Anda di halaman 1dari 20

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA

BAHASA INDONESIA
PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN DI INDONESIA

OLEH: RAZKA UTIYA


NO BP: 1311312009
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat beserta
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan
judul Perkembangan Keperawatan di Indonesia.

Dalam karya ilmiah ini, penulis membahas mengenai definisi keperawatan, sejarah
keperawatan di Indonesia, dampak sejarah terhadap profil perawat di Indonesia, tren
keperawatan sekarang dan masa depan, tantangan perawat pada era reformasi saat ini, dan
kecenderungan peran organisasi profesi dimasa akan datang.
Dalam hidup, telah merupakan kodrat bagi manusia untuk selalu bergantung kepada
orang lain. Begitu juga penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
Tak salah kata pepatah bahwa tak ada gading yang tak retak. Begitu juga dengan karya
ilmiah ini. Tentunya, banyak sekali terdapat kesalahan ataupun kekurangan dalam karya ilmiah
ini. Untuk itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan,
kritik dan saran tersebut dapat menjadi perbaikan bagi penulis di masa yang akan datang.
Padang, 4 Desember 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk


pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Keperawatan adalah bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh daur kehidupan manusia. Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti
perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu
berubah mengikuti perkembangan zaman. Keperawatan merupakan ilmu terapan yang
menggunakan keterampilan intelektual, keterampilan teknikal dan keterampilan interpersonal
serta menggunakan proses keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai tingkat
kesehatan optimal.
Perawat merupakan salah satu profesi yang selalu berhubungan dan berinteraksi langsung
dengan klien, baik itu klien sebagai individu, keluarga, maupun masyarakat. Oleh karena itu,
perawat dalam memberikan asuhan keperawatanya dituntut untuk memahami dan berperilaku
sesuai dengan etik keperawatan. Agar seorang perawat dapat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat maka ia harus memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktik
keperawatan itu sendiri, yaitu: perawat membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimum; perawat membantu meningkatkan autonomi klien mengekspresikan kebutuhannya;
perawat mendukung martabat kemanusiaan dan berlaku sebagai advokat bagi kliennya; perawat
menjaga kerahasiaan klien; berorientasi pada akuntabilitas perawat; dan perawat bekerja dalam
lingkungan yang kompeten, etik, dan aman (CNA, 2001).
Evolusi perkembangan sistem pelayanan kesehatan telah mengubah peran dan tanggung
jawab perawat secara signifikan. Dalam perkembangan lebih lanjut, perawat dituntut untuk

bertanggung jawab memberikan praktik keperawatan yang aman dan efektif serta bekerja dalam
lingkungan yang memiliki standar klinik yang tinggi. (Mahlmeister, 1999)

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini, yaitu:

Apa yang disebut dengan keperawatan?

Bagaimana sejarah keperawatan di Indonesia?

Apa hubungan sejarah keperawatan dengan dunia keperawatan saat ini?

Bagaimana tren keperawatan sekarang dan masa depan?

Apa tantangan perawat pada era reformasi saat ini?

Bagaimana peran organisasi profesi dimasa akan datang?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan ini, yaitu:

Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan keperawatan

Dapat mengetahui sejarah keperawatan di Indonosia

Dapat mengetahui hubungan sejarah keperawatan dengan dunia keperawatan saat ini

Dapat mengetahui tren keperawatan sekarang dan masa depan

Dapat mengetahui tantangan perawat pada era reformasi saat ini

Dapat mengetahui peran organisasi profesi dimasa akan datang

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini, yaitu:

Menambah wawasan mengenai sejarah keperawatan di Indonesia

Menambah wawasan mengenai perkembangan keperawatan di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Keperawatan
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan
keperawatan. (UU Kesehatan No. 23, 1992)
Menurut (Effendy, 1995), Perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh
perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan adalah upaya

mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam
menjalankan kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan
menggunakan proses keperawatan.
Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan suatu kegiatan dalam
ruang lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut sesuatu yang lain
dan menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita menginginkan hasil yang dicapai
akan memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara
keinginan kita dan hasil yang akan diperoleh.

