Anda di halaman 1dari 28

Analisa Farmasi Kuantitatif

By: Yosua Maranatha Sihotang, M.Si., Apt

Senyawa
Kimia

Analisis sediaan farmasi


Kualitatif

Kuantitatif

Hasil:
Ada atau tidaknya zat
yang dimaksudkan

Hasil:
kadar zat yang dimaksudkan
(dapat dinyatakan dalam b,
b/v, v/v, dsb)

Zat yang ditetapkan (analit)

Manfaat Kimia Analisis


Dapat mendeteksi serta menetapkan kadar suatu analit dalam zat yang
diperiksa misal :
Mengidentifikasi dan menetapkan kadar antibiotik dalam tablet antibiotik
Mengidentifikasi dan menetapkan kadar pemanis buatan dalam
makanan/minuman
Mengidentifikasi dan menetapkan kadar senyawa berbahaya dalam kosmetik

Analisis Kuantitatif
Ada 2 teknik yang digunakan dalam analisis kuantitatif :
1. Metode konvensional
misal : volumetri (titrasi), Gravimetri
2. Metode instrumentasi
misal : spektrofotometri, kromatografi gas, KCKT (HPLC), Atomic
Absorption -Spectrofotometer (AAS) dsb

Analisis Kuantitatif
METODE KONVENSIONAL
Kelebihan :
Murah
Prosesnya sederhana
Alat mudah didapatkan
Kekurangan :
Kepekaan kurang
Jumlah sampel yang dibutuhkan banyak

Analisis Kuantitatif
METODE INSTRUMENTASI
Kelebihan :
Kepekaan tinggi
Jumlah sampel yg dibutuhkan sedikit
Cepat
Kekurangan :
Mahal
Alat sulit didapatkan

Analisis Volumetrik (Titrasi)


Volumetri
(titrasi)
merupakan
metode analisis kimia yang
digunakan untuk menentukan kadar
suatu zat dalam larutannya
didasarkan pada pengukuran
volumenya yang akurat.
Mengukur volume secara akurat
harus menggunakan peralatan
gelas volumetrik, yaitu labu ukur,
pipet, dan buret.

Titran

Titrat

Titran : Reagensia (suatu larutan standar) yang ditambahkan


dari dalam sebuah buret untuk bereaksi dengan analitnya

Analisis Volumetrik (Titrasi)


Titrasi didasarkan pada suatu reaksi :
a A + b B hasil reaksi
dimana :
A = penitrasi (titran)
B = senyawa yang dititrasi,
a = jumlah mol dari A
b = jumlah mol dari B.
Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah
volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar (sudah diketahui
konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna
dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya.
Fungsi larutan indikator: Untuk mengetahui bahwa reaksi berlangsung sempurna
(menyatakan titik akhir suatu reaksi kimia), yang ditambahkan ke dalam larutan yang
dititrasi.

Berdasarkan jenis reaksi, titrasi dikelompokkan


menjadi:
Titrasi penetralan/ asam basa (asidimetri, alkalimetri)
Titrasi pengendapan (argentometri, dan merkurometri)
Titrasi redoks (Permanganometri, Iodometri, iodimetri, Bromatometri)
Titrasi kompleksometri

Konsentrasi Larutan
MOLARITAS (M) : banyaknya mol zat yang terlarut dalam 1 liter larutan.
NORMALITAS (N) : banyaknya mol ekivalen zat yang terlarut dalam 1 Liter
larutan.
MOLALITAS (m) : banyaknya mol zat yang terlarut dalam 1 kg pelarut.

