Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus atau kencing manis telah menjadi masalah kesehatan dunia.
Prevalensi dan insiden penyakit ini meningkat secara drastis di negara-negara industri
baru dan negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Pada tahun 2003 terdapat
sekitar 150 juta kasus Diabetes di dunia, dan pada tahun 2025 diperkirakan jumlahnya
meningkat dua kali lipat (WHO, 2003 dalam Yulianto, 2005).
Meningkatnya prevalensi Diabetes Melitus di beberapa negara berkembang, akibat
peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan. Peningkatan pendapatan per kapita
dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan peningkatan
prevalensi penyakit degeneratif, seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), hipertensi,
hiperlipidemia. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif
yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia ( Suyono, 2009)
Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini telah dilaksanakan di
Indonesia, kekerapan Diabetes berkisar antara 1,5 sampai dengan 2,3%,. Penelitian
terakhir yang dilakukan di daerah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan), kekerapan
DM di daerah sub-urban yaitu sebesar 12,8%, sedangkan di daerah rural hanya 1,1%.
Di sini jelas ada perbedaan antara urban dengan rural, menunjukkan bahwa gaya hidup
mempengaruhi kejadian Diabetes. Melihat pola pertambahan penduduk saat ini,
diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada 178 juta penduduk berusia di atas 20
tahun, dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 2%, akan didapatkan 3,56 juta
penyandang DM. Data terakhir yang dikeluarkan Departemen Kesehatan RI 2007
menyebutkan prevalensi DM secara nasional 5,7% (Suyono,2009).

2
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa darah dalam darah atau hiperglikemia. Pada permulaan gejala
yang timbul sering disebut 3P yaitu polifagia (banyak makan), polidipsi (banyak
minum) dan poliuria (sering kencing). Dalam fase ini biasanya penderita menujukkan
berat badan yang terus bertambah (gemuk) karena pada saat ini jumlah insulin masih
mencukupi. Gejala kronik yang sering timbul antara lain kesemutan, kulit terasa panas,
tebal dikulit, kram, mudah mengantuk, pada wanita akan gatal disekitar kemaluan,
kemampuan seksual menurun dan bisa impoten sedangkan untuk ibu hamil sering
mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan dengan bayi berat lahir
lebih dari 4 kg (Brunner, 2002).
Komplikasi akut yang dapat timbul pada penderita Diabetes Melitus adalah
hipoglikemia dan hiperglikemia, sedangkan komplikasi kronis antara lain penyakit
jantung koroner, retinopati, nefropati, dan terjadinya ulkus dan gangren pada luka
akibat penanganan yang kurang tepat. Pada penderita Diabetes Melitus berdasarkan
komplikasi yang ditimbulkan maka diperlukan penatalaksanaan yang tepat antara lain
meliputi terapi farmakologis dan nonfarmakologis (Suyono, 2009).
Edukasi merupakan dasar utama untuk pengobatan dan pencegahan Diabetes
Melitus yang sempurna. Pengetahuan yang minim tentang Diabetes Melitus akan lebih
cepat menjurus ke arah timbulnya komplikasi dan hal ini akan menjadi beban bagi
keluarga dan masyarakat. Ketidaktahuan masyarakat inilah yang dapat menghalangi
tindakan preventif, oleh karena hal tersebut sangat berkaitan dengan konsekuensi
ekonomi seperti perawatan dirumah sakit dan kebutuhan fasilitas medis atau kesehatan.
Penyuluhan adalah suatu bentuk pendidikan. Mendidik bukanlah sekedar memberikan
informasi, melainkan mengubah perilaku seseorang dan perubahan ini baru timbul
sesudah beberapa tahap dilalui : menerima-menyetujui-menerapkan (Supartondo,2009)

3
Pengetahuan dan pendidikan mengenai Diabetes Melitus hampir di semua tingkat
masih dapat dikatakan rendah, antara lain pada pasien sendiri, keluarga, masyarakat,
tenaga medis dan perawat. Hal yang demikian umumnya disebabkan karena belum
jelas masalah apa yang dihadapi pasien, kurangnya keahlian tenaga kesehatan,
kurangnya jumlah tenaga medis, tidak adanya kepustakaan untuk orang-orang awam,
sarana dan fasilitas yang terbatas (Soegondo, 2009).
Diabetes mellitus karena sifat penyakitnya yang kronik dan bisa mengenai seluruh
bagian tubuh memerlukan pendekatan multi disipliner. Ini mengandung makna bahwa
pengelolaan DM harus melibatkan berbagai pihak, baik tenaga medis/ perawat,
penyandang DM dan keluarganya serta masyarakat. Untuk mencapai hasil pengelolaan
yang sebaik-baiknya, disamping kerjasama yang baik, masing-masing pihak perlu
secara terus menerus meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya (Depkes, 2007).
Penderita DM seharusnya memilik pengetahuan tentang pengertian DM,
penyebab, tanda dan gejala, penatalaksanaan pengobatan dan perawatannya.
Bagaimana pengetahuan tentang diabetes dan keterampilan itu diajarkan akan
berdampak besar bagi hasilnya. Metode pemberian informasi kepada penderita DM
dapat mempengaruhi banyaknya pengetahuan dan keterampilan yang terserap, sikap
mereka terhadap diabetes, motivasi untuk menerapkan perawatan mandiri diabetes
yang tepat, keinginan dan kemampuan untuk mengubah perilaku dan tingkat
penyesuaian diri secara psikososial terhadap diabetes (Subekti, 2009)
Rekam medik RSUD Raden Mattaher Jambi mencatat tingginya angka penderita
DM yang datang berobat ke Poli Penyakit Dalam. Dari semua pasien yang berkunjung
selama tahun 2010, proporsi penderita DM adalah yang terbesar yakni 63% dengan
jumlah penderita mencapai 5348 orang. Berdasarkan penggolongan tipe DM, lebih
banyak penderita DM tipe II yakni 3478 (65%), sedangkan DM tipe I berjumlah 1870

4
(35%). Secara rinci data kunjungan ke poli penyakit dalam RSUD Raden Mattaher
Jambi dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 1.1
Distribusi jumlah kunjungan di Poli Penyakit Dalam
RSUD Raden Mattaher Jambi berdasarkan jenis penyakit
Tahun 2010
No
1
2
3
4

Jenis penyakit
Jumlah
Persen
Diabetes Mellitus
5348
63 %
Dyspepsia
1168
13,7%
Gastritis
1144
13,4%
Lain-lain
865
9,6%
Total
8525
100%
Sumber ; Rekam Medik RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2010
Berdasarkan tabel 1.1 di atas diketahui bahwa sebagian besar (63%) pasien yang
datang berobat ke poli penyakit dalam RSUD Raden Mattaher Jambi adalah penderita
Diabetes Mellitus.
Tabel 1.2
Distribusi proporsi pasien berdasarkan tipe Diabetes Mellitus
di Poli Penyakit DalamRSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2010
No
1
2

