NURLINDA S.Kep.Ns
P2MK 14.01.04.215
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.... 3
B. Maksud dan Tujuan. 4
C. Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah.. 5
D. Metode... 5
E. Teori.... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Kesehatan.......
25
33
Daftar Pustaka..
34
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu
tanpa ada halangan sedikitpun. Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan referensi
bagi para mahasiswa yang membutuhkan ilmu tambahan tentang Hukum Kesehatan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada orang tua yang telah memberikan dukungan bagi kami. Serta tak lupa
teman teman yang ikut bekerja sama menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing dan para
mahasiswa-mahasiswi serta para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Karena kesalahan
adalah milik semua orang dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga makalah ini
dapat berguna dan membantu proses pembelajaran terima kasih.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Makassar, 22 Desember 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era reformasi saat ini, hukum memegang peran penting dalam berbagai segi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi setiap orang, yang merupakan bagian integral dari kesejahteraan, diperlukan dukungan
hukum bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang kesehatan. Perubahan konsep
pemikiran penyelenggaraan pembangunan kesehatan tidak dapat dielakkan. Pada awalnya
pembangunan kesehatan bertumpu pada upaya pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan, bergeser pada penyelenggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh dengan
penekanan
pada
Paradigma
ini
upaya
dikenal
pencegahan
dalam
penyakit
kalangan
dan
kesehatan
peningkatan
sebagai
kesehatan.
paradigma
sehat.
Sebagai konsekuensi logis dari diterimanya paradigma sehat maka segala kegiatan apapun
harus berorientasi pada wawasan kesehatan, tetap dilakukannya pemeliharaan dan
peningkatan kualitas individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungan dan secara terus
menerus memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau
serta
mendorong
kemandirian
masyarakat
untuk
hidup
sehat.
Secara ringkas untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang maka
harus secara terus menerus dilakukan perhatian yang sungguh-sungguh bagi penyelenggaraan
pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan, adanya jaminan atas pemeliharaan
kesehatan, ditingkatkannya profesionalisme dan dilakukannya desentralisasi bidang
kesehatan. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah barang tentu memerlukan perangkat hukum
kesehatan yang memadai. Perangkat hukum kesehatan yang memadai dimaksudkan agar
adanya kepastian hukum dan perlindungan yang menyeluruh baik bagi penyelenggara upaya
kesehatan maupun masyarakat penerima pelayanan kesehatan. Pertanyaan yang muncul
adalah siapa saja tenaga kesehatan itu dan keterkaitannya dengan sumpah atau kode etik
tenaga kesehatan dokter dan bidan, Dan apakah yang dimaksud dengan hukum kesehatan, apa
yang menjadi landasan hukum kesehatan, materi muatan peraturan perundang-undangan
bidang kesehatan, dan hukum kesehatan di masa mendatang. Diharapkan jawaban atas
pertanyaan tersebut dapat memberikan sumbangan pemikiran, baik secara teoritikal maupun
praktikal terhadap keberadaan hukum kesehatan. Untuk itu dilakukan kajian normatif, kajian
yang mengacu pada hukum sebagai norma dengan pembatasan pada masalah kesehatan secara
umum melalui tradisi keilmuan hukum. Dalam hubungan ini hukum kesehatan yang dikaji
dibagi dalam 3 (tiga) kelompok sesuai dengan tiga lapisan ilmu hukum yaitu dogmatik
hukum, teori hukum, dan filsafat hukum. Selanjutnya untuk memecahkan isu hukum,
pertanyaan hukum yang timbul maka digunakan pendekatan konseptual, statuta, historis,
dogmatik, dan komparatif. Namun adanya keterbatasan waktu maka kajian ini dibatasi hanya
melihat peraturan perundang-undangan bidang kesehatan.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian hukum kesehatan, landasan hukum kesehatan, dan siapa saja
tenaga kesehatan dan etika profesi serta kode etik kesehatan,
2. Untuk mengetahui peraturan-peraturan pemerintah dan Undang-undang tentang tenaga
kesehatan,
3. Memberikan informasi mengenai perkembangan up-to-date dalam regulasi hukum
kesehatan, khususnya regulasi pelayanan kesehatan.
4. Memberikan pemahaman secara sistematis mengenai
hukum
kesehatan
dan
C. Rumusan Makalah
Rumusan makalah meliputi :
1. Pengertian hukum kesehatan,
2. Landasan hukum kesehatan,
3. Siapa saja tenaga kesehatan itu? Dan Keterkaitan tenaga kesehatan, Etika profesi serta
kode etik tenaga kesehatan, dan sumpah tenaga kesehatan,
4. Peraturan pemerintah No.32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
D. Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah ; kami penulis secara
langsung maupun tidak langsung mencari sumber informasi baik dari media cetak, internet
dan buku-buku studi pustaka yang berhubungan dengan pembahasan makalah yang kami
susun, serta pemaparan materi, Tanya-jawab dan diskusi kepada berbagai pihak yang
bersangkutan, agar makalah yang kami susun ini agar lebih kompetitif baik dari segi hukum
kesehatannya, peraturan-perturan undang-undang yang berlaku, serta teori-teori pendukung
untuk makalah yang kami susun.
E. Teori.
Teori-teori yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah : teori yang kami
ambil dari metode penulisan di atas, dan pemaparan materi, dikusi serta petunjuk yang di
berikan dosen pembimbing dan refrensi yang kami ambil dari studi pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian hukum kesehatan
Pengertian Hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan. hal tersebut menyangkut hak dan kewajiban
menerima pelayanan kesehatan (baik perorangan dan lapisan masyarakat) maupun dari
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasinya, sarana, standar
pelayanan medik dan lain-lain. Sebagai subjek hukum, pelaku di sektor kesehatan seperti
dokter, dokter gigi, direktur RS, kepala dinas kesehatan, kepala bidang, kepala Puskesmas
selalu melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum yang dilakukan apabila bertentangan
dengan regulasi yang berlaku maka akan menimbulkan adanya sanksi hukum. Setiap subject
hokum di bidang kesehatan harus memahami mengenai hukum kesehatan. Kurangnya
pemahaman terhadap hukum kesehatan mengakibatkan sering terjebak dalam perbuatan
hukum yang dilakukannya.
dengan
jiwa
dan
fisik
manusia,
serta
lingkungannya.
k. Dokter Gigi,
l. Dokter Spesialis,
m. Dokter Gigi Spesialis,
n. Akupunkturis,
o. Terapis Wicara dan,
p. Okupasi Terapis.
1. Etika Kesehatan
a. Etika dan etiket
1) Pengertian ETIKA : Berasal dari bahasa Inggris ethics adalah istilah yang muncul dari
aristoteles, asal kata ethos yaitu adat, budi pekerti. Etika pada umumnya adalah setiap
manusia mempunyai hak kewajiban untuk menentukan sendiri tindakan-tindakannya dan
mempertanggung jawabkanya dihadapan tuhan.
2)
Pengertian ETIKET etiket yaitu cara melakukan perbuatan sesuai dengan Etika yang
berlaku
Etika menetapkan norma perbuatan apakah perbuatan itu dapat dilakukan atau tidak,cth
masuk tanpa izin tdk boleh. Sedangkan Etiket menetapkan cara melakukan perbuatan
sesuai dengan yang diinginkan, masuk kerumah org mengetuk pintu atau/dan salam.
Etika berlaku tidak bergantung pd ada tidaknya org,cth larangan mencuri walau tdk ada
org. sedangkan etiket berlaku jika ada org.cth org makan pakai baju tdk ada org tdk apa2.
Etika bersifat absolut tdk dpt ditawar cth mencuri&membunuh , sedangkan Etiket bersifat
relatif cth koteka wajar dipapua, diaceh wajib menutup aurat.
Etika memandang manusia dari segi dalam (batiniah) cth: org-org bersifat baik tidak
munafik.sedangkan etiket memandang manusia dari segi luar(lahiriah).cth: bersifat sopan
dan santun tp munafik.
(latin)
objek
etika
(yunani)
yang
berarti
adat
kebiasaan,
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus masyarakat. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik
secara perseorangan dan langsung atau bersama-sama dalam bentuk kelembagaan, sikap
kritis terhadap dunia dan ideologi, dan tanggung jawab manusia terhadap lainnya.
Nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang
diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Penilaian Etika itu di dasarkan pada beberapa factor yaitu :
1). Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau jahat, susila
atau tidak susila.
2). Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah mendarah
daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila
telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti
Drs.Burhanuddin Salam menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga)
tingkat :
1) Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana
dalam hati, niat.
2) Tingkat Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
3) Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
NILAI DALAM FILSAFAT
1) Nilai Logika : akal. Nilainya benar atau salah ex: perbuatan mencuri
2) Nilai Estetika : penglihatan. Nilainya indah atau Jelek ex:Lukisan Gadis Telanjang
3) Nilai Etika : tingkah laku. Nilainya baik atau buruk ex: goyang Dewi Persik Contoh :
KODE ETIK PNS
khusus
Universal,
HAM
tidak
dapat
hakiki,
berlaku
dicabut,
artinya
umum
HAM
tanpa
tidak
HAM
sudah
memandang
dapat
ada
sejak
lahir
status,suku
bangsa,
gender
diserahkan
pada
pihak
tidak dapat dibagi, semua orang mendapatkan semua hak, baik politik,ekonomi, sosbud.
lain
hak
memperoleh pendidikan
b. Hak dan Kewajiban, Hak (UU no 36 thn 2009 psl 4-8)
Setiap orang berhak atas:
1. kesehatan.
2. akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
3. pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
4. menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
5. lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.
6. informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
7. informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah
maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
Kewajiban (UU no 36 thn 2009 psl 9-13) ;
a) mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
b) menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik,
biologi, maupun sosial.
c) berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan
yang setinggi-tingginya.
d) menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung
jawabnya.
e) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
c.Hak dan Kewajiban dalam Profesi
Pasal 27
a. Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
Hak-hak Responden
1. Penghargaan kebebasan pribadi-nya
2. Merahasiakan informasi yang diberikan
3. Memperoleh jaminan keamanan dan keselamatan akibat dari informasi yang diberikan
4. Memperoleh imbalan dan kompensasi
Kewajiban responden
Memberikan informasi yang diperlukan peneliti
2) Hak dan kewajiban peneliti
Hak responden : Memperoleh informasi yang dibutuhkan sejujur-jujurnya
Kewajiban peneliti
1. Menjaga kerahasian responden,
2. Menjaga privacy responden,
3. Memberikan kompensasi.
4
a. Kode Etik,
SIFAT DAN SUSUNAN KODE ETIK , Kode etik harus memiliki sifat-sifat antara lain
(1) Harus rasional,
(2) harus konsisten, tetapi tidak kaku, dan
(3) harus bersifat universal.
Kode etik profesi terdiiri atas
1. aturan kesopanan dan;
2. aturan kelakuan dan;
3. sikap antara para anggota profesi.
b. Fungsi Kode Etik Profesi,
Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu :
1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah,
2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi,
3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
c. Standar Profesi.
1) Memberikan pelayanan (service) pada orang segera langsung (yang umumnya bersifat
konfidental),
Berbuat secara teliti dan seksama dikaitkan kelalaian tdk teliti atau berhati-hati unsur
kelalaian terpenuhi , sangat tdk teliti atau hati-hati,
Seorang tenaga kesehatan harus berpedoman pada : Kewenangan, Kemampuan ratarata,dan Ketelitian umum.
Unsur tindakan medis
1) Dilakukan oleh dokter yang sudah lulus,
2) Kepada pasien harus diberikan informasi yang sejelas jelasnya dan menyetujui
dilakukannya tindakan medis tersebut,
3) Harus ada indikasi medis yang merupakan titik awal dari segala tindakan medis
selanjutnya,
4) Sang dokter harus dapat merumuskan tujuan pemberian pengobatannya, disamping juga
harus mempertimbangkan alternatif lain selain yang dipilihnya,
5) Segala tindakannya harus selalu ditujukan kepada kesejahteraan pasiennya.
HAK DOKTER: Menurut psl 50 UU No.29 Th 2004
1) memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi medis dan standar prosedur operasional;
2) memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional;
3) memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya
4) menerima imbalan jasa.
KEWAJIBAN KEWAJIBAN DOKTER : AEGROTI SALUS LOX SUPREME
keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi ( utama ) .
Menurut Leenen :
1) Kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana dokter harus bertindak sesuai
dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek kedokterannya,
2) Kewajiban untuk menghormati hak hak pasien yang bersumber dari hak - hak asasi
dalam bidang kesehatan
3) Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan
UU KESEHATAN No.23 Th 2003
Pasal 50 dan 51
1) Tenaga kesehatan menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan
keahlian dan kewenangannya
2) Mematuhi standar profesi medis dan menghormati hak pasien
HAK PASIEN : UU No. 23 Th 1992 ttg Kesehatan psl 53 (2)
1. Hak atas informasi
2. Hak memberikan persetujuan
pasien
UU
No.29
Th
2004
(PRADOKS)
Pasal 53
1.Memberi informasi yg lengkap dan jujur ttg masalah kesehatannya
2.Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter/dokter gigi
3.Mematuhi ketentuan yg berlaku di sarana pelayanan kesehatan
4.Memberi imbalan jasa atas pelayanan yg diterima
Kode Etik perawat
Kode Etik bidan
Kode Etik Kesehatan &Keselamatan Kerja
Kode Etik Sanitarian(Ahli Kes. Lingkungan)
l) menjunjung tinggi, tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan
budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
b) menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
c) menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
d) menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini,
e) mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain
atau membuat rujukan bila diperlukan,
f) melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban
senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
g) berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya
berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
h) membantu pemerintah dalam melaksanakan upaya-upaya perbaikan gizi masyarakat.
Penyuluh kesehatan masyarakat
Profesi
PKM
(Health
Education
Specialis)
adalah
seseorang
yang
d) Tidak membeda-bedakan individu berdasrkan ras, warna kulit, bangsa, agama, usia, jenis
kelamin, status social ekonomi dalam menyumbangkan pelayanan-pekerjaan, pelatihan
atau dalam meningkatkan kemajuan orang lain.
e) Menjaga kemitraan klien ( individu, kelompok, institusi) yang dilayani. Kode Etik Profesi
PKM.
f) Menghargai hak pribadi (privacy), martabat (dignity), budaya dan harga diri setiap
individu, dan menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-nilai secara
konsisten.
g) Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
h) Mematuhi prinsip informed consent sebagi penghargaan terhadap klien.
i) Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang mengasuh/memelihara
pertumbuhan dan perkembangan individu.
j) Bertanggung jawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai dengan
pertimbangan mal praktek yang dilakukan.
6. PROBLEMATIKA KODE ETIK KESMAS
a. Penegakan kode etik : Bentuk Penegakan kode etik
1. Pelaksanaan kode etik
2. Pengawasan kode etik
3. Penjatuhan saksi kode etik
Menurut Noto Hamidjo 4 norma dalam penegakan kode etik:
1) kemanusiaan
2) Keadilan
3) Kepatutan
4) kejujuran
Sanksi kode etik
1) Teguran baik lisan maupun tulisan
2) Mengucilkan pelanggar dari kelompok profesi
3) Memberlakukan tindakan hukum dengan sanksi keras
b. Faktor penghambat kode etik
1. Pengaruh Sifat Kekeluargaan
2. Pengaruh jabatan
3. Pengaruh konsumerisme
4. Karena lemah iman
Dengan mengucapkan sumpah atau janji seperti tersebut di atas, maka seorang
dokter atau seorang perawat diwajibkan untuk menyimpan rahasia sehubungan dengan
pekerjaannya. Kewajiban ini disebut sebagai kewajiban menyimpan rahasia pekerjaan.
Maksud daripada ketentuan ini adalah keharusan bagi yang bersangkutan untuk tetap
memegang teguh kewajiban itu, walaupun ia tidak menjadi / berstatus pegawai negeri atau
anggota ABRI.
RAHASIA JABATAN.Rahasia jabatan ialah segala sesuatu yang diketahui dan harus
dirahasiakan sehubungan dengan jabatannya sebagai pegawai negeri sipil atau anggota
ABRI, karena sebelum diangkat sebagai pegawai tetap, yang bersangkutan harus
mengucapkan sumpah jabatan. CONTOH : Lafal sumpah pegawai negeri : Saya akan
memegang rahasia sesuatu yang nrenurut sifatnya atau menurut perintah, harus saya
rahasiakan.
PERHATIAN : Kewajiban menyimpan rahasia pasien harus tetap dipegang, meskipun
pasien tersebut telah meninggal dunia
D. Peraturan
pemerintah
No.32
tahun
1996
tentang
tenaga
kesehatan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan (lembaga Negara Tahun 1992
Nomor 100, Tambahan Lembaga Negara Nomor 3495).
a. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan;
b. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan;
c. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan
yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat;
d. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
1) PERSYARATAN
Pasal 3 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.
2) Pasal 4
a. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang
bersangkutan memiliki ijin dari Menteri.
b. Dikecualikan
dari
pemilikan
ijin
sebagaimana
dimaksud
dalam
Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
oleh Menteri.
3) Pasal 5
a) Selain ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), tenaga medis dan tenaga
kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya
kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi.
b) Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
oleh Menteri.
PERENCANAAN, PENGADAAN DAN PENEMPATAN
1. Bagian Kesatu ( Perencanaan)
Pasal 6
a) Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat.
b) Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
nasional tenaga kesehtan.
c) Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan factor:
-
Sarana kesehatan;
Jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Perencanaan nasional tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat
Pasal 8
Pasal 9
a) Pelatihan
di
bidang
kesehatan
diarahkan
untuk
meningkatkan
keterampilan
Pasal 10
a) Setiap teaga kesehtan memiliki kesempayan yang sama untuk mengikuti pelatihan di
bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.
b) Penyelenggara dan/atau pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas pemberian
kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan dan/atau bekerja pada sarana
kesehatan yang bersangkutan untuk meningkatkan keterampilan atau pengetahuan melalui
pelatihan dibidang kesehatan.
-
Pasal 11
a) Pelatihan di bidang kesehatan dilaksanakan dib alai pelatihan tenaga kesehatan atau
tempat pelatihan lainnya.
b) Pelatihan di bidang kesehatan dapat diselenggarakan oleh Pemerinah dan/atau masyarakat.
-
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Tidak sesuai dengan arah pelatihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1);
Pasal 16
Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab menteri.
Pasal 17
Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan dengan
memperhatikan:
a. Kondisi wilayah dimana tenaga kesehatan yang berssangkutan ditempatkan;
b. Lamanya penempatan;
c. Jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;
d. Prioritas sarana kesehatan.
Pasal 18
a) Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan pada:
-
Sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang ditunjuka oleh Pemerintah;
Pasal 19
a) Tenaga kesehatan yang telah melaksanakan masa bakti diberikan surat keterangan dari
menteri.
b) Surat keterangan sebgaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan persyaratan bagi tenaga
kesehatan untuk memperoleh ijin menyelenggarakan upaya kesehatan pada sarana
kesehatan.
c) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian surat keterangan sebagimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur oleh Menteri.
Pasal 20
Status tenaga kesehatan dalam penempatan tenaga kesehatan dapat berupa:
a. pegawai negeri; atau
b. pegawai tidak tetap.
Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan;
2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh
Menteri.
Pasal 23
a)
Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mengakibatkan terganggunya
kesehatan, cacat atau kematian yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian.
b) Ganti rugi sebagimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
2
Perlindungan Hukum
Pasal 24
(a) Perlindungan hokum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya
sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.
(b) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh
Menteri.
PENGHARGAAN
Pasal 25
1) Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan atas dasar prestasi kerja,
pengabdian, kesetiaan, berjasa pada Negara atau menninggal dunia dalam melaksakan
tugas diberikan penghargaan.
2)
Penghargaan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan oleh Pemerintah
dan/atau masyarakat.
3) Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa, uang atau bentuk lain.
IKATAN PROFESI
Pasal 26
a) Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan
dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan martabat dan kesejahteraan
tenaga kesehatan.
b) Pembentukan ikatan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING
Pasal 27
a) Tenaga kesehatan warga Negara asing hanya dapat melakukan upaya kesehatan atas dasar
ijin dari Menteri.
b) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
oleh Menteri dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang tenaga kerja asing.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
1. Pembinaan
Pasal 28
-
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melaluui pembinaan karier,
disiplin dan teknis profesi tenaga kesehatan.
Pasal 29
-
Pembinaan karier tenaga kesehatan meliputi kenaikan pangkat, jabatan dan pemberian
penghargaan.
Pembinaan karier tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 30
Pasal 31
-
Pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan melalui:
a. Bimbingan;
b. Pelatihan di bidang kesehatan;
c. Penetapan standar profesi tenaga kesehatan
Pengawasan
KETENTUAN PIDANA
Pasal 34
Barang siapa dengan sengaja menyelenggarakan pelatihan di bidang kesehatan tanpa ijin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), dipidana sesuai dengan ketentuan Pasal
84 Undang-undangan Nomor 23 tahun 1992 tantang kesehatan.
Pasal 35
Berdasarkan ketentuan Pasal 86 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, barang siapa dengan sengaja:
a. Melakukan upaya kesehatan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1);
b. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukan adaptasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (1);
c. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang
bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1);
d. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1); dipidana
denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka semua ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan tenaga kesehatan yang telah ada masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini.
JENIS TENAGA KESEHATAN.
Pasal 2 pp Nomor 32 Tahun 1996 menyebutkan :
1. Tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Tenaga medis ;
b. Tenaga Keperawatan ;
c. Tenaga Kefarmasian ;
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat ;
e. Tenaga Gizi ;
f. Tenaga Keterapian Fisik ;
g. Tenaga Keteknisan Medik.
2.
SANKSI PIDANA.
Pasal 322 Kitab Undang undang Hukum Pidana ( KUHP ) menyebutkan bahwa :
1) Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia, yang menurut jabatan atau
pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, ia di wajibkan untuk
menyimpannya, dihukum dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda
paling banyak sembilan ribu rupiah.
2) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seseorang tertentu, nraka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang itu.
SANKSI HUKUM
Setiap tenaga kesehatan yang mempunyai kewajiban untuk menyimpan rahasia tentang
penyakit pasien beserta data data medisnya dapat dijatuhi sanksi pidana, sanksi perdata
maupun sanksi administratif, apabila dengan sengaja membocorkan rahasia tersebut tanpa
alasan yang sah, sehingga pasien menderita kerugian akibat tindakan tersebut. Akibat yang
mungkin timbul karena pembocoran rahasia ini, misalnya :
Tidak jadi menerima santunan asuransi karena pihak asuransi membatalkan keputusannya
setelah mendapat informasi tentang penyakit yang diderita oleh calon kliennya.
Tidak jadi menikah, karena salah satu pihak mendapat informasi mengenai penyakit yang
diidap oleh calon pasangannya.
Terjadinya perceraian . karena salah satu pihak mengetahui penyakit yang diidap oieh
pasangannya.
Seorang pemimpin kalah dalam percaturan politik karena lawan politiknya mendapat
inforrnasi mengenai penyakit yang diidapnya.
Merugikan negara, apabila informasi yang dibocorkan itu merupakan rahasia negara.
SANKSI ADMINISTRATIF
Sanksi administratif untuk tenaga kesehatan sehubungan dengan peraturan tentang rekam
medis diatur dalam pasal 20 PERMENKES Tentang Rekam Medis yang berbunyi :
Pelanggaran terhadap ketentuan ketentuan dalam peraturan ini dapat dikenakan sanksi
administratif mulai dari teguran sampai pencabutan ijin.
CATATAN PENULIS :
Pasal ini berlaku bagi orang yang membocorkan rahasia pekerjaannya maupun rahasia
jabatan ( dan atau rahasia jabatan ).
1) Pasal ini berlaku bagi orang yang membocorkan rahasia pekerjaannya dan atau rahasia
jabatan, baik yang sekarang maupun yang telah lalu, karena dia pindah pekerjaan atau
telah pensiun.
2) Ayat ( 2 ) menunjukkan bahwa delik ini adalah delik aduan, dimana perkara itu tidak dapat
diusust tanpa pengaduan dari orang yang dirugikan. Pengaduan itu dapat dicabut kembali,
selama belum diajukan ke sidang pengadilan. Namun demikian, pada pasal 4 Penjelasan
PP
Nomor
10
Tahun
1996
disebutkan
bahwa
d) Pasal 1366 KUHS. Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian karena
perbuatannya, tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati
hatin ya .
e) Pasal 1367 KUHS. Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatan sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang di.sebabkan karena
perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang
yang dibawah kekuasaannya .
Karena keterbatasan ketentuan makalah yang kami susun, maka kami penyusun hanya
menjelaskan dan memaparkan keputusan dan ketentuan undang-undang tersebut dengan
secara ringkas saja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data kajian yang telah kita peroleh dapat disimpulkan bahwa hukum kesehatan
memegang peran penting dalam berbagai segi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang, yang merupakan bagian
integral dari kesejahteraan, diperlukan dukungan hukum bagi penyelenggaraan berbagai
kegiatan di bidang kesehatan. Dan tentunya hukum kesehatan tersebut tidak terlepas dari
landasan-landasan hukum, profesi, etika dan sumpah beserta peraturan undang-undang yang
berlaku.
Demikianlah hasil dari makalah yang kami buat selama lebih kurang 1 (satu) minggu
dalam rangka memperdalam wawasan kami tentang Hukum Kesehatan. Semoga dengan
terbentuknya makalah ini, kami dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada semua
orang yang membacanya dan terutama bagi mahasiswa dan mahasiswi fakultas hukum
Universitas Gunung Rinjani. Kami juga berharap bahwa terbentuknya makalah ini, semua
orang yang membutuhkan informasi yang terkait dengan hukum kesehatan menjadi tertolong
dan tidak kesulitan mencari informasi yang dibutuhkan. Makalah ini kami persembahkan bagi
perkembangan struktur pendidikan, semoga apa yang tertulis dalam makalah ini selalu abadi
dan memberikan berkah yang tiada hentinya dalam kehidupan kita bersama.
Terima kasih atas segala pihak dan dosen pembimbing beserta teman-teman yang telah
memberikan informasi dan sangat membantu terbentuknya makalah ini serta semoga bantuan
tersebut menjadi tidak sia-sia nantinya.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
1. Hermien Hadiati Koeswadji, 1998, Hukum Kedokteran, Studi Tentang Hubungan Hukum
Dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 22.
2. Roscam Abing, 1998, Health, Human Rights and Health Law The Move Towards
Internationalization With Special Emphasis on Europe dalam journal International Digest of
Health Legislations, Vol 49 No. 1, 1998, Geneve, hal 103 dan 107.
3. HJJ. Leenen, 1981, Recht en Plicht in de Gezondheidszorg, Samson Uitgeverij, Alphen aan
den Rijn/Brussel.
4. Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) http://www.ilmukesehatan.com/
5. PP RI No.32 Tahun 1996 tentang : Tenaga kesehatan, rahman7syamsuddin@blogpot.com