Larutan Standar (larutan baku)


Larutan Standar adalah Suatu larutan yang konsentrasinya telah ditetapkan dengan
akurat
Tahap pertama sebelum melakukan titrasi adalah pembuatan larutan standar.
Standarisasi Proses dengan mana konsentrasi suatu larutan ditetapkan dengan akurat

Larutan standar: Primer dan sekunder


Persyaratan larutan standar primer:
- mempunyai kemurnian yang tinggi, kemurniannya diketahui (>99,9%)
- tidak bersifat higroskopis,
- larutannya harus stabil
- mempunyai berat ekuivalen tinggi

Larutan standar primer digunakan untuk menstandarkan suatu larutan,


(biasanya standar sekunder).
Larutan standar primer konsentrasinya diperoleh dengan cara menimbang.
Larutan standard sekunder konsentrasinya diketahui dengan cara
distandardisasi/ dibakukan lebih dahulu dengan larutan standard primer. Standar
yang tidak termasuk standar primer dikelompokkan sebagai standar sekunder,
contohnya NaOH; karena NaOH tidak cukup murni (mengandung air, natrium
karbonat dan logam-logam tertentu) untuk digunakan sebagai larutan standar secara
langsung, maka perlu distandardisai dengan asam yang merupakan standar primer
misal: Kalium biftalat, asam oksalat.

.
=
()
.
=
. ()
=

. ()

=
. ()

BE =

10
=

Contoh:
Bagaimana cara membuat larutan berikut ini:
Standar Sekunder
Larutan NaOH 0,1N (BM = 40,00)
Masa berbentuk pelet putih, bila dibiarkan diudara cepat menyerap CO2 dan
lembab. Mudah larut dalam air dan dalam etanol. NaOH mengandung tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,5% alkali, dan mengandung Na2CO3
tidak lebih dari 3,0%. Larutkan NaOH dalam air bebas CO2. FI ed IV 1995
Larutan H2SO4 0,1N (BM = 98,07)
yang tersedia asam sulfat pekat, mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 98,0%b/b H2SO4; Bj = 1,84) FI ed IV 1995

Ekivalen adalah Banyaknya suatu zat yang memberikan atau bereaksi

dengan 1 mol H+ (asam basa), 1 mol elektron (redoks), atau 1 mol kation
bervalensi satu (pengendapan dan pembentukan kompleks)

Bobot ekivalen : Bobot satu ekivalen suatu zat dalam gram


Berat ekivalen (BE) dapat ditentukan berdasarkan :
- Reaksi asam basa (netralisasi)
- Reaksi pengendapan
- Reaksi pembentukan senyawa komplek
- Reaksi oksidasi reduksi

Reaksi netralisasi, setiap senyawa akan melepaskan atau menerima atom hidrogen. Jadi berat
ekivalen (BE) berdasarkan reaksi netralisasi (asam basa) dapat ditentukan sebagai berikut :
Masa molekul realtif (Mr)
BE = ____________________________
Banyaknya atom H yang dilepas atau diterima

Berat ekivalen suatu senyawa dalam reaksi pengendapan dan pengomplekan ditentukan oleh
valensi dari senyawa tersebut.
Masa molekul relatif (Mr)
BE = ______________________
Valensi senyawa tsb.

Berat ekivalen (BE) dalam redoks didasarkan pada banyaknya elektron yang dilepaskan
atau diikat dalam suatu reaksi oksidasi atau reduksi.
Masa molekul relatif (Mr)
BE = _____________________________________
Banyaknya elektron yang dilepas atau diikat

Beberapa contoh asam dan reaksi ionisasinya


HCN H+ + CN(Valensi asam = 1 , sisa asam CN-)
H2S 2H+ + S2(Valensi asam = 2 , sisa asam S2-)
H2SO4 2H+ + SO42- (Valensi asam = 2 , sisa asam SO4-)
H3PO3 3H+ + PO3(Valensi asam = 3 , sisa asam PO3-)
Beberapa contoh basa dan reaksi ionisasinya
NaOH Na+ + OH- (valensi = 1)
Ba(OH)2 Ba2+ + 2OH- (valensi = 2)

Kadar zat aktif


%b/v
%v/v
%b/b
%v/b

jumlah gram zat terlarut (obat, dsb) dalam 100 ml larutan


jumlah vol. zat terlarut dalam 100 ml larutan
jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram produk
jumlah ml zat terlarut dalam 100 gram produk.

Rancangan Penetapan Kadar


1. Identifikasi gugus-gugus fungsi pada molekul yang dapat bereaksi (reaksi harus
berjalan ke arah produk, ketetapan kesetimbangan, K, tinggi)
2. Tentukan perbandingan stoikiometrik, yaitu jumlah mol masing-masing senyawa
yang bereaksi
3. Ubah jumlah mol sampel menjadi berat dan jumlah mol titran menjadi volume
4. Hitung berat sampel yang bereaksi dengan 1 ml titran (ekuivalen)
5. Lakukan penetapan kadar, paling tidak 2-3x. Jika hasil pengujian tidak sama,
penetapan kadar diulang hingga diperoleh hasil yang konsisten
6. Hitung kadar zat aktif di dalam sampel, nyatakan dalam (%b/b; %b/v, %v/b, atau
%v/v). Hasil ini menggambarkan % kemurnian obat dan harus dibandingkan
dengan ketentuan batasan dalam farmakope, untuk melihat apakah sampel
memenuhi persyaratan atau tidak.

Asetosal
Asam asetilsalisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan
tidak lebih dari 100,5% C9H8O4 dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan
(1 ml NaOH 0,5N setara dengan 45,04 mg C9H8O4)

Tablet asetosal
Tablet asetosal mengandung asam asetilsalisilat C9H8O4 tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket

Contoh Perhitungan :
1. Berapa Normalitas (N) H2SO4 pekat dengan BJ = 1,19 dan konsentrasinya 98%
(Mr=98) ?
2. Tersedia HCl pekat (BJ = 1,1878; konsentrasi = 37%, BM = 36,5) di laboratorium.
Bagaimana cara anda untuk membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 1000 mL yang
dibuat dari HCl pekat ? berapa volume HCl pekat yg dibutuhkan ?
3. Bagaimana membuat 200 ml H2SO4 4M dari asam sulfat pekat (konsentrasi
98%, massa jenis 1,8 Kg.L-1. BM asam sulfat = 98)
4. Berapa ml air yang harus dicampur ke dalam 100 ml larutan NaOH 0,5 M
sehingga menjadi 0,2 M ? Jwb: (tambahkan air ad 250 ml, maka vol air = 250100 = 150 ml air)
5. Berapa gram asam oksalat (H2C2O4. 2H2O) yang harus ditimbang untuk
membuat larutan Baku Primer 100 ml asam oksalat 0,1N . (Jwb 0,630 gram)

BJ = 1,1878 gram di dalam 1 Liter larutan terdapat 1187,8 gram


- Konsentrasi 37%
= __37__ x 1187,8 gram = 439,486 gram
100
439,486
= _______ = 12,04
36,5

M= (1,8 x 10 x 98)/98=18 M
Molaritas asam sulfat 98 % = 18 M., maka volume yang diperlukan :
Volume (ml) = (200 ml x 4M) / 18M = 44,44 ml.
Jadi, volume H2SO4 pekat yang di ambil = 44,44 ml.
Ingat, Pembuatannya dilakukan di lemari asam. Tuangkan asam sulfat pekat
dari botolnya ke dalam beker gelas secara perlahan-lahan. Gunakan pipet ukur
untuk mengambil larutan asam pekat, Lalu tuangkan ke gelas ukur melalui
dinding secara perlahan-lahan.

Cara melarutkan asam sulfat pekat.


1. Siapkan gelas ukur, lalu isi aquadest sebanyak separuh dari volume yang
diperlukan
2. Tuangkan asam sulfat pekat dari gelas ukur tadi ke dalam gelas ukur yang
berisi air secara perlahan-lahan melalui dinding. Biarkan beberapa menit
sampai campurannya agak dingin
3. Tambahkan aquadest lagi ad batas.

Istilah yang harus dipahami


Titik ekivalensi : keadaan disaat terjadinya kesetaraan mol ekv antara zat
yang dititrasi dan zat pentitrasi (jumlah ekuivalen titran sama dengan jumlah
ekuivalen analit)
Titik akhir titrasi adalah keadaan waktu menghentikan titrasi saat indikator
berubah warna.
Idealnya, titik ekivalensi dan titik akhir titrasi adalah sama.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai