Disusun oleh :
SRI WAHYUNI
NIM: 13069
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia program preceptorship masih sangat jarang ditemui.
Istilah preceptoship lebih dikenal dengan bimbingan klinik, sedangkan
preceptor dikenal
dengan
istilah
CI (clinical
instructor).
Penulis
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran peran seorang preceptor di Puskesmas
Bulukerto
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan peran preceptor sebagai panutan (role
modeling)
b. Untuk mendeskripsikan peran preceptor sebagai pembangkit
kemampuan (skill building)
c. Untuk mendeskripsikan peran preceptor sebagai sosialisator (socialize)
C. MANFAAT
Program precetorship digunakan sebagai alat sosialisasi dan
orientasi. Model preceptorship sebagai salah satu metode rekrutmen staf
atau mempersiapkan perawat untuk mengelola suatu program yang ada di
Puskesmas, karena program yang ada dipuskesmas merupakan tugas
terintegrasi di luar tugas pokok dan fungsi perawat, sehingga diperlukan
pengetahuan khusus mengenai program tersebut.
Untuk mengakses
untuk
lingkungan
dengan harapan
klinik
memberikan
praktik terkini
preceptee
akan
dalam
memiliki
perawat
yang
mengajar, memberikan
untuk angka
tujuan
khusus
BAB II
KONSEP PRECEPTORSHIPS
A. PRECEPTORSHIP
Menurut
NMC
(Nurse
Midwifery
Council
di
UK,
2009)
memperoleh
C. KRITERIA PRECEPTOR
Adalah seorang perawat profesional yang terpilih yang ahli dalam praktek
klinik keperawatan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
Mature
Perawat profesional
Memahami konsep dan asuhan keperawatan.
Mampu mendesiminasi ilmu yang dimiliki
Mampu mengadakan perubahan.
Mampu menerima feed backs.
Menjadi role model
Berminat dalam pendidikan keperawatan.
Berpartisipasi dalam mempersiapkan peran.
Berpendidikan
pengetahuan
dan keahlian
(kompetensi) baru.
preceptorship
pada
preceptor
sendiri
adalah
dapat
preceptor,
mengidentifikasi
jika
perceptee
membutuhkan
BAB III
LAPORAN PELAKSANAAN PRECEPTORSHIPS
2.
Preceptor
- Nama
: Darmanto, AMK
- Status
- Pendidikan
: D3 Keperawatan
Preceptee
- Nama
: Sri Wahyuni,AMK
- Status
: Mahasiswa
- NIM
: ST 13069
METODE
metode
c.
BTA positif.
Pemeriksaan anak < 5 tahun pada keluarga TB untuk menentukan
Berdahak/tidak ?
Apakah pernah minum obat paru-paru selama kurang dari 1 bulan atau
lebih dari 1 bulan ?
6. Mengisi buku daftar suspek form. TB.06
7. Pengelola memberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan dahak
dan cara batuk yang benar untuk mendapatkan dahak yang kental dan
purulen.
8. Memberikan pot dahak sewaktu kunjungan pertama dan pengambilan
9.
10. Bila hasil pemeriksaan BTA positif, memberikan pengobatan sesuai protap
pengobatan TB. Setelah pengobatan tahap intensif akhir bulan ke II,
dilakukan pemeriksaan BTA, bila hasil negative dilanjutkan tahap lanjutan,
dan bila hasil pemeriksaan BTA positif diberikan sisipan dengan dosis
10
sesuai berat badan pasien. Dan bila hasil pemeriksaan pada akhir tahap
intensif negative dilanjutkan tahap lanjutan, kemudian diperiksa dahak
ulang pada akhir bulan ke V, bila hasil negative dilanjutkan
pengobatannya, dan dilakukan pemeriksaan ulang pada akhir bulan ke VI
atau akhir pengobatan. Bila hasil pemeriksaan pada bulan ke VI negative
dan pada awal pengobatan positif pasien dinyatakan sembuh.Dan bila pada
akhir pengobatan hasil negative dan pada awal pengobatan negative
dengan rongsent positif pasien dikatakan
15. Bila masih tetap batuk dilakukan pemeriksaan rotgen thorax
16. Upload Laporan TB ke SITT (Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu) per
triwulan.
Menata
slide
cross
check
dari
puskesmas
dan
rumah
sakit.
slide
cross
check.
Logistik
TB
ke
Dinkes
DKK.
perencanaan
pengadaan
keperluan
laboratorium
untuk
pemeriksaan TB .
11
19. Menganalisa
dan
mengelompokkan
informasi
pasien
mangkir.
12
penyuluhan
13
14
15