Anda di halaman 1dari 10

9

BAB II
STRATIGRAFI REGIONAL

II.1 Stratigrafi Daerah Barru


Daerah barru disusun oleh beberapa satuan batuan dan tersebar pada jenis
bentangalam yang berbeda atau bervariasi dan telah mengalami gangguan struktur
sehingga menyebabkan jurus dan kemiringan perlapisan batuan menjadi tidak
beraturan. Sebagian batuannya telah mengalami pelapukkan dan peremukkan hingga
nampak kurang segar terutama pada napal.
Pengelompokkan dan penamaan satuan batuan didasarkan atas ciri-ciri secara
fisik di lapangan, jenis batuan, posisi stratigrafi dan hubungan tektonik antar batuan,
dapat dikorelasikan secara vertikal maupun lateral dan terutama dapat dipetakan
dalam skala 1 : 25.000.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka satuan batuan dapat digolongkan atas
lima (5) satuan, mulai dari satuan batuan yang muda ke satuan batuan yang tertua,
yaitu sebagai berikut :
1.

Satuan Batuan Beku Intrusi

2.

Satuan Breksi Vulkanik

3.

Satuan Napal

4.

Satuan Breksi Batugamping Tonasa

5.

Satuan batupasir Mallawa

10

6.

Satuan serpih Balangbaru


Pembahasan lebih lanjut dari setiap satuan batuan dimulai dari yang tertua ke

yang termuda sebagai berikut :


II.1.1 Satuan Serpih Balangbaru
Penyebaran satuan serpih ini tidak terlalu meluas yang menempati bagian
sebagian S. Umpung dengan arah umum perlapisan Baratdaya Timurlaut.
Ciri litologi berwarna segar ungu dan jika lapuk berwarna abu-abu dengan
tekstur klastik halus berukuran lempung dan ketebalan perlapisannya berukuran
antara 1 10 cm. Ukuran butir lempung dan struktur berlapis.
Lingkungan pengendapan dari satuan serpih ini didasarkan ciri-ciri litologi
dimana dijumpai perlapisan tipis dengan ukuran butir lempung menunjukkan
lingkungan tenang atau laut dalam.
Penentuan umur serpih diperkirakan berumur Kapur dan termasuk dalam
anggota Formasi Balangbaru. Hubungan stratigrafi dengan litologi di atasnya selalu
tidak selaras.
II.1.2 Satuan batupasir Mallawa
Penamaan satuan batuan ini didasarkan atas dominasi dan pelamparan batuan
penyusunnya serta ciri-ciri litologi. Penyebaran satuan batupasir ini meliputi bagian
Barat daerah barru dengan arah umum perlapisan relatif berarah Utara - Selatan.

11

Kenampakkan satuan batupasir ini menunjukkan adanya kesan perlapisan,


dalam keadaan segar berwarna kuning kecoklatan, tekstur klastik kasar, mengandung
mineral kuarsa dalam satuan ini terdapat anggota-anggota berupa batupasir,
konglomerat, batulanau, batulempung dan napal dengan sisipan batubara berupa lensa
Umur dari satuan ini diperkirakan antara Paleosen sampai Eosen Bawah,
hubungan stratigrafi dengan satuan batuan di bawahnya adalah tidak selaras dan
selaras dengan satuan batuan di atasnya.
II.1.3 Satuan Breksi Batugamping
Penamaan satuan batuan ini dibedakan atas dominasi dan pelamparan batuan
penyusunnya, ciri litologi kompak dan keras serta bersifat karbonat batuan ini terdiri
dari figmen berupa sekis, glaukonite kuarsit, batu gamping dan fosil serta matriks
berupa lempung berdasarkan hal tersebut di atas maka satuan batuan ini dinamakan
satuan breksi batu gamping.
Penyebaran satuan ini meliputi sebelah barat laut dan sebagian di daerah
Buludua. Pada umumnya menempati daerah satuan morfologi perbuitan gawir sesar
Aledjang Buludua denagan sudut kemiringan lereng antara 100 200. Arah umumnya
perlapisan batuan relatif berada Baratlaut Tenggara dengan sudut kemiringan
perlapisan antara 250 370 . Ketebalan relatif satuan breksi batu gamping adalah 264
m.
Kenampakkan satuan breksi batugamping menunjukan adanya kesan
perlapisan umum namun ada pula yang terdapat dalam bentuk bongkahan, tebal

12

lapisan antara 16 - 60 cm. Berwarna putih kekuningan dalam keadaan segar dan lapuk
berwarna abu-abu kehitaman, klastik kasar dengan sortasi jelek dan mengandung fosil
mineral glaukonit, muscovite dan sekis.
Fosil yang dijumpai berupa foraminifera besar yaitu Nummulites gizchemis
LAMARCK dan Discocylina sp GALLOWAY. Berdasarkan ciri-ciri litologi dimana
dijumpai perlapisan dengan tebal yang berbeda, disusun oleh mineral-mineral
berbutir kasar dengan pemilahan jelek dan kehadiran mineral glaukonit.
Penentuan umur pada satuan ini berdasarkan atas kandungan fosil yang
dijumpai yaitu antara Eosen Awal Eosen Tengah. Hubungan stratigrafi antara satuan
breksi batugamping dengan satuan di bawahnya adalah selaras dan menjemari dengan
satuan batunapal yang tidak selaras dengan breksi vulkanik yang berada di atasnya.
Satuan breksi batugamping ini termasuk dalam anggota formasi Tonasa.
II.1.4 Satuan Napal
Penyebaran satuan ini meliputi daerah Galungsawae, Bale dan Ampela dan
sebagian terdapat di daerah Timurlaut sebagian dari satuan batuan ini menempati
daerah satuan morfologi perbukitan gawir sesar Aledjang Buludua dan sebagian lagi
terdapat pada daerah yang relatif datar. Arah umum perlapisan batuan berarah
Baratlaut Tenggara dengan sudut kemiringan perlapisan antara 23o-84o .
Kenampakkan satuan napal menunjukkan adanya perlapisan dengan ketebalan
antara 15 50 cm. Dalam keadaan segar, batuan ini berwarna putih keabu-abuan dan
lapuk berwarna kuning keabu-abuan, tekstur klastik.

13

Dari hasil analisa secara mikropaleontologi dijumpai fosil foraminifera


planktonik yaitu Globigerina sp BOLLI sedangkan fosil foraminifera bentonik yaitu
Textularia agglutinans DORBIGNY. Berdasarkan kandungan fosil ini ditentukan
lingkungan pengendapannya yaitu pada inner neritik middle neritik dengan
kedalaman antara 0 100 m atau lingkungan laut dangkal (TIPSWORD & STTIZER,
1975).
Umur satuan ini adalah Eosen Tengah bagian Bawah (POSTUMA, 1970)
yang ditentukan dari kandungan fosilnya.
Hubungan stratigrafi antara satuan napal dengan satuan batuan yang ada di
sekitarnya yaitu satuan breksi batugamping adalah menjemari dan dengan satuan
breksi vulkanik yang berada di atasnya adalah tidak selaras.
Satuan ini termasuk dalam anggota formasi Tonasa.
II.1.5 Satuan Breksi Vulkanik
Satuan breksi vulkanik penyebarannya meliputi beberapa pegunungan yaitu
B.Laposso, B. Masula, B. Matomong, B. Pitu, B. Kalukku serta daerah pemukiman
seperti menrong, Patjiro, Adjange, Batiu, Wuruwue dan Litae. Sebagian pula
tersingkap di daerah aliran sungai kampung litae satuan ini menempati daerah satuan
morfologi pegunungan denudasi B. Masula B. Pitu dengan arah perlapisan batuan
umumnya Baratlaut Timur Tenggara dengan sudut kemiringan perlapisan antara 16o
25o.

14

Kenampakkan dari satuan breksi vulkanik ini memperlihatkan adanya


perlapisan dengan ketebalan lapisan antara 15 -100 cm. Fragmen batuan breksi
vulkanik terdiri dari batuan beku berupa basalt dan andesit, matriks tufa yang
disemen oleh silika dengan sortasi buruk. Ukuran fragmen antara 5 60 cm dan
bentuk menyudut tanggung.
Pada satuan ini tidak dijumpai adanya fosil baik itu mikro maupun makro
sehingga satuan ini disebandingkan dengan batuan vulkanik Camba yang berumur
Miosen Tengah Miosen Akhir.
Hubungan stratigrafi dengan satuan batuan baik yang di bawah maupun di
atasnya adalah tidak selaras.
II.1.6 Satuan Batuan Beku Intrusi
Satuan batuan ini terdiri atas dua anggota yaitu batuan beku Diorite dan
batuan beku Andesite.
Batuan beku Diorite penyebarannya meliputi daerah B. Matjekke dan
sebagian kecil terdapat di sebelah Baratlaut. Batuan ini menempati daerah satuan
morfologi pegunungan denudasi B. Masula B. Pitu. Dalam keadaan sangat segar
batuan ini berwarna abu-abu dengan struktur kompak, tekstur fanerik dan bentuk
kristal subhedral-anhedral, ukuran mineral 1 2,5 mm.
Penentuan umur batuan beku diorite disebandingkan dengan hasil penelitian
terdahulu (RAB SUKAMTO, 1982) yaitu berumur Post Miosen.

15

Satuan batuan beku Andesite penyebarannya meliputi daerah B.Dua,


menempati daerah morofologi pegunungan denudasi B. Masula B. Pitu.
Kenampakkan batuan ini dalam keadaan segar menampakkan warna bau-abu
kehitaman, struktur vesikuler, tekstur afanitik, komposisi mineral plagioklas,
hornblende. Umur batuan beku andesit ini adalah Post Miosen berdasarkan data hasil
penarikan radiometri K/Ar terhadap mineral Hornblende.

16

17

18

Anda mungkin juga menyukai