Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

Metode titrimetri masih digunakan secara luas karena merupakan metode yang tahan, murah, dan mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi.
keterbatasan metode ini adalah bahwa metode titrimetri kurang spesifik

TITRASI

TITRAN
TITIK EKIVALEN TITIK AKHIR TITRASI INDIKATOR

SYARAT ANALISIS TITRIMETRI


1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi. Bahan yang diselidiki bereaksi sempurna dengan senyawa baku dengan perbandingan kesetaraan stoikiometris.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekivalen tercapai, baik secara kimia atau fisika.

4. Harus ada indikator jika syarat 3 tidak dipenuhi. Indikator juga dapat diamati dengan pengukuran daya hantar listrik

KEUNGGULAN VOLUMETRI DIBANDING GRAVIMETRI

Teliti sampai 1 bagian dalam 1000 Alat sederhana, cepat, serta tidak memerlukan pekerjaan yang menjemukan seperti pengeringan dan penimbangan berulang-ulang.

PENGGOLONGAN VOLUMETRI

Berdasarkan pada reaksi kimia yang terjadi


Asidi-alkalimetri Oksidasi-Reduksi Pengendapan Pembentukan kompleks

Berdasarkan pada cara titrasi


Titrasi Langsung Titrasi kembali atau Titrasi tidak Langsung

Berdasarkan pada jumlah sampel

Titrasi makro

Jumlah sampel Volume titran Ketelitian buret Jumlah sampel Volume titran Ketelitian buret Jumlah sampel Volume titran Ketelitian buret

: 100 1000 mg : 10 100 ml : 0,02 ml. : 10 100 mg : 1 10 ml : 0,001 ml. : 1 10 mg : 0,1 1 ml : 0,001 ml.

Titrasi semi makro

Titrasi Mikro

Cara Menyatakan Kadar Larutan

Persen berat per berat (b/b)


Persen berat per volume (% b/v) Molaritas

Formalitas
Normalitas

MOLARITAS
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap liter larutan M = mol/L Contoh perhitungan. Hitunglah molaritas suatu larutan yang mengandung 6,0 g NaCl (BM = 58,44) dalam 200 ml larutan

NORMALITAS
Normalitas merupakan banyaknya ekivalen (ek) zat terlarut (solute) tiap liter larutan N = ek/V N = g/(V x BE)

ek = g/BE
BE = BM/Valensi N = (gx Valensi)/(V x BE)

Semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada konsentrasi titran sehingga konsentrasi titran harus dibuat secara teliti. Titran semacam ini disebut dengan larutan baku (standar). Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan normalitas, molaritas, atau bobot per volume

Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan sejumlah senyawa baku tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Larutan standar ada dua macam: yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai kemurnian yang tinggi. Larutan baku sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu proses yang mana larutan baku sekunder dibakukan dengan larutan baku primer disebut dengan standardisasi

SYARAT BAKU PRIMER


Mudah didapat, dimurnikan, dikeringkan, dan disimpan dalam keadaan murni. Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100 0,02)% atau dapat dimurnikan dengan penghabluran kembali. Tidak berubah selama penimbangan. Tidak teroksidasi oleh O2 dari udara dan tidak berubah oleh CO2 dari udara. Susunan kimianya tepat sesuai jumlahnya. Mempunyai BE yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan akan menjadi lebih kecil. Mudah larut Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat, dan terukur.

Baku primer Kalium biftalat Kalium iodat

Kegunaan Pembakuan larutan natrium hidroksida Pembakuan larutan asam perklorat Pembakuan larutan natrium tiosulfat melalui pembentukan iodium

Natrium karbonat anhidrat Pembakuan asam klorida

Logam Zn

Pembakuan larutan EDTA

Contoh perhitungan dalam standardisasi (pembakuan) sebuah larutan

Pembakuan HCl dilakuan dengan menggunakan baku primer natrium karbonat. Sebanyak 354,2 mg natrium karbonat dilarutkan dalam air dan dititrasi dengan larutan HCl (yang akan dibakukan) menggunakan indikator metil orange dan sampai titik akhir titrasi dibutuhkan volume HCl sebesar 30,23 mL. Hitunglah berapa normalitas HCl?

Cara Perhitungan Kadar


: Kesetaraan V x N = Jumlah gram ekivalen (grek) x Kesetaraan x BM Kadar (%) (100%) x (: Berat sampel) Berat Jumlah mol

SAMPEL PADAT

V titran x Ntitran x BE x100 % Kadar (% b/b) = Berat sampel (mg )


SAMPEL CAIR

V titran x Ntitran x BE x100 % Kadar (% b/v) = ml sampel x 1000

Contoh Perhitungan kadar 1 Sebanyak 250 mg serbuk yang mengandung asam salisilat (BM = 138,12) ditimbang saksama, dilarutkan dalam 15 ml etanol 95% yang telah dinetralkan terhadap merah fenol LP (6,8 8,4). Selanjutnya ditambahkan 20 ml air dan dititrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N menggunakan indikator merah fenol. Sampai terjadinya titik akhir titrasi dibutuhkan NaOH 0,1 N sebanyak 12,56 ml. Berapakah kadar asam salisilat dalam serbuk di atas?

Contoh Perhitungan kadar 2 Sebanyak 25,0 ml minuman ringan yang mengandung vitamin C (BM= 176,12) dilarutkan dalam campuran yang terdiri atas 100 ml air bebas karbon dioksida dan 25 ml asam sulfat encer. Selanjutnya dititrasi segera dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji sampai terbentuk warna biru tetap. Sampai titik akhir titrasi dibutuhkan volume titran sebanyak 5,25 ml. Berapakah kandungan vitamin C dalam minuman ringan tersebut?

Anda mungkin juga menyukai