Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Senyawa baru dengan struktur unik dan aktivitas farmakologi yang
menarik banyak diisolasi dari biota laut. Umumnya senyawa tersebut bermanfaat
bagi manusia sebagai senyawa bioaktif yang bernilai tinggi. Interaksi dalam
ekosistem laut yang berjalan sangat kompleks dan dinamis memicu biota laut
untuk menghasilkan senyawa metabolit sekunder tersebut sebagai upaya
mempertahankan hidupnya melawan kompetisi, predator dan parasitisme (Yan,
2004).
Penemuan produk bahan alam pada beberapa organisme laut berupa
senyawa dengan struktur yang bervariasi dan bioaktivitas tinggi telah dilakukan
sejak tahun 1950. Pemanfaatan senyawa bioaktif tersebut untuk pengobatan
penyakit dimulai pada tahun 1970-an dan mengalami kemajuan besar selama tiga
dekade terakhir (Zhang et al., 2009). Banyak senyawa alami laut yang diisolasi
dari siput, karang, spons, cacing laut, bryozoa, dan hiu. Senyawa ini dimanfaatkan
sebagai obat antijamur, antibakteri, antivirus, antinyeri, tuberkulosis, infeksi
nematoda dan peradangan. Obat-obatan klinis dari senyawa alami sangat terbatas
dan potensi untuk menemukan obat yang lebih manjur dari laut sangat diharapkan
(Yan, 2004). Salah satu jenis organisme laut yang berpotensi cukup besar dan
berpeluang mengandung senyawa aktif adalah spons (Swantara et al., 2013).
Acanthella cavernosa merupakan salah satu jenis spons yang ditemukan di
perairan Indonesia. Senyawa dengan struktur yang bervariasi serta memiliki
bioativitas sebagai antimikroba (Lau et al., 2007), antifouling (Yang et al., 2006;
Qiu et al., 2008), dan antikanker (Xu et al., 2012) telah diisolasi dari spons
A.cavernosa yang hidup di perairan beberapa negara seperti Cina, Jepang dan
Australia. Penelitian terhadap aktivitas sebagai antimalaria masih sangat terbatas
dan menurut Miyaoka et al. (1998) senyawa kalihinol A yang diisolasi dari spons
A.cavernosa asal Laut Okinawa Jepang berpotensi luar biasa terhadap uji in vitro
aktivitas antimalaria.

Malaria masih merupakan masalah kesehatan global, baik di negara


berkembang maupun di negara maju. Faktor utama yang menjadi kendala dalam
usaha pemberantasan malaria adalah timbulnya vektor malaria yang resisten
terhadap antimalaria yang tersedia, utamanya antimalaria pilihan utama yaitu
klorokuin. Penyebaran parasit yang resisten ini begitu cepat dan luas hampir di
seluruh daerah endemik malaria di dunia. Masalah resistensi ini telah menjadi
masalah serius dan mengkhawatirkan karena mengakibatkan terjadinya banyak
kegagalan dalam pengobatan hingga menyebabkan kematian. Hal inilah yang
mendorong para peneliti untuk menemukan antimalaria baru untuk menggantikan
antimalaria yang sudah tidak sensitif lagi (Fatah, 1982).
Kekayaan biota laut Indonesia sebagai negara maritim sangat melimpah
dan sejauh ini belum banyak penelitian yang mengeksplorasi senyawa metobolit
sekunder dari spons A.cavernosa asal perairan Indonesia. Berdasarkan publikasi
yang ada, Fakhri et al. (2013) melaporkan bahwa ekstrak metanol dari
A.cavernosa yang diambil dari pantai Katapang, Banyuwangi Jawa Timur
berpotensi mengendalikan bakteri Vibrio harvei yang menjadi masalah besar
dalam budidaya udang windu. Terbatasnya eksplorasi terhadap senyawa hasil
isolasi dari spons A.cavernosa asal perairan Indonesia ini mendorong untuk
mengeksplorasi senyawa bioaktif spons A.cavernosa sebagai antimalaria dan
mengkaji potensinya sebagai antikanker dengan uji pendahuluan sederhana seperti
yang diperkenalkan oleh Meyer et al. (1982) melalui metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). Sifat toksik suatu bahan uji terhadap Artemia salina Leach
memiliki korelasi terhadap sititoksisitas sebagai antikanker.
Penelitian ini mencakup uji toksisitas senyawa bioaktif yang diisolasi dari
spons A.cavernosa asal Pulau Barrang Lompo Makassar dengan menggunakan
metode BSLT serta uji aktivitas antimalaria secara in vitro yaitu uji penghambatan
polimerisasi hematin sebagai agen malaria. Identifikasi senyawa bioaktif dengan
sifat toksik dan aktivitas antimalaria tersebut dilakukan melalui uji fitokimia dan
dilanjutkan dengan identifikasi
Spectroscopy (LCMS).

menggunakan Liquid Chromatography-Mass

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam penelitan ini adalah:
1. Apakah metabolit sekunder spons A.cavernosa yang diambil dari Pulau
Barrang Lompo Makassar memiliki sifat toksisitas terhadap Artemia salina L.
dan aktivitas sebagai antimalaria?
2. Senyawa apakah yang bertanggung jawab untuk sifat toksisitas dan antimalaria
tersebut?
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa bioaktif dari spons A.cavernosa
asal Pulau Barrang Lompo Makassar.
2. Melakukan uji toksisitas dan uji antimalaria terhadap fraksi-fraksi yang
diperoleh dari hasil isolasi spons A.cavernosa asal Pulau Barrang Lompo
Makassar.
I.4 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi mengenai senyawa bioaktif dari spons A.cavernosa
dari perairan Indonesia dengan aktivitas sebagai antikanker dan antimalaria.
Informasi ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam upaya penemuan
kandidat obat antikanker dan antimalaria dari produk bahan alam laut.

Anda mungkin juga menyukai