egoism: wajib berbuat baik demi kepentingan pribadi
Aliran utilitarinism : wajib berbuat baik demi kepentingan umum dan masyarakat
Cth : merokok
b. PRINSIP-PRINSIP ETIKA(Hipcrates)
Tidak merugikan (non maleficence); Cth: Pendapat dokter dlm pelayanan tidak dapat
diterima pasien & keluarganya sehingga jika dipaksakan dapat merugikan pasien.
Membawa Kebaikan (Beficence);
Cth:dokter memberi obat kanker tetapi mempunyai efek yg lain, maka dokter harus
mempertimbangkan secara cermat.
Menjaga Kerahasiaan (Confidentiality);
cth: tenaga kesehatan menjaga identitas kesehatan pasien jgn menyamp semuax jangan
sampai menghambat penyembuhannya,
otonomi Pasien (autonomy Pasien); Cth: pasien berhak menentukan tindakan-tindakan baru
dapat dilakukan atas persetujuan dirinya,
Berkata Benar (truth telling); Cth: tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurnya
penyakit pasien namun tidak dpt diutarakan semua kecuali kepada keluarganya,
Berlaku adil (Justice); Cth: tenaga kesehatan tidak boleh diskriminatif dalam pelayanan
kesehatan,
Menghormati Privasi (Privacy); Cth :Tenaga kesehatan tidak boleh menyinggung hal
pribadi pasien dan sebaliknya.
c. Etika kesehatan

Pengertian Etika Kesehatan


-Menurut Leenen: suatu penerapan dari nilai kebiasaan (etika) terhadap bidang
pemeliharaan/pelayanan kesehatan.
-Menurut Soerjono Soekanto: penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui, dan juga
mencakup terhadap rekomendasi bagaimana bersikap tidak secara pantas dalam bidang
kesehatan.
Hubungan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan
a) Hukum kesehatan lebih diutamakan dibanding Etika kesehatan. Contoh: (etiKes) Mantri
dpt memberi suntikan tanpa ada dokter tapi (Hukum kes) tidak membenarkan ini.
b) ketentuan hukum kesehatan dapat mengesampingkan etika tenaga kesehatan. Contoh:
kerahasian dokter(etika kedokteraan) jika terkait dengan msalah hukum maka
dikesampingkan,
c) Etika kesehatan lebih diutamakan dari etika dokter. Dokter dilarang mengiklankan diri, tapi
dalam menulis artikel kesehatan tidak maslah (etika kesehatan).
Perbedaan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan
a) Etika kesehatan objeknya semata-mata dalam pelayanan kesehatan sedangkan hukum
kesehatan objeknya tdk hny hkm tp melihat nilai-nilai hidup masyarakat.
b) Hukum berlaku umum, etika kesehatan berlaku hanya dalam pelayanan kesehatan
c) Etika sifatnya tidak mengikat dan pelanggarannya tidak dapat dituntut hukum mengikat
pelanggarnya dapat dituntut.
d) Etika Menurut Islam : Ayat-ayat al-Quran menunjukkan bahwa etika Islam amat
humanistik dan rasionalistik.
d. Etika Penelitian
Persetujuan etika penelitian (PP No 39 tahun 1995 ttg penelitian dan pengembangan
kesehatan):
Persetujuan tertulis orang tua/ahli waris dapat dilakukan pada manusia yg diteliti:
a) Tidak mampu melakukan tindakan hokum
b) Karena keadaan kesehatan atau jasmaninya sama sekali tidak memungkinkan dapat
menyatakan persetujuan secara tertulis.
c) Telah meninggal dunia, dalam hal jasadnya akan digunakan sebagaimana objek penelitian
dan pengembangan kesehatan.
1) Hak dan kewajiban responden

Hak-hak Responden
1. Penghargaan kebebasan pribadi-nya
2. Merahasiakan informasi yang diberikan
3. Memperoleh jaminan keamanan dan keselamatan akibat dari informasi yang diberikan
4. Memperoleh imbalan dan kompensasi
Kewajiban responden
Memberikan informasi yang diperlukan peneliti
2) Hak dan kewajiban peneliti
Hak responden : Memperoleh informasi yang dibutuhkan sejujur-jujurnya
Kewajiban peneliti
1. Menjaga kerahasian responden,
2. Menjaga privacy responden,
3. Memberikan kompensasi.
4