2.2 Sejarah Keperawatan di Indonesia


Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh
kolonial penjajah diantaranya Jepang, Belanda, dan Inggris. Dalam perkembangannya di
Indonesia dibagi menjadi dua masa diantaranya:
Pertama, masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih
dalam penjajahan

Belanda.

Perawat

berasal

dari

Indonesia

disebut

sebagai

verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut
pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799
yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya
pada masa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat.
Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda, maka tidak
diikuti perkembangan dalam keperawatan. Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu
Rafless, mereka memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik
manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan

diantaranya usaha pengadaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien
dengan gangguan jiwa dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819,
didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut pindah
ke Salemba

dan

sekarang

dikenal

dengan

nama

RSCM

(Rumah

Sakit

Cipto

Mangunkusumo), kemudian diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi
kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang. Perkembangan keperawatan
mengalami kemunduran.
Kedua, masa setelah kemerdekaan, pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit
yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962 telah
dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama
kalinya dibuka

pendidikan

keperawatan

setingkat

dengan

sarjana

yang

dilaksanakan

di Universitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan
berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan
beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di berbagai
universitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan lain-lain.

2.3 Dampak Sejarah terhadap Profil Perawat di Indonesia


Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang menyenangkan
maupun memilukan. Sejarah bukan sebatas cerita untuk generasi mendatang yang ditulis sekadar
untuk dihafalkan. Setiap manusia memiliki sejarah masing-masing, baik yang bersifat individual,
komunal, maupun nasional. Sama halnya dengan sejarah perjuangan bangsa. Kemerdekaan yang

diraih bukan hanya melibatkan tentara, tetapi juga seluruh elemen bangsa. Mulai dari pemimpin
sampai rakyat jelata, orang tua sampai anak-anak. Semuanya bahu-membahu berjuang dengan
semangat patriotisme.
Sejarah akan mewarnai masa depan. Apa yang terjadi di masa sekarang dipengaruhi oleh
sejarah pada masa sebelumnya. Kesuksesan yang diraih seseorang dalam hidupnya merupakan
hasil atau buah dari keuletan dan perjuangannya di masa lalu. Contohnya adalah negara Jepang.
Negara tersebut menjadi salah satu negara yang pesat perekonomiannya. Keberhasilan ini salah
satunya dipengaruhi oleh semangat bangsa ini untuk terus maju dan meningkatkan
produktivitasnya. Teori yang sama berlaku pula di negara kita. Keterpurukan yang dialami
bangsa Indonesia di hampir segala bidang disebabkan oleh perilaku korup yang telah mendarah
daging di negara ini sejak dulu.
Sistem hegemoni yang diterapkan oleh bangsa Eropa selama menjajah Indonesia telah
memberi dampak yang sangat besar pada seluruh lini kehidupan, termasuk profesi perawat.
Posisi Indonesia sebagai negara yang terjajah (subaltern) menyebabkan kita selalu berada pada
kondisi yang tertekan, lemah, dan tidak berdaya. Kita cenderung menuruti apa saja yang menjadi
keinginan penjajah. Situasi ini terus berlanjut dalam kurun waktu yang lama sehingga terbentuk
suatu formasi kultural. Kultur di dalamnya mencakup pola perilaku, pola pikir, dan pola
bertindak. Formasi kultural ini terus terpelihara dari generasi ke generasi sehingga menjadi sesuatu yang superorganic. Sejarah keperawatan di Indonesia pun tidak lepas dari pengaruh
penjajahan. Kali ini, penulis mencoba menganalisis mengapa masyarakat menganggap perawat
sebagai pembantu profesi kesehatan lain, dalam hal ini profesi dokter. Ini ada kaitannya dengan
konsep hegemoni. Seperti dijelaskan di awal, perawat awalnya direkrut dari Boemi Putera yang
tidak lain adalah kaum terjajah, sedangkan dokter didatangkan dari negara Belanda, sebab

