Anda di halaman 1dari 55

KEBIJAKAN

PENGEMBANGAN IRIGASI,
AIR BAKU, DAN AIR TANAH

DIREKTUR IRIGASI DAN RAWA


SEMARANG, MARET 2012

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BAGIAN 1:

KETAHANAN PANGAN
NASIONAL

INSTRUKSI PRESIDEN TERKAIT KETAHANAN


PANGAN NASIONAL
Dalam rangka mengatasi pengaruh kenaikan harga pangan dunia terhadap harga
pangan dalam negeri, Presiden Republik Indonesia dalam Sidang Paripurna Kabinet di
Jakarta pada bulan Januari 2011 menyampaikan kebijakan stabilisasi harga pangan
nasional berupa sembilan solusi antara lain : 1) memastikan stok atau cadangan
pangan yang ada di tangan Pemerintah (termasuk cadangan pangan yang ada di
BULOG) harus kuat untuk mencegah timbulnya spekulan, dan 2) meningkatkan
produksi dan produktivitas pangan dalam negeri untuk jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
Lebih lanjut pada acara Rapat Kerja Pemerintah dengan pemerintah daerah dan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam rangka percepatan pembangunan nasional
visi 2025 di Bogor pada bulan Februari 2011. Presiden Republik Indonesia
menyatakan bahwa untuk mewujudkan kebijakan stabilisasi harga pangan nasional,
Pemerintah harus mampu mengamankan cadangan pangan nasional dengan
kemampuan surplus 10 juta ton beras per tahun pada tahun 2015.
Pada sidang kabinet tanggal 6 September 2011 di Jakarta, dan pada Rakortas
perberasan tanggal 7 September 2011, Presiden Republik Indonesia menyatakan
bahwa surplus 10 juta ton beras harus direalisasikan pada tahun 2014.
Target surplus 10 juta ton beras pertahun pada tahun 2014 tersebut memerlukan
peningkatan produksi padi minimal 7% per tahun terhitung mulai tahun 2011. Untuk
itu perlu disusun upaya-upaya peningkatan produksi dan produktifitas pangan

GAMBARAN KEBUTUHAN PANGAN NASIONAL


2010-2014
300000000

SUMBER: KEMENTERIAN PERTANIAN RI300000000

250000000

250000000

200000000

200000000

150000000

150000000

100000000

100000000

(Juta
Jiwa)

(Juta
Ton)

50000000

4,313,125.40

4,935,201.54

6,573,033.00

33,055,967.91

33,329,094.63

33,604,478.08

8,304,250.00

10,133,616.00

33,882,136.89

34,162,089.88

237,556,363.00
66,800,000.00
241,095,952.81
70,599,000.00
244,688,282.51
74,000,000.00
248,334,137.91
77,700,000.00
252,034,316.57
81,600,000.00
2010
2011
2012
2013
2014
Product of Jumlah Penduduk (Jiwa)

50000000

Product of Target Produksi (Ton GKG)

Kebutuhan
Beras (Ton) Padi
Product ofKonsumsi
Surplus (Ton) Beras
Jumlah PendudukProduct ofTarget
Produksi

Surplus Beras

CATATAN
1) Berdasarkan gambaran kebutuhan beras nasional 2010 2014 dari Kementerian Pertanian RI, diproyeksikan
pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia akan bertambah 14.48 juta jiwa (dari tahun 2010) menjadi 252.03
juta jiwa.
2) Dalam rangka Ketahanan Pangan Nasional, Presiden RI menyatakan bahwa Pemerintah harus mampu
mengamankan cadangan beras nasional dengan kemampuan surplus 10 juta ton pertahun pada akhir tahun
4
2014.

KONDISI EKSISTING AREAL SAWAH DI


INDONESIA

Berdasarkan data BPS tahun 2010, diketahui bahwa Indonesia memiliki total areal sawah
seluas 9.45 juta Ha. Sebagian besar diantaranya (7,23 juta Ha; 76%) merupakan sawah
beririgasi yang memiliki kontribusi 85% terhadap produksi beras nasional 2009 dan 2010
(BPS,2009 ; BPS,2010)

Sisanya adalah sawah rawa pasang surut (488,852 Ha ; 5%), sawah rawa lebak (171,994
Ha ; 2%), JIAT (92,090 Ha ; 1%) dan areal lainnya seperti sawah tadah hujan, sawah irigasi
desa, dan ladang (1,473,810 Ha ; 16%)

EKSISTING LUAS SAWAH DAN


PRODUKTIVITASNYA DI INDONESIA
Summary :
1) Total areal sawah
: 9,456,929 Ha
2) Produktivitas rata-rata nasional
Ton/Ha
3) Produksi nasional 2009
: 64,398,890 Ton
4) Luas Panen 2009 nasional
: 12,883,576 Ha

: 4.6

5)
6)
7)
8)

IP rata-rata 2009 nasional


: 1.4
Produksi nasional 2010 : 66,469,394 To
Luas Panen 2010 nasional
: 12,792,15
IP rata-rata 2010 nasional
: 1.4

EKSISTING LUAS SAWAH DAN


PRODUKTIVITASNYA DI INDONESIA

GAMBARAN INFRASTRUKTUR IRIGASI DI


INDONESIA
LUAS AREAL IRIGASI
(Juta Ha) HA)
(7,230,183
3.

SUMBER
AIR

0
Wadu
k

1.
9
NonWaduk

1.
0
0.6
3

SUMATER JAWA
A

0.4
8

0.15

0.0
4

BALI SULAWE MALUKU PAPUA


NT KALIMANTSI
AN

Keterangan:

GAMBARAN KONDISI PRASARANA IRIGASI


(Sumber: BAPPENAS)

25
6.7 juta ha
0.34

20
Juta Ha

1.16

7.23 juta
ha
0.71

0.56

1.88

1.56

15

0.71

1.17
10
5.20

3.48

4.41

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

AMBARAN KONDISI PRASARANA IRIGASI BERDASARKAN


KEWENANGAN DI INDONESIA
(Sumber: Rapid Assessment Audit Teknis Irigasi, 2010)

TOTAL IRIGASI
(7,230,183 Ha)

KEWENANGAN
PUSAT
(2,315,000 HA)

Keterangan
:

KEWENANGAN
PROVINSI
(1,423,222 HA)

KEWENANGAN
KABUPATEN/KOTA
(3,491,961 HA)

BAGIAN 2:

PROGRAM 2010-2014

INVESTASI PEMERINTAH DI BIDANG


KEIRIGASIAN
Investasi Pemerintah di Bidang Keirigasian
12
10

9.75

8
Triliun Rupiah

6.23

6
4
2
0

7.93

7.90
4.92

3.62
3.22
2.64
0.43
0.92
0.68
2005

DAK Irigasi

2006

2007

Irigasi-Pertanian

3.27
2008

2009

Irigasi-PU

2010

3.92
2011

4.98
2012

Kumulatif

Sumber : Bappenas

Catatan:
Alokasi irigasi pertanian di Kementan meliputi JITUT, JIDES, TAM, pencetakan sawah
dan optimasi lahan.

Alokasi pembiayaan irigasi di Kementerian Pertanian meningkat


signifikan dalam 2 tahun terakhir dan sudah hampir mengejar alokasi

PERUBAHAN FOKUS PEMBANGUNAN


SUMBER DAYA AIR
Perkembangan Alokasi Irigasi
18.00

50%

47%

47%

16.00

45%

44%

41%

14.00

40%

37%

35%

34%

12.00

31%

10.00
Triliun Rupiah

16.44

8.00

4.00

4.76
2.26
1

6.25

7.38

2.59

2.76

Alokasi Irigasi

4.30
4

Tota Alokasi SDA

15%

9.54

9.17

10%

5.43

25%
20%

12.65

12.27

6.00

2.00

30% 30%

3.27

3.92

4.98

5%
0%

Proporsi Irigasi
Sumber : Bappenas

KAPASITAS TAMPUNG AIR PER KAPITA


INDONESIA MASIH JAUH DIBANDING NEGARA
LAIN
330.9

279.0

32.1

81.2

45.4

33.9

Kalsel

79.8

INDONESIA
52.31
m3/kapita

93.5

Kaltim

0.5

1.3

107.6

Sulsel

Maluku

62.1

42.1
7.4

Jabar

Jateng

DIY

24.2

18.7
3.9

Jatim

Bali

NTB

NTT

Reservoir Storage (m3/capita) World Bank, 2003


8,000
6,000
4,000
2,000
-

4,717
38
Ethiopia

1,277
Thailand

5,961

2,486
China

Australia

North America

PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN T.A


2010 2014
BIDANG IRIGASI

Untuk mendukung pencapaian produksi padi nasional, Kementerian


Pekerjaan Umum melaksanakan kegiatan pada TA 2010-2014 sebagai
berikut:
a. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, pada areal irigasi
kewenangan Pemerintah seluas 2.315 juta ha;
b. Rehabilitasi jaringan irigasi, pada areal irigasi kewenangan
Pemerintah seluas 1.34 juta ha;
c. Pembangunan/peningkatan jaringan irigasi, seluas 500 ribu ha
d. Di samping kegiatan pada areal irigasi kewenangan pusat, juga
perlu dialokasikan bantuan perbaikan jaringan irigasi kepada
areal irigasi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota sebagai berikut :
. Kewenangan pemerintah provinsi seluas 0.87 juta ha.
. Kewenangan pemerintah kabupaten/kota seluas 1.82 juta ha.
e. Sebagian pembiayaan dari bantuan perbaikan irigasi kewenangan

UPAYA TEROBOSAN DALAM RANGKA


PENCAPAIAN TARGET
SURPLUS 10 JUTA TON TAHUN 2014
BIDANG IRIGASI

1. Pemerintah Pusat membantu rehabilitasi DI kewenangan


pemerintah kabupaten dan provinsi, melalui DAK atau
pendanaan lainnya
2. Kementerian PU mengadakan MOU dengan pemerintah
kabupaten dan provinsi dalam rangka pembangunan DI baru,
untuk menjamin tidak terjadi alih fungsi lahan pada areal
tersebut
3. Mengupayakan pendanaan rehabilitasi jaringan irigasi yang
mengalami kerusakan berat melalui program Loan atau APBN
4. Kerjasama dengan Kementerian Pertanian dalam hal
pencetakan sawah dan pelaksanaan rehabilitasi jaringan
tersier
5. Program Modernisasi Irigasi pada Daerah Irigasi yang telah
lewat umur ekonomisnya atau berubah kondisi lingkungannya.

A.

PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN


DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
REHABILITASI JARINGAN IRIGASI
UNTUK IRIGASI
KEWENANGAN PEMERINTAH

KEBUTUHAN
508,923 HA
Rp. 4.07 Triliun

REALISASI
833,947 HA
Rp. 3.1 Triliun

(x Rp. 1
juta)

(x 1,000
Ha)

Target areal rehabilitasi jaringan


irigasi kewenangan Pemerintah
adalah 1,342,870 Ha
Rata-rata peningkatan IP dari
kegiatan rehabilitasi jaringan
irigasi kewenangan Pemerintah
adalah 40%
Sehingga:
Rata-rata
peningkatan
areal
tanam dari kegiatan rehabilitasi
jaringan
irigasi
kewenangan
Pemerintah adalah:
= 1,342,870 Ha X 40%
= 537,148 Ha

201
0

201
1

: Biaya Reguler
(Rp.)
: Outcome Reguler

201
2

201
3

201
4

17

PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN


DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
B. REHABILITASI KEWENANGAN PROVINSI
UNTUK IRIGASI
REALISASI
275,400 HA
Rp. 1.38 Triliun

KEBUTUHAN
592,765 HA
Rp. 2.96 Triliun
(x 1,000
Ha)

(x Rp. 1
juta)

Target areal rehabilitasi jaringan


irigasi
kewenangan
provinsi
adalah 868,165.42 Ha
Rata-rata peningkatan IP dari
kegiatan rehabilitasi jaringan
irigasi
kewenangan
provinsi
adalah 40%
Sehingga:
Rata-rata
peningkatan
areal
tanam dari kegiatan rehabilitasi
jaringan
irigasi
kewenangan
provinsi adalah:
= 868,165.42 Ha X 40%
= 347,266.17 Ha

201
0
: Biaya
Reguler (Rp.)
: Outcome

201
1

201
2

201
3

: Biaya On Top
(Rp.)
: Outcome On Top

201
4

18

PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN


DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
C. REHABILITASI KEWENANGAN KABUPATEN/KOTA
UNTUK IRIGASI
REALISASI
562,000 HA
Rp. 2.81 Triliun

KEBUTUHAN
1,253,820 HA
Rp. 6.3 Triliun

(x Rp. 1
juta)

(x 1,000
Ha)

Target areal rehabilitasi jaringan


irigasi
kewenangan
kabupaten/kota
adalah
1,815,819.72 Ha
Rata-rata peningkatan IP dari
kegiatan rehabilitasi jaringan
irigasi
kewenangan
kabupaten/kota adalah 40%
Sehingga:
Rata-rata
peningkatan
areal
tanam dari kegiatan rehabilitasi
jaringan
irigasi
kewenangan
kabupaten/kota adalah:
= 1,815,819.72 Ha X 40%
= 726,327.88 Ha

201
0
: Biaya
Reguler (Rp.)
: Outcome

201
1

201
2

201
3

: Biaya On Top
(Rp.)
: Outcome On Top

201
4

19

PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN


DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
PEMBANGUNAN/PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI
UNTUK IRIGASI
KEBUTUHAN
281,467 HA
Rp. 7.04 Triliun

REALISASI
218,533 HA
Rp. 3.58 Triliun
(x Rp. 1
juta)

201
0
: Biaya
Reguler (Rp.)
: Outcome

(x 1,000
Ha)

201
1

201
2

201
3

: Biaya On Top
(Rp.)
: Outcome On Top

Target
areal
pembangunan/peningkatan
jaringan irigasi adalah 500,000
Ha
Rata-rata peningkatan IP dari
pembangunan/peningkatan
jaringan irigasi adalah 1
Akan tetapi, dari total 500,000
Ha
areal
yang
dibangun/ditingkatkan, kuranglebih baru 200,000 Ha yang
bisa berfungsi pada tahun 2014.

201
4

20

TREND PRODUKSI DAN LUAS TANAM


2005 2014
(juta Ton
GKG)

200
5

(juta Ha)

200
6

200
7

200
8

200
9

201
0

201
1

: Realisasi Produksi Padi 2005 2010 (Ton


GKG)
: Produksi Padi 2005 2010 (Ton
GKG)
: Proyeksi Produksi Padi 2011 2014
(Ton
GKG)
: Luas
Panen (Ha)
: Tambahan Luas Tanam dari Kegiatan
Rehabilitasi
(Ha) Tanam dari Kegiatan
: Tambahan Luas

201
2

201
3

201
4

Berdasarkan
ARAM III

SKEMA PEMBIAYAAN
Dengan Asumsi bahwa alokasi anggaran 2013 dan 2014 diambil sama
dengan alokasi anggaran pada 2012, maka terdapat kebutuhan dana on top
sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):

22

PROGRAM DAN REALISASI KEGIATAN T.A 2010


2014
DIREKTORAT IRIGASI IRIGASI DAN RAWA

a. Pembangunan/peningkatan jaringan irigasi

b. Rehabilitasi jaringan irigasi

PROGRAM DAN REALISASI KEGIATAN T.A 2010


2014
DIREKTORAT IRIGASI IRIGASI DAN RAWA
c. Pembangunan/peningkatan Reklamasi Rawa

d. Rehabilitasi Reklamasi Rawa

PROGRAM DAN REALISASI KEGIATAN T.A 2010


2014
DIREKTORAT IRIGASI IRIGASI DAN RAWA

e. Pembangunan/peningkatan
(JIAT)

Jaringan

Irigasi

f. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT)

Air

Tanah

PROGRAM DAN REALISASI KEGIATAN T.A 2010


2014
DIREKTORAT IRIGASI IRIGASI DAN RAWA
g. Pembangunan/peningkatan Sarana & Prasarana Air Baku

h. Rehabilitasi Sarana & Prasarana Air Baku

ISU ISU TERKAIT PENGEMBANGAN &


PENGELOLAAN IRIGASI
DI INDONESIA

1. PEMBANGUNAN/PENINGKATAN

Status pencapaian Renstra Irigasi dan Rawa 2010-2014 :


Rencana strategis untuk kegiatan Pembangunan/Peningkatan bidang Irigasi
dan Rawa untuk tahun 2010-2014 adalah seluas 500.000 ha, dimana sampai
dengan 31 Desember 2011, telah terbangun Daerah Irigasi seluas 181.249 ha.
Permasalahan

yang

terjadi

dalam

pelaksanaan

Pembangunan/Peningkatan:
a. Pengadaan lahan
Contoh: Operasional bendung Sei Ular yang direncanakan akan mengairi DI
Sungai Ular seluas 18.500 ha (hasil penyatuan 9 Daerah Irigasi non-Teknis),
terkendala akibat belum selesainya pengadaan tanah seluas 5,5 ha pada
areal genangan di hulu bendung.
b. Adanya alih fungsi lahan pada saat Proses Konstruksi sedang
berjalan.

ISU ISU TERKAIT PENGEMBANGAN &


PENGELOLAAN IRIGASI DI INDONESIA
c. Water balance yang tidak dapat mensupport usulan Daerah Irigasi.
Contoh: Pelaksanaan peningkatan DI Bajayu dari semula sawah tadah hujan
menjadi sawah ber irigasi teknis terhalang oleh kecukupan air di daerah
hulu (Up-stream). Hal ini dapat diselesaikan dengan mengabungkan dua
wilayah sungai (Inter Basin), akan tetapi membutuhkan biaya yang cukup
besar sehingga kurang menguntungkan dilihat dari aspek ekonomis.

d. Adanya

jeda

waktu

yang

cukup

lama

antara

Desain

dan

Pelaksanaan Konstruksi, sehingga dibutuhkan review Desain akibat


perubahan fungsi lahan yang ditentukan dalam desain dengan kondisi
terbaru.
Contoh: Desain pembangunan DI Leuwigoong (LMS-18) harus direview
kembali karena Desain pada tahun 1995/1996 tidak dapat dijadikan acuan
pelaksanaan konstruksi. Perbedaan elevasi antara desain terdahulu dengan
konsidi aktual sekarang termasuk salah satu faktor yang

mengahambat

ISU ISU TERKAIT PENGEMBANGAN &


PENGELOLAAN IRIGASI DI INDONESIA
2. REHABILITASI dan O&P
Status pencapaian Renstra Irigasi dan Rawa 2009-2014
Rencana strategis untuk kegiatan Rehabilitasi bidang Irigasi dan Rawa untuk
tahun 2010-2014 adalah seluas 1.340.944 ha, dimana sampai dengan 31
Desember 2011, telah direhabilitasi 577.182. Untuk kegiatan Rehabilitasi, dari
segi Kuantitas, target kegiatan Rehabilitasi Seluas 1,34 juta ha dapat dicapai oleh
Kementerian PU, akan tetapi untuk kualitas masih perlu ditingkatkan.
Permasalahan yang terjadi:
a.

Kegiatan Rehabilitasi pada Daerah Irigasi masih dilakukan secara parsial,


belum menyeluruh dalam satu Daerah Irigasi.

b.

Alokasi dana O&P yang belum sesuai AKNOP, mengakibatkan degradasi


kondisi infrastruktur Irigasi lebih cepat dari yang direncanakan dalam AKNOP.
Hal ini mengakibatkan kebutuhan akan rehabilitasi jaringan semakin tinggi
daripada seharusnya.

ISU ISU TERKAIT PENGEMBANGAN &


PENGELOLAAN IRIGASI DI INDONESIA
Permasalahan yang terjadi (lanjutan):
c.

Umumnya alokasi dana untuk kegiatan Rehabilitasi dari APBN sebesar 3 jt 4


jt / ha, masih dibawah kebutuhan yang sebenarnya di Daerah Irigasi tersebut
yang mencapai 10 jt 15 jt / ha, seperti contoh pada Daerah Irigasi Batang
Ilung, dan Daerah Irigasi Batang Gadis.

d.

Perbedaan pemahaman dalam perhitungan outcome kegiatan rehabilitasi.

e.

Kerusakan infrastruktur yang berlangsung cepat, terutama pada daerah


irigasi

kewenangan

propinsi

dan

kabupaten/kota

tidak

dapat

seluruhnya melalui DAK, sehingga dibutuhkan penanganan dari pusat.

diatasi

100

P
RUTI
N

P
BERKALA

P. KHUSUS/
PERBAIKAN/
PENGGANTIA
N

REHABILITAS
I
0
BAIK
10

90

SANGAT
BAIK

80

BAIK

20

70

KURANG
55

40

JELEK

O&P
KURANG
BAIK
0

O&P
BAIK

RUSAK
RINGAN

RUSAK
SEDANG

RUSAK
BERAT

Kondisi Fisik Prasarana (%)

PEMBANGUNA
N BARU

Tingkat Kerusakan (%)

Kinerja Sistem irigasi (%)

KINERJA & KONDISI


PRASARANA IRIGASI

10
0

Umur Layanan (tahun)

RENCANA AKSI
Untuk pemenuhan target surplus beras 10 juta ton tahun 2014, Kementerian
PU melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, menyiapkan beberapa
skenario untuk mendukung Renstra Irigasi 2010-2014:
A. Skenario 1 : Pendekatan Ekstensifikasi
Difokuskan pada kegiatan fisik untuk mendapatkan luas tanam yang dibutuhkan
dalam pencapaian produksi padi 2014. Angka Produktivitas diambil pada angka
rata-rata produktivitas nasional yaitu 4.6 Ton/ha (ATAP 2010, BPS).
B. Skenario 2 : Pendekatan Ekstensifikasi & Intensifikasi
Diasumsikan Eksisting Areal Tanam diambil sesuai ATAP 2010, BPS (12,792,154 Ha),
dengan memperhitungkan Irigasi, Rawa, JIAT, dan Sawah Tadah hujan.
Dengan Kegiatan Fisik (Pembangunan dan rehablitasi) sebagaimana tercantum
dalam RENSTRA 2010-2014, dilakukan juga peningkatan Produktivitas sebesar 5
ton/Ha, sehingga tercapai produksi Padi 2014.
C. Skenario 3 : Pendekatan Ekstensifikasi & Intensifikasi
Diasumsikan
Eksisting
Areal
Tanam
diambil
memperhitungkan hanya Irigasi (dengan IP = 1.4).

10,122,256

Ha,

dengan

Dengan Kegiatan Fisik (Pembangunan dan rehablitasi) sebagaimana tercantum


dalam RENSTRA 2010-2014, dilakukan juga peningkatan Produktivitas sebesar 6
ton/Ha, sehingga tercapai produksi Padi 2014.

RENCANA AKSI

UPAYA UNTUK MENJAGA KETAHANAN


PANGAN
SETELAH TAHUN 2014
1. Melaksanakan modernisasi Irigasi pada daerah-daerah
irigasi strategis yang telah melampaui umur
ekonomisnya
2. Meningkatkan dana operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi sehingga sesuai dengan Angka Kebutuhan
Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP)
3. Melaksanakan konservasi sumber sumber air berupa
pembangunan/rehabilitasi embung-embung pemanen
air hujan
4. Melaksanakan rehabilitasi jaringan irigasi, rawa dan
jaringan irigasi air tanah
5. Melaksanakan pembangunan dan peningkatan jaringan
irigasi, rawa dan jaringan irigasi air tanah

SEKIAN DAN TERIMA KASIH


JAKARTA, FEBRUARI 2012

BAGIAN 5:

DAERAH IRIGASI YANG KONDISINYA RUSAK


BERAT
BIAYA REHABILITASI PER HA DIATAS BIAYA NORMAL
SEYOGYANYA DILAKSANAKAN SECARA MULTY YEARS

DI. BATANG ILUNG (4.194 Ha)


DI. Batang Ilung terletak memanjang di kiri & kanan Sungai Batang
Pane
Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara
Tahun 1960 dikembangkan Pertama kali oleh masyarakat seluas
1.375 Ha dengan Pengambilan Bebas (Free Intake) dan Membuat
Empangan.
Tahun 1983 - 1993 dilaksanakan Pembangunan Bendung & Jaringan
Irigasi
dengan Dana Loan ADB dan APBN, dengan Luas Areal Total 4.194 Ha
Pada tahun 1994 telah dioperasikan sehingga dapat melaksanakan
Tanam seluas 4.194 Ha dengan intensitas tanam sebesar 200%.
Sejak tahun 2006 s/d sekarang, Terjadi Penurunan Kondisi & Fungsi
Dimana areal irigasi yang dapat diairi tinggal + 1.677,6 Ha (40%).
Kebutuhan Biaya Rehabilitasi + Rp. 65 Milyar

DI. KRUENG PASE (8.923 Ha)


Luas daerah Irigasi Krueng Pase adalah 8.923 Ha
(Krueng Pase Kiri 3.308 Ha & Krueng Pase kanan 5.615 ha)
Pelayanan air tidak optimal karena Bendung hancur sehingga pelayanan
dilakukan melalui Bendung darurat.
Program Perbaikan Bendung :
Desain rehabilitasi Bendung oleh Kabupaten (APBD).
Pembangunan bendung Tahap I oleh Kabupaten ( Rp. 10 M),
Penyelesaian pembangunan kembali bendung
dan rehabilitasi
Jaringan Irigasi diperlukan dana Rp. 104 M, dan diusulkan Bupati
Aceh Utara melalui APBN.
Untuk menjamin ketersediaan air diprogramkan pembangunan Waduk
Krueng Keureuto .
(Saat ini sedang studi AMDAL dalam rangka sertifikasi desain)

MASALAH PENGOPERASIAN BENDUNG


SUNGAI ULAR
Pengoperasian Bendung Sei Ular masih Menghadapi masalah penyelesaian
pembebasan tanah seluas 5,5 Ha pada areal Genangan di Hulu Bendung
( + 2,2 Ha di Kabupaten Serdang Bedagai, + 3,3 Ha di Kabupaten Deli
Serdang).

BAGIAN 6:

PROYEK PROYEK ROUNDING UP


YANG DAPAT DILANJUTKAN

PROYEK PROYEK ROUNDING UP


YANG DAPAT DILANJUTKAN
1. DI. JABUNG (BBWS MESUJI SEKAMPUNG, PROPINSI
Daerah Irigasi Jabung yang terletak di Kabupaten Lampung Timur Provinsi
LAMPUNG)
Lampung
merupakan areal persawahan yang layak untuk
dikembangkan. Kondisi area asal berupa lahan rawa. Areal persawahan
berada disebelah kanan dan kiri aliran sungai Way Sekampung dengan
luas areal 10.950.

ahapan Pembangunan DI Jabung

PROYEK PROYEK ROUNDING UP


PERMASALAHAN DI. JABUNG
YANG
DILANJUTKAN
i. Biaya pembangunan
jaringanDAPAT
irigasi Jabung
sangat mahal karena
melewati daerah rawa
ii.Jaringan irigasi rentan terhadap penurunan konstruksi akibat fondasi
tanah lunak
iii.Bendung karet sudah tidak berfungsi
iv.Kebutuhan tanah :
Saluran Suplesi 11,8 km. ( Sudah dibebaskan sepanjang 9,8 km pada
tahun 2006 )
Saluran Pembawa Sekunder 10 km. ( Belum dibebaskan )
Pemindahan Makam 500 makam.
bidang tanah yang sudah dibayar pada tahun 1998 tetapi pemiliknya
tidak
RENCANA
TINDAK
mengakui
sudah ada pembayaran.
LANJUT

PROYEK PROYEK ROUNDING UP


YANG DAPAT DILANJUTKAN
2. DI. WAY KANDIS (BBWS MESUJI SEKAMPUNG, PROPINSI
Bendung Kandis. II berada di Desa Karang anyar Kecamatan Jati Agung
LAMPUNG)
Kabupaten Lampung Selatan dan Daerah Irigasinya di Kecamatan Jati
agung, Kecamatan Natar di Kabupaten Lampung Selatan dan Kecamatan
Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur.

PERMASALAHAN
Bendung Way Kandis, Prasarana kantor, Rumah jaga, dan saluran Primer
5 km telah dibangun, tetapi saluran primer sisanya dan saluran
sekundernya belum bisa dibangunan karena lahan belum dibebaskan.
Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha agar bendung dan jaringan irigasi
sebagai prasarana penunjang produksi dapat berfungsi dengan baik
RENCANA TINDAK LANJUT
Diusulkan pembangunan kembali Bendung dan Jaringan Irigasi Way
kandis II dengan Daerah Layanan seluas 2.290 ha.

PROYEK PROYEK ROUNDING UP


YANG DAPAT DILANJUTKAN
3.Bendung
DI. BUMIAGUNG
(BBWS
SEKAMPUNG,
PROPINSI
Way Bumi
AgungMESUJI
terletak
di sungai Way
Abung Kecamatan
LAMPUNG)
Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Jaringan Irigasi Way Bumi

Agung terletak antara 44054 - 451 Lintang Selatan dan 1043049


- 1045716 Bujur Timur dan dapat dicapai melalui perjalanan darat
dengan menempuh jarak 130 Km dari kota Bandar Lampung. Daerah
Irigasi Bumiagung memiliki area potensial seluas 3000 ha, namun yang
baru fungsional seluas 1.500 ha.
hapan Pembangunan DI Bumiagung
NO

TAHUN

1982

2
3

1990
2011

KEGIATAN
Detail Desain yang dilakukan oleh Konsultan PRC-ECI
ENGINEERING CONSULTANT INC, direncanakan Areal Irigasi
Teknis mencapai 3.000,00 Ha
Pembangunan bendung tetap
Penyelesaian pembangunan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi

PERMASALAHAN
Sebagian besar jaringan irigasi rusak berat
Jaringan irigasi belum seluruhnya terbangun

RENCANA TINDAK LANJUT


Diperlukan lanjutan penyelesaian pembangunan dan rehabilitasi DI.
Bumiagung

KEBIJAKAN DAN STRATEGI


PENYEDIAAN AIR BAKU

ALUR PIKIR PENYEDIAAN UNIT AIR


BAKU
Potensi

Air permukaan (Sungai, Danau,


Bendungan)
Air Tanah

Kebutuha
n
- Domestik
- Perkotaan
- Industri

Pengembang
an Air Baku

Air Baku
Perkotaan
Air Baku
Pedesaan

Tantangan
- Pertumbuhan Penduduk
- Perubahan iklim
- Kerusakan lingkungan

Output
Tersedianya
jaringan air
baku

Outcome
Terpenuhinya
layanan air
baku

PEMBAGIAN PERANAN DALAM


PENGEMBANGAN SPAM

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH


PENYEDIAAN AIR BAKU
1. Peningkatan kapasitas penyediaan air baku
2. Peningkatan efektifitas sistem penyediaan air baku yang ada
3. Peningkatan teknologi & sarana prasarana penyediaan air baku yang
ramah lingkungan
4. Revitalisasi sistem penyediaan air baku yang belum berfungsi optimal
5. Pengembangan teknologi & sarana prasarana penyediaan air baku di
wilayah kepualauan
6. Peningkatan konservasi daerah tangkapan sumber air baku
7. Peningkatan pemerataan penyediaan air baku
8. Peningkatan operasi dan pemeliharaan air baku
9. Peningkatan kapasitas kelembagaan
10.Peningkatan efektivitas penegakan hukum dan kesadaran masyarakat
11.Peningkatan koordinasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pihak Swasta,

KEGIATAN PENYEDIAAN AIR BAKU


YANG TELAH DILAKUKAN
PEMBANGUNAN / PENINGKATAN UNIT AIR BAKU

Embung

Long Storage

Saluran Transmisi dan Bendung

PEMBANGUNAN / PENINGKATAN AIR BAKU AIR TANAH UNTUK AIR BERSIH

PEMBANGUNAN PRAS. AIR BAKU PERDESAAN

Waduk

KEBIJAKAN DAN STRATEGI


PENYEDIAAN AIR TANAH

KONSEPSI PENGELOLAAN AIR TANAH

PENGERTIAN CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) :


Suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis tempat
semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan,
pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung (Pasal 1 angka
12 UU No. 7 Tahun 2004).
Pengelolaan air tanah didasarkan pada cekungan air tanah
(Pasal 12 ayat (2) UU No. 7 / 2004).

Cekungan air tanah di Indonesia menurut Pasal 14 ayat (3)


PP No. 43/2008) meliputi:

cekungan
cekungan
cekungan
cekungan

air
air
air
air

tanah
tanah
tanah
tanah

lintas negara
Pemerintah Pusat
lintas provinsi
lintas kabupaten/kotaProvinsi
dalam satu kabupaten/kota
Kab / Kota

Arahan Pengelolaan Air Tanah

1.

Pengelolaan air tanah wajib mengacu kebijakan pengelolaan air


tanah pada cekungan air tanah.

2.

Kebijakan pengelolaan air tanah ditetapkan oleh Menteri, Gubernur,


atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing.

3.

Kebijakan pengelolaan air tanah merupakan bagian dari kebijakan


sumber daya air (SDA).

4.

Kebijakan SDA disusun dan dirumuskan oleh wadah koordinasi


pengelolaan SDA (Dewan SDA) (Pasal 86 ayat (2) UU No. 7 / 2004)
ditetapkan oleh Presiden.

Kebijakan Pengelolaan Air Tanah


Kebijakan Pengelolaan Air Tanah Berdsasar Atas :
1.

Potensi air tanah dalam CAT, mencakup kuantitas dan


kualitas.

2.

Kebutuhan air bagi penduduk dan berbagai sektor.

3.

Rencana pengembangan wilayah.

Big Gun Srinkle


KonsepDasar:
Memfasilitasi sistem irigasi pada daerah kering
yang memiliki potensi air tanah
Efisiensi sistem irigasi dengan menyemprotkan
air ke udara
Irigasi untuk tanaman non padi
Batukeruk
20 Ha (2006)+25 Ha
(2007)

TH 2006,
Arungan Bali +18
Ha

TOTAL (2006-2008)
DESA AKAR-AKAR 63
Ha

NTB (DesaAkar-akar)

TH 2009
(Rencana),
BatuGembung+5
Ha

Arunga
n Bali

Drip Irrigation
Efisiensi air dan pupuk tinggi
Meningkatkan pertumbuhan
tanaman dan hasil
Menghemat tenaga kerja
Memerlukan perawatan yang
intensif (air harus bebas
endapan, emiter tidak boleh
tersumbat)
Investasi mahal (pompa, pipa
distribusi, dan lain-lain)
Irigasi tetes adalah salah satu teknologi irigasi mutakhir,
mampu
memberikan efisiensi tinggi dalam distribusi air ke tanaman.
Untuk tanaman dengan nilai ekonomis tinggi, harga jual di
pasar mahal, sehingga sebanding dengan investasi yang
dikeluarkan, nilai air
yang digunakan, dan biaya Operasi dan Pemeliharaan

Anda mungkin juga menyukai