Tipe DM
Jumlah
Persen
DM tipe I
1870
35 %
DM tipe II
3478
65%
Total
5348
100%
Sumber ; Rekam Medik RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2010
Tabel 1.2 menunjukan bahwa dari total penderita diabetes mellitus yang datang
berobat ke poli penyakit dalam RSUD Raden Mattaher Jambi sebagian besar adalah
penderita diabetes mellitus tipe II atau sebanyak 65%.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang responden
dengan wawancara diperoleh bahwa 7 orang menyatakan belum mengetahui tentang
penatalaksanaan diabetes mellitus di rumah dan 3 orang mengatakan sudah mengetahui
bahwa diit dapat mengontrol gula darah tapi belum jelas diit seperti apa yang termasuk

5
dalam penatalaksanaan diabetes mellitus. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran pengetahuan dan motivasi
pasien dalam melakukan penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe II di rumah oleh
pasien yang berobat jalan di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi tahun
2011.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran pengetahuan dan motivasi pasien
dalam melakukan penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe II di rumah oleh pasien
yang berobat jalan di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi tahun
2011?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan motivasi pasien dalam
melakukan penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe II di rumah oleh pasien yang
berobat jalan di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2011.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan pasien dalam melakukan penatalaksanaan
Diabetes Mellitus tipe II di rumah oleh pasien yang berobat jalan di Poli
Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2011

6
b. Diketahuinya gambaran motivasi pasien dalam melakukan penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Tipe II di rumah oleh pasien yang berobat jalan di Poli
Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2011

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti tentang pengetahuan dan motivasi pasien dalam
melakukan perawatan diabetes mellitus yang kemudian dapat dijadikan dasar bagi
peneliti dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes
mellitus secara benar.
2. Bagi Perawat khususnya di Poli Penyakit Dalam
Dapat dijadikan dasar pemikiran perawat khususnya dalam meningkatkan
pengetahuan dan motivasi pasien untuk melakukan perawatan diabetes mellitus
dengan baik dan benar.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber referensi bagi perpustakaan di
pendidikan sehingga mempermudah mahasiswa mengembangkan ide guna
melakakukan penelitian terkait dengan diabetes mellitus.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif observasional
dengan desain crossecsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pengetahuan dan motivasi pasien dalam penatalaksanaan diabetes mellitus tipe II di
rumah. Populasi pada penelitian ini adalah pasien Diabetes Mellitus tipe II yang
berobat jalan di RSUD Raden Mattaher Jambi berjumlah 5348 orang. Sampel

7
penelitian adalah pasien Diabetes Mellitus tipe II berjumlah 88 orang. Penelitian
dilaksanakan di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Matther Jambi pada bulan Agustus
2011. Metode pengambilan sampel secara accidental sampling dengan alat
pengumpulan data berupa kuesioner dan analisa data dilakukan secara univariat.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus
1. Pengertian diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa darah dalam darah atau hiperglikemia (Brunner, 2002).
Diabetes mellitus adalah suatu kelompok metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua duanya (Association Nursing America, 1998).
Kesimpulan dari pengertian di atas adalah diabetes mellitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah
dalam darah atau hipenglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-keduanya

2. Tanda dan gejala


Menurut Tjokprawiro (2002) gejala dan tanda diabetes mellitus dapat
dikelompokkan menjadi gejala akut dan kronik.
a. Gejala akut
Gejala diabetes mellitus dari penderita satu dengan lainnya tidak selalu
sama. Gejala tersebut dibawah ini adalah gejala yang pada umumnya timbul
dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala yang lain, bahkan
ada penderita diabetes mellitus yang tidak menunjukkan apapun sampai pada
saat tertentu.
Pada permulaan gejala yang timbul sering disebut 3P yaitu polifagia
(banyak makan), polidipsi (banyak minum) dan poliuria (sering kencing).

9
Dalam fase ini biasanya penderita menujukkan berat badan yang terus
bertambah

(gemuk) karena pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi.

b. Gejala kronik
Penderita

diabetes

mellitus

tidak

menunjukkan

gejala

akut

(mendadak) tapi penderita menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau


beberapa tahun mengidap penyakit diabetes mellitus. Gejala kronik yang sering
timbul antara lain kesemutan, kulit terasa panas, tebal dikulit, kram, mudah
mengantuk, pada wanita akan gatal disekitar kemaluan, kemampuan seksual
menurun dan bisa impoten sedangkan untuk ibu hamil sering mengalami
keguguran atau kematian janin dalam kandungan dengan bayi berat lahir lebih
dari 4 kg.
3. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%
sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut
terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet
dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa
tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat
menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg%
sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang
menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut

10
glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine
yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan
merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa
ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak
dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran
dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan
yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi
penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat
atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha
mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas
penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak
segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995).
4. Komplikasi
Komplikasi akut Diabetes Mellitus adalah hipoglikemia dan hiperglikemia,
sedangkan komplikasi kronis dapat berupa gangguan makrovaskuler seperti
penyakit jantung koroner, gangguan mikrovaskuler seperti retinopati dan nefropati,
serta timbulnya ulkus atau gangren pada luka (Smeltzer, 2002).
5. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
a. Farmakologis
Menurut Tjokprawiro (2002) ada 3 obat anti diabetes yang ada di Indonesia
yaitu:
1) Tipe I (Short Acting)

11
Jenis ini memiliki paruh waktu sekitar 4 jam, daya kerjanya cepat, diberikan
1 3 kali sehari (pagi siang sore). Yang termasuk kelompok ini adalah
restinon, orinase, nadisan, dymelors.
2) Tipe II (Intermediate Acting)
Memilih paruh waktu antara 5 8 jam, diberikan 1 2 kali sehari (pagi dan
siang jangan pagi dan sore) apabila diberikan cukup sekali sehari, berikanlah
pada pagi hari saja. Termasuk golongan ini adalah golongan glibenclamid
(euglukon, daonil), golongan gliclazide (diamicron), golongan gliquidone
(glurenorm) dan golongan glipizide (minidiab).
3) Tipe III
Mempunyai paruh waktu antara 24 36 jam, diberikan sekali saja setiap
pagi.

b. Non farmakologis (Anjali, 2008)


1) Diit
Pengaturan makan (diit) merupakan kunci pengendalian diabetes
mellitus, khususnya yang tergolong NIDDM yang harus diupayakan
seterusnya. Suatu pendapat yang keliru yang menganggap bahwa kalau
sudah mendapat obat anti diabetes mellitus berarti makan boleh bebas.
Dengan pengaturan makan dapat diupayakan demikian rupa sehingga
kegamukan dapat dikurangi. Dengan demikian kepekaan sel terhadap kerja
insulin meningkat, kadar gula darah dapat menurun. Dalam waktu singkat
saja sudah dapat mengurangi gejala

meskipun berat badan belum

terpengaruh. Disamping itu dengan berkurangnya kegemukan akan


mengurangi faktor resiko komplikasi menahun.

12
Makanan diit seharusnya mengandung serat yang tinggi serta rendah
lemak dan protein. Buah-buahan dan sayuran yang kaya akan kandungan
mineral, vitamin, dan antioksidan sebaiknya dikonsumsi sebagai bagian dari
diit. Salad dapat dikonsumsi dalam jumlah bebas, tetapi penggunaan minyak
dalam sausnya harus dibatasi. Protein total (15% - 20%) dari kalori yang
dibutuhkan, lemak (< 30%) dari kalori yang dibutuhkan, karbohidrat (55% 60%) dari kalori yang dibutuhkan, dan serat sekitar 25 gram per hari untuk
wanita dan 49 gram perhari untuk pria. Jadwal makan yang dianjurkan
adalah makan besar (sarapan, makan siang, dan makan malam) dan snack
(pagi dan teh sore). Seorang penderita DM harus makan besar tiga kali dan
snack bebas gula dua kali setiap harinya.
Makanan yang mengandung karbohidrat kompleks dan berserat tinggi
sangat dianjurkan untuk penderita diabetes. Karbohidrat kompleks yang juga
disebut pati, lambat diserap tubuh sehingga kadar gula darah relatif stabil
setelah mengkonsumsinya. Contoh sumber pati adalah produk produk
gandum, beras merah, haver (oats), sayur dan buah.
Penelitian yang baru menunjukkan bahwa penderita diabetes yang
mengkonsumsi serat alami 50 mg perhari akan mengalami penurunan kadar
gula darah sampai 10%. Serat juga membantu menurunkan kadar insulin.
Pada penderita diabetes mellitus tipe II, konsumsi serat juga membantu
menurunkan kadar lemak. Konsumsi serat larut dan tidak larut yang
terkandung dalam buah-buahan, sayuran dan biji-bijian memberikan manfaat
baik bagi tubuh.
Penderita diabetes dianjurkan untuk lebih banyak meminum air putih,
produk susu yang boleh diminum adalah susu skim atau rendah lemak, dan

13
jus buah sebaiknya dihindari oleh penderita diabetes karena dapat langsung
meningkatkan kadar gula darah dan tidak mengandung serat.

2) Olah raga
Manfaat olah raga bagi diabetes adalah penurunan kadar glukosa
darah, mencegah kegemukan, berperan dalam mengatasi kemungkinan
terjadinya komplikasi. Keadaan keadaan ini dapat mengurangi resiko
penyakit jantung koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup diabetesi
serta memberikan keuntungan secara psikologis.
Waktu olah raga yang dianjurkan bagi penderita diabetes adalah
selama 20 30 menit setiap harinya dan dilakukan secara rutin dengan
waktu yang sama. Adapun jenis olah raga yang dianjurkan berdasarkan berat
badan dan jumlah kalori yang dapat dibakar dapat dilihat pada tabel beikut:
Tabel 2.1
Kalori yang dibakar per berat tubuh
Selama 30 menit berolah raga
Jenis olahraga
50 kg
60 kg
Jalan
105
125
Joging
225
245
Berenang
190
230
Bersepeda
150
180
Olahraga ringan
150
170
Sumber; Anjali Arora, 2008

75 kg
155
275
290
240
200

Menurut Chaveau dan Kaufman (1989) dikutip oleh Ilyas (1996) olah raga
pada diabetesi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan glukosa oleh otot
yang aktif, sehingga secara langsung olah raga dapat menyebabkan
penurunan kadar glukosa darah. Dan hasil penelitian Allen bahwa olah raga
aerobik yang teratur akan mengurangi kebutuhan insulin sebesar 30 50 %
pada diabetes melitus tipe I yang terkontrol dengan baik. Pada diabetes
mellitus tipe II yang dikombinasikan dengan penurunan berat badan akan

14
mengurangi kebutuhan insulin hingga 100 %. Prinsip olah raga pada
diabetesi sama saja dengan prinsip olah raga secara umum yaitu frekuensi,
time/ durasi dan tipe/ jenis.
3) Pemeriksaan
Menurut Margatan (1996) pemeriksaan atau check up yang harus dilakukan
oleh diabetes ada 3, yaitu :
a. Pemeriksaan fisik lengkap yang meliputi kesehatan umum seperti berat
badan, tekanan darah dan sebagainya.
b. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan gula darah puasa,
pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan, urine lengkap, lemak
(kolesterol HDL, LDL dan trigliserida), ureum dan kreatinin.
c. Pemeriksaan spesialisasi antara lain pemeriksaan mata, syaraf dan jantung.

B. Perilaku Penderita Diabetes Mellitus


Safarino yang mengutip dari Becker (1979) dalam perilaku seseorang yang
berhubungan dengan kesehatan adalah :
1. Perilaku sehat yaitu tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatanya yaitu pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri,
olah raga dan pengaturan makan. Hal ini diharapkan pada pasien diabetes mellitus
dituntut untuk mematuhi peraturan dalam memelihara kesehatannya agar tidak
terjadi komplikasi yang berkelanjutan.
2. Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan individu yang sedang
sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya, termasuk juga
kemampuan individu untuk mengidentifikasi sakit, penyebab penyakit serta usaha
usaha mencegah penyakit tersebut. Apabila pasien diabetes mellitus mengetahui

15
cara perilaku sakit, maka pasien dapat melakukan tindakan sesuai dengan
penyakitnya, serta mengetahui keadaan dalam diri pasien sendiri.
3 Perilaku peranan sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Faktor utama yang mempengaruhi
perilaku yaitu persepsi individu tentang penyakitnya, faktor intensitas gejala,
motivasi untuk menghilangkan gejala dan faktor sosial psikologis yang
mempengaruhi respon sakit. Menurut Kelman ada tiga cara perubahan perilaku,
yaitu faktor terpaksa, karena ingin meniru

(identification), karena menghayati

manfaatnya (internalization). Hal ini perlu dilakukan pada pasien diabetes mellitus
agar tercapai kesembuhan salah satunya dengan kepatuhan dalam menjalankan
terapi diit selama sakit dan setelah sembuh agar terjaga kesehatannya.
Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip dari Lewin, perubahan perilaku
melalui tiga tahap yaitu pencairan, proses bergerak dan pembekuan kembali. Pada
tahap pencairan, individu menyadari adanya masalah dan alternative penyelesaian
masalah dan individu mempunyai motivasi yang kuat untuk beranjak pada tahap
bergerak yaitu bergerak menuju tahap baru karena telah cukup mempunyai
informasi serta data.
Pada tahap ini akan terjadi perubahan perilaku dimana faktor pendorong lebih kuat
dari pada faktor penguat. Pada tahap pembekuan kembali akan terjadi perilaku baru
dan keseimbangan. Pada tahap ini perlu adanya penguatan. Menurut Notoatmodjo
(2003) yang mengutip dari Lewin perilaku kepatuhan pada individu sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang
sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan pasien

16
yang rendah tentang pengobatan dapat menimbulkan kesadaran yang rendah
yang akan berdampak dan berpengaruh pada pasien dalam mengikuti cara
pengobatan, kedisiplinan pemeriksaan yang akibatnya dapat terjadi komplikasi
berlanjut. Upaya pendidikan kesehatan pada pasien diabetes mellitus akan
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya, menurut
Redhead (1993) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan yang efektif pada
pasien diabetes mellitus merupakan dasar dari kontrol metabolisme yang baik
dimana dapat meningkatkan hasil klinis dengan jalan meningkatkan pengertian
dan kemampuan pengelolaan penyakit diabetes mellitus.
b. Sikap adalah reaksi tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek.
c. Ciri ciri individu meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status
sosial ekonomi.
d. Partisipasi keluarga merupakan keikutsertaan keluarga dalam membantu pasien
melaksanakan perawatan dan pengobatan.
Sikap pasien diabetes mellitus tehadap penyakit yang dideritanya akan
meningkat cukup berarti setelah pemberian intervensi pendidikan kesehatan yang
berpengaruh pada program untuk menjalankan terapi diit. Pasien diabetes mellitus
pada saat berinteraksi dengan orang lain selalu ada mekanisme mental yang
mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut
menentukan kecenderungan perilaku terhadap dirinya (Anwar, 2002).
Pandangan dan perasaan seseorang sangat dipengaruhi oleh ingatannya pada
masa lalu, tentang apa yang diketahui dan kesannya terhadap apa yang sedang
dihadapi saat ini. Pengalaman seseorang pada masa lalu membawa sikap dan
perilaku terbuka dan tertutup terhadap dorongan diri orang lain (Nurjanah, 2001).

17
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien dalam mengambil suatu tindakan untuk
pengobatan seperti diit, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan berobat. Sarwono
menyatakan bahwa sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan,
identifikasi petugas tanpa kerelaan untuk memberikan tindakan dan sering
menghindar, hukuman jika pasien tidak patuh. Kepatuhan pasien diabetes mellitus
dalam melaksanakan program pengobatan dapat ditingkatkan dengan mengikuti
cara sehat yang berkaitan dengan nasehat, aturan pengobatan yang ditetapkan,
mengikuti jadwal pemeriksaan dan rekomendasi hasil penyelidikan (Murphy, 1997).

C. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang mencakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
a Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
termasuk dalam pengetahuan tingkat tingkat ini adalah mengingat kembali (
recall ) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima, contohnya menyebutkan cara untuk menjalankan terapi diit
pada penderita diabetes mellitus.

18
b. Memahami (Comperehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang dipelajari, contohnya dapat
menjelaskan mengapa harus menjalankan terapi diit.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau pengguna hukum hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria kriteria
yang telah ada.

19
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan tingkatan di atas.
Menurut Nasution (1993) pengetahuan dalam masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
1) Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka akan lebih mudah menerima hal hal baru
dan mudah menyesuaikan dengan hal hal baru tersebut.
2) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
memberikan pengetahuan yang lebih jelas.
3) Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkatan pengetahuan seseorang
karena informasi informasi baru akan disaring kira kira susuai atau tidak
dengan budaya yang dianut.
4) Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya pendidikan pendidikan yang lebih tinggi pengalamannya akan
lebih luas dan umur yang semakin banyak pengalamannya juga akan
semakin banyak.
5) Sosial ekonomi
Tingkat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

20
2. Pengetahuan tentang diabetes mellitus
Menurut Renowati (2009), hal-hal yang harus diketahui oleh penderita diabetes
mellitus adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan tentang DM yang meliputi definisi, tanda dan gejala, pencegahan
dan penanggulangannya serta komplikasi yang ditimbulkan. Sehingga mereka
dapat melakukan gaya hidup sehat dan mengelola DM nya.
b. Diet yang sehat, tinggi serat dan rendah lemak yang disesuaikan dengan kondisi
tubuh. Apa, kapan dan bagaimana mereka makan sangat penting dalam
mengelola kadar gula darahnya
c. Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin, sehingga kadar gula darah tetap
rendah, dapat menurunkan berat badan, mengurangi stres dan meningkatkan
kesehatan secara umum sesuai dengan kondisi tubuh. Menjaga berat badan tetap
sehat adal penting untuk mencegah DM tipe I
d. Penggunaan obat bila sudah terdiagnosa DM. Untuk DM tipe I membutuhkan
suntikan insulin setiap hari, sedangkan untuk DM tipe II dapat dikontrol dengan
aktivitas fisik dan perencanaan makan. Bila diperlukan menggunakan obat
untuk membantu tubuh membuat insulin
e. Monitoring gula darah secara rutin sangat diperlukan untuk mengetahui
keberhasilan diet, aktivitas fisik, dan pengobatan yang telah dilakukan

D. Motivasi
1. Definisi
Motivasi berasal dari perkataan motif (motive) yang artinya adalah rangsangan
dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang
tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan

21
motivasi ialah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun kelompok
masyarakat tersebut mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan
sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku
seseorang secara optimal, hal ini di sebabkan karena motivasi merupakan kondisi
internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan kebutuhan,
dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja guna
mencapai

tujuan yang

dikehendakinya

atau

mendapatkan

kepuasan atas

perbuatannya.
Motivasi juga merupakan konsep yang di pakai untuk menguraikan keadaan
ekstrinsik yang ditampilkan dalam perilaku. Respon instrinsik disebut juga sebagai
motif (pendorong) yang mengarahkan perilaku ke rumusan kebutuhan atau
pencapaian tujuan. Stimulus ekstrinsik dapat berupa hadiah atau insentif,
mendorong individu melakukan atau mencapai sesuatu. Jadi motivasi adalah
interaksi instrinsik dan ekstrinsik yang dapat dilihat berupa perilaku atau
penampilan .
Selanjutnya motivasi akan dikaitkan dengan tindakan, sebab motif yang besar
tidak efektif tanpa ada tindakan yang merupakan follow-up dari motif tersebut. Oleh
karena itu, perlu dipahami terlebih dahulu apa sebenarnya tindakan itu. Tindakan
apapun merupakan satu jenis perbuatan manusia. Akan tetapi, perbuatan tersebut
mengandung maksud tertentu yang memang dikehendaki oleh orang yang
melakukan kegiatan. Ada dua macam perbuatan yaitu:
1. Pemikiran (thinking), yaitu perbuatan rohani yang menghendaki bekerjanya daya
pikir (otak) manusia.

22
2. Tindakan (action), yakni perbutan jasmani yang amat membutuhkan gerak otot
tubuh manusia. Perbuatan ini mengandung maksud tertentu yang memang
dikehendaki oleh yang bersangkutan.

2. Teori Motivasi
a. Teori Abraham Maslow
Motivasi manusia timbul karena adanya kebutuhan- kebutuhan, yaitu:
1) Fisiologis, antara lain rasa lapar, haus, dan kebutuhan jasmani lainnya,
2) Keamanan, antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik
dan emosional,
3) Sosial, meliputi di terima baik, rasa memiliki, kasih sayang,
4) Penghargaan, meliputi faktor penghormatan dari luar seperti status, pengakuan
dan perhatian,
5) Aktualisasi diri, dorongan untuk menjadi seseorang sesuai ambisinya yang
meliputi pencapaian potensi dan pemenuhan kebutuhan diri.

23
F. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka teori
G. predisposisi
Faktor
a.H.Pendidikan
b.I.Pengetahuan
c.J.Sikap
d.K.Biaya
e.L.Pekerjaan
f.M.
Keyakinan
g.N.Motivasi
O.
P.
Faktor pendukung
Q.
a. Tersedianya
R.
sarana kesehatan
S.
b. Akses ke sarana
T.
kesehatan
U.
prioritas dan
V.
komitmen
W.
masyarakat
X.
Y.

Masalah
Perilaku spesifik

Z. pendorong
Factor
a.AA.
Keluarga
b.BB.
Teman
CC.
c. Pengalaman
d.DD.
Petugas kesehatan
EE.
Sumber: Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005:60)

24
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini mengacu pada teori Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2005:60) yaitu faktor predisposisi (pengetahuan dan motivasi), faktor
pendukung (sarana kesehatan, akses menuju sarana kesehatan, dan kepercayaan), dan
faktor penguat (keluarga, teman, pengalaman, dan dukungan sosial.
Namun dalam penelitian ini penulis tidak memasukan semua variabel ke dalam
kerangka konsep, hanya variabel pengetahuan dan motivasi. Berdasarkan hal tersebut
kerangka konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Pengetahuan
Penatalaksanaan DM
Motivasi

B. Variabel dan definisi operasional


1. Variabel penelitian
Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah Pengetahuan dan motivasi
pasien DM

25
2. Definisi operasional

Variabel

Tabel 2.1
Definisi operasional
Definisi operasional
Cara Ukur
Alat ukur

Pengetahuan

Segala sesuatu yang Wawancara


diketahui pasien
tentang cara
melakukan
penatalaksanaan DM
di rumah yang terdiri
dari; diit, olahraga,
dan obat anti
diabetes

Kuesioner

Motivasi

Dorongan/
Wawancara
kecenderungan yang
timbul dari dalam
diri pasien dalam
malakukan
penatalaksanaan DM
di rumah yang terdiri
dari; diit, olahraga,
dan obat anti
diabetes

Kuesioner

Hasil ukur
1. Baik nilai
mean
2.Kurang baik
bila < nilai
mean

1. Tinggi nilai
mean
2. Rendah baik
bila < nilai
mean

Skala
ukur
Ordinal

Ordinal

C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif observasional dengan
desain crossectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel dimana
variabel independen dan variabel dependen diidentifikasi pada satu satuan waktu.

D. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien DM yang datang berobat ke Poli
Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi. Adapun jumlah populasi penderita
DM adalah sebanyak 5348 orang.

26
2. Sampel
a. Besar sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Untuk
menentukan besarnya sampel maka dilakukan penghitungan dengan menggunakan
rumus Lemeshow, dkk sebagai berikut (Sugiyono, 2004):
n=

Z2 1 / 2 * p *(1-p)N
d2 (N-1)+ z2 1- / 2 *P(1-P)

keterangan :
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi = 3478
d2 = Presisi yang ditetapkan (10%)
p = perkiraan proporsi = 0,63
n = 1,962 * 0,63*0,37*3478
0,12 (3477)+ 1,96*0,63(0,37)
n = 3.114,46
35,227
n = 88
Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel pada penelitian ini adalah 88 orang
responden.
b. Kriteria inklusi sampel
1) Penderita DM tipe II (pasien lama)
2) Bisa berkomunikasi dengan baik
3) Bersedia menjadi responden
c. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental
sampling artinya setiap penderita DM tipe II yang datang berobat ke poli
penyakit dalam RSUD Raden Mattaher Jambi pada waktu penelitian dilakukan
akan dijadikan sebagai responden penelitian, kecuali penderita DM tipe II yang
tidak bersedia.

27
E. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
pada bulan Agustus 2011.

F. Pengumpulan data
1. Sumber data :
Data primer; didapatkan melalui wawancara langsung terhadap responden
dengan menggunakan quesioner yang diberikan kepada pasien saat datang berobat
ke rumah sakit. Data sekunder, didapatkan dari rekam medik RSUD Raden Mattaher
Jambi berupa jumlah pasien DM yang datang berobat.
2. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah kuesioner. Kuesioner yang
digunakan terdiri dari 10 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan, dan 10 soal
pernyataan untuk mengukur motivasi. Kuesioner akan dilakukan uji coba angket
untuk mengukur validitas dan reliabilitas. Uji coba akan dilakukan di Poli Panyakit
Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
3. Proses Pengumpulan data
Pengumpulan data dimulai dengan mengumpulkan data responden meliputi
nama dan alamat, data ini diperoleh dari catatan kunjungan pasien dalam medical
record. Dalam proses pengumpulan data peneliti langsung turun kelapangan dan
melakukan wawancara terhadap responden. Adapun yang menjadi responden untuk
mengisi kuesioner adalah Bapak/ ibu yang menderita DM. Lama wawancara pada
tiap responden adalah 10 sampai 15 menit.
3. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

28
a). Editing ; memeriksa dan mengecek ulang pertannyaan yang diberikan, apakah
pengisian sudah sesuai dengan petunjuk atau belum
b). Coding ; Pemberian kode pada pertanyaan yang diberikan, serta mengelompokan
data tersebut (termasuk data kualitatif atau kuantitatif). Pemberian kode
dilakukan pada setiap variabel : Variabel pengetahuan kode 2: baik dan 1:
kurang baik, variabel motivasi kode 4: sangat setuju, 3: setuju, 2: tidak setuju,
dan 1: sangat tidak setuju. Antara 3 4 :baik, 1-2 :kurang baik.
c). Scoring ; menetapkan skor (nilai) pada setiap pertanyaan kuesioner. Untuk
variabel pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan, bila jawaban benar diberi nilai
1 dan bila salah diberi nilai 0. variabel sikap terdiri dari 10 pernyataan, untuk
pernyataan positif; sangat setuju diberi nilai 4, setuju 3, tidak setuju 2, dan
sangat tidak setuju diberi nilai 1. Jika pernyataan bersifat negatif sangat setuju
diberi nilai 1, setuju 2, tidak setuju 3, dan sangat tidak setuju diberi nilai 4.
d) Entry; Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan dilakukan pengelompokan
terhadap variabel independen, selanjutnya dibuat tabel distribusi frekuensi dan
dientry dengan menggunakan alat komputer.
e) Cleaning; Tahap ini memastikan kembali bahwa data yang sudah dientry betul
betul data yang tepat dan tidak ada kesalahan sehingga data siap untuk
dianalisis.

G. Analisa data
Analisa data dilakukan secara univariat; analisa ini bertujuan untuk melihat
gambaran distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti meliputi variabel
pengetahuan dan motivasi pasien dalam melakukan penatalaksanaan DM.

29
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari beberapa
keterbatasan. Adapun data diperoleh dengan cara pengukuran secara langsung dan
dengan melakukan wawancara, sehingga kualitas data sangat tergantung dari ketepatan
instrumen yang digunakan, kerja sama dan persepsi responden dalam menjawab
pertanyaan dan kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan.
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional) atau
dengan kata lain bahwa penelitian ini dilakukan pengukuran pada saat yang
bersamaan antara variabel independen maupun dependen, sehingga pada penelitian
ini kemungkinan mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut; Penelitian
menggunakan kuesioner dengan melakukan wawancara pada pasien sehingga
kualitas data sangat bergantung dari kejujuran pasien dalam menjawab pertanyaan
yang dianjurkan.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi masing-masing


variabel yang diteliti antara lain pengetahuan dan motivasi.
1. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi jawaban
responden menurut pengetahuan sebagai berikut :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden menurut Pengetahuan
Dalam Melakukan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus di Rumah oleh Pasien
yang Berobat Jalan di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2011
No

Pernyataan

Frekuensi Jawaban

30
A.
1
2
3
4

6
7

8
9
10

Variabel pengethuan

Benar
Jumlah
%
Pengaturan makan (diit) merupakan
87
98,9%
kunci pengendali
an diabetes mellitus
Obat anti diabetes dan olah raga juga
87
98,9%
berperan dalam pengendalian diabetes
Makanan diit seharusnya mengandung
70
79,1%
serat yang tinggi serta rendah lemak dan
protein
Buah-buahan dan sayuran yang kaya
80
90,9%
akan kandungan mineral, vitamin dan
antioksidan baik dikonsumsi penderiata
diabetes
Seorang penderita diabetes harus
82
93,2%
sarapan, makan siang, dan makan
malam serta snack bebas gula dua kali
setiap harinya
Karbohidrat kompleks (pati) terdapat
79
89,8%
pada gandum, beras merah, haver (oats),
sayur dan buah
Jus buah sebaiknya tidak dikonsumsi
25
28,4%
penderita diabetes karena langsung
meningkatkan kadar gula darah dan
tidak mengandung serat
Obat anti diabetes oral digunakan untuk
83
94,3%
penderita DM tipe II
Olahraga dapat menjaga kadar gula
85
96,6%
darah dalam kondisi yang sehat
Jenis olahraga yang paling dianjurkan
74
86%
bagi penderita diabetes adalah jalan kaki

Salah
Jumlah
1

%
1,1%

1,1%

18

20,9%

9,1%

6,8%

10,2%

63

71,6%

5,7%

3,4%

14

14%

Berdasarkan distribusi jawaban responden tersebut kemudian dilakukan penghitungan ratarata pengetahuan responden dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Dalam Melakukan Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus di Rumah oleh Pasien yang Berobat Jalan
di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2011
No
1
2

Pengetahuan
Baik
Kurang Baik

Jumlah
26
62

%
29,5
70,5

31
Total

88

100,0

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 88 responden didapatkan sebanyak 26


(29,5%) responden memiliki pengetahuan baik dalam melakukan penatalaksanaan
diabetes mellitus di rumah dan sebanyak 62 (70,5%) responden memiliki
pengetahuan yang kurang baik dalam melakukan penatalaksanaan diabetes mellitus
di rumah.
2. Motivasi

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi jawaban


pernyataan responden menurut motivasi sebagai berikut :

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pernyataan Motivasi Responden tentang Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus di Rumah oleh Pasien yang Berobat Jalan
di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2011

No

Pernyataan Motivasi

SS
Jlh

1
2
3
4
5

Setelah tahu saya menderita diabetes, maka


saya akan memperhatikan gaya hidup saya
Saya akan makan sesuai dengan program
diit yang telah ditentukan dan dianjurkan
pada saya
Saya akan mengkonsumsi lebih banyak
serat setiap kali saya makan
Saya tidak mau lagi makan makanan
ringan, karena dapat meningkatkan kadar
gula darah saya
Saya tahu gandum, beras merah adalah
jenis karbohidrat yang baik buat saya,

Frekuensi Motivasi Responden


S
TS
STS
% Jlh % Jlh
%
Jlh
%

82

93,2

6,8

23

26,1

63

71,6

2,3

10,2

71

80,7

9,1

9,1

68

77,3

12

13,6

35

39,8

53

60,2

32

6
7
8
9
10
11

maka saya akan mengkonsumsinya


Saya harus makan obat anti diabetes,
disamping itu saya juga akan mengatur
jadwal olahraga saya setiap harinya
Mulai saat ini saya harus lebih banyak
minum air putih dan menghindari minum
jus buah
Saya akan berolahraga minimal 30 menit
setiap harinya
Saya harus melakukan Jalan kaki secara
rutin karena merupakan olahraga yang
paling baik dan efektif bagi saya
Saya akan selalu melakukan diit, olahraga,
dan makan obat anti dibetes untuk
kesehatan saya
Saya akan menyuntikan insulin setiap
setengah jam sebelum saya makan

6,8

78

88,6

4,5

8,0

57

64,8

24

27,3

10,2

66

75,0

13

14,8

9,1

79

89,8

1,1

16

18,2

72

81,8

8,0

28

31,8

45

51,1

9,1

Berdasarkan distribusi pernyataan motivasi responden tersebut kemudian dilakukan


penghitungan rata-rata motivasi responden dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Motivasi Responden Dalam Melakukan Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus di Rumah oleh Pasien yang Berobat Jalan
di Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2011
No
1
2

Motivasi

Jumlah
28
60
88

Tinggi
Rendah
Total

%
31,8
68,2
100,0

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 88 responden didapatkan sebanyak 28


(31,8%)

responden

memiliki

motivasi

yang

tinggi

dalam

melakukan

penatalaksanaan diabetes mellitus di rumah dan sebanyak 60 (68,2%) responden


memiliki memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan penatalaksanaan
diabetes mellitus di rumah.

33

BAB V
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Univariat
1. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 62 (70,5%)
responden

memiliki

pengetahuan

yang

kurang

baik

dalam

melakukan

penatalaksanaan diabetes mellitus di rumah, dan dari distribusi frekuensi jawaban


responden sebanyak 82 orang (93,2%) responden belum mengetahui tentang
frekuensi makan bagi penderita diabetes mellitus, hanya satu orang (1,1%) yang
belum memahami bahwa diit adalah kunci utama dalam pengendalian gula darah,
dan belum mengetahui bahwa obat anti diabetes dan olahraga berperan dalam
pengendalian diabetes mellitus
Penelitian Adnyana (2008) di Sanglah Hospital Denpasar tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien diabetes mellitus dalam
penatalaksanaan diabetes menunjukan hasil bahwa sebesar (64,5%) pengetahuan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kepatauhan pasien dalam melakukan
penatalaksanaan diabetes diabetes mellitus.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

34
telinga. Pengetahuan juga merupakan salah satu faktor predisposisi yang
berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Semakin baik pengetahuan seseorang
akan semakin baik pula perilaku orang untuk hidup sehat (Notoatmodjo, 2003).
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pendidikan,
pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan
informasi. Pasien diabetes mellitus akan mengikuti program penatalaksanaan
diabetes secara sungguh-sungguh bila diberikan informasi tentang bahaya diabetes
bila tidak dikontrol. Selain itu pengalaman sakit pasien dapat dijadikan
pembelajaran bagi pasien agar mau mengikuti program penalaksanaan diabetes
dengan benar.
Menurut Nasution (1993), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang yaitu tingkat pendidikan, informasi, sosial budaya,
pengalaman, dan sosial ekonomi. Berdasarkan pengamatan peneliti, bahwa
penyebab kurang baiknya pengetahuan responden tentang penatalaksanaan
diabetes mellitus di rumah adalah kurangnya informasi yang diperoleh responden
khususnya tentang penatalaksanaan diabetes mellitus.
Pengetahuan yang kurang baik tentang penatalaksanaan diabetes mellitus di
rumah akan berdampak buruk bagi penderita diabetes. Komplikasi akut Diabetes
Mellitus yang dapat terjadi adalah hipoglikemia dan hiperglikemia, sedangkan
komplikasi kronis dapat berupa gangguan makrovaskuler seperti penyakit jantung
koroner, gangguan mikrovaskuler seperti retinopati dan nefropati, serta timbulnya
ulkus atau gangren pada luka. Oleh karena itu penting bagi penderita diabetes
mellitus untuk mengetahui secara baik tentang bagaimana penatalaksanaan
diabetes mellitus di rumah. (Smeltzer, 2002).

35
Menurut Renowati (2009), hal-hal yang harus diketahui oleh penderita
diabetes mellitus adalah sebagai berikut; pengetahuan tentang DM yang meliputi
definisi, tanda dan gejala, pencegahan dan penanggulangannya serta komplikasi
yang ditimbulkan. Diet yang sehat, tinggi serat dan rendah lemak yang disesuaikan
dengan kondisi tubuh, apa, kapan dan bagaimana mereka makan sangat penting
dalam mengelola kadar gula darahnya, aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin,
sehingga kadar gula darah tetap rendah, dapat menurunkan berat badan,
mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan secara umum sesuai dengan kondisi
tubuh. Menjaga berat badan tetap sehat adalah penting untuk mencegah DM tipe I.
Penggunaan obat bila sudah terdiagnosa DM, DM tipe II dapat dikontrol dengan
aktivitas fisik dan perencanaan makan. Bila diperlukan menggunakan obat untuk
membantu tubuh membuat insulin. Monitoring gula darah secara rutin, sangat
diperlukan untuk mengetahui keberhasilan diet, aktivitas fisik, dan pengobatan
yang telah dilakukan.

2. Motivasi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 60 (68,2%)
responden memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan penatalaksanaan
diabetes mellitus di rumah, dan dari disribusi frekuensi jawaban responden
terhadap pernyataan yang menunjukan motivasi responden terdapat sebanyak 68
orang (77,3%) responden belum mengetahui tentang pentingnya makan makanan
ringan bagi penderita diabetes mellitus. Sebanyak 68 (73,3%) tidak mau makan
makanan ringan, dan hanya 2 orang (2,3%) yang tidak mau mengikuti diit diabetes.
Penelitian Tri Agustina (2009) Universitas Muhammadiyah Surakarta terkait
tentang gambaran motivasi pasien diabetes melakukan kontrol ulang, menunjukan

36
hasil bahwa sebesar 62,4% motivasi pasien melakukan kontrol ulang masih
rendah. Untuk mewujudkan motivasi menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Mengubah motivasi pasien Diabetes
Melitus bukan pekerjaan yang mudah, bahkan lebih sulit daripada meningkatkan
pengetahuan.
Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku
seseorang secara optimal, hal ini di sebabkan karena motivasi merupakan kondisi
internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan
kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku
guna mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan atas
perbuatannya. Motivasi juga merupakan salah satu faktor yang turut berperan
dalam menentukan seseorang untuk berperilaku sehat.
Menurut analisis peneliti rendahnya motivasi responden dalam melakukan
penatalaksanaan diabetes mellitus di rumah adalah karena masih kurangnya
pengetahuan

responden

akibat

kurangnya

informasi

khususnya

tentang

penatalaksanaan diabetes mellitus di rumah. Motivasi yang rendah akan


menghasilkan penatalaksanaan yang tidak optimal, sehingga peluang komplikasi
diabetes akan semakin besar untuk terjadi baik komplikasi akut maupun kronis.
Pengendalian glukosa dalam darah merupakan hal yang sangat penting untuk
mencegah komplikasi akut maupun kronis yang mungkin terjadi pada penderita
DM, hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan motivasi pasien untuk
mau berperilaku sehat dengan cara membangkitkan kesadaran pasien bahwa hal
tersebut merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesehatannya dengan
memberikan penjelasan tentang pentingnya diet yang sehat, aktivitas fisik yang

37
dilakukan secara rutin, monitoring gula darah secara rutin sangat diperlukan untuk
mengetahui keberhasilan diet, aktivitas fisik, dan pengobatan yang telah dilakukan.
Untuk berperilaku sehat diperlukan tiga hal yaitu pengetahuan yang tepat,
motivasi dan keterampilan berperilaku sehat. Untuk menimbulkan motivasi maka
tehnik yang populer yang digunakan dengan menggunakan modifikasi perilaku
dari aliran kaun behaviouristik. Pemberian penguat (reinforcement) untuk
meningkatkan perilaku sehat. Alasan seseorang enggan termotivasi untuk
berperilaku sehat karena perubahn perilaku dari yang tidak sehat ke perilaku sehat
tidak menimbulkan dampak langsung secara cepat bahkan mungkin tidak
berdampak sama sekali, selain itu faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap
motivasi berperilaku sehat (Notoatmodjo, 2010).
Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan cara pengelolaan
yang baik. Tujuan pengelolaan secara umum menurut Perkeni (2002) adalah
meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes. Penatalaksanaan dikenal dengan
empat pilar utama pengelolaan diabetes melitus yang meliputi edukasi,
perencanaan makan, latihan jasmani dan pengelolaan farmakologis.
Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi pasien adalah dengan mau ikut
bergabung bersama organisasi Persatuan Diabetes (PERSADIA) yang bertujuan
untuk

menghimpun para penyandang Diabetes bersama para dokter untuk

memupuk

persatuan dan

kesadaran guna

memelihara,

mengembangkan pengetahuan mengenai diabetes melitus.

memajukan

dan

38

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari 88 responden sebagian besar atau 62 orang responden (72,5%) masih memiliki
pengetahuan yang kurang baik tentang penatalaksanaan diabetes mellitus di rumah,
hanya 26 orang (27,5%) yang memiliki pengetahuan yang baik tentang
penatalaksanaan diabetes mellitus di rumah.
2. Dari 88 responden sebagian besar atau 60 orang responden (68,2%) masih memiliki
motivasi yang rendah tentang penatalaksanaan diabetes mellitus di rumah, hanya 28
orang (31,8%) yang memiliki motivasi yang tinggi tentang penatalaksanaan
diabetes mellitus di rumah.
3. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan motivasi
mempunyai peranan yang besar dalam penatalaksanaan diabetes mellitus oleh
pasien di rumah

B. Saran
1. Bagi RSUD Raden Mattaher Jambi
Perawat yang bertugas di poli penyakit dalam RSUD Raden Mattaher Jambi
hendaknya lebih menekankan pemberian pendidikan kesehatan pada pasien
diabetes mellitus khususnya tentang penatalaksanaan diabetes di rumah,

39
memberikan pembekalan pengetahuan kepada pasien dengan cara memberikan
leaflet-leaflet atau brosur yang berisikan penatalaksanaan diabetes di rumah.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Buku referensi khususnya tentang penatalaksanaan diabetes mellitus hendaknya
diperbanyak, penyediaan media penyuluhan/ pendidikan kesehatan seperti booklet,
poster dilengkapi untuk mempermudah mahasiswa dalam memberikan pendidikan
kesehatan pada pasien diabetes mellitus.

3. Bagi Peneliti
Dapat melakukan analisis yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi penatalaksanaan diabets emllitus di rumah

40

KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASIEN
DALAM MELAKUKAN PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS TIPE II
OLEH PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD
RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2011
Petunjuk pengisian
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda chec list () pada kolom
jawaban yang dianggap paling benar sesuai dengan yang bapak/ ibu ketahui
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pernyataan
Jawaban
A. Variabel pengetahuan
Benar Salah
Pengaturan makan (diit) merupakan kunci pengendalian
diabetes mellitus
Obat anti diabetes dan olah raga juga berperan dalam
pengendalian diabetes
Makanan diit seharusnya mengandung serat yang tinggi serta
rendah lemak dan protein
Buah-buahan dan sayuran yang kaya akan kandungan
mineral, vitamin dan antioksidan baik dikonsumsi penderiata
diabetes
Seorang penderita diabetes harus sarapan, makan siang, dan
makan malam serta snack bebas gula dua kali setiap harinya
Karbohidrat kompleks (pati) terdapat pada gandum, beras
merah, haver (oats), sayur dan buah
Jus buah sebaiknya tidak dikonsumsi penderita diabetes
karena langsung meningkatkan kadar gula darah dan tidak
mengandung serat
Obat anti diabetes oral digunakan untuk penderita DM tipe II
Olahraga dapat menjaga kadar gula darah dalam kondisi yang
sehat
Jenis olahraga yang paling dianjurkan bagi penderita diabetes
adalah jalan kaki

41

No

Pernyataan
SS

SIKAP
S
TS

B. Variabel motivasi
1
Setelah tahu saya menderita diabetes, maka
saya akan memperhatikan gaya hidup saya
2
Saya akan makan sesuai dengan program diit
yang telah ditentukan dan dianjurkan pada
saya
3
Saya akan mengkonsumsi lebih banyak serat
setiap kali saya makan
4
Saya tidak mau lagi makan makanan ringan,
karena dapat meningkatkan kadar gula darah
saya
5
Saya tahu gandum, beras merah adalah jenis
karbohidrat yang baik buat saya, maka saya
akan mengkonsumsinya
6
Saya harus makan obat anti diabetes,
disamping itu saya juga akan mengatur jadwal
olahraga saya setiap harinya
7
Mulai saat ini saya harus lebih banyak minum
air putih dan menghindari minum jus buah
8
Saya akan berolahraga minimal 30 menit
setiap harinya
9
Saya harus melakukan Jalan kaki secara rutin
karena merupakan olahraga yang paling baik
dan efektif bagi saya
10 Saya akan selalu melakukan diit, olahraga,
dan makan obat anti dibetes untuk kesehatan
saya
11 Saya akan menyuntikan insulin setiap
setengah jam sebelum saya makan
SS; sangat setuju, S; setuju, TS; tidak setuju, STS; sangat tidak setuju

STS

Anda mungkin juga menyukai