KODE ETIK PROFESI

a. Kode Etik,
SIFAT DAN SUSUNAN KODE ETIK , Kode etik harus memiliki sifat-sifat antara lain
(1) Harus rasional,
(2) harus konsisten, tetapi tidak kaku, dan
(3) harus bersifat universal.
Kode etik profesi terdiiri atas
1. aturan kesopanan dan;
2. aturan kelakuan dan;
3. sikap antara para anggota profesi.
b. Fungsi Kode Etik Profesi,
Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu :
1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah,
2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi,
3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
c. Standar Profesi.
1) Memberikan pelayanan (service) pada orang segera langsung (yang umumnya bersifat
konfidental),

2) Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum melakukan


pelayanan,
3) Anggotanya yang relatif homogen,
4) Menerapkan standar pelayanan tertentu,
5) Etik profesi yang ditegakkan oleh suatu organisasi profesi.
Kualifikasi suatu pekerjaan sebagai sutau profesi adalah :
Mensyaratkan pendidikan teknis yang formal mengenai adekuasi pendidikannya
mmmaupun mengenai kompetensi orang-orang hasil didikannya,
Penguasaan tradisi kultural dalam menggunakan keahlian tertentu serta keterampilan
dalam penggunaan tradisi,
Komplek okupasi/pekerjaan memiliki sejumlah sarana institusional.
kaidah-kaidah pokok etika profesi sebagai berikut :
Profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan,
Pelayanan professional dalam mendahulukan kepentingan pasien atau klien mengacu pada
kepentingan atau nilai-nilai luhur,
Pengembanan profesi harus selalu mengacu pada masyarakat sebagai keseluruhan,
Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat.
5. KODE ETIK KESEHATAN MASYARAKAT
a. Kode Etik Dokter : Hak dan kewajiban dokter , berkaitan erat dengan transaksi terapeutik
Transaksi terapeutik : terjadinya kontrak antara dokter dengan pasien
STANDAR PROFESI MEDIS : Prof.Dr.Mr.H.J.J Leenen pakar hukum kesehatan dari
Belanda
1)

Berbuat secara teliti dan seksama dikaitkan kelalaian tdk teliti atau berhati-hati unsur
kelalaian terpenuhi , sangat tdk teliti atau hati-hati,

2) Sesuai standar ilmu medik,


3) Kemampuan rata2 yg sama,
4) Situasi dan kondisi yg sama,
5) Sarana upaya yg sbanding/proposional.
STANDAR PROFESI MEDIS : Prof Mr.W.B Van der Mijn

Seorang tenaga kesehatan harus berpedoman pada : Kewenangan, Kemampuan ratarata,dan Ketelitian umum.
Unsur tindakan medis
1) Dilakukan oleh dokter yang sudah lulus,
2) Kepada pasien harus diberikan informasi yang sejelas jelasnya dan menyetujui
dilakukannya tindakan medis tersebut,
3) Harus ada indikasi medis yang merupakan titik awal dari segala tindakan medis
selanjutnya,
4) Sang dokter harus dapat merumuskan tujuan pemberian pengobatannya, disamping juga
harus mempertimbangkan alternatif lain selain yang dipilihnya,
5) Segala tindakannya harus selalu ditujukan kepada kesejahteraan pasiennya.
HAK DOKTER: Menurut psl 50 UU No.29 Th 2004
1) memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi medis dan standar prosedur operasional;
2) memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional;
3) memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya
4) menerima imbalan jasa.
KEWAJIBAN KEWAJIBAN DOKTER : AEGROTI SALUS LOX SUPREME
keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi ( utama ) .
Menurut Leenen :
1) Kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana dokter harus bertindak sesuai
dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek kedokterannya,
2) Kewajiban untuk menghormati hak hak pasien yang bersumber dari hak - hak asasi
dalam bidang kesehatan
3) Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan
UU KESEHATAN No.23 Th 2003
Pasal 50 dan 51
1) Tenaga kesehatan menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan
keahlian dan kewenangannya
2) Mematuhi standar profesi medis dan menghormati hak pasien
HAK PASIEN : UU No. 23 Th 1992 ttg Kesehatan psl 53 (2)
1. Hak atas informasi
2. Hak memberikan persetujuan

3. Hak atas rahasia kedokteran


4. Hak atas pendapat ke 2 ( second opinion)
HAK PASIEN
UU Pradoks psl 52
1.Mendapat penjelasan secara lengkap ttg tindakan medis
2.Meminta pendapat dr/drg lain
3.Mendapat pelayanan sesuai dng kebutuhan medis
4.Mendapat isi rekam medis
a) Kewajiban

pasien

UU

No.29

Th

2004

(PRADOKS)

menghayati dan mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya.


b) melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
c) tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
d) menghindarkan din dan perbuatan yang bersifat memuji din sendiri.
e) berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan teknik atau cara baru yang belum teruji
kehandalannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
f) memberi saran atau rekomendasi yang telah melalul suatu proses analisis secara
komprehensif.
g) memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan
keselamatan manusia, serta kelestarian lingkungan.
h) bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat dan teman seprofesinya,
dan berupaya untuk mengingatkan teman seprofesinya.
i) hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan
lainnya, dan harus menjaga kepercayaan klien atau masyarakat.
j) memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan
lingkungan secara menyeluruh, daN menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenar-benarnya.
k) bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta
masyarakat, harus saling menghormati.
Kode Etik Ahli Gizi
a) meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan. kecerdasan
dan kesejahteraan rakyat

Pasal 53
1.Memberi informasi yg lengkap dan jujur ttg masalah kesehatannya
2.Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter/dokter gigi
3.Mematuhi ketentuan yg berlaku di sarana pelayanan kesehatan
4.Memberi imbalan jasa atas pelayanan yg diterima
Kode Etik perawat
Kode Etik bidan
Kode Etik Kesehatan &Keselamatan Kerja
Kode Etik Sanitarian(Ahli Kes. Lingkungan)
l) menjunjung tinggi, tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan
budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
b) menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
c) menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
d) menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini,
e) mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain
atau membuat rujukan bila diperlukan,
f) melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban
senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
g) berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya
berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
h) membantu pemerintah dalam melaksanakan upaya-upaya perbaikan gizi masyarakat.
Penyuluh kesehatan masyarakat
Profesi

PKM

(Health

Education

Specialis)

adalah

seseorang

yang

menyelenggarakan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat melalui


penyebarluasan informasi, membuat rancangan media, melakukan pengkajian/penelitian
perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan, serta merencanakan intervensi
dalam rangka mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.
Kode Etik Profesi PKM.
a) Menunjukkan secara seksama kemampuan sesuai dengan pendidikan, pelatihan dan
pengalaman, serta bertindak dalam batas-batas kecakapan yang profesional.
b) mempertahankan kecakapan pada tingkatan tinggi melalui belajar, lelatihan, dan
penelitian berkesinambungan.
c) Melaporkan hasil penelitian dan kegiatan praktik secara jujur dan bertanggung jawab.

d) Tidak membeda-bedakan individu berdasrkan ras, warna kulit, bangsa, agama, usia, jenis
kelamin, status social ekonomi dalam menyumbangkan pelayanan-pekerjaan, pelatihan
atau dalam meningkatkan kemajuan orang lain.
e) Menjaga kemitraan klien ( individu, kelompok, institusi) yang dilayani. Kode Etik Profesi
PKM.
f) Menghargai hak pribadi (privacy), martabat (dignity), budaya dan harga diri setiap
individu, dan menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-nilai secara
konsisten.
g) Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
h) Mematuhi prinsip informed consent sebagi penghargaan terhadap klien.
i) Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang mengasuh/memelihara
pertumbuhan dan perkembangan individu.
j) Bertanggung jawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai dengan
pertimbangan mal praktek yang dilakukan.
6. PROBLEMATIKA KODE ETIK KESMAS
a. Penegakan kode etik : Bentuk Penegakan kode etik
1. Pelaksanaan kode etik
2. Pengawasan kode etik
3. Penjatuhan saksi kode etik
Menurut Noto Hamidjo 4 norma dalam penegakan kode etik:
1) kemanusiaan
2) Keadilan
3) Kepatutan
4) kejujuran
Sanksi kode etik
1) Teguran baik lisan maupun tulisan
2) Mengucilkan pelanggar dari kelompok profesi
3) Memberlakukan tindakan hukum dengan sanksi keras
b. Faktor penghambat kode etik
1. Pengaruh Sifat Kekeluargaan
2. Pengaruh jabatan
3. Pengaruh konsumerisme
4. Karena lemah iman

c. Peradilan dalam profesi


1. Peradilan profesi dipimpin komisi etik
2. Komisi etik terdiri 3 orang dan dipimpin oleh pimpinan profesi
3. Pelanggar etik didampingi penasehat etik.
4. Pelanggaran kode etik disampaikan oleh penuntut kode etik
5. Putusan pelanggaran kode etik ditetapkan oleh komisi etik.
Mekanisme persidangan
1. Pemanggilan pelanggar kode etik,
2. Pemeriksaan kode etik,
3. Persidangan kode etik
4. Penyampaian bentuk pelanggaran dan sanksi yang dikenakan,
5. Pembelaan oleh pelanggar kode etik,
6. Pembuktian,
7. Putusan.
RAHASIA PEKERJAAN DAN RAHASIA JABATAN.
lstilah yang terkenal di kalangan para tenaga kesehatan dan mahasiswa adalah :
rahasia jabatan . Padahat di dalam perundang undangan di bedakan antara rahasia
pekerjaan dan rahasia jabatan.
RAHASIA PEKERJAAN.
Rahasia pekerjaan adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus di rahasiakan
berhubung dengan pekerjaan atau keahliannya. Kewajiban untuk menyimpan rahasia
pekerjaan ini berlaku sejak yang bersangkutan mengucapkan sumpah atau atau pada akhir
pendidikannya. Contoh: Seorang dokter, pada akhir pendidikannya, mengucapkan sumpah
untuk menyimpan rahasia dengan lafal sebagai berikut :
Demi Allah .saya bersumpah. bahwa ,saya akan rmerahasiakan segala sesuatu yang saya
ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter. Seorang perawat,
pada akhir pendidikannya, mengucapkan sumpah untuk menyimpan rahasia, dengan lafal
sebagai berikut : Saya bersumpah berjanji bahwa saya sebagai perawat kesehutan tidak akan
nrenceritakan kepada siapapun segala rahasia yang berhubungan dengan tugas saya,
kecuali.jika diminta pengadilan rrntuk keperluan kesaksian.

Dengan mengucapkan sumpah atau janji seperti tersebut di atas, maka seorang
dokter atau seorang perawat diwajibkan untuk menyimpan rahasia sehubungan dengan
pekerjaannya. Kewajiban ini disebut sebagai kewajiban menyimpan rahasia pekerjaan.
Maksud daripada ketentuan ini adalah keharusan bagi yang bersangkutan untuk tetap
memegang teguh kewajiban itu, walaupun ia tidak menjadi / berstatus pegawai negeri atau
anggota ABRI.
RAHASIA JABATAN.Rahasia jabatan ialah segala sesuatu yang diketahui dan harus
dirahasiakan sehubungan dengan jabatannya sebagai pegawai negeri sipil atau anggota
ABRI, karena sebelum diangkat sebagai pegawai tetap, yang bersangkutan harus
mengucapkan sumpah jabatan. CONTOH : Lafal sumpah pegawai negeri : Saya akan
memegang rahasia sesuatu yang nrenurut sifatnya atau menurut perintah, harus saya
rahasiakan.
PERHATIAN : Kewajiban menyimpan rahasia pasien harus tetap dipegang, meskipun
pasien tersebut telah meninggal dunia
D. Peraturan

pemerintah

No.32

tahun

1996

tentang

tenaga

kesehatan

Menimbang : Bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 tahun


1992 tentang Kesehatan, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Tenaga Kesehatan. Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945,
2.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan (lembaga Negara Tahun 1992
Nomor 100, Tambahan Lembaga Negara Nomor 3495).

Pengertian tentang tenaga kesehatan, diatur dalam :


1. Pasal 1 butir 3 Undang undang Tentang Kesehatan, yang berbunyi : Tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
2. Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan yang
definisinya sama dengan yang tersebut diatas.
MEMUTUSKAN: Menetapkan: Peraturan Pemerintah Tentang Tenaga Kesehatan.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1, Dalam peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

a. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan;
b. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan;
c. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan
yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat;
d. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
1) PERSYARATAN
Pasal 3 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.
2) Pasal 4
a. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang
bersangkutan memiliki ijin dari Menteri.
b. Dikecualikan

dari

pemilikan

ijin

sebagaimana

dimaksud

dalam

Ayat (1) bagi tenaga kesehatan masyarakat.


c.

Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
oleh Menteri.

3) Pasal 5
a) Selain ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), tenaga medis dan tenaga
kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya
kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi.
b) Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
oleh Menteri.
PERENCANAAN, PENGADAAN DAN PENEMPATAN
1. Bagian Kesatu ( Perencanaan)
Pasal 6
a) Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat.
b) Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
nasional tenaga kesehtan.
c) Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan factor:
-

Jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;

Sarana kesehatan;

Jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.

Perencanaan nasional tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat

ditetapkan oleh Menteri.

2. Bagian Kedua ( Pengadaan )


-

Pasal 7 : Pengadaan tenaga kesehatan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan di


bidang kesehatan.

Pasal 8

a) Pendidkan di bidang kesehatan dilaksanakan di lembaga pendidikan yang diselenggarakan


oleh Pemerintah atau masyarakat.
b) Peyelenggaraan pendidikan di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan berdasarkan ijin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
-

Pasal 9

a) Pelatihan

di

bidang

kesehatan

diarahkan

untuk

meningkatkan

keterampilan

ataupenguasaan pengetahuan di bidang teknis kesehatan.


b) Pelatihan di bidang kesehatan dapat dilakukan secara berjenjang sesuai dengan jenis
tenaga kesehatan yang bersangkutan.
-

Pasal 10

a) Setiap teaga kesehtan memiliki kesempayan yang sama untuk mengikuti pelatihan di
bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.
b) Penyelenggara dan/atau pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas pemberian
kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan dan/atau bekerja pada sarana
kesehatan yang bersangkutan untuk meningkatkan keterampilan atau pengetahuan melalui
pelatihan dibidang kesehatan.
-

Pasal 11

a) Pelatihan di bidang kesehatan dilaksanakan dib alai pelatihan tenaga kesehatan atau
tempat pelatihan lainnya.
b) Pelatihan di bidang kesehatan dapat diselenggarakan oleh Pemerinah dan/atau masyarakat.
-

Pasal 12

a) Pelatihan di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dilaksanakan dengan


memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b) Pelatihan di bidang kesehatan yang diselenggarakab oleh masyarakat dilaksanakan atas


dasar ijin Menteri.
c) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur
oleh Menteri.
-

Pasal 13

1. Pelatihan di bidang kesehatan wajib memenuhi persyaratan tersedianya:


a) Calon peserta pelatihan;
b) Tenaga kepelatihan;
c) Kurikulum;
d) Sumber dana yang tetap untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan pelatihan;
e) Sarana dan prasarana.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pelatihan di bidang kesehatn sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh menteri.
-

Pasal 14

1) Menteri dapat menghentikan pelatihan apabila pelaksanaan peltihan di bidang kesehatan


yang diselenggarakan oleh masyarakat ternyata:
-

Tidak sesuai dengan arah pelatihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1);

Tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalm Pasal 13 ayat (1);

2) Penghentian pelatihan karena ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), dapat


mengakibatkan decabutnya ijin pelatihan.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghentian pelatihan dan pencabutan ijin pelatihan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur oeh menteri.
3. Bagian Ketiga
Penempatan
a. Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, pemerintah
dapat mewajibkan tenaga kesehatan untuk ditempatkan pada sarana kesehatan tertentu
untuk jangka waktu tertentu.
b. Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 91) dilakukan dengan
cara masa bakti.
c. Pelaksanaan penempatan tenaga kesehatan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 16
Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab menteri.
Pasal 17
Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan dengan
memperhatikan:
a. Kondisi wilayah dimana tenaga kesehatan yang berssangkutan ditempatkan;
b. Lamanya penempatan;
c. Jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;
d. Prioritas sarana kesehatan.
Pasal 18
a) Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan pada:
-

Sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah;

Sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang ditunjuka oleh Pemerintah;

Lingkungan perguruan tinggi sebagai staf pengajar

Lingkungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.


b). Pelaksanaan ketentuan huruf c dan huruf d sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
lebih lanjut oleh Menteri setelah mendengar pertimbangan dari pimpinan instansi terkait.

Pasal 19
a) Tenaga kesehatan yang telah melaksanakan masa bakti diberikan surat keterangan dari
menteri.
b) Surat keterangan sebgaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan persyaratan bagi tenaga
kesehatan untuk memperoleh ijin menyelenggarakan upaya kesehatan pada sarana
kesehatan.
c) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian surat keterangan sebagimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur oleh Menteri.
Pasal 20
Status tenaga kesehatan dalam penempatan tenaga kesehatan dapat berupa:
a. pegawai negeri; atau
b. pegawai tidak tetap.

STANDAR PROFESI DAN PERLINDUNGAN HUKUM


1. Standar Profesi
Pasal 21
a) Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi tenaga kesehatan.
b) standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 22
1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban
untuk:
-

Menghormati hak pasien;

Menjaga kerahasiaan identitas;

Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan;

Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan;

Membuat dan memelihara rekam medis;

2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh
Menteri.
Pasal 23
a)

Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mengakibatkan terganggunya
kesehatan, cacat atau kematian yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian.

b) Ganti rugi sebagimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
2

Perlindungan Hukum

Pasal 24
(a) Perlindungan hokum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya
sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.
(b) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh
Menteri.
PENGHARGAAN
Pasal 25

1) Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan atas dasar prestasi kerja,
pengabdian, kesetiaan, berjasa pada Negara atau menninggal dunia dalam melaksakan
tugas diberikan penghargaan.
2)

Penghargaan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan oleh Pemerintah
dan/atau masyarakat.

3) Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa, uang atau bentuk lain.
IKATAN PROFESI
Pasal 26
a) Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan
dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan martabat dan kesejahteraan
tenaga kesehatan.
b) Pembentukan ikatan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING
Pasal 27
a) Tenaga kesehatan warga Negara asing hanya dapat melakukan upaya kesehatan atas dasar
ijin dari Menteri.
b) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
oleh Menteri dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang tenaga kerja asing.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
1. Pembinaan
Pasal 28
-

Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu pengabdian profesi


tenaga kesehatan.

Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melaluui pembinaan karier,
disiplin dan teknis profesi tenaga kesehatan.

Pasal 29
-

Pembinaan karier tenaga kesehatan meliputi kenaikan pangkat, jabatan dan pemberian
penghargaan.

Pembinaan karier tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 30

Pembinaan disipllin tenaga kesehatan menjadi tanggung jawab penyelenggara dan/atau


pimpinan sarana kesehatan yang bersangkutan. Pembinaan disiplin tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 31
-

Menteri melakukan pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan.

Pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan melalui:
a. Bimbingan;
b. Pelatihan di bidang kesehatan;
c. Penetapan standar profesi tenaga kesehatan

Pengawasan

Pasal 32 : Menteri melakukan pengawasan terhadap tenaga kesehatan dalam


melaksanakan tugas profesinya.
Pasal 33
a) Dalam rangka pengawasan. Menteri dapat mengambil tindakan disiplin terhadap tenaga
kesahatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan
yang bersangkutan.
b) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. Teguran;
b. Pencabutan ijin untuk melakukan upaya kesehatan.
c)

Pengambilan tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) dan ayat (2) silaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

KETENTUAN PIDANA
Pasal 34
Barang siapa dengan sengaja menyelenggarakan pelatihan di bidang kesehatan tanpa ijin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), dipidana sesuai dengan ketentuan Pasal
84 Undang-undangan Nomor 23 tahun 1992 tantang kesehatan.
Pasal 35
Berdasarkan ketentuan Pasal 86 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, barang siapa dengan sengaja:
a. Melakukan upaya kesehatan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1);

b. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukan adaptasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (1);
c. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang
bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1);
d. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1); dipidana
denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka semua ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan tenaga kesehatan yang telah ada masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini.
JENIS TENAGA KESEHATAN.
Pasal 2 pp Nomor 32 Tahun 1996 menyebutkan :
1. Tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Tenaga medis ;
b. Tenaga Keperawatan ;
c. Tenaga Kefarmasian ;
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat ;
e. Tenaga Gizi ;
f. Tenaga Keterapian Fisik ;
g. Tenaga Keteknisan Medik.
2.

medis meliputi dokter dan dokter gigi.

3. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.


4. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.
5. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiologi kesehatan, penyuluhan kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.
6. Tenaga gizi rneliputi nutrisionis dan dietisien.
7. Tenaga keterapian fisik meiiputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis wicara.
8. Tenaga keteknisan medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan
perekam medis.

SANKSI PIDANA.
Pasal 322 Kitab Undang undang Hukum Pidana ( KUHP ) menyebutkan bahwa :
1) Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia, yang menurut jabatan atau
pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, ia di wajibkan untuk
menyimpannya, dihukum dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda
paling banyak sembilan ribu rupiah.
2) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seseorang tertentu, nraka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang itu.
SANKSI HUKUM
Setiap tenaga kesehatan yang mempunyai kewajiban untuk menyimpan rahasia tentang
penyakit pasien beserta data data medisnya dapat dijatuhi sanksi pidana, sanksi perdata
maupun sanksi administratif, apabila dengan sengaja membocorkan rahasia tersebut tanpa
alasan yang sah, sehingga pasien menderita kerugian akibat tindakan tersebut. Akibat yang
mungkin timbul karena pembocoran rahasia ini, misalnya :
Tidak jadi menerima santunan asuransi karena pihak asuransi membatalkan keputusannya
setelah mendapat informasi tentang penyakit yang diderita oleh calon kliennya.
Tidak jadi menikah, karena salah satu pihak mendapat informasi mengenai penyakit yang
diidap oleh calon pasangannya.

Terjadinya perceraian . karena salah satu pihak mengetahui penyakit yang diidap oieh
pasangannya.

Seorang pemimpin kalah dalam percaturan politik karena lawan politiknya mendapat
inforrnasi mengenai penyakit yang diidapnya.
Merugikan negara, apabila informasi yang dibocorkan itu merupakan rahasia negara.
SANKSI ADMINISTRATIF
Sanksi administratif untuk tenaga kesehatan sehubungan dengan peraturan tentang rekam
medis diatur dalam pasal 20 PERMENKES Tentang Rekam Medis yang berbunyi :
Pelanggaran terhadap ketentuan ketentuan dalam peraturan ini dapat dikenakan sanksi
administratif mulai dari teguran sampai pencabutan ijin.
CATATAN PENULIS :
Pasal ini berlaku bagi orang yang membocorkan rahasia pekerjaannya maupun rahasia
jabatan ( dan atau rahasia jabatan ).

1) Pasal ini berlaku bagi orang yang membocorkan rahasia pekerjaannya dan atau rahasia
jabatan, baik yang sekarang maupun yang telah lalu, karena dia pindah pekerjaan atau
telah pensiun.
2) Ayat ( 2 ) menunjukkan bahwa delik ini adalah delik aduan, dimana perkara itu tidak dapat
diusust tanpa pengaduan dari orang yang dirugikan. Pengaduan itu dapat dicabut kembali,
selama belum diajukan ke sidang pengadilan. Namun demikian, pada pasal 4 Penjelasan
PP