pada saat itu di Indonesia belum ada sekolah kedokteran. Sesuai dengan konsep hegemoni, posisi
perawat di sini adalah sebagai subaltern yang terus-menerus berada dalam cengkeraman
kekuasaan dokter Belanda (penjajah). Kondisi ini menyebabkan perawat berada pada posisi yang
termarjinalkan. Keadaan ini berlangsung selama berabad-abad sampai akhirnya terbentuk
formasi kultural pada tubuh perawat.
Posisi perawat sebagai subaltern yang tunduk dan patuh mengikuti apa keinginan
penjajah lama-kelamaan menjadi bagian dari karakter pribadi perawat. Akibatnya, muncul stigma
di masyarakat yang menyebut perawat sebagai pembantu dokter. Karena stigma tersebut, peran
dan posisi perawat di masyarakat semakin termarjinalkan. Kondisi semacam ini telah
membentuk karakter dalam diri perawat yang pada akhirnya berpengaruh pada profesi
keperawatan secara umum. Perawat menjadi sosok tenaga kesehatan yang tidak mempunyai
kejelasan wewenang atau ruang lingkup. Orientasi tugas perawat dalam hal ini bukan untuk
membantu klien mencapai derajat kesehatan yang optimal, melainkan membantu pekerjaan
dokter. Perawat tidak diakui sebagai suatu profesi, melainkan pekerjaan di bidang kesehatan
yang aktivitasnya bukan didasarkan atas ilmu, tetapi atas perintah atau instruksi dokter, sebuah
rutinitas belaka. Pada akhirnya, timbul sikap manut perawat terhadap dokter.
Dampak lain yang tidak kalah penting adalah berkembangnya perilaku profesional yang
keliru dari diri perawat. Ada sebagian perawat yang menjalankan praktik pengobatan yang
sebenarnya merupakan kewenangan dokter. Realitas seperti ini sering kita temui di masyarakat.
Uniknya,

sebutan

untuk

perawat

pun

beragam.

Perawat

laki-laki

biasa

disebut mantri, sedangkanperawat perempuan disebut suster. Ketimpangan ini terjadi karena
perawat sering kali diposisikan sebagai pembantu dokter. Akibatnya, perawat terbiasa bekerja
layaknya seorang dokter, padahal lingkup kewenangan kedua profesi ini berbeda.

Tidak menutup kemungkinan, fenomena seperti ini masih terus berlangsung hingga kini.
Hal ini tentunya akan menghambat upaya pengembangan keperawatan menjadi profesi kesehatan
yang profesional. Seperti kita ketahui, kultur yang sudah terinternalisasi akan sulit untuk diubah.
Dibutuhkan persamaan persepsi dan cita-cita antar perawat serta kemauan profesi lain untuk
menerima dan mengakui perawat sebagai sebuah profesi kesehatan yang profesional. Tentunya
kita berharap pengakuan ini bukan sekedar wacana, tetapi harus terealisasikan dalam kehidupan
profesional.
Paradigma yang kemudian terbentuk karena kondisi ini adalah pandangan bahwa perawat
merupakan bagian dari dokter. Dengan demikian, dokter berhak "mengendalikan" aktivitas perawat terhadap klien. Perawat menjadi perpanjangan tangan dokter dan berada pada
posisi submisif. Kondisi seperti ini sering kali temui dalam pelayanan kesehatan di rumah
sakit.Salah satu penyebabnya adalah masih belum berfungsinya sistem kolaborasi antara dokter
dan perawat dengan benar.
Jika kita cermati lebih jauh, hal yang berlaku justru sebaliknya. Dokter seharusnya
merupakan bagian dari perawatan klien. Seperti kita ketahui, perawat merupakan tenaga
kesehatan yang paling sering dan paling lama berinteraksi dengan klien. Asuhan keperawatan
yang diberikan pun sepanjang rentang sehat-sakit. Dengan demikian, perawat adalah pihak yang
paling mengetahui perkembangan kondisi kesehatan klien secara menyeluruh dan bertanggung
jawab atas klien. Sudah selayaknya jika profesi kesehatan lain meminta "izin" terlebih dahulu
kepada perawat sebelum berinteraksi dengan klien. Hal yang sama juga berlaku untuk keputusan
memulangkan klien. Klien baru boleh pulang setelah perawat menyatakan kondisinya
memungkinkan.Walaupun program terapi sudah dianggap selesai, program perawatan masih te-

rus berlanjut karena lingkup keperawatan bukan hanya pada saat klien sakit, tetapi juga setelah
kondisi klien sehat.

2.4 Tren Keperawatan Sekarang dan Masa Depan


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk bidang kesehatan,
peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan perhatian terhadap pelaksanaan hak asasi
manusia, kesadaran masyarakan akan kebutuhan kesehatan mengakibatkan masyarakat semakin
sadar akan pentingnya hidup sehat dan melahirkan tuntutan akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat pelayanan keperawatan dari
pelayanan vokasional yang hanya berdasarkan keterampilan belaka kepada pelayanan
profesional yang berpijak pada penguasaan iptek keperawatan dan spesialisasi dalam pelayanan
keperawatan.
Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif kepada peran
aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan rehabilitatif. Kondisi ini
menuntut upaya kongkrit dari profesi keperawatan, yaitu profesionalisme keperawatan. Proses
ini meliputi pembenahan pelayanan keperawatan dan mengoptimalkan penggunaan proses
keperawatan, pengembangan dan penataan pendidikan keperawatan dan juga antisipasi
organisasi profesi (PPNI).
1.

Pengembangan dan Penataan Pendidikan Keperawatan


Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang profesional,

telah memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya dalam berbagai bidang, terutama
penataan sistem pendidikan keperawatan.

Oleh karena itu profesi keperawatan dengan landasan yang kokoh perlu memperhatikan
wawasan keilmuan, orientasi pendidikan, dan kerangka konsep pendidikan.
a) Wawasan Keilmuan
Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan 1999,
merupakan wujud dari pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini dapat dilihat dengan
adanya:

Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu: Pendidikan Agama dan Pancasila.

Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi.


Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan II.
Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan, yaitu dengan

berlakunya kurikulum Ners pada tahun 1998. Sementara itu, di Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia (FIK-UI) telah dibuka S2 Keperawatan untuk Studi Manajemen
Keperawatan, Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas. Dan selanjutnya akan
dibuka Studi S2 Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Medikal Bedah.
Dapat disimpulkan bahwa saat ini perkembangan keperawatan diarahkan kepada
profesionalisme dengan spesialisasi bidang keperawatan.
b) Orientasi Pendidikan
Pendidkan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada pengembangan
pengetahuan dan teknologi. Artinya pengalaman belajar baik kelas, laboratorium dan lapangan
tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memanfaatkan segala ilmu yang
memungkinkan penguasaan iptek. c) Kerangka Konsep

Berpikir ilmiah pembiasaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif, pendidikan
di lingkungan masyarakat serta penguasaan iptek keperawatan merupakan karakteristik dari
pendidikan profesional keperawatan.

2.

Perkembangan Pelayanan Keperawatan


Perubahan adat pelayanan dari vokasional menjadi perawat dengan fokus asuhan

keperawatan dengan peran preventif dan promotif tanpa melupakan peran kreatif dan rehabilitatif
harus didukung dengan peningkatan sumber daya manusia dibidang keperawatan. Sehingga
pada pelaksaan pemberian sumber keperawatan dapat terjadinya pelayanan yang efisien, efektif,
serta berkualitas. Selanjtunya, saat ini juga telah berkembang berbagai model prektis
keperawatan profesional, seperti :
Praktik keperawatan di rumah sakit kesehatan.
Praktik keperawatan di rumah (home caffe).
Praktik keperawatan berkelompok (nursing home).
Praktik keperawatan perorangan, yaitu melalui keputusan Kepmenkes No. 647 tahun 2000, yang
kemudian di revisi menjadi Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik
Keperawatan.

2.5 Tantangan Perawat Pada Era Reformasi Saat Ini


Keperawatan adalah profesi yang mulia jika dilakukan dengan penuh keikhlasan, namun
dalam menjalani profesi keperawatan tidak cukup hanya mengandalkan sikap ikhlas saja, akan
tetapi diperlukan pengetahuan, wawasan, serta sikap yang professional sebagai seorang perawat.
Hal itu sangat penting karena dalam menjalankan profesi keperawatan banyak tantangantantangan yang harus di hadapi oleh perawat sesuai dengan perannya.

Evolusi perkembangan sistem pelayanan kesehatan telah mengubah peran dan tanggung
jawab perawat secara signifikan. Dalam perkembangan lebih lanjut, perawat dituntut untuk
bertanggung jawab memberikan praktik keperawatan yang aman dan efektif serta bekerja dalam
lingkungan yang memiliki standar klinik yang tinggi. (Mahlmeister, 1999).
Profesionalisme keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi keperawatan
yang telah terbentuk (1984) mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai
dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan proses
pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat.
Profesi keperawatan, merupakan profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain,
dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia agar keberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk
mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus memperjuangkan langkah-langkah
profesionalisme sesuai dengan keadaan dan lingkungan sosial di Indonesia.
Proses ini merupakan tantangan bagi perawat Indonesia dan perlu dipersiapkan dengan
baik, berencana, berkelanjutan dan tentunya memerlukan waktu yang lama.
Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai dengan perubahanperubahan yang cepat disegala bidang, menuju kepada keadaan yang lebih baik. Di bidang
kesehatan tuntutan reformasi total muncul karena masih adanya ketimpangan hasil pembangunan
kesehatan antar daerah dan antar golongan, kurangnya kemandirian dalam pembangunan bangsa
dan derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal di bandingkan dengan negara tetangga.
Reformasi bidang kesehatan juga diperlukan karena adanya lima fenomena utama yang
mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan yaitu perubahan pada

dinamika kependudukan, temuan substansial IPTEK kesehatan/kedokteran, tantangan global,


perubahan lingkungan dan demokrasi disegala bidang. (Dikutip dari : Nursalam, MN)
Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggung jawab dan berperan penting dalam
rangka melahirkan generasi perawat yang berkualitas dan berdedikasi. Sejalan dengan
berkembangnya institusi pendidikan keperawatan di Indonesia ibarat jamur yang tumbuh di
musim penghujan sejak tahun 1998 Institusi pendidikan keperawatan di tanah air sudah
berjumlah ribuan Intitusi keperawatan berdiri di tanah air. Motivasi dari pendirian insitusi
inipun sangat bervariasi dari alasan Bisnissampai dengan Sosial.
Yang kemudian menjadi pertanyaan dan keganjilan adalah banyaknya pemilik dan
pengelola insititusi pendidikan keperawatan ini yang sama sekali tidak memiliki pemahaman
yang cukup tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu atau profesi. Ini menjadi penyebab
rendahnya mutu lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada.
Hal ini dapat di ukur dengan kalah bersaingnya para perawat Indonesia bila di
bandingkan dengan negara-negara lain seperti Philipines dan India. Pemicu yang paling nyata
adalah karena dalam sistem pendidikan keperawatan kita masih menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai pengantar dalam proses pendidikan. Hal tersebut yang membuat perawat kita
kalah bersaing di tingkat global.

2. 6 Kecenderungan Peran Organisasi Profesi Dimasa Akan Datang


Tujuan dari sebuah reformasi adalah tercapainya suatu kondisi perubahan ke arah yang
lebih baik. Perubahan keperawatan dalam hal ini tentu bertujuan dalam rangka untuk
mengobarkan semangat perubahan secara multisektoral dalam dunia keperawatan nasional.
Sektor keperawatan yang di maksud adalah meliputi:

1. Perubahan Institusi Pendidikan Keperawatan


2. Perubahan Sistem Pelayanan dan Standarisasi Praktik dan Reward Tenaga Keperawatan
3. Perubahan Organisasi Profesi dan Birokrasi Keperawatan
Reformasi insitusi pendidikan keperawatan harus dilakukan secara total antara lain
dengan tahapan langkah-langkah sebagai berikut :
a.Standarisasi jenjang, kualitas/ mutu, dari institusi pendidikan keperawatan.
b.Merubah bahasa pengantar dalam pendidikan keperawatan dengan menggunakan Bahasa
Inggris.
c.Menutup Insitusi Pendidikan Keperawatan yang tidak berkualitas.
d.Insitusi Pendidikan Keperawatan harus di pimpin oleh seseorang yang memiliki latar belakang
pendidikan keperawatan.
e.Standarisasi kurikulum dan evaluasi bertahan terhadap staf pengajar di insitusi pendidikan
keperawatan
f.Semua dosen dan staf pengajar di institusi pendidikan keperawatan harus mampu berbahasa
inggris secara aktif.
g.Memberantas segala jenis KKN di isntitusi pendidikan dari mulai perizinan, penerimaan
mahasiswa, proses pendidikan dan akreditasi serta proses kelulusan mahasiswa.
Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual,
interpersonal kemampuan teknis dan moral. Dengan demikian diharapkan terjadi perubahan
besar yang mendasar dalam upaya berpartisipasi aktif mensukseskan program pemerintah dan
berwawasan yang luas tentang profesi keperawatan. Perubahan tersebut bisa dicapai apabila
pendidikan tinggi keperawatan tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan perkembangan
pelayanan dan program pembangunan kesehatan seiring dengan perkembangan IPTEK bidang

kesehatan/ keperawatan serta diperlukan proses pembelajaran baik institusi pendidikan maupun
pengalaman belajar klinik di rumah sakit dan komunitas. (Dikutip dari : Nursalam, MN).
Praktik keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional masyarakat penggunaan
pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar serta ilmu keperawatan
sebagai landasan untuk melakukan pengkajian, menegakkan diagnostik, menyusun perencanaan,
melaksanakan asuhan keperawatan, dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan serta
mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Selain
memiliki kemampuan intelektual, interpersonal dan teknikal, perawat juga harus mempunyai
otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung risiko, bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan
mengatur dirinya sendiri.
Tapi yang terjadi di lapangan sangat memilukan, banyak sekali rekan-rekan perawat yang
melakukan Praktik Pelayanan Kedokteran dan Pengobatan yang sangat tidak relevan dengan
ilmu keperawatan itu sendiri. Hal tersebut telah membuat profesi perawat di pandang rendah oleh
profesi lain. Banyak hal yang menyebabkan hal ini berlangsung berlarut-larut antara lain :
a.

Kurangnya kesadaran diri dan pengetahuan dari individu perawat itu sendiri.

b.

Tidak jelasnya aturan yang ada serta tidak tegasnya komitmen penegakan hukum di Negara
Republik Indonesia.

c.

Minimnya pendapatan secara finansial dari rekan-rekan perawat secara umum.

d. Kurang perannya organisasi profesi dalam membantu pemecahan permasalah tersebut.


e.

Rendahnya pengetahuan masyarakat, terutama di daerah yang masih menganggap bahwa


perawat juga tidak berbeda dengan dokter atau petugas kesehatan yang lain.

Sementara itu dunia Pelayanan keperawatan di rumah sakit juga masih sangat jauh dari
nyaman, rekan-rekan perawat diperas bekerja selama 24 jam satu hari dalam 2 atau 3 sift
sedangkan pendapatan mereka masih sangat jauh dari memadai. Sekarang sudah saatnya perawat
di Indonesia berteriak dan meminta gaji sama seperti rekan-rekan perawat yang bekerja di
Jepang , Korea atau negara-negara maju lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa menghadapi tantangan yang sangat berat tersebut, diperlukan
perawat dengan sikap yang selalu dilandasi oleh kaidah etik profesi. Upaya yang paling strategis
untuk dapat menghasilkan perawat profesional melalui pendidikan keperawatan profesional dan
beberapa langkah yang telah disebutkan diatas. (Dikutip dari Tulisan Nursalam, MN Dalam
Pembangunan yang berwawasan Kesehatan).
Beberapa contoh di atas lebih disebabkan karena selama ini kita dianggap kecil oleh
profesi lain dan kita tidak pernah bersuara secara bersama-sama, yakinlah bahwa tidak akan ada
rumah sakit tanpa profesi perawat. Perawat sangat diperlukan dan dibutuhkan dalam pelayanan
kesehatan.
Kita harus berani untuk berbicara karena keadilan itu harus ditegakkan, yang harus segera
dilaksanakan adalah :
a. Penentuan standarisasi gaji buat perawat tentu setelah melalui uji kompetensi.
b. Mengirim jumlah perawat secara eksodus ke luar negeri sehingga jumlah perawat di tanah air
akan lebih sedikit, sehingga akan berlaku hukum ekonomi (apabila permintaan lebih banyak dari
penawaran harga akan naik). Ini telah terjadi di Philipines sehingga di sana seorang dokter
spesialis, pengacara, arsitek akan meninggalkan profesinya dan kuliah di keperawatan karena
profesi perawat begitu sangat terhormat.

c. Memberikan sanksi kepada rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan yang tidak memberi
gaji sesuai dengan standar.
Pada akhirnya, reformasi memerlukan keberanian dan ketabahan yang lebih besar. Dalam
reformasi keperawatan, kita berhadapan dengan kebiasaan-kebiasaan buruk yang sudah berurat
berakar pada diri sendiri, pada diri kita masing-masing. Dalam reformasi keperawatan, kita harus
mempelajari kebiasaan-kebiasaan baru, seperti sikap profesional, demokratis, toleran, hormat
kepada hak asasi manusia (siapa pun dia) tidak melakkukan perilaku yang KKN serta hormat
kepada lingkungan alamiah kita, yang lebih sesuai dengan tuntutan sebuah zaman baru.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan kesehatan

guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat. Keperawatan sudah ada sejak manusia itu
ada dan hingga saat ini. Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya
berlangsung di tatanan praktik, namun juga di dunia pendidikan keperawatan. Pendidikan
keperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan keperawatan. Karenanya,
perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan

keperawatan yang berkelanjutan. Evolusi perkembangan sistem pelayanan kesehatan telah


mengubah peran dan tanggung jawab perawat secara signifikan. Dalam perkembangan lebih
lanjut, perawat dituntut untuk bertanggung jawab memberikan praktik keperawatan yang aman
dan efektif serta bekerja dalam lingkungan yang memiliki standar klinik yang tinggi
3.2
Saran
Sebagai perawat/ calon perawat kita harus terus meningkatkan kompetensi diri, salah
satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami
ketertinggalan dari keperawatan internasional. Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk
memiliki kemampuan intelektual, interpersonal kemampuan teknis dan moral. Dengan demikian
diharapkan terjadi perubahan besar yang mendasar dalam upaya berpartisipasi aktif
mensukseskan program pemerintah dan berwawasan yang luas tentang profesi keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai