Anda di halaman 1dari 20

KARIES GIGI

1.1 Definisi Karies Gigi


Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya
kebusukan. Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,
dentin dan cementum yang merupakan suatu proses kronis, regresif yang
dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya
keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh
pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan bagi bakteri)
Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian
yang dilanjutkan dengan timbulnya distruksi komponen-komponen organik
yang akhirnya terjadi kavitasi.
Karies dentis merupakan proses patologis berupa kerusakan yang
terbatas di jaringan gigi mulai dari email kemudian berlanjut ke dentin.
Karies dentis ini merupakan masalah mulut utama pada anak dan remaja,
periode karies paling tinggi adalah pada usia 4-8 tahun pada gigi sulung dan
usia 12-13 tahun pada gigi tetap, sebab pada usia itu email masih mengalami
maturasi setelah erupsi, sehingga kemungkinan terjadi karies besar. Jika tidak
mendapatkan perhatian karies dapat menular menyeluruh dari geligi yang lain
(Behrman, 2002).
1.2 Epidemiologi
Masalah karies gigi masih mendapat perhatian karena sampai
sekarang penyakit tersebut masih menduduki urutan tertinggi dalam masalah
penyakit gigi dan mulut, yaitu penyakit tertinggi keenam yang dikeluhkan
masyarakat Indonesia dan menempati urutan keempat penyakit termahal
dalam pengobatan.
Berdasarkan survey kesehatan gigi yang dilakukan oleh Direktorat
Kesehatan Gigi Departemen Kesehatan RI pada tahun 1994, ternyata jumlah
masyarakat yang berkunjung maupun pasien yang dirujuk ke rumah sakit
karena menderita penyakit gigi dan mulut akibat karies gigi menduduki
jumlah terbesar yaitu 53,05%. Karies merupakan penyakit yang paling sering

dijumpai di rongga mulut, di Indonesia lebih dari 90% penduduknya


menderita karies.
Karies gigi merupakan penyakit kronis, mengalami proses kerusakan
jaringan yang bila dibiarkan berlanjut akan menyebabkan kehilangan gigi
yang terkena karies tersebut. Karies gigi menyerang semua tingkatan usia dan
semua ras dari seluruh tempat di dunia. Sehingga karies gigi telah menjadi
masalah umum masyarakat, universal dan perlu mendapat perhatian yang
serius karena prevalensinya yang cepat meningkat di banyak negara.
Hasil penelitian Nurmala Situmorang (2004) di 2 Kecamatan Kota
Medan menyatakan bahwa status kesehatan gigi dan mulut penduduk masih
buruk. Hal ini dapat dilihat dari tingginya prevalensi karies gigi dengan
DMF-T 80,83% responden mempunyai gigi dengan lesi karies 50,83%
responden gigi dicabut dan hanya 21,11% gigi ditambal.
Berdasarkan penelitian Al-Malik (2006) di Saudi Arabia, dari 300
sampel anak-anak dengan usia 6-7 tahun terdapat 288 anak (96%) terkena
karies gigi, dan hanya 12 orang (4%) yang tidak terkena karies gigi. Dari 288
sampel yang terkena karies tersebut terdapat 146 (50,7%) laki-laki dan 142
(49,3%) perempuan.
1.3 Anatomi gigi
1.3.1 Bagian Gigi
Gigi mempunyai beberapa bagian, yaitu:
a. Bagian akar gigi, adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam
tulang rahang dikelilingi (dilindungi) oleh jaringan periodontal.
b. Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat dilihat.
c. Cusp adalah tonjolan runcing atau tumpul yang terdapat pada
mahkota.

Gambar 1.1. Anatomi Gigi


1.3.2

Jaringan Gigi
Gigi terdiri dari beberapa jaringan, yaitu:
a. Enamel
Enamel merupakan bahan yang tidak ada selnya dan juga
merupakan satu-satunya komponen dalam tubuh manusia yang tidak
mempunyai kekuatan reparatif karena itu regenerasi enamel tidak
mungkin terjadi.
Struktur enamel gigi merupakan susunan kimia kompleks,
sebagian besar terdiri dari 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat,
dan fluor), air 1% dan bahan organik 2%, yang terletak dalam suatu
pola kristalin.
Karena susunan enamel yang demikian maka ion-ion dalam
cairan rongga mulut dapat masuk ke enamel bagian dalam dan hal ini
memungkinkan terjadinya transport ion-ion melalui permukaan
dalam enamel ke permukaan luar sehingga akan terjadi perubahan
enamel.
b. Dentin
Seperti halnya enamel, dentin terdiri dari kalsium dan fospor
tetapi dengan proporsi protein yang lebih tinggi (terutama collagen).
Dentin adalah suatu jaringan vital yang tubulus dentinnya berisi
perpanjangan sitoplasma odontoblas. Sel-sel odontoblas mengelilingi
ruang pulpa dan kelangsungan hidupnya bergantung kepada
penyediaan darah dan drainase limfatik jaringan pulpa. Oleh karena
itu dentin peka terhadap berbagai macam rangsangan, misal: panas

dan dingin serta kerusakan fisik termasuk kerusakan yang


disebabkan oleh bor gigi.
c. Cementum
Cementum adalah penutup luar tipis pada akar yang mirip
strukturnya dengan tulang.
d. Pulpa
Pulpa terdapat dalam gigi dan terbentuk dari jaringan ikat yang
berisikan urat-urat syaraf dan pembuluh-pembuluh darah yang
mensuplai dentin. Urat-urat syaraf ini mengirimkan rangsangan,
seperti panas dan dingin dari gigi ke otak, di mana hal ini dialami
sebagai rasa sakit.
Rangsangan yang membangkitkan reaksi pertahanan adalah
rangsangan dari bakteri (pada karies), rangsangan mekanis (pada
trauma, faktur gigi, preparasi kavitas), serta bisa juga disebabkan
oleh rangsangan khemis misalnya asam dari makanan, bahan
kedokteran gigi yang toksik, atau dehidrasi dentin yang mungkin
terjadi pada saat preparasi kavitas/pengeboran gigi.
1.3.3 Permukaan-permukaan Gigi
a. Permukaan oklusal adalah permukaan pengunyahan gigi molar dan
gigi pre-molar.
b. Permukaan mesial adalah permukaan paling dekat garis tengah
tubuh.
c. Permukaan lingual adalah permukaan paling dekat lidah di rahang
bawah, di rahang atas disebut permukaan palatal.
d. Permukaan distal adalah permukaan paling jauh dari garis tengah.
e. Permukaan bukal adalah permukaan paling dekat bibir dan pipi.
f. Tepi insisal adalah gigi-gigi insisivus dan gigi-gigi kaninus
mempunyai tepi potong sebagai pengganti permukaan oklusal.
g. Permukaan proksimal adalah permukaan-permukaan yang
berdekatan letaknya, misalnya: permukaan mesial gigi tertentu dapat
menyentuh permukaan distal gigi sampingnya. Kedua permukaan itu
disebut permukaan proksimal.
1.4 Klasifikasi Karies Gigi

Gambar 1.2 Anatomi Gigi Sehat dan Gigi Karies


1.4.1

Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)


a. Karies Superfisialis
Karies superfisial yaitu karies yang baru mengenai bagian dalam dari
email, belum mengenai dentin dan belum terasa sakit hanya ada
pewarnaan hitam atau cokelat pada email.

Gambar 1.3 Karies Superfisialis


b. Karies Media
Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi)
atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa.
Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan
asam dan manis.

Gambar 1.4 Karies Media


c. Karies Profunda
Merupakan karies yang telah mendekati atau bahkan telah
mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya
terasa sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan apapun. Apabila tidak
segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan untuk

perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karieskaries lainnya.

Gambar 1.5 Karies Profunda


1.4.2

Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya


a. Karies Ringan
Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi
yang paling rentan seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung
jarum yang terdapat pada permukaan oklusal dari gigi molar) dan
fisure (suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan
gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email
(iritasi pulpa).
b. Karies Sedang
Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi
permukaan oklusal dan aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies
sudah mengenai lapisan dentin (hiperemi pulpa).
c. Karies Berat/Parah
Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi
anterior yang biasanya bebas karies. Kedalaman karies sudah
mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun pulpa terbuka (pulpitis
dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior sudah

1.4.3

meluas ke bagian pulpa.


Pembagian lain dari karies berdasarkan lokasi
Karies yang ditemukan di permukaan halus:
a. Karies proksimal
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi.
Tipe ini kadang tidak dapat dideteksi secara visual atau manual
dengan sebuah explorer gigi. Karies proksimal ini memerlukan
pemeriksaan radiografi.

Gambar 1.6 Radiografi karies proksimal


(titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies
proksimal)
b. Karies akar
Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan
biasanya terbentuk ketika permukaan akar telah terbuka karena
resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang
karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan akar
lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel
atau email karena sementumnya demineraliasi pada pH (6,7),
di mana lebih tinggi dari enamel. Karies akar lebih sering
ditemukan di permukaan fasial, permukaan interproksimal, dan
permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi

tersering dari karies akar.


Karies di celah atau fisura gigi
Karies celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura
terbentuk saat perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu,
dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada strutkur
permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies
gigi. Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi
geraham. Karies celah dan fisura terkadang sulit dideteksi. Semakin
berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau
enamel terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah
mencapai dentin pada pertemuan enamel-dental, lubang akan
menyebar secara lateral. Di dentin, proses perlubangan akan
mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.

Gambar 1.7 Celah atau fisura gigi dapat menjadi lokasi karies
1.5 Etiologi Karies Gigi
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti
penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi
selama beberapa kurun waktu. Karies merupakan penyakit multifaktorial
yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies.
Ada 4 (empat) faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host, agen
atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu, yang digambarkan
sebagai empat lingkaran yang bertumpang tindih.

1.5.1

Host (gigi dan saliva)


Komposisi gigi sulung terdiri dari email di luar dan dentin di
dalam. Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding lapisan di
bawahnya, karena lebih keras dan lebih padat. Struktur email sangat
menentukan dalam proses terjadinya karies. Variasi morfologi gigi juga
mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Di ketahui adanya pit dan
fisur pada gigi yang merupakan daerah gigi yang sangat rentan terhadap
karies oleh karena sisa-sisa makanan maupun bakteri akan mudah
tertumpuk disini. Saliva merupakan sistem pertahanan utama terhadap
karies. Saliva disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu glandula
parotida, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis, serta
beberapa kelenjar saliva kecil. Sekresi saliva akan membasahi gigi dan

mukosa mulut sehingga gigi dan mukosa tidak menjadi kering. Saliva
membersihkan rongga mulut dari debris-debris makanan sehingga
bakteri tidak dapat turnbuh dan berkembang biak.
Mineral-mineral

di

dalam

saliva

membantu

proses

remineralisasi email gigi. Enzim-enzim mucine, zidine, dan lysozyme


yang terdapat dalam saliva mempunyai sifat bakteriostatis yang dapat
membuat bakteri mulut menjadi tidak berbahaya. Selain itu, saliva
mempunyai efek bufer yaitu saliva cenderung mengurangi keasaman
plak yang disebabkan oleh gula dan dapat mempertahankan pH supaya
tetap konstan yaitu pH 6-7. Aliran saliva yang baik akan cenderung
membersihkan mulut termasuk melarutkan gula serta mengurangi
potensi kelengketan makanan. Dengan kata lain, sebagai pelarut dan
pelumas.
1.5.2

Substrat atau diet


Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak
karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme
yang ada pada permukaan email. Selain itu, dapat mempengaruhi
metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan
yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan yang aktif yang
menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa
cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang
dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit
atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk
menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam
terjadinya karies.

1.5.3

Mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks
yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak
dibersihkan. Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda.

Pada awal pembentukan plak, bakteri yang paling banyak dijumpai


adalah Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis
dan Stretokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu,
dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa spesies Actinomyces.
Mikroorganisme menempel di gigi bersama plak sehingga plak terdiri
dari mikroorganisme (70 %) dan bahan antar sel (30 %).
1.5.4

Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada
manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral
selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies
tersebut terdiri atas perusakan dan perbaikan yang silih berganti.
Adanya saliva di dalam lingkungan gigi mengakibatkan karies tidak
menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan
dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk
berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48
bulan. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik
untuk menghentikan penyakit ini.

1.6 Faktor Predisposisi Karies


Selain keempat faktor di atas, terdapat juga faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap pembentukan karies yang mungkin tidak sama pada
semua orang. Faktor-faktor resiko tersebut adalah:

1.6.1 Jenis Kelamin


Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Joshi (2005) di India
dari total populasi anak usia 6-12 tahun sebanyak 150 orang, diperoleh
kejadian karies lebih tinggi pada laki-laki yaitu 80% sedangkan
perempuan 73%. Hal ini terjadi karena perempuan lebih memiliki
keinginan untuk menjaga kebersihannya.
1.6.2 Usia
Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan
prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling
10

akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat


karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi
tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi
antagonisnya. Anak mempunyai resiko karies yang paling tinggi ketika
gigi mereka baru erupsi.
1.6.3 Pola makan
Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman
yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies
di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga pH saliva
menurun dan terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30
menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja
menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila
makanan berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka email gigi tidak
akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan
sempurna sehingga terjadi karies.
1.6.4 Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi
rendah dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat
hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Menurut Tirthankar
(2002), ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan.
Pendidikan adalah faktor kedua terbesar yang mempengaruhi status
kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga
akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.
1.6.5 Penggunaan Fluor
Menurut Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa
penggunaan fluor sangat efektif untuk menurunkan prevalensi karies,
walaupun penggunaan fluor tidaklah merupakan satu satunya cara
mencegah gigi berlubang.
Demikian halnya penelitian yang dilakukan Dr. Trendly Dean
dilaporkan bahwa ada hubungan timbal balik antara konsentrasi fluor
dalam air minum dengan prevalensi karies. Penelitian epidemiologi

11

Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies secara optimum dan


terjadinya mottled enamel (keadaan email yang berbintik-bintik putih,
kuning, atau coklat akibat kelebihan fluor/fluorosis) yang minimal
apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm.
1.6.6 Kebersihan Mulut (Oral Higiene)
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam
pembentukan karies adalah plak. Telah dicoba membandingkan insidens
karies gigi selama 2 tahun pada 429 orang mahasiswa yang menyikat
giginya dengan teratur setiap habis makan dengan mahasiswa yng
menyikat giginya pada waktu bangun tidur dan malam pada waktu
sebelum tidur, ternyata bahwa golongan mahasiswa yang menyikat
giginya

secara

teratur

rata-rata

41%

lebih

sedikit

kariesnya

dibandingkan dengan golongan lainnya.


1.6.7 Merokok
Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat
menekan aliran saliva, yang menyebabkan aktivitas karies meningkat.
Dalam hal ini karies ditemukan lebih tinggi pada perokok dibandingkan
dengan bukan perokok.
1.7 Patogenesis Karies Gigi
Karies gigi dimulai dengan kerusakan pada email yang dapat berlanjut
ke dentin. Untuk dapat terjadinya suatu proses karies pada gigi dibutuhkan
empat faktor utama yang harus saling berinteraksi yaitu faktor host, aget,
substrat dan waktu. Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya
plak

beserta

bakteri

penyusunnya.

Dalam proses

terjadinya

kries,

mikroorganisme lactobacillus dan streptococcus mempunyai peranan yang


sangan besar. Proses karies dimulai oleh streptococcus dengan membentuk
asam sehingga menghasilkan pH yang lebih rendah. Penurunan pH tersebut
mendorong laktobacillus untuk memproduksi asam dan menyebabkan
terjadinya proses karies.
Streptococcus memiliki sifat-sifat tertentu yang memungkinkannya
memegang peranan utama dalam proses karies gigi, yaitu memfermentasi
karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan pH turun, membentuk dan
menyimpan polisakarida intraseluler dari berbagai jenis karbohidrat,

12

simpanan ini dapat dipecahkan kembali oleh mikroorganisme tersebut bila


karbohidrat eksogen kurang sehingga dengan demikian menghasilkan asam
terus menerus.
Proses karies gigi diperkirakan sebagai perubahan dinamik antara tahap
demineralisasi dan remineralisasi. Proses demineralisasi merupakan proses
hilangnya sebagian atau keseluruhan dari kristal enamel. Demineralisasi
terjadi karena penurunan pH oleh bakteri kariogenik selama metabolisme
yang menghasilkan asam organik pada permukaan gigi dan menyebabkan ion
kalsium, fosfat dan mineral yang lain berdifusi keluar enamel membentuk lesi
di bawah permukaan. sedangkan proses remineralisasi adalah proses
pengembalian ion-ion kalsium dan fosfat yang terurai ke luar enamel atau
kebalikan reaksi demineralisasi dengan penumpatan kembali mineral pada
lesi dibawah permukaan enamel. Remineralisasi terjadi jika asam pada plak
dinetralkan oleh saliva, sehingga terjadi pembentukan mineral baru yang
dihasilkan oleh saliva seperti kalsium dan fosfat menggantikan mineral yang
telah hilang dibawah permukaan enamel.
Proses remineralisasi dan demineralisasi terjadi secara bergantian
didalam rongga mulut selama mengkonsumsi makanan dan minuman. Lesi
awal karies dapat mengalami remineralisasi tergantung pada beberapa faktor
diantaranya diet, penggunaan fluor dan keseimbanhan pH saliva. Jika lapisan
tipis enamel masih utuh, lesi awal karies akan mengalami remineralisasi
sempurna. Sebaliknya, jika lapisan enamel rusak maka proses remineralisasi
tidak dapat terjadi secara sempurna dan gigi harus direstorasi. Jika lesi awal
karies mengalami demineralisasi terus-menerus, maka lesi akan berlanjut ke
dentin membentuk kavitas yang tidak dapat kembali normal (irreversibel),
tetapi mungkin juga tidak berkembang (arrested).
1.8 Gejala Klinis dan Tanda Awal Karies
1.8.1 Gejala gigi berlubang umumnya:
a. Sakit gigi, gigi menjadi sensitif setelah makan atau minum manis,
asam, panas, atau dingin.
Terlihat atau terasa adanya lubang pada gigi
Bau mulut (halitosis)
1.8.2 Tanda awal dari Karies Gigi:
a. Munculnya spot putih seperti kapur pada permukaan gigi. Ini
b.
c.

menunjukkan area demineralisasi akibat asam.

13

b. Proses selanjutnya, warnanya akan berubah menjadi cokelat,


kemudian mulai membentuk lubang. Jika spot kecoklatan ini tampak
mengkilap, maka proses demineralisasi telah berhenti yaitu jika
kebersihan mulut membaik. Spot ini disebut stain dan dapat
dibersihkan. Sebaliknya, spot kecoklatan yang buram menunjukkan
proses demineralisasi yang sedang aktif.
c. Jika kerusakan telah mencapai dentin, biasanya mengeluh sakit atau
timbul ngilu setelah makan atau minum manis, asam, panas, dingin.
Apabila pasien mengeluh rasa sakit bukan hanya setelah makan saja,
berarti kerusakan gigi sudah mencapai pulpa. Kerusakan pulpa yang
akut akan terjadi apabila keluhan sakit gigi terus menerus yang
akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari.
1.9 Diagnosis
1.9.1 Karies Dini/karies email tanpa kavitas/
Karies Dini/karies email tanpa kavitas yaitu karies yang pertama terlihat
secara klinis, berupa bercak putih setempat pada email,
Subjektif
Terdapatnya bintik putih pada gigi
Pemeriksaan Objektif
Ekstra oral : tidak ada kelainan
Intra oral : Kavitas (-) , lesi putih (+)
Terapi
Pembersihan gigi, diulas dengan flour
Edukasi pasien/ Dental Health Education
1.9.2 Karies dini/karies email dengan kavitas
Karies dini/karies email dengan kavitas yaitu karies yang terjadi pada
email sebagai lanjutan dari karies dini
Subjektif
Gigi bisa terasa ngilu
Pemeriksaan Objektif
Ekstra oral : tidak ada kelainan
Intra oral : Kavitas (+) baru mengenai email
Terapi
Pembersihan kavitas dan penambalan
1.9.3 Pulpitis reversibel/hiperemi pulpa/pulpitis awal
Pulpitis reversibel/hiperemi pulpa/pulpitis awal yaitu peradangan pulpa
awal sampai sedang akibat suatu rangsangan
Subjektif
Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin
Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus
14

Rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan dihilangkan


Pemeriksaan Objektif
Ekstra oral : Tidak ada pembengkakan
Intra oral :
o Perkusi tidak sakit (-)
o Tes thermal (+)
o Karies mengenai dentin/karies profunda
o Pulpa belum terbuka
o Sondase (+)
o Chlor etil (+)
Terapi
Dengan penambalan/pulp cafing dengan penambalan Ca(OH) 1
minggu untuk membentuk sekunder dentin
1.9.4

Pulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibel yaitu radang pulpa ringan yang baru dapat juga
yang sudah berlangsung lama. Pulpitis irreversibel terbagi :
1.9.4.1 Pulpitis irreversibel akut
Pulpitis irreversibel akut yaitu peradangan pulpa lama atau baru
ditandai dengan rasa nyeri akut yang hebat
Subjektif
Nyeri tajam spontan yang berlangsung terus-menerus
menjalar

kebelakang

telinga,

Penderita

tidak

dapat

menunjukkan gigi yang sakit


Pemeriksaan Objektif
Ekstra oral : tidak ada kelainan
Intra oral :
o Kavitas terlihat dalam dan tertutup sisa makanan
o Pulpa terbuka bisa juga tidak
o Sondase (+)
o Tes thermal (+)
o Khlor ethil (+)
o Perkusi bisa (+) bisa (-)
Terapi
Menghilangkan rasa sakit dengan pemberian analgetik
Perawatan saluran akar
1.9.4.2 Pulpitis irreversibel kronis
Pulpitis irreversibel kronis yaitu Peradangan pulpa yang

berlangsung lama
Subjektif
Gigi sebelumnya pernah sakit
Rasa sakit dapat hilang timbul secara spontan
15

Nyeri tajam menyengat, bila ada rangsangan seperti;


panas, dingin, asam, manis
Penderita masih bisa menunjukkan gigi yang sakit

1.9.5

Pemeriksaan Objektif
Ekstra oral : tidak ada pembengkakan
Intra oral :
o Karies profunda, bisa mencapai pulpa bisa tidak
o Sondase (+)
o Perkusi (-)
Terapi
Perawatan endodontik
Bila perlu berikan antibiotik dan analgetik
Ganggren pulpa
Ganggren pulpa adalah keadaan gigi dimana jaringan pulpa sudah mati
sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan
sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan
menempati sebagian besar ruang pulpa.
Subjektif
Perubahan warna gigi (kecoklatan atau keabu-abuan)
Tercium bau busuk
Sakit jika minum atau makan yang panas.
Objektif
Ekstraoral : tidak ada kelainan
Intraoral :
o Karies profunda (+)
o Perkusi (-)
o Tes sonde (-)
o Pemeriksaan penciuman (+)
o Pemeriksaaan foto rontgen, terlihat suatu karies yang besar dan
dalam dan terlihat juga rongga pulpa yang telah terbuka dan

1.9.6

jaringan periodontium memperlihatkan penebalan


Terapi : penambalan atau ekstraksi
Periodontitis Apikalis
Periodontitis terjadi akibat adanya inflamasi akut akibat kontaminasi
bakteri di daerah apikal yang berasal dari pulpa gigi
Subjektif

Objektif
Ekstraoral :
Intraoral :
16

Terapi :

1.10 Penatalaksanaan
Biasanya perawatan yang diberikan adalah pembersihan jaringan gigi
yang terkena karies dan penambalan (restorasi). Bahan tambal yang
digunakan dapat bermacam-macam, misalnya resin komposit (penambalan
dengan sinar dan bahannya sewarna gigi), glass ionomer cement,
kompomer, atau amalgam (sudah mulai jarang digunakan).
Pada lubang gigi yang besar dibutuhkan restorasi yang lebih kuat,
biasanya digunakan inlay atau onlay, bahkan mungkin mahkota tiruan. Pada
karies yang sudah mengenai jaringan pulpa, perlu dilakukan perawatan
saluran syaraf. Bila kerusakan sudah terlalu luas dan gigi tidak dapat
diperbaiki lagi, maka harus dilakukan pencabutan.
1.11 Pencegahan
Plaque control merupakan cara menghilangkan plaque dan mencegah
akumulasinya. Tindakan tersebut merupakan tingkatan utama dalam
mencegah terjadinya karies dan radang gusi. Menurut Wirayuni (2003), ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan plaque control,
antara lain:
a. Scalling
Scalling yaitu tindakan membersihkan karang gigi pada semua
permukaan gigi dan pemolesan terhadap semua permukaan gigi.
b. Penggunaan dental floss (benang gigi)
Dental floss ada yang berlilin ada pula yang tidak yang terbuat dari
nilon. Floss ini digunakan untuk menghilangkan plaque dan memoles
daerah interproximal (celah di antara dua gigi), serta membersihkan sisa
makanan yang tertinggal di bawah titik kontak.
c. Diet
Diet merupakan makanan yang dikonsumsi setiap hari dalam
jumlah dan jangka waktu tertentu. Hendaknya dihindari makanan yang
17

mengandung karbohidrat seperti: dodol, gula, permen, demikian pula


makanan yang lengket hendaknya dihindari. Adapun yang disarankan
dalam plaque control adalah makanan yang banyak mengandung serat
dan air. Jenis makanan ini memiliki efek self cleansing yang baik serta
vitamin yang terkandung di dalamnya memberikan daya tahan pada
jaringan penyangga gigi.
d. Kontrol secara periodik
Kontrol dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui kelainan
dan penyakit gigi dan mulut secara dini.
e. Fluoridasi
Fluor adalah suatu bahan mineral yang digunakan oleh manusia
sebagai bahan yang dapat membuat lapisan email tahan terhadap asam.
Menurut YKGI (1999), penggunaan fluor ada dua macam yaitu secara
sistemik dan lokal. Secara sistemik dapat dilakukan melalui air minum
mengandung kadar fluor yang cukup, sehingga fluor dapat diserap oleh
tubuh. Secara lokal dapat dilakukan dengan diteteskan/dioleskan pada
gigi, kumur-kumur dengan larutan fluor dan diletakkan pada gigi dengan
menggunakan sendok cetak.
f. Menyikat gigi
Menyikat gigi dalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat
untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan maksud agar terhindar
dari penyakit gigi dan mulut.

18

DAFTAR PUSTAKA
Angela, ami.2005. Pencegahan Primer pada anak yang beresiko tinggi.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-3-07.pdf (diakses
20 juli 2015)
Anonymous.2012. Karies Gigi. http://www.lib.ui.ac.id/file?file=digital/125312R19-ORT...Literatur.pdf (diakses 21 juli 2015)
Anonymous.2011.

Karies

Gigi.

Available

from:

http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28136/4/Chapter
%2011.pdf (diakses 21 juli 2015)
Anonymous.2010.

Karies

Gigi.

Available

from:

http://www.eprints.undip.ac.id/44896/3/Uun_22010110089_bab2KTI.
pdf (diakses 20 Juli 2015)
Fadhilah, Tuti. 2010. Pemeriksaan diagnosis dan deteksi karies gigi.
http://kejubicara.blogspot.com/2010/12/pemeriksaan-diagnosis-dandeteksi.html. Diakses Tanggal 25 Juli 2015.
Julianti,

Riri

dkk.

2008.

Gigi

dan

Mulut.

Available

From:

https://yayanakhyar.files.wordpress.com/.../gimul-tutorial-files-ofdresmed.pdf (diakses 25 juli 2015)


Lamianto, Nurhaida. 2010. Prosedur Menegakkan Diagnosis dalam Praktik
Kedokteran Gigi Anak. https://ml.scribd.com/doc/47429075/macam2diagnosa-rongga-mulut (diakses 25 juli 2015)
Mansjoer, arif dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I. Media
Aesculapius: Jakarta
Usri, Konsterman. 2012. Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut. Edisi II.
Lembaga Studi Kesehatan Indonesia: Bandung

19

20

Anda mungkin juga menyukai