Nomor

10

Tahun

1996

disebutkan

bahwa

Demi kepentingan umum Menteri Kesehatan dapat bertindak terhadap pembocoran


rahasia kedokteran, meskipun tidak ada suatu pengaduan. Sebagai contoh : Seorang
pejabat kedokteran berulangkali mengobrolkan di depan orang banyak tentang keadaan
dan tingkah laku pasien yang diobatinya. Dengan demikian la telah merendahkan martabat
jabatan kedokteran dan mengurangi kepercayaan orang kepada pejabat pejabat
kedokteran.
3) Pasal 112 KUHP.
Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan atau mengabarkan atau menyampaikan
surat, kabar dan keterangan tentang suatu hal kepada negara asing, sedang diketahuinya
bahwa surat, kabar atau keterangan iiu harus dirahasiakan demi kepentingan negara, maka
ia dihukum dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun .
SANKSI PERDATA
Pembocoran rahasia tentang penyakit pasien termasuk data-data medisnya,
mengakibatkan kerugian terhadap pasien, keluarganya inaupun orang lain yang berkaitan
dengan hal tersebut, maka orang yang membocorkan rahasia itu dapat digugat secara
perdata untuk mengganti kerugian. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Tentang
Kesehatan maupun dalam Kitab Undang Undang Hukum Sipil atau Perdata ( KUHS ).
Pasal 55 Undang Undang Tentang kesehatan menyebutkan bahwa :
a) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan.
b) Ganti rugi sebagainrarra dimaksud dalam ayat ( 1 ) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c) Pasal 1365 KUHS. Setiap perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian
bagi orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya nrengakibatkan kerugian
itu, mengganti kerugian tersebut .

d) Pasal 1366 KUHS. Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian karena
perbuatannya, tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati
hatin ya .
e) Pasal 1367 KUHS. Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatan sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang di.sebabkan karena
perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang
yang dibawah kekuasaannya .
Karena keterbatasan ketentuan makalah yang kami susun, maka kami penyusun hanya
menjelaskan dan memaparkan keputusan dan ketentuan undang-undang tersebut dengan
secara ringkas saja.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data kajian yang telah kita peroleh dapat disimpulkan bahwa hukum kesehatan
memegang peran penting dalam berbagai segi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang, yang merupakan bagian
integral dari kesejahteraan, diperlukan dukungan hukum bagi penyelenggaraan berbagai
kegiatan di bidang kesehatan. Dan tentunya hukum kesehatan tersebut tidak terlepas dari
landasan-landasan hukum, profesi, etika dan sumpah beserta peraturan undang-undang yang
berlaku.
Demikianlah hasil dari makalah yang kami buat selama lebih kurang 1 (satu) minggu
dalam rangka memperdalam wawasan kami tentang Hukum Kesehatan. Semoga dengan
terbentuknya makalah ini, kami dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada semua
orang yang membacanya dan terutama bagi mahasiswa dan mahasiswi fakultas hukum
Universitas Gunung Rinjani. Kami juga berharap bahwa terbentuknya makalah ini, semua
orang yang membutuhkan informasi yang terkait dengan hukum kesehatan menjadi tertolong
dan tidak kesulitan mencari informasi yang dibutuhkan. Makalah ini kami persembahkan bagi
perkembangan struktur pendidikan, semoga apa yang tertulis dalam makalah ini selalu abadi
dan memberikan berkah yang tiada hentinya dalam kehidupan kita bersama.
Terima kasih atas segala pihak dan dosen pembimbing beserta teman-teman yang telah
memberikan informasi dan sangat membantu terbentuknya makalah ini serta semoga bantuan
tersebut menjadi tidak sia-sia nantinya.

Penulis

DAFTAR PUSTAKA
1. Hermien Hadiati Koeswadji, 1998, Hukum Kedokteran, Studi Tentang Hubungan Hukum
Dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 22.
2. Roscam Abing, 1998, Health, Human Rights and Health Law The Move Towards
Internationalization With Special Emphasis on Europe dalam journal International Digest of
Health Legislations, Vol 49 No. 1, 1998, Geneve, hal 103 dan 107.
3. HJJ. Leenen, 1981, Recht en Plicht in de Gezondheidszorg, Samson Uitgeverij, Alphen aan
den Rijn/Brussel.
4. Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) http://www.ilmukesehatan.com/
5. PP RI No.32 Tahun 1996 tentang : Tenaga kesehatan, rahman7syamsuddin@blogpot.com

Anda mungkin juga